Anda di halaman 1dari 11

I hope this blog can be useful in increasing knowledge and insight of the visitors..

Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini

Di-link Dari Sini

Web

Kamis, 22 April 2010


PENGAWETAN KAYU
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila
mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan
bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya
tahan suatu jenis kayu terhadap factor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh
kayu itu sendiri. Kayu diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan
kayu gubalnya kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur
keawetannya. Kayu, yang awet dipakai dalam konstruksi atap, belum pasti dapat
bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan
langsung dengan tanah. Demikian pula kayu yang dianggap awet bila dipakai di
Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang mampu
menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk.
Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula.
Misalnya keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada
kalanya pada satu jenis kayu terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh
perbedaan ekologi tumbuh dari pohon tersebut.

FAKTOR-FAKTOR PERUSAK DALAM PENGAWETAN KAYU


Keawetan kayu dikatakan rendah, bila dalam pemakaian tidak tercapai umur yang
diharapkan sesuai dengan ketentuan kelas awet. Dalam hal ini perlu diketahui
apakah factor penyebabnya. Adapun factor penyebab kerusakan digolongkan
menjadi:
Penyebab non-makhluk hidup terdiri dari:
1. Faktor fisik
2. Faktor mekanik
3. Faktor kimia

Penyebab makhluk hidup terdiri dari:


1. Jenis jamur (aneka macam)
2. Jenis serangga (aneka macam)
3. Jenis binatang laut (aneka macam)
Penyebab
non-makhluk
hidup:
Faktor non-makhluk hidup ialah pengaruh yang disebabkan oleh unsure pengaruh
alam dan keadaan alam itu sendiri.
1. Faktor fisik, ialah keadaan atau sifat alam yang mampu merusak komponen
kayu sehingga umur pakainya menjadi pendek. Yang termasuk factor fisik
antara lain: suhu dan kelembaban udara, panas matahari, api, udara, dan air.
Semua yang termasuk faktor fisik itu mempercepat kerusakan kayu bila
terjadi penyimpangan. Misalnya bila kayu tersebut terus-menerus kena panas
maka kayu akan cepat rusak.
2. Faktor mekanik, terdiri atas proses kerja alam atau akibat tindakan manusia.
Yang termasukfaktor mekanik antara lain: pukulan, gesekan, tarikan,
tekanan, dan lain sebagainya. Faktor mekanik berhubungan erat sekali
dengan tujuan pemakaian.
3. Faktor kimia, juga mempunyai pengaruh besar terhadap umur pakai kayu.
Faktor ini bekerja mempengaruhi unsure kimia yang membentuk komponen
seperti selulosa, lignin dan hemiselulosa. Unsur kimia perusak kayu antara
lain: pengaruh garam, pengaruh asam dan basa.
Penyebab
kerusakan
oleh
makhluk
hidup:
Makhluk hidup perusak kayu beraneka macam, kebanyakan serangan perusak ini
sangat cepat menurunkan nilai keawetan dan umur pakai kayu. Ada jenis yang
langsung memakan komponen kayu tersebut, ada juga yang melapukkan kayu,
mmengubah susunan kimia kayu, tetapi ada pula yang hanya merusak kayu dengan
mengubah warna menjadi kebiru-biruan kotor. Jenis-jenis serangga sering
melubangi kayu untuk memakan selulosa dan selanjutnya menjadikan tempat
bersarang. Adapun jenis-jenis perusak kayu makhluk hidup antara lain:
1. Jenis jamur (cendekiawan atau fungi), ialah jenis tumbuhan satu sel, yang
berkembang biak dengan spora. Hidupnya sebagai parasit terhadap makhluk
lain. Umumnya hidup sangat subur di daerah lembab. Jamur terkenal sebagai
perusak kayu kering. Sifat utama kerusakan oleh jamur ialah pelapukan dan
pembusukan kayu, tapi ada juga kayu yang hanya berubah warnanya menjadi
kotor, misalnya jamur biru (blue stain). Macam-macam jamur antara lain:
jamur pelapuk kayu, jamur pelunak kayu dan jamur pewarna kayu.
2. Jenis serangga, merupakan perusak kayu yang sangat hebat, terutama di
daerah tropic misalnya: Indonesia, Malaysia, Filipina, dan lain-lain. Serangga
tersebut makan dan tinggal di dalam kayu. Macam-macam serangga perusak
kayu antara lain: rayap tanah, rayap kayu kering, dan serangga bubuk kayu.
3. Jenis binatang laut, terkenal dengan nama Marine borer. Kayu yang dipasang
di air asin akan mengalami kerusakan yang lebih hebat daripada kayu yang
dipasang di tempat lain. Hampir semua jenis kayu mudah diserang oleh
binatang laut. Akan tetapi, ada pula beberapa jenis kayu yang memiliki factor
ketahanan, karena adanya zat ekstraktif yang merupakan racun bagi binatang
laut, antara lain: kayu lara, kayu ulin, kayu giam, dan lain-lain. Setelah

