Anda di halaman 1dari 2

BAB III

ANALISIS KASUS

Tn. H, 60 tahun, datang dengan keluhan penglihatan semakin kabur pada mata kiri
sejak 2 bulan yang lalu. Sekitar 8 bulan yang lalu, penderita mengeluh penglihatan kabur
pada mata kiri yang dirasakan terus-menerus disertai mata merah hilang timbul, berair-air,
silau, dan rasa seperti melihat asap. Sejak 2 bulan yang lalu, penglihatan pasien semakin
kabur pada mata kiri disertai mata merah hilang timbul, berair-air, silau, seperti melihat asap,
serta nyeri pada mata dan sakit kepala. Pada pemeriksaan oftalmologis, ditemukan penurunan
visus pada kedua mata (OD: 6/15, OS: 1/300). Tekanan intraokular dalam batas normal. Pada
segmen anterior, tampak sinekia posterior pada iris inferior mata kiri, miosis, serta kekeruhan
lensa mata kiri dan adanya pigmen iris pada lensa. Segmen posterior mata kiri sulit dinilai.
Pada kasus ini, keluhan penurunan tajam penglihatan yang perlahan-lahan dan seperti
melihat asap diakibatkan oleh kekeruhan lensa pada aksis visual. Keluhan silau timbul akibat
pembiasan cahaya oleh kekeruhan yang timbul di luar aksis visual dan terbias sebagai kilatan
cahaya (glare). Selain oleh karena pembiasan cahaya karena kekeruhan lensa, keluhan silau
bersama gejala-gejala lain seperti mata merah hilang timbul, berair-air, silau, seperti melihat
asap, nyeri pada mata dan sakit kepala juga disebabkan oleh suatu uveitis kronis.
Kemungkinan adanya uveitis diperkuat dengan temuan-temuan pada pemeriksaan
oftalmologis, yaitu adanya sinekia posterior pada bagian inferior iris, miosis, kekeruhan
lensa, serta pigmen iris yang menempel pada lensa. Sinekia posterior disebabkan oleh
rangsangan proses peradangan pada iris, di mana kemudian terjadi edema iris, miosis, dan
penempelan bagian inferior iris ke lensa, yang menimbulkan gambaran pigmen iris pada
lensa.
Pasien mendapatkan terapi topikal berupa sulfas atropin 1%, kortikosteroid, dan
artificial tear, serta asam mefenamat sebagai analgetika oral. Pemberian sulfas atropin pada
pasien ini bertujuan untuk mencegah kelelahan iris akibat miosis yang disebabkan oleh
uveitis. Pemberian kortikosteroid bertujuan sebagai terapi antiinflamasi. Penggunaan
kortikosteroid juga mempengaruhi pembentukan katarak komplikata pada uveitis, dan
mengingat telah terjadi katarak komplikata pada pasien ini, pemberian kortikosteroid perlu

dilakukan dengan berhati-hati. Artificial tear dan analgetika diberikan dengan tujuan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman pada mata kiri pasien.
Selain penatalaksanaan tersebut, pasien ini juga dapat direncanakan untuk prosedur
ekstraksi katarak. Pada umumnya, ekstraksi katarak pada pasien uveitis dilakukan dengan
ekstraksi katarak ekstrakapsular (Extracapsular Cataract Extraction, ECCE) dengan atau
tanpa pemasangan intraocular lens (IOL). Namun, perlu diperhatikan bahwa uveitis dapat
timbul kembali sebagai komplikasi postoperatif, sehingga pengendalian proses inflamasi
diperlukan sebelum merencanakan pasien untuk ekstraksi katarak.

Anda mungkin juga menyukai