Anda di halaman 1dari 14

A.

Anemon laut
Anemon laut merupakan salah satu jenis karang dari Filum Cnidaria. Karang
dananemon laut adalah anggota taksonomi kelas yang sama, yaitu Anthozoa. Perbedaan
utamaadalah karang menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan
anemon tidak.
Klasifikasi anemon laut yang digunakan menurut Kaestner (1967):
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Ordo : ActinariaSub Ordo : Myantheae
Famili : Stichodactylidae
Genus : Stichodactyla
Spesies : Stichodactyla gigantean A.

Gambar 1. Anemon Laut (Stichodactyla gigantea)


Adapun senyawa bioaktif yang dihasilkan dari anemon laut terdekteksi
mengandung
beberapa
komponen bioaktif yaitu alkaloid
, steroid
, triterpenoid
, flavonoid,
fenol hidrokuion, dan saponin.
Contoh senyawa-senyawa yang di hasilkan oleh amenom laut, yaitu :

(Saponin)

(Triterpenoi)
B. Tunicate (Ecteinascidia turbinata)
Ecteinascidia turbinate adalah colonial sea squir. Individu zooids dapat tumbuh
hingga ketinggian 2,5 cm (1 in) dan berbentuk seperti botol berleher lebar. Mereka
dihubungkan dengan stolon di dasar melalui peredaran darah antara zooids dan yang
berfungsi untuk melampirkan koloni ke substrat . Dinding zooids dikenal sebagai tunik
dan diperkuat dengan selulosa , yang tidak biasa untukhewan (Hall dan Saxl, 1961).
Mereka terhubung ke air di luar dengan sifon.Dinding tunik yang tembus dan keranjang
faring dapat dilihat melalui mereka.Margin menyedot adalah jeruk karena pengendapan
karotenoid sana. Ini adalahwarna peringatan, untuk turbinate yang tidak menyenangkan,
dan menghalangi predator . Koloni dapat mencapai lebar 14 cm (5,5 in).
Klasifikasi ilmiah Ecteinascidia turbinate menurut Herdman (1880),adalah:
Kingdom
Phylum
Subphylum
Class
Order
Suborder
Family
Genus
Species

: Animalia
: Chordata
: Tunicata
: Ascidiacea
: Enterogona
: Phlebobranchia
: Perophoridae
: Ecteinascidia
: E. Turbinata

Gambar 2. Tunicate (Ecteinascidia turbinata)


Ecteinascidin 743 merupakan senyawa alkaloid tetrahidroisoquinoline yang diisolasi
dari tunicate Ecteinascidia turbinata. Senyawa ini mempunyaikeaktifan sebagai antimitosis dan
saat ini sedang dalam uji klinis tahap I yangakan diperuntukkan sebagai obat anti kanker
(Rinehart et al ., 1990).

( Struktur kimia dari Ecteinascidin 743)


Obat utama yang diinduksi efek racun dari ET-743 pada awal uji klinis adalah
pansitopenia, kelelahan, muntah dan transaminitis. Toksisitas lokal juga di amati pada pasien
yang
menerima
pemberian
intravena
jangka
pendek.
Respon
obyektif dan respon tumor jangka panjang dalam pasien dengan tumor mesenchymal tingkat
lanjutan, kanker payudara, melanoma dan kanker ovarium termasuk dalam tahap I uji klinis ET743 (Demetri et all, 2000).
Hasil awal dariuji coba Tahap II uji coba untuk ET-743 mengkonfirmasi potensi
terapeutik dalam berbagai sarkoma jaringan lunak dan kanker payudara (Delalog et all , 2001).

