TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu ilmu yang membahas
tentang kesehatan dan keselamatan pekerja, lingkungan kerja, dan hasil kerja.
Produktivitas suatu perusahaan salah satunya sangat bergantung pada peran yang
dilakukan oleh tenaga kerjanya. Kemampuan tenaga kerja untuk melakukan
produksi memerlukan dukungan dan jaminan keselamatan dalam melakukan
pekerjaannya (Aswin, 2012).
Pada kondisi kesehatan yang baik, kondisi lingkungan kerja yang sehat, proses
kerja yang aman, dan hubungan kerja yang damai (Peaceful Industrial Relations),
maka tenaga kerja dapat mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan
kemampuan terbaik mereka. Kenyataan menunjukkan bahwa pelaksanaan K3 di
tempat-tempat kerja masih jauh dari harapan, hal ini disebabkan karena masih
rendahnya pengetahuan akan K3 dan umumnya manajemen masih menganggap
K3 sebagai pemborosan (ferliest post). Sementara dengan kemajuan teknologi
yang semakin canggih dan proses produksi yang semakin kompleks akan
menghasilkan berbagai faktor polutan yang semakin beragam bentuknya, serta
tingkat paparannya yang dapat berbahaya bagi tenaga kerja. Untuk penanganan
bahaya industri tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan personalia K3
di setiap tempat kerja industri atau perusahaan (Aswin, 2012).
2.2 Definisi K3
2.2.1 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumamur, 1976). Berdasarkan definisi
tersebut dapat diketahui bahwa keselamatan kerja memegang peranan yang
penting dalam lingkungan kerja. Hal ini berkaitan dengan perlindungan terhadap
tenaga kerja, dalam hubungannya dengan pekerjaan yang dapat menimbulkan
resiko bahaya tinggi.
II-2
3.
4.
5.
6.
Bencana kebakaran;
Bencana ledakan akibat aktivitas perusahaan;
Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus, dll;
Kerusuhan yang beresiko mengancam keamanan dan keselamatan karyawan
dan aset perusahaan.
II-3
II-4
mengolah,
memakai,
menggunakan,
memperdagangkan,
II-5
II-6
b.
Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain: jumlah energi bunyi,
distribusi frekuensi, dan lama pajanan;
c.
d.
Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu
tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.
e.
Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim;
Contoh: Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll.
2. Getaran
a.
II-7
b.
b.
c.
d.
Contoh:
a.
b.
c.
4. Pencahayaan (Iluminasi)
a. Tujuan pencahayaan:
1)
Memberi
kenyamanan
dan
efisiensi
dalam
melaksanakan
pekerjaan;
2)
b. Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit
kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan;
c. Keuntungan pencahayaan yang baik: meningkatkan semangat kerja,
produktivitas,
mengurangi
kesalahan,
meningkatkan
housekeeping,
Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim,
sosial ekonomi dan derajat kesehatan;
2.
II-8
3.
4.
3. Bahaya Kimia
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh adalah pernapasan (inhalation), kulit
(skin absorption) dan tertelan (ingestion). Racun dapat menyebabkan efek yang
bersifat akut, kronis atau kedua-duanya. Berikut efek yang ditimbulkan bahaya
kimia:
1. Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan
tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagian
tubuh yang paling umum terkena.
Contoh: konsentrat asam dan basa, serta fosfor.
2. Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit
bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat
pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan
oedema (bengkak).
Contoh:
a.
b.
3. Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada
kulit atau organ pernapasan.
Contoh:
a.
II-9
b.
4. Asfiksiasi
a.
b.
Contoh:
a.
b.
5. Kanker
a.
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah
terbukti pada manusia;
b.
Contoh:
a.
Terbukti
karsinogen
pada
manusia:
benzene
(leukaemia);
6. Efek Reproduksi
a.
b.
Contoh :
II-10
b.
c.
d.
e.
