Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini
Web
diketahui bahwa faktor utama perusak kayu ialah makhluk hidup tertentu,
jelas bahwa kayu dapat dilindungi dengan cara mengawetkan. Nilai pakai
kayu itu sendiri akan lebih awet dan tahan terhadap perusak-perusak yang
telah dijelaskan di muka. Caranya ialah dengan memasukkan kayu secara
umum berarti: usaha manusia untuk menaikkan keawetan kayu dan umur
pakainya, sehingga keperluan akan kayu lebih terpenuhi. Umur penggunaan
kayu yang pendek dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena
itu pengawetan kayu selalu ditujukan pada kayu yang berkeawetan rendah.
Jenis-jenis kayu inilah yang perlu ditingkatkan daya tahannya dalam
pemakainnya. Pengawetan kayu dari segi ilmiah teknis juga merupakan usaha
untuk memperbesar sifat keawetan kayu, sehingga penggunaan kayu dapat
lebih lama. Tapi yang terpenting, pengawetan kayu berarti: memasukkan
bahan racun ke dalam kayu, sebagai pelindung terhadap makhluk-makhluk
perusak kayu yang datang dari luar, yaitu jenis-jenis serangga, jamur dan
binatang laut. Prinsip memasukkan bahan pengawet (wood preservative)
sampai saat ini menunjukkan hasil yang terbaik. Semua industri pengawetan
kayu umumnya menggunakan prinsip ini, hanya macam bahan pengawet
berikut cara atau proses memasukkannya yang berbeda.
Alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena:
Kayu yang memiliki kelas keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit
didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup mahal.
Kayu berkelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak dan mudah
didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun lebih mudah.
Selain itu segi keindahannya cukup tinggi, hanya faktor keawetannya saja
yang kurang. Sehingga lebih efisien bila diawetkan terlebih dahulu.
Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat
ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
Ada
2
macam
metode
A. Pengawetan metode sederhana :
1. metode rendaman
2. metode pencelupan
pengawetan
yang
pokok:
3. metode pemulasan
4. metode penyemprotan
5. metode pembalutan
B. Pengawetan metode khusus :
1. metode proses sel penuh
2. metode proses sel kosong
Tentunya tidak semua sifat-sifat di atas dimiliki oleh sesuatu jenis bahan pengawet.
Dalam praktek biasanya diperhatikan sifat-sifat mana yang perlu tergantung pada
tujuan pemakaian kayu itu nantinya. Pada waktu memilih bahan pengawet kayu
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Di mana kayu itu akan dipakai setelah diawetkan.
Makhluk perusak kayu apa yang terdapat di tempat tersebut.
Syarat-syarat kesehatan.
Pada kayu yang akan digunakan di tempat yang lembab dengan resiko serangan
perusak kayu yang hebat, perlu diambil bahan pengawet yang tidak mudah luntur
dan cukup beracun bagi jamur. Bagi kayu untuk bangunan di bawah atap, perlu
adanya bahan pengawet yang tidak mengganggu kesehatan manusia, tidak
mempengaruhi cat, politur, dan lain-lain. Untuk kayu yang dipakai di luar ruangan,
digunakan tipe bahan pengawet larut air tapi tidak mudah mengubah warna kayu
tersebut. Bahan pengawet yang mengandung garam arsen umumnya digenakan
untuk serangan serangga yang hebat. Kayu yang akan digunakan di tempat yang
berhubungan dengan air laut umumnya diawetkan dengan penggunaan tipe CCA
(tembaga-chroom-arsen) atau dengan creosot, carbolineum, yang memiliki kadar
racun
yang
tinggi.
Macam-macam bahan pengawet kayu menurut bahan pelarut yang digunakan:
1. Bahan pengawet yang larut dalam air, menggunakan air biasa sebagai bahan
pengencer.
2. Bahan pengawet yang larut dalam minyak, menggunakan minyak sebagai
bahan pengencer.