C. Ascidin
Ascidian ini merupakan invertebrata di ekosistem terumbu karang yang banyak
menghasilkan senyawa bioaktif untuk farmakologi di mana hewan ini dapat berasosiasi
dengan mikroba fotosintetik dan mempunyai potensi molekular yang besar, karena
kandungan metabolit sekundernya yang merupakan substansi bioaktif ini sangat berguna
sebagai pertahanan diri organisme yang memproduksinya juga bagi kehidupan manusia, yaitu
sebagai antitumor atau antikanker dan antibakteri atau antimikroba (Manuputty et al 2004).
Berikut ini merupakan system klasifikasi dari Didemnum sp. (Manniot et al 1991).
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Subfillum : Tunicata
Kelas
: Ascidiaceae
Ordo
: Aplousobranchiata
Family
: Didemnidae Genus : Didemnum
Species : Didemnum sp.
Spesies Didemnum sp. ini banyak ditemukan pada perairan pasifik barat indonesia,
dimana memiliki daerah khusus dengan kriteria sebagai berikut yaitu pada kedalaman 1
hingga 20 m pada temperatur 24 hingga 280 C dan salinitas 34,108 hingga 35,284 ppm dan
kadar DO 4,483 4,664 mL/L.

Gambar 3. Koloni Didennum sp


Hasil penelitian Malla et al (2004) menunjukkan bahwa alkaloid lamellarin yang diisolasi
dari ascidian Didemnum obscurum dari India merupakan senyawa yang sangat berpotensi
sebagai antioksidan. Abou - Donia et al (2008) juga pernah meneliti Didemnum molle yang
dikoleksi dari perairan Manado, dimana penelitian tersebut menunjukkan bahwa senyawa
keenamid A dan mollamida B dari ekstrak ascidian tersebut memiliki potensi antikanker.
Selain itu, ascidian juga mempunyai senyawa kimia untuk perlindungan dari radiasi UV.
Sejumlah metabolit pun berasal dari ascidian seperti seri didemnidae berupa isolasi alkaloid

dari Didemnum conchyliatum, ekstrak dari ascidian Ecteinascidia turbinate yang berisi
alkaloid biologis aktif ecteinascidin, alkaloid 12 tambjamine dari jenis Sigillina signifera,
didemnim depsipeptide dari jenis Trididemnum solidum, dan alkaloid polyandrocarpidine
dari jenis Polyandrocarpa sp. Adapula metabolit ascidian yang berpotensi sebagai antifouling
yaitu alkaloid eudistomin dari jenis Eudistoma olivaceum, dan pelindung UV serta
antioksidan berupa asam amino seperti mycosporine (Mc Clintock dan Baker dalam
Manuputty 2004).
Tabel 1 menunjukkan jenis-jenis ascidian yang umum ditemukan di perairan Indonesia
dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan (Abrar 2005).

(Senyawa Alkaloid )
D. Teripang Laut (Holothuria scabra)
Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit duri atau berbintil
(Echinodermata). Permukaan kulit teripang biasanya kasar, karena ada duri-duri lunak

(papilla) yang kecil tidak teratur, atau dengan tonjolan-tonjolan besar yang merupakan
modifikasi dari papilla (Martoyo et al., 2007). Duri teripang ini merupakan kerangka kapur
yang letaknya tersebar pada daging (Yasin, 1972 dalam Andari et al., 1988).
Menurut Wibowo et al. (1997) dan Martoyo et.al. (2004), klasifikasi teripang
Holothuria scabra (Gambar 4) :
Kingdom : Animalia
Phylum
: Echinodermata
Class
: Holothuridea
Order
: Aspidochirotida
Family
: Holothuriidae
Genus
: Holothuria
Species : Holothuria scabra

Gambar 4. Teripang Laut (Holothuria scabra)


Teripang memiliki kandungan senyawa bioaktif yang potensial. Selain menjadi
bahan makanan, teripang juga mempunyai manfaat sebagai anti biotik, anti bakteri, anti
tumor, anti koagulan, anestesi (Berry, 1972 dalam Tampubolon dan Zahiruddin, 1998),
untuk mempercepat penyembuhan luka, memperkuat tulang dan sendi, anti tumor dan
anti bakteri (Cahturqlho, 2008). Bahan bioaktif di dalam teripang juga dikenal sebagai
antioksidan yang membantu mengurangi kerusakan sel dan jaringan tubuh. Kandungan
anti bakteri dan anti fungi teripang meningkatkan kemampuannya untuk tujuan perawatan
kulit. Teripang juga diketahui mempunyai efek antinosiseptif (penahan sakit) dan antiinflamasi (melawan radang dan mengurangi pembengkakan) (Wibowo et al. (1997)
dalam Kustiariyah, 2006).
E. Spoge
Sponge adalah hewan bersel banyak (metazoa) paling sederhana, kumpulan sel-selnya
belum terorganisir dengan baik dan belum mempunyai organ maupun jaringan sejati.