4. Bahaya Biologi
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari
sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari
binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang
terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan
infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi
menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik. Berikut bahaya
yang ditimbulkan, yaitu:
1. Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang
potensial mengalaminya: pekerja di rumah sakit, laboratorium, juru masak,
penjaga binatang, dokter hewan dll.
Contoh: hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella,
Chlamydia dan psittaci.
2. Organisme Viable dan Racun Biogenik
a.
II-11
b.
3. Alergi Biogenik
a.
b.
Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang,
rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang;
c.
d.
5. Bahaya Psikologi
Bahaya yang ditimbulkan seperti:
1. Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap
setiap tuntutan kepadanya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan,
maka hal ini dinamakan stress;
2. Gangguan emosional yang di timbulkan: cemas, gelisah, gangguan
kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika;
3. Penyakit-penyakit psikosomatis antara lain: jantung koroner, tekanan darah
tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma
bronkial, penyakit kulit seperti eksim dan lain-lain.
2.5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3 memiliki hubungan yang terpadu pada SMK3, yaitu bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi: struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
Hukama Hamid (0910942021)
Luciana Gustin (0910942046)
II-12
kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Secara filosofi K3
merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan
makmur (Depnaker RI, 2000). Keselamatan kerja adalah keselamatan yang
berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan
bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja
secara optimal, meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan produktivitas kerja maksimum dibutuhkan faktor pendukung antara
lain kesehatan pekerja. Adapun tujuan dari diselenggarakannya upaya kesehatan
kerja dalam suatu industri antara lain:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas;
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja;
3. Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien.
Secara aspek juridis K3 merupakan upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga
kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan
setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat
dipergunakan secara aman dan efisien (Zaman, 2008).
Menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia,
keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit, cacat dan
kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja.
Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
Kebijakan K3 merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan
memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari
kualitas, volume dan hubungan kerja. Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya
perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat
kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta
Hukama Hamid (0910942021)
Luciana Gustin (0910942046)
II-13
agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau
dari efek teknis K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem
manajemen yang disebut SMK3 (Zaman, 2008).
Tahapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja memiliki beberapa tahapan
antara lain:
1.
4. Indikator Kerja
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3 organisasi harus
menggunakan indikator yang dapat diukur sebagai penilaian kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus merupakan informasi
mengenai keberhasilan pencapaian SMK3. Kecelakaan yang didefinisikan
sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kerugian fisik
(physical harm) atas orang atau kerusakan atas milik atau harta benda
II-14
K3;
Mutu;
Efisiensi;
Cost (biaya).
II-15
Pengusaha
Manajemen/
Controller
Pengawas
II-16
Jenis kelamin;
b.
Umur;
c.
Gizi;
d.
Tingkat kesehatan;
e.
f.
Pendidikan;
g.
2. Beban kerja
Beban kerja baik secara fisik maupun mental juga sangat mempengaruhi
kinerja suatu aktivitas, misalnya:
a.
Mengangkat;
II-17
b.
Berlari;
c.
Memikul;
d.
3. Kenyamanan pekerja
Kenyamanan pekerja atau ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian
ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan
kondisi tubuh manusia untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upaya
yang dapat dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada
beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting the job
to the worker, sementara itu International Labour Organization (ILO)
menyatakan,
ergonomi
sebagai
ilmu
terapan
biologi
manusia
dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan
kepuasan
kerja
yang
maksimal
selain
meningkatkan
Kondisi jalan;
b.
Kondisi alat;
c.
d.
e.
f.
Tinggi meja,
Sempitnya ruangan;
Tata letak ruangan;
Material kursi, dan lain-lain.
4. Lingkungan Kerja
Aktivitas di lingkungan pekerjaan akan menurun jika lingkungan pekerjaan
terganggu, antara lain:
a.
Kebisingan;
b.
Cuaca panas;
c.
Cuaca Dingin;
d.
Debu.
