Nama Kelompok 2 :
1. Mega Estianna Pratiwi
(2013.02.4.0016)
(2013.02.4.0017)
(2013.02.4.0019)
(2013.02.4.0011)
JURUSAN OSEANOGRAFI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
2014
1. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara keseluruhan berada
pada posisi rawan bencana, baik bencana alam geologis maupun bencana alam
yang diakibatkan ulah manusia. Dengan posisi geografis yang unik, kepulauan
Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik raksasa (Eruasia, India
Australia dan Pasifik) dan terletak diantara Benua Asia dan Australia dan
Samudera Hindia dan Pasik serta terdiri dari 17.000 pulau yang sebagian besar
berhadapan dengan laut lepas dengan garis pantai lebih dari 81.000 km. Posis
geografis tersebut, menyebabkan Indonesia rentan terhadap letusan gunung berapi
dan gempa bumi, terpengaruh gelombang pasang hingga tsunami serta cuaca
ekstrim yang berpotensi menimbulkan banjir dan tanah longsor serta kekeringan.
Berdasarkan sejarah kebencanaan, terhimpun hampir semua bencana alam di
dunia telah terjadi di Indonesia dan setiap terjadi bencana alam, setiap kali pula
kejadian tersebut menimbulkan korban jiwa (Hendrianto, 2012) dalam jurnal
ristrini dkk (2012).
Bengkulu dan padang sering diguncang gempa, yang paling dominan
adalah gempa laut di samudera Hindia yang diakibatkan gesekan dua lempeng
aktif Eurasia dan Indoaustralia. Di kawasan patahan Kepulauan Mentawai ini
tahun 1797 dan 1833 terjadi gempa berkekuatan lebih dari 9 skala Richter. Nyaris
selama 200 tahun, di segmen itu tidak terjadi lagi pelepasan energi yang cukup
besar. Daerah yang berpotensi tsunami saat terjadi gempa di patahan ini adalah
Padang dan Bengkulu. Dari simulasi yang baru saja dilakukan diketahui bahwa
jika terjadi tsunami, ketinggian air laut di Bengkulu 5-10 meter, sedangkan di
Padang sekitar 2-4 meter. Simulasi dilakukan dengan mengacu pada kekuatan
gempa yang melanda patahan Mentawai tahun 1797 dan 1833.
Gempa di patahan Mentawai dipastikan akan terjadi walaupun kepastian
waktunya belum bisa ditentukan. Terpenting adalah bagaimana menyiapkan
infrastruktur kota dan kesiapan masyarakat (Kompas 23-6- 2007) dalam jurnal
ristrini dkk (2012). Padang termasuk kota yang sangat rentan terhadap gempa dan
Tsunami. Sebagian besar masyarakat di Kota padang tinggal di daerah ketinggian
Tujuan :
Tujuan makalah ini adalah untuk menentukan metode penanggulangan
Manfaat:
Manfaat
makalah
ini
agar
masyarakat
dapat
mengetahui
cara
menanggulangi bencana dan dapat menyelamatkan diri dari bahaya gempa dan
tsunami.
2. Metode Penanggulangan
2.1 Metode Penanggulangan di Bengkulu
Lokasi penelitian adalah: sepuluh desa-desa sepanjang daerah pesisir
Provinsi Bengkulu bagian utara (dalam tulisan ini karena keterbatasan ruang
hanya dimuat
tiga desa). Penelitian ini menggunakan metode survey langsung ke lapangan di
desa-desa daerah pesisir Provinsi Bengkulu, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan peta dasar dan statistik daerah pesisir Provinsi Bengkulu
adalah
sistem
informasi
berbasis
komputer
yang
mampu
bukapeta.
Bukapeta
dapat
di
akses
di
oleh karena itu data Shapefile di konver ke Arc/Info Coverage dan diubah
kembali ke Shapefile. Sehingga data shapefile sudah memiliki field Arc,
Fnode (From Node), Tnode( To Node). Sementara lokasi korban dapat
diketahui melalui WebGis Bukapeta.com.
c. Pascabencana
1. Pemamfaatan Citra Satelit
Pada pascabencana dilakukan penyusunan rencana pemulihan yang
meliputi rencana rehabilitasi dan rekontruksi. Perencanaan rehabilitasi dan
rekontruksi ini menggunakan bantuan Citra Satelit Quickbird yang memiliki
resolusi 2,44 m (Danoedoro, 2012).
3. Hasil Dan Pembahasan
Gempa bumi adalah getaran asli dari dalam bumi, bersumber di dalam
bumi yang kemudian merambat ke permukaan bumi akibat rekahan bumi pecah
dan bergeser dengan keras. Penyebab gempa bumi dapat berupa dinamika bumi
(tektonik), aktivitas gunungapi, akibat meteor jatuh, longsoran (di bawah muka air
laut), ledakan bom nuklir di bawah permukaan. Gempa bumi tektonik merupakan
gempa bumi yang paling umum terjadi merupakan getaran yang dihasilkan dari
peristiwa pematahan batuan akibat benturan dua lempeng secara perlahan-lahan
itu yang akumulasi energi benturan tersebut melampaui kekuatan batuan, maka
batuan di bawah permukaan.