diketahui bahwa faktor utama perusak kayu ialah makhluk hidup tertentu,
jelas bahwa kayu dapat dilindungi dengan cara mengawetkan. Nilai pakai
kayu itu sendiri akan lebih awet dan tahan terhadap perusak-perusak yang
telah dijelaskan di muka. Caranya ialah dengan memasukkan kayu secara
umum berarti: usaha manusia untuk menaikkan keawetan kayu dan umur
pakainya, sehingga keperluan akan kayu lebih terpenuhi. Umur penggunaan
kayu yang pendek dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena
itu pengawetan kayu selalu ditujukan pada kayu yang berkeawetan rendah.
Jenis-jenis kayu inilah yang perlu ditingkatkan daya tahannya dalam
pemakainnya. Pengawetan kayu dari segi ilmiah teknis juga merupakan usaha
untuk memperbesar sifat keawetan kayu, sehingga penggunaan kayu dapat
lebih lama. Tapi yang terpenting, pengawetan kayu berarti: memasukkan
bahan racun ke dalam kayu, sebagai pelindung terhadap makhluk-makhluk
perusak kayu yang datang dari luar, yaitu jenis-jenis serangga, jamur dan
binatang laut. Prinsip memasukkan bahan pengawet (wood preservative)
sampai saat ini menunjukkan hasil yang terbaik. Semua industri pengawetan
kayu umumnya menggunakan prinsip ini, hanya macam bahan pengawet
berikut cara atau proses memasukkannya yang berbeda.
Alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena:
Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit
didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup mahal.
Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan mudah
didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun lebih mudah.
Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya faktor keawetannya saja
yang kurang. Sehingga lebih efisien bila diawetkan terlebih dahulu.

Di lain pihak dengan pengawetan kayu orang berusaha mendapatkan


keuntungan financial.

Tujuan pengawetan kayu:


Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya memiliki
umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam pemakaian.
Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan rendah
dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian, mengingat
sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas dan
banyak dengan aneka jenis kayunya.

Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan,


sehingga pengangguran dapat diatasi.

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGAWETAN KAYU


Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan
sebanyak mungkin di dalam kayu.

Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan


(faktor bahan pengawetnya).

Faktor waktu yang digunakan.

Metode pengawetan yang digunakan.

Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat
ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.

Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.

JENIS PENGAWETAN KAYU

Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan


menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara
lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang
dipakai antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane,
Borax, baik untuk dolok maupun kayu gergajian basah.
Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam
waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu
tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain),
sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa
harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi.
Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen
(sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode
pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat
menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta
penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih
efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.