Walaupun Porifera tergolong hewan, namun kemampuan geraknya sangat kecil dan hidupnya
bersifat menetap

Senyawa-senyawa penghasil antibakteri yang berasal dari mikroba simbion spons


antara lain phenazine-1-carboxylic acid dan phenazine-1- carboxamide. Senyawa ini
ditemukan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa yang merupakan isolat dari spons Isodictya
setifera dan memiliki aktivitas hambatan terhadap bakteri Bacillus cereus, Micrococcus
luteus dan Staphylococcus aureus (Jayatilake, dkk., 1996).

Gambar 5. Struktur Phenazine alkaloid. (a) Phenazine-1-carboxylic acid R = COOH,


(b) phenazine-1carboxamide R =CONH2 (Jayatilake et al., 1996)
Senyawa antibakteri lain yang ditemukan dari mikroba simbion spons antara lain
3,6-diisopropylpiperazine-2,5-dione, 3-benzyl-3-isopropylpiperazine- 2,5-dione, dan 3,6bis-(2-methylpropyl)-diperazine-2,5-dione, merupakan senyawa diketopiperazin yang
ditemukan dari mikroba simbion kode NJ6-3-1 hasil isolasi dari spons Himeniacidon
parleve (Zheng, dkk., 2005).

Gambar 6 (1) 3,6-diisopropylpiperazine-2,5-dione; (2) 3-benzyl-6isopropylpiperazine-2,5- dione; (3) 3,6-bis-(2-methylpropyl)-piperazine-2,5-dione


(Zheng, dkk., 2005)
Senyawa antibakteri lain yaitu hydroxyquinone SS-228Y berhasil ditemukan di
dalam Chainia sp. yang merupakan turunan dari actinomycetes. Senyawa SS-228Y
memiliki kadar hambat minimal (KHM) sebesar 12 g/mL terhadap bakteri Gram
positif, disamping itu senyawa ini juga menunjukkan adanya aktivitas penghambatan
terhadap sel kanker dan dopamine--hydroxylase (Fusetani, 2000).

Gambar 7. Struktur senyawa hydroxyquinone SS-228Y (Fusetani, 2000)


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryati et al (2000), terhadap
sejumlah spesies spons yang hidup di perairan Spermonde, Sulawesi Selatan, kelimpahan kapang
dan bakteri yang bersimbiosis cukup bervariasi pada spons sperti diperlihatkan pada Tabel 1.
Kelimpahan jenis bakteri yang diisolasi dari spons pada umumnya didominasi oleh bakteri
Aeromonas, Flavobacterium,Vibrio sp, Pseudomonas sp. Acinebacter dan Bacillus sp.
Tabel 1. Bakteri yang berasosiasi dengan Spons

Komunitas bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagian besar adalah