5. Bahaya Darurat
Hukama Hamid (0910942021)
Luciana Gustin (0910942046)
II-18
Aktivitas kerja tidak lepas dari bencana, setiap pekerja harus mempunyai sikap
siaga terhadap bencana, antara lain:
a.
Kebakaran;
b.
Gempa bumi;
c.
d.
II-19
II-20
Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet, pelindung kepala yang dikenal
ada 4 jenis, yaitu Hard hat kelas A , kelas B , kelas C dan bump cap.
Klasifikasi masing-masing jenis adalah sebagai berikut:
a. Kelas A
Hard hat kelas A dirancan untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh
dan melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt.
b. Kelas B
Hard hat kelas B dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh
dan melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.
c. Kelas C
Hard hat kelas C melindungi kepala dari benda yang jatuh, tetapi tidak
melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif.
d. Bump Cap
Bump cap dibuat dari plastik dengan berat yang ringan untuk melindungi
kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol. Bump cap tidak
menggunakan sistem suspensi, tidak melindungi dari benda yang jatuh, dan
tidak melindungi dari kejutan listrik. Karenanya bump cap tidak boleh
digunakan untuk menggantikan hard hat tipe apapun.
2. Pelindung Mata
Pelindung mata disebut dengan safety glasses, berbeda dengan kaca mata biasa,
baik normal maupun kir (prescription glasses), karena pada bagian atas kanan
dan kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dapat menahan jenis
sinar ultraviolet (UV) sampai persentase tertentu. Sinar UV muncul karena
lapisan ozon yang terbuka pada lapisan atmosfer bumi. UV dapat
mengakibatkan pembakaran kepada kulit dan bahkan kanker kulit.
3. Pelindung Wajah
Alat pelindung wajah terdiri dari:
a. Goggles
Goggles memberikan pelindungan lebih baik dari pada safety glasses karena
goggles terpasang dekat wajah. Hal ini dikarenakan goggles mengitari area
II-21
mata, maka goggles melindungi lebih baik pada situasi yang mungkin tejadi
percikan cairan, uap logam, uap, serbuk, debu, dan kabut.
b. Face shield
Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering
digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia, atau
partikel yang melayang. Banyak face shield yang dapat digunakan
bersamaan dengan pemakaian hard hat. Walaupun face Shield melindungi
wajah, tetapi face shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga
pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan pemakaian face shield.
c. Welding Helmets
Jenis pelindung wajah yang lain adalah welding helmet (topeng las). Topeng
las memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Topeng las memakai
lensa absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi
yang dihasilkan selama operasi pengelasan. Sebagaimana face shield, safety
glasses atau goggles harus dipakai saat menggunakan helm las.
d. Masker wajah
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau menyengat
dan dari debu yang merugikan.
4. Pelindung Tangan
Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebabkan cacat
adalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan sangat
berkurang. Tangan manusia sangat unik, tidak ada bentuk lain di dunia yang
dapat mencengkram, memegang, bergerak dan memanipulasi benda seperti
tangan manusia. Karenanya tangan harus dilindungi dan disayangi.
Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis,
sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas
dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan. Bahan beracun dapat
terabsorbsi melalui kulit dan masuk ke badan. APD tangan dikenal dengan
safety glove dengan berbagai jenis penggunaanya. Berikut ini adalah jenis-jenis
II-22
sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk melindungi
dari bahan kimia.
Jenis-Jenis safety glove:
a.
Sarung tangan metak mesh, tahan terhadap ujung yang lancip dan
menjaga terpotong;
b.
Sarung tangan kulit, terbuat dari kulit ini akan melindungi tangan
dari permukaan kasar;
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5. Pelindung Kaki
Para ahli selama berabad-abad membuat rancangan dan struktur umtuk kaki
manusia. Kaki manusia sangat kokoh untuk mendukung berat seluruh badan,
dan cukup fleksibel untuk memungkinkan bergerak, berjalan ataupun berlari.
