REPRESENTATION
BACAAN:
FORMALISTIC
VIEWS
OF
maksudnya adalah sebuah tindakan perwakilan bagi kelompok itu hasil perilaku wakil yang dianggap
berasal dari grup. Sama dengan Weber, Wolff menganggap bahwa dalam kelompok tersebut
terdeiferensiasi atas beberapa kepentingan, tetapi ketika keputusan beberapa orang telah mampu
mengakomodasi keseluruhan kepentingan maka itulah yang disebut dengan representasi. Sejalan
dengan itu, maka Gierke dan Jellinek juga memberikan pandangannya mengenai representasi itu
sendiri dalam konsep Organschaft. Menurut mereka, bahwa seorang pejabat, perwakilan, adalah organ
yang khusus dari kelompok. Dimana ini lebih menegaskan bahwa seseorang yang mengambil peran
maka dapat dikatakan ia sebagai perwakilan, perwakilan juga dimasukkan kedalam masyarakat yang
kompleks. Berdasarkan konsep ini, dapat dilihat bahwa representasi dapat ditemukan pada
pemerintahan, organ-organ Negara, dan organ lainnya merupakan bentuk representasi dalam
masyarakat yang kompleks. Pendapat ini didukung oleh kalangan Hobbesian yang mengatakan
bahwa setiap pemerintahan adalah merupakan bentuk dari perwakilan, jadi setiap anggota
pemerintah merupakan perwakilan. Pada poin ini terdapat kesamaan pandangan antara paham
Organschaft dengan kalangan Hobbesian. Masih terdapat berbagai pandangan para ahli lain
terhadap istilah representasi itu sendiri. Namun, secara keseluruhan, para ilmuwan politik
modern berpendapat bahwa definisi representasi seharusnya mampu membedakan
pemerintahan perwakilan dari bentuk-bentuk lain, dan perwakilan dari agen pemerintah
lainnya.
Sebuah teori demokrasi perwakilan lahir dari konsep otoritas yang telah dijelaskan
sebelumnya. Dimana masyarakat memberikan hak mereka untuk diwakili melalui proses
pemungutan suara. Secara normal, pemberian masa otoritas ini terbatas oleh jangka waktu
tertentu. Oleh sebab itu, mereka yang telah menerima otoritas harus kembali mendapatkan
otoritas tersebut dalam suatu pemilihan untuk tetap menjadi representasi bagi warganya.
Plamenants mengartikan kata mewakili sebagai melakukan tindakan dengan persetujuan
orang lain, yang meliputi dua hal, yakni pertama seseorang bertindak dengan persetujuan
orang lain, jika dia benar untuk bertindak dengan cara tertentu adalah tergantung orang
tersebut mengungkapkan bahwa ia harus bertindak dengan cara itu. Ataupun kedua ialah,
mewakili setidaknya harus ikut bertanggung jawab atas tindakan yang diambil oleh orang
yang diwakili, kemudian dapat dikatakan benar bahwa dia bertindak dengan izin yang
diberikan kepadanya untuk mewakili. Namun, dalam bagian ini penulis mengakui bahwa
merasakan kesulitan karena dalam tiap definisi tentang perwakilan, tidak menyatakan dengan
jelas bahwa otoritas harus diberikan melalui jangka waktu tertentu atau diperoleh kembali
melalui sistem pemilihan dalam periode tertentu. Dilain pihak, Hobbes berpendapat bahwa
seseorang dalam pemerintahan tidak bisa memberikan wewenang yang terbatas dan waktu
yang terbatas sehingga hal tersebut menjadi fleksibel atau dapat dikatakan perwakilan
selamanya berdasarkan pertahanan dari penguasa dan pemilih.
Pandangan mengenai otorisasi yang ketiga diberikan oleh Eric Voegelin dalam New
Science of Politics. Menurutnya, hubungan antara pandangan otorisasi dan jenis
transsendental, menurut Voegelin mengacu pada satu masalah dimana wakil otorisasi ialah
seorang pemimpin aktif dalam representasi kebenaran, melalui persuasi kemudian ;masalah
tersebut ditemukan hanya ketika manusia menemukan jiwanya untuk mewakili kebenaran
transenden, maka penemuan ini akhirnya membuat filsuf yang menemukannya mewakili
konsekuensi dari kebenaran-kebenaran baru. Hobbes berpendapat bahwa otoritas itu sendiri
dapat diberikan kepada seorang, sekelompok orang, maupun kepada seluruh orang yang
terhimpun dalam lingkungan social tersebut. Sejalan dengan Hobbes, konsep yang
ditawarkan oleh Voegelin juga mengakui keterlibatan aksi social. Sebuah perkumpulan atau
masyarakat hanya dapat berdiri jika orang-orang yang merepresentasikannya juga melakukan
hal tersebut.
A. Philips Griffiths membedakan antara beberapa pengertian representasi, yang
diasebut "askriptif," yang pada dasarnya pandangan otorisasi. Ia juga menjelaskan tentang
bagaimana ororisasi mampu mewakili satu atau seluruh ide, yang mana ia juga membahas
tentang bagaimana konsekuensi dari suatu tindakan. Konsekuensi normatif yang menjadi
pembeda dengan konsekuensi tindakan sendiri. Hal tersebut dapat memberi penjelasan
kepada keputusan yang akan dibuat oleh wakil. Griffth berpendapat bahwa Askriptif terhadap
konsekuensi normative adalah lebih fundamental. Hal ini karena kerelaan dari pembentuk itu
sendiri diberikan setelah melakukan aksi yang nyata. Para theorist otorisasi mendapatka
kebingungan karena, pertama melakukan suatu bentuk tindakan akan memberikan dampak
pada tindakan lainnya. Kedua, mengambil konsekuensi normative memberikan dampak pada
kegiatan lain. Ketiga, memberikan hak kepada yang lain untuk beraksi. Keempat, memiliki
otoritaas sama halnya memiliki hak untuk memerintah segelintir orang.
Dalam teori akuntabilitas, perwakilan merupakan seseorang yang diadakan untuk
menjadi accountable, dimana ia akan menjawab hal-hal lain yang akan muncul atas apa yang
dia lakukan. Perwakilan harus bisa bertanggung jawab kepada yang diwakili. Akuntabilitas
menganggap
bahwa
pemerintah
hanya
merupakan
gambaran
repreentatif
apabila
mendapatkan suara dari hasil pemilihan politik sesuai dengan cara-cara yang telah disepakati
bersama. Teori akuntabilitas sering memperlihatkan pandangan mereka dengan meminta
bagaimana wakil pemerintah dapat berbeda dari forum lainnya, dan juga mencari jawaban
yang berselaras dengan tujuan mereka untuk mengikuti pemilihan umum. Akan tetapi, teori
akuntabilitas tidak dapat menghindari kepentingan yang ada didalamnya. Sehingga terkadang
teori ini hanya menjadi alat untuk memberikan kekuaatan legitimasi perwakilan kepada
penguasa. Sehingga Teori akuntabilitas dikenalkan sebagai respon dan perbaikan atas
pandangan otorisasi, juga biasanya dilibatkan untuk membedakan perwakilan yang benar atau
asli atau nyata dari sesuatu yang hanya terlihat dari luar, dimana seperti perwakilan yang
formal namun nyatanya bukan.