3. Bahan pengawet yang berupa minyak, tapi masih dapat diencerkan dengan
bermacam-macam minyak.
1.
Bahan
pengawet
larut
Tipe bahan pengawet ini memiliki sifat-sifat umum sebagai berikut:
air:
Kayu yang sudah diawetkan masih dapat di-finishing (politur atau cat) setelah
kayu tersebut dikeringkan terlebih dahulu.
Penetrasi dan retensi bahan pengawet cukup tinggi masuk ke dalam kayu.
Mudah luntur.
Jenis ini baik digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di dalam
rumah (perabot, dan lain-lain) yang umumnya terletak di bawah atap. Dianjurkan,
setelah kayu perabot tersebut diawetkan dan dikeringkan, selanjutnya di-finishing.
Gunanya untuk menutup permukaan kayu agar bahan pengawet tidak terpengaruh
oleh udara lembab, sebab kayu cenderung untuk membasah (sifat higroskopis).
Nama-nama bahan pengawet dalam perdagangan antara lain: Tanalith C, Celcure,
Boliden, Greensalt, Superwolman C, Borax, Asam Borat, dan lain-lain. Konsentrasi
larutan dapat berbeda-beda tergantung tujuan pemakaian kayu setelah diawetkan
(rata-rata
5-10%).
2.
Bahan
pengawet
larut
minyak:
Sifat-sifat umum yang dimiliki sebagai berikut:
Dijual dalam perdagangan berbentuk cairan agak pekat, bubuk (tepung). Pada
waktu akan digunakan, dilarutkan lebih dahulu dalam pelarut-pelarut antara
lain: solar, minyak disel, residu, dan lain-lain.
Bersifat menolak air, daya pelunturannya rendah, sebab minyak tidak dapat
bertoleransi dengan air.
Sulit di-finishing karena lapisan minyak yang pekat pada permukaan kayu.
Penetrasi dan retensi agak kurang, disebabkan tidak adanya toleransi antara
minyak dan kandungan air pada kayu.
Mudah terbakar.
Nama-nama perdagangan bahan pengawet larut minyak antara lain: PCP (Pentha
Chlor Phenol), Rentokil, Cu-Napthenate, Tributyltin-oxide, Dowicide, Restol,
Anticelbor, Cuprinol, Solignum, Xylamon, Brunophen, Pendrex, Dieldrien, dan
Aldrin.
3.
Bahan
pengawet
berupa
minyak:
Sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan pengawet berupa minyak sama dengan sifat-sifat
yang dimiliki oleh bahan pengawet larut minyak. Penggunaannya diusahakan
dijauhkan dari hubungan manusia, karena baunya tidak enak dan mengotori tempat.
Penggunaannya dengan metode tertentu. Nama-nama perdagangan yang terkenal
Proses Bethel
Proses Burnett
dua
macam
urutan
kerja
pada
proses
pengawetan
kayu
bahan
pengawet
Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut : pada proses sel
penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel, sedangkan pada sel kosong
hanya mengisi ruang antar sel.
Metode
Rendaman
Keuntungan :
Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak
Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama
Kerugian :
Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin
Peralatan mudah terkena karat
Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
2.
Metode
Pencelupan
Keuntungan :
Proses sangat cepat
Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)
Kerugian :
Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah
Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu sangat tipis
3.
Metode
Pelaburan
dan
Penyemprotan
Keuntungan :
Alat sederhana, mudah penggunaannya
Biaya relatif murah
Kerugian :
Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil
Mudah luntur
4.
Metode
Keuntungan :
Peralatan sederhana
Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama
Pembalutan
Kerugian :
Pemakaian bahan pengawet boros
Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama
5.
Metode
Vakum
dan
Tekanan
Keuntungan :
Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan)
Waktunya relatif singkat sekali
Kerugian :
Modal yang diperlukan besar
Perlu ketelitian dan pengerjaan yang tinggi