Tanpa kaki dan jari-jari kaki, kemampuan bekerja akan sangat berkurang.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakan pada kaki salah satunya adalah
akibat bahan kimia. Cairan seperti asam, basa, dan logan cair dapat menetes ke
kaki dan sepatu. Bahan berbahaya tersebut dapat menyebabkan luka bakar
akibat bahan kimia dan panas. Banyak jenis jenis sepatu keselamatan dan
diantaranya adalah:
a. Sepatu latex/karet, sepatu ini tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik
extra pada permukaan licin;
II-23
Nyaman dipakai;
b.
c.
Berwarna terang/putih;
d.
e.
Panjang jas sampai lutut dan dengan lengan sampai pergelangan tangan;
II-24
2.6.1
Sejarah
Perkembangan
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
Sejarah
Perkembangan
Sistem
Manajemen
Keselamatan
dan
II-25
Pada tahun 1966 didirikan Lembaga Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja di
Departemen Tenaga Kerja, dan Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi umum dan
Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di Departemen Kesehatan. Selain itu juga tumbuh
organisasi swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan di
Surabaya. Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes (Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja) dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan-perubahan
dengan nama sebagai berikut (Widodo, 2011):
1. Pada tahun 1969 berubah menjadi Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja;
2. Pada tahun 1978 berubah menjadi pusat Higiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (Hiperkes);
3. Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja;
4. Pada tahun 1988 berubah menjadi pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja;
5. Pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higiene Perusahaan, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja.
Jadi jelas bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan bersama-sama dengan
pengembangan kesehatan kerja yaitu selain melalui institusi, juga dilakukan
melalui upaya-upaya penerbitan buku, majalah, leaflet K3, spanduk, dan poster
yang disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Kegiatan lain adalah seminar K3,
konvensi, lokakarya, dan bimbingan terapan K3 diadakan secara berkala dan terus
menerus. Organisasi K3 Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja (AHKKI) saat
ini memiliki cabang di seluruh Provinsi Wilayah NKRI (Widodo, 2011).
2.7 Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, definisi dari SMK3 adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Berdasarkan
Hukama Hamid (0910942021)
Luciana Gustin (0910942046)
II-26
II-27
Manfaat SMK3
II-28
II-29
secara
teratur
untuk
meningkatkan
kinerja
K3
secara
berkesinambungan.
Siklus PDCA untuk SMK3 di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
PDCA adalah singkatan dari PLAN, DO, CHECK dan ACT yaitu siklus
peningkatan proses (Process Improvement) yang berkesinambungan atau secara
terus menerus seperti lingkaran yang tidak ada akhirnya. Konsep siklus PDCA
(Plan, Do, Check dan Act) ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli
manajemen kualitas dari Amerika Serikat yang bernama Dr. William Edwards
Deming.
Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai siklus PDCA (PDCA Cycle) :
1. PLAN (MERENCANAKAN)
Tahap PLAN adalah tahap untuk menetapkan Target atau Sasaran yang ingin
Hukama Hamid (0910942021)
Luciana Gustin (0910942046)
II-30
II-31
proses selanjutnya sehingga terjadi siklus peningkatan proses yang terus menerus
(Continuous Process Improvement).
2.9.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3),
sebuah perusahaan harus memiliki dan melaksanakan beberapa ketentuan umum
yang telah diatur dalam PP No. 50 Tahun 2012, SMK3 menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 memiliki 5 prinsip, 12 elemen
dan 166 kriteria dengan 3 tingkatan yaitu tingkat awal dengan 64 kriteria, tingkat
transisi dengan 122 kriteria dan tingkat lanjut dengan 166 kriteria. Dalam
menerapkan SMK3 tersebut perusahaan wajib berpedoman pada peraturan ini dan
juga ketentuan peraturan perundangan-undangan lain yang terkait, serta dapat juga
dengan memperhatikan konvensi atau standar internasional. Untuk PP RI No. 50
Tahun 2012 selengkapnya bisa dilihat pada lampiran.
II-32