Ada
2
macam
metode
A. Pengawetan metode sederhana :
1. metode rendaman
2. metode pencelupan

pengawetan

yang

pokok:

3. metode pemulasan
4. metode penyemprotan
5. metode pembalutan
B. Pengawetan metode khusus :
1. metode proses sel penuh
2. metode proses sel kosong

BAHAN PENGAWET KAYU


Bahan pengawet kayu ialah bahan-bahan kimia yang telah diketemukan dan sangat
beracun terhadap makhluk perusak kayu, antara lain: arsen(As), tembaga(Cu),
seng(Zn), fluor(F), chroom(Cr), dan lain-lain. Tidak semua bahan pengawet akan

baik digunakan dalam pengawetan kayu. Dalam penggunaan harus diperhatikan,


sifat-sifat bahan pengawet agar sesuai dengan tujuan pemakaian. Faktor-faktor
sebagai syarat bahan pengawet yang baik:
Bersifat racun terhadap makhluk perusak kayu.
Mudah masuk dan tetap tinggal di dalam kayu.

Bersifat permanent tidak mudah luntur atau menguap.

Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain, misalnya: logam, perekat, dan


cat/finishing.

Tidak mempengaruhi kembang susut kayu.

Tidak merusak sifat-sifat kayu: sifat fisik, mekanik, dan kimia.

Tidak mudah terbakar maupun mempertinggi bahaya kebakaran.

Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan.

Mudah dikerjakan, diangkut, serta mudah didapat, dan murah.

Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis bahan pengawet.
Dalam praktek biasanya diperhatikan sifat-sifat mana yang perlu tergantung pada
tujuan pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu memilih bahan pengawet kayu
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.
Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.

Syarat-syarat kesehatan.

Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangan
perusak kayu yang hebat, perlu diambil bahan pengawet yang tidak mudah luntur
dan cukup beracun bagi jamur. Bagi kayu untuk bangunan di bawah atap, perlu
adanya bahan pengawet yang tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak
mempengaruhi cat, politur, dan lain-lain. Untuk kayu yang dipakai di luar ruangan,
digunakan tipe bahan pengawet larut air tapi tidak mudah mengubah warna kayu
tersebut. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen umumnya digenakan
untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang
berhubungan dengan air laut umumnya diawetkan dengan penggunaan tipe CCA
(tembaga-chroom-arsen) atau dengan creosot, carbolineum, yang memiliki kadar
racun
yang
tinggi.
Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang digunakan:
1. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa sebagai bahan
pengencer.
2. Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak sebagai
bahan pengencer.
3. Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan dengan
bermacam-macam minyak.
1.
Bahan
pengawet
larut
Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:

air:

Dijual dalam perdagangan berbentuk garam, larutan pekat, dan tepung.


Tidak mengotori kayu.

Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau cat) setelah
kayu tersebut dikeringkan terlebih dahulu.

Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam kayu.

Mudah luntur.

Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di dalam
rumah (perabot, dan lain-lain) yang umumnya terletak di bawah atap. Dianjurkan,
setelah kayu perabot tersebut diawetkan dan dikeringkan, selanjutnya di-finishing.
Gunanya untuk menutup permukaan kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh
oleh udara lembab, sebab kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis).
Nama-nama bahan pengawet dalam perdagangan antara lain: Tanalith C, Celcure,
Boliden, Greensalt, Superwolman C, Borax, Asam Borat, dan lain-lain. Konsentrasi
larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah diawetkan
(rata-rata
5-10%).
2.
Bahan
pengawet
larut
minyak:
Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:
Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Pada
waktu akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut antara
lain: solar, minyak disel, residu, dan lain-lain.
Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak dapat
bertoleransi dengan air.

Daya cegah terhadap makhluk perusak kayu cukup baik.

Memiliki bau tidak enak dan dapat merangsang kulit (alergis).

Warnanya gelap dan kayu yang diawetkan menjadi kotor.

Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.

Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi antara
minyak dan kandungan air pada kayu.

Mudah terbakar.

Tidak mudah luntur.

Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain: PCP (Pentha
Chlor Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate, Tributyltin-oxide, Dowicide, Restol,
Anticelbor, Cuprinol, Solignum, Xylamon, Brunophen, Pendrex, Dieldrien, dan
Aldrin.
3.
Bahan
pengawet
berupa
minyak:
Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan
dijauhkan dari hubungan manusia, karena baunya tidak enak dan mengotori tempat.
Penggunaannya dengan metode tertentu. Nama-nama perdagangan yang terkenal

antara lain: Creosot, Carbolineum, Napthaline, dan lain-lain. Umumnya


penggunaan bahan pengawet larut minyak dan berupa minyak tidak begitu luas
dalam penggunaan, orang lebih cenderung menggunakan bahan pengawet yang lain
dalam
arti
mudah
dan
praktis.

TEKNIK PENGAWETAN KAYU


Teknik atau cara pengawetan yang digunakan akan berpengaruh terhadap hasil atau
umur pemakaian kayu. Pemilihan cara pengawetan selain tergantung dari faktor
tempat kayu nantinya akan digunakan/dipasang, perlu juga dipertimbangkan faktor
ekonomisnya. Banyak cara pengawetan yang dapat dilaksanakan, mulai cara
sederhana sampai kepada cara yang relative sukar dengan peralatan yang mahal
(modern).
Menyiapkan
kayu
yang
akan
diawetkan:
Setiap cara pengawetan bertujuan memasukkan bahan pengawet sedalam, sebanyak
mungkin ke dalam kayu secara merata sesuai dengan jumlah retensi yang
diperlukan. Agar diperoleh hasil pengawetan yang baik perlu diperhatikan faktorfaktor sebagai berikut:
1. Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama bila menggunakan
bahan pengawet berupa minyak atau larut minyak dengan cara
tekanan/vakum (kadar air yang dikandung sekitar 20-25%).
2. Kayu harus bebas kulit dan kotoran. Kecuali cara pengawetan khusus, kayu
tidak perlu dikuliti.
3. Sortimen kayu atau bentuk kayunya (kayu gergajian atau dolok).
4. Kayu dianjurkan dalam bentuk siap pakai, tidak diperkenankan dipotong,
dibelah, diserut, ataupun pengerjaan lain setelah diawetkan, sebab akan
membuka permukaan kayu yang telah terlapisi bahan pengawet. Bila
pengerjaan lanjutan terpaksa harus dilakukan maka bagian yang terbuka dan
tidak tembus bahan pengawet perlu dilabur bahan pengawet secara merata.
5. Bahan peengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan pengawetan.
6. Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.

CARA PENGAWETAN KAYU


1. Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang
telah ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya,
selama beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman)
kayu harus seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena
itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan
rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman
panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan
bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara rendaman panas
atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari logam. Bila
jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua bak
rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan

bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap


dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak
berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara
rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan
pengawet lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan
pengawet berupa garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan
pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang
diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap
dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.
2. Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan
pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya
beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi
bahan pengawet tidak memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat
tipis, tidak berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan
(pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industri-industri
penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet
yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih
baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan
pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
3. Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat
dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan
diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat retak-retak,
penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini hanya
dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a. Pengawetan sementara
(prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk
mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh
serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu
(represif). c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan
ini hanya dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai
tidak hebat (ganas).
4. Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk
mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk
cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang
masih basah. Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara
perlahan-lahan ke dalam kayu.
5. Proses vakum dan tekanan (cara modern) :
Proses ini ada 2 macam menurut kerjanya :
1. Proses sel penuh antara lain :

Proses Bethel

Proses Burnett

2. Proses sel kosong antara lain :


Proses Rueping
Proses Lowry

Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan. Proses Rueping langsung


memasukkan bahan pengawet dengan tekanan sampai 4 atmosfer, kemudian
dinaikkan sampai sekitar 7-8 atmosfer. Sedangkan pada proses lowry tidak
digunakan tekanan awal, tapi tekanan langsung sampai 7 atmosfer. Beberapa jam
kemudian tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan dan dilakukan
vakum selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari larutan bahan
pengawet.