Tsunami, kata ini berasal dari Jepang, tsu berarti pelabuhan, nami berarti
gelombang. Tsunami dipergunakan untuk gelombang pasang yang memasuki
pelabuhan. Pada laut lepas misal terjadi gelombang pasang sebesar 8 m tetapi
begitu memasuki daerah pelabuhan yang menyempit tinggi gelombang pasang
menjadi 30 m. Tsunami biasa terjadi jika gempa bumi berada di dasar laut dengan
pergerakan vertikal yang cukup besar. Tsunami juga bisa terjadi jika terjadi
letusan gunungapi di laut atau terjadi longsoran di laut.
Mitigasi atau upaya meminimalkan resiko yang ditimbulkan dari bencana
gempa bumi dan tsunami meliputi beberapa hal, yaitu memprediksi gempa bumi,
tindakan sebelum kejadian, tindakan saat kejadian dan tindakan setelah kejadian.
3. Perlunya memahami tempat-tempat yang aman dan tempat yang tidak aman
apabila terjadi bencana gempa. Hal ini cukup penting dalam rangka tindakan
penyelamatan diri saat kejadian bencana gempa.
4. Mengaitkan benda-benda berat yang membahayakan ke tempat yang kokoh
sehingga bila terjadi gempa tidak mudah roboh atau jatuh yang dapat
mencelakakan kita.
5. Membuat rencana jalur evakuasi bagi masing- masing anggota keluarga menuju
satu titik tempat aman diluar rumah. Begitupun anggota masyarakat menuju satu
titik tempat aman yang telah disepakati bersama.
6. Melakukan latihan evakuasi bagi anggota keluarga maupun masyarakat untuk
menyelamatkan diri saat kejadian bencana. Hal ini penting untuk membiasakan
melakukan evakuasi dan untuk mengestimasi waktu serta melakukan koordinasi
saat kejadian bencana sebenarnya.
Saat kejadian
Saat kejadian bencana gempa bumi perlu dilakukan langkah-langkah yang
bertujuan untuk menyelamatkan diri. Hal ini sangat penting dalam rangka
mengurangi korban jiwa akibat bencana. Langkah-langkah tersebut antara lain :
Saat berada di dalam rumah/gedung:
Apabila gempa bumi terjadi saat kita berada di dalam rumah, maka yang kita
lakukan adalah :
1. Tetap tenang dan tidak panik. Sikap tenang dan tidak panik akan
membawa kita melakukan langkah- langkah yang benar dan cepat namun
tidak sembrono.
2. Cabut semua peralatan listrik dan gas.Tindakan ini dilakukan untuk
menghindari kerusakan peralatan elektronik dan kemungkinan terjadinya
kebakaran.
3. Berlindung di bawah meja atau kursi yang kokoh. Apabila kita tidak
sempat keluar rumah ketika terjadi gempa maka kita berlindung di bawah
meja atau kursi yang kokoh, jangan meja atau kursi yang rapuh. Hal ini
untuk melindungi dari jatuhan benda benda keras akibat gempa.
4. Sesegera mungkin lari ke luar rumah menuju ke tempat terbuka. Apabila
kita ada kesempatan ke luar rumah saat terjadi gempa, sesegera mungkin
lari keluar rumah menuju ke tempat terbuka yang aman. Tempat terbuka
yang aman adalah tempat terbuka yang jauh dari bangunan maupun pohon
besar.
Saat berada dalam perjalanan:
1. Tetap tenang dan tidak panik. Kepanikan kadang justru yang membuat diri
kita celaka karena kita tergesa-gesa dan sembrono dalam bertindak.
2. Parkir kendaraan di tempat yang aman. Apabila saat terjadi gempa kita
berada dalam kendaraan, segera parkir kendaraan di tempat yang aman
baik dari jatuhan pohon, bangunan dan sebagainya serta aman dari
kemungkinan pencurian kendaraan.
3. Segera lari ke luar kendaraan menuju ke tempat terbuka. Setelah
kendaraan parkir di tempat aman, segera lari keluar kendaraan menuju ke
tempat terbuka yang aman. Kalau tidak sempat keluar, tetap di dalam
kendaraan, menunduk lindungi kepala dan berpegangan.
4. Untuk bencana gempa bumi di daerah pantai, setelah terasa gempa serta
diikuti dengan air laut surut secara tiba-tiba dan sangat cepat, maka segera
tinggalkan pantai sesegera mungkin menuju ke tempat lebih tinggi. Karena
hal tersebut merupakan indikasi akan datangnya gelombang tsunami.