proteobacteria, bacteroidetes, firmicutes dan actinomycetes (TAYLOR et al. 2007).
Bakteri yang potensial sebagai target penghasil senyawa aktif adalah cyanobacteria,
jamur dan actinomycetes. Senyawa aktif yang dihasilkan oleh Actinomycetes
micromonospora dari spons adalah senyawa antimalaria manzamine. Senyawa peptida
antibakteri telah diisolasi dari spons Hyatella sp. dan bakteri simbion Vibrio sp. Beberapa
senyawa antibakteri jenis quinolone juga diisolasi dari bakteri simbion spons Homoplysia
sp. yaitu bakteri Pseudomonad.
F. Cara mengisolasi Makroorganisme (Misalnya Sponge)
METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris dengan
menggunakan post test only control group design. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sampel spons laut Callyspongia sp. yang diambil dari perairan
pantai Malalayang Manado. Biakan bakteri Staphylococcus aureus diambil dari
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Adapun bahan lainnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nutrien agar
(NA), agar MllerHinton (MHA), brain heart infusion broth (BHI-B), etanol 96%,
amoksisilin, larutan BaCl2 1%, larutan H2SO4 1% dan akuades.
Alat-alat yang digunakan yaitu cawan petri, tabung reaksi, pinset, kapas lidi
steril, oven, inkubator, api bunsen, jarum ose, jangka sorong, sendok plastik,
timbangan, tabung erlenmeyer, kompor, kamera, spidol, autoclave, vacuum rotary
evaporator, masker dan sarung tangan.
2. Metode Penelitian

a) Sterilisasi alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini disterilkan terlebih
dahulu.
Alat- alat gelas disterilkan dalam oven pada suhu 1700C selama 1 jam
(sterilisasi kering). Media disterilkan dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15
menit (sterilisasi basah).
b) Ekstraksi spons laut Callyspongia sp.
Sampel spons ditimbang, dipotongpotong kemudian dimaserasi dengan etanol
96% selama 24 jam dengan perbandingan 1:2 (w/v). Setelah itu, sampel disaring
sehingga diperoleh debris I dan filtrat I. Filtrat I dikumpulkan dalam wadah,
sedangkan debris I dimaserasi lagi dengan etanol 96% selama 24 jam lalu disaring,
sehingga memperoleh debris II dan filtrat II. Debris II diberikan perlakuan yang
sama dengan sebelumnya hingga diperoleh debris III dan filtrat III. Filtrat III yang
diperoleh digabungkan dengan filtrat I dan II, lalu disaring. Sebagian filtrat yang
telah disaring diuapkan dengan rotary vacuum evaporator pada temperatur 400C
sampai etanol menguap. Filtrat lainnya dievaporasi di dalam oven. Bagian sisa dari
penguapan etanol disebut ekstrak pekat. Ekstrak pekat disimpan dalam referigerator
dengan suhu 40C.
c) Prosedur pengambilan bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
stok bakteri murni yang diisolasi dari pus dalam rongga mulut, berasal dari
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Bakteri ini disimpan pada agar miring kemudian dimasukkan ke dalam wadah steril
yang berada dalam suasana anaerob dan ditutup sehingga sterilisasi tetap terjaga,
untuk dibawa ke daerah tempat penelitian. Bakteri yang sudah tersedia dalam botol
wadah steril dikirim melalui jasa penitipan kilat ke Manado. Setelah tiba di
Manado, bakteri dimasukkan ke referigerator dengan suhu -200C. Jika sudah
mendekati waktu untuk digunakan, bakteri diinkubasi dalam inkubator pada suhu
370C.
d) Pembuatan media peremajaan bakteri
Nutrien agar (NA) sebanyak 23 gram dilarutkan dengan 1 liter akuades
menggunakan tabung erlenmeyer, kemudian dihomogenkan dan dituang ke dalam
tabung reaksi steril yang ditutup dengan aluminium foil. Media tersebut disterilkan
di dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Media yang telah steril
dibiarkan pada suhu ruangan selama 30 menit sampai media memadat pada
kemiringan 300 .
e) Pembuatan suspensi bakteri
Media brain heart infusion broth (BHI-B) ditimbang sebanyak 37 gram dan
dilarutkan dalam 1 liter akuades dalam tabung erlenmeyer. Media disterilisasi dalam
autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit, selanjutnya dituang dalam tabung
reaksi sebanyak 7 ml.
f) Pembuatan lapisan pembenihan Agar

Mller-Hinton (MHA) ditimbang sebanyak 38 gram menggunakan 1 liter


akuades sebagai pelarut. Media disterilisasi dalam autoclave pada suhu 1210C
selama 15 menit, selanjutnya dimasukkan dalam cawan petri sebanyak 10