URUTAN KERJA DALAM PENGAWETAN


Ada

dua

macam

urutan

kerja

pada

proses

pengawetan

kayu

1. Urutan kerja pada proses pengawetan sel penuh :


Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan
terjadi kebocoran.
Dilakukan pengisapan udara (vakum) dalam tangki sampai 60 cm/Hg, selama
kira-kira 90 menit, agar udara dapat keluar dari dalam kayu.

Sambil vakum dipertahankan, larutan pengawet kayu dimasukkan ke dalam


tangki pengawet hingga penuh.

Setelah penuh, proses vakum dihentikan kemudian diganti dengan proses


tekanan sampai sekitar 8 15 atmosfer selama kurang lebih 2 jam.

Proses penekanan dihentikan dan bahan pengawet kayu dikeluarkan dari


tangki kembali ke tangki persediaan.

Dilakukan vakum terakhir sampai 40 cm/Hg, selama 10 15 menit, dengan


maksud untuk membersihkan permukaan kayu dari bahan pengawet.

2. Urutan kerja pada proses pengawetan sel kosong :


Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat.
Tanpa vakum, langsung pemberian tekanan udara sampai 4 atmosfer, selama
10 20 menit.

Sementara tekanan udara dipertahankan, larutan


dimasukkan ke dalam tangki pengawet hingga penuh.

bahan

pengawet

Kemudian tekanan ditingkatkan sampai 7 8 atmosfer selama beberapa jam

Tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan.

Dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan


permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet.

Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut : pada proses sel
penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel, sedangkan pada sel kosong
hanya mengisi ruang antar sel.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE


PENGAWETAN KAYU
1.

Metode

Rendaman

Keuntungan :
Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama

Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah konsentrasi bila


berkurang)

Kerugian :
Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
Peralatan mudah terkena karat

Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar

Kayu basah agak sulit diawetkan

2.

Metode

Pencelupan

Keuntungan :
Proses sangat cepat
Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)

Peralatan cukup sederhana

Kerugian :
Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis

3.

Metode

Pelaburan

dan

Penyemprotan

Keuntungan :
Alat sederhana, mudah penggunaannya
Biaya relatif murah
Kerugian :
Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
Mudah luntur

4.

Metode

Keuntungan :
Peralatan sederhana
Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama

Pembalutan

Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah

Kerugian :
Pemakaian bahan pengawet boros
Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama

5.

Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

Metode

Vakum

dan

Tekanan

Keuntungan :
Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)
Waktunya relatif singkat sekali

Dapat mengawetkan kayu basah dan kering

Kerugian :
Modal yang diperlukan besar
Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi

Cara ini hanya sesuai untuk perusahaan yang komersial

PROSES AKHIR PENGAWETAN KAYU


Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan kayu :
1. Pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus
dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi kerusakan kayu yang
mengakibatkan tergoresnya permukaan yang telah terlapiskan bahan
pengawet.
2. Untuk pengeringan kayu setelah diawetkan, dapat digunakan pengeringan
secara alami atau buatan. Hanya perlu diperhatikan, tidak semua bahan
pengawet dapat dikeringkan secara pengeringan buatan (dry kiln). Sebab
dengan pengeringan yang mendadak, bahan pengawet akan menguap dari
dalam kayu, yang berarti pelunturan bahan pengawet. Biasanya bahan
pengawet larut minyak dan berupa minyak mengijinkan pengeringan akhir
dengan kiln. Setelah kayu benar-benar kering, penggunaan dapat dilakukan.
3. Penyimpanan sementara sebelum kayu dipakai harus dilakukan di tempat
terlindung dan terbuka bagi sirkulasi udara. caranya seperti penyusunan kayu
gergajian dengan menggunakan sticker.

Anda mungkin juga menyukai