Janganlah kita terkecoh dengan banyaknya ikan yang ada di pantai akibat
air laut yang surut tiba-tiba dan sangat cepat. Bila kondisi semacam
tersebut terjadi segera beritahu anggota masyarakat lain dengan
membunyikan alarm tanda bahaya yang telah disepakati, seperti sirine,
peluit, kentongan dan sebagainya. Setelah itu secepatnya segera
menmghubungi posko-posko bantuan seperti Pemerintah Daerah, Palang
Merah dan pihak-pihak lain.
Setelah kejadian
Setelah bencana terjadi, para pengungsi telah diungsikan ke tempat aman,
langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1. Mengecek anggota keluarga dan sanak saudara kita. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui jumlah yang selamat dan korban jiwa akibat bencana khusunya
keluarga dan sanak saudara kita.
2. Menyiapkan dapur umum (khususnya para wanita). Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan makanan secara terkoordinasi bagi semua pengungsi.
3. Menyiapkan tenda-tenda darurat atau yang lain untuk berteduh (khususnya
kaum pria). Hal ini dilakukan untuk tempat berteduh dan istirahat sementara yang
terkoordinasi bagi semua pengungsi.
4. Segera menghubungi dan mendatangi posko-posko batuan untuk mendapatkan
makanan bergizi, selimut dan obat-obatan.
5. Segera menghubungi dan mendatangi posko kesehatan untuk memeriksakan
diri agar terhindar dari penyakit yang umum pasca bencana seperti diare, infeksi
saluran pernafasan atas, penyakit kulit, dan penyakit menular lainnya.
6. Melakukan rehabilitasi dan rekontruksi daerah pasca bencana (oleh pemerintah
baik pusat maupun daerah)
3.2 Mitigasi di Bengkulu
Pemukiman Desa Pasar Bantal, Pasar Ketahun dan Serangai secara
geografi sangat rawan terhadap bahaya Tsunami, karena letaknya hanya sekitar
50-300 meter dari garis pantai, datar, dan di lalui atau bahkan dikelilingi sungai
Air Bantal, Air ketahun. dan Air Serangai yang cukup besar. Salah satu informan
yang juga salah seorang anggota TAGANA (tanggap bencana alam) di desa Pasar
Bantal mengatakan, sebagian besar penduduk di desa ini sadar bahwa
pemukimannya rawan Tsunami, ketika terjadi gempa besar, semua penduduk
disini akan siap siaga untuk mengungsi ke tempat berkumpul yang letaknya
sekitar 500 meter ke tempat yang lebih tinggi di sebelah timur, terutama anakanak dan kaum ibunya.
apakah air laut surut atau tidak, sambil menjaga rumah, masing-masing. Dari
pernyataan ini bisa diketahui bahwa masyarakat yang bermukim tidak jauh dari
pantai (desa nelayan), pada umumnya telah sadar tentang bahaya tsunami yang
mengancam desanya, terutama ketika terjadi gempa yang dirasakan cukup besar.
strategi yang hemat waktu mengingat kondisi korban yang berbeda- beda. Salah
satu strategi itu ialah menggunakan SIG dalam menganalisis route terpendek
untuk evakuasi korban Tsunami yang diketahui keberadaanya dari WebGis
Bukapeta. Berikut skenario pemodelan route evakuasi korban bencana, namun
pada lokasi yang memiliki akses jalan cukup baik setelah penyusutan Tsunami.
2. Analisis rute evakuasi
Skenario diatas terdiri dari tiga rute yang dimulai dari angka 1 (posko
bencana) untuk angka 2, 3, 4 merupakan korban yang akan di evakuasi. Hal ini
diharapkan agar dapat mengurangi korban jiwa, menghemat waktu dan biaya
evakuasi korban.
c. Pascabencana
Menurut BNPB 2008 pada pascabencana kebijakan yang dilakukan
pemerintah ialah rekontruksi. Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan
usaha serta langkah-langkah nyata yang terencana baik, konsisten dan
berkelanjutan untuk membangun kembali secara permanen semua prasarana,
sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat,
dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca
bencana. Tujuan penyelenggaraan rekonstruksi adalah membangun kembali dalam
jangka panjang secara permanen sebagian atau seluruh sarana dan prasarana fisik
dan non-fisik, beserta seluruh sistem kelembagaan dan pelayanan yang rusak
akibat bencana, agar kondisinya pulih kembali dan fungsinya dapat berjalan
dengan baik dan masyarakat dapat terlindungi lebih baik dari berbagai ancaman
bencana. Selain itu untuk meningkatkan pembangunan pascabencana bisa
dilakukan dengan strategi yang dibentuk berasaskan kelebihan dan potensi yang
dimiliki
wilayahnya.
Untuk
mencapai
pembangunan
seimbang,
prinsip
perencanaan berteraskan hubungan dengan Tuhan, alam sekitar dan insan perlu
digunakan. Prinsip ini perlu diintegrasikan dengan unsur-unsur pembangunan
berkelanjutan supaya keperluan generasi akan datang tidak diketepikan. Dalam
5. Daftar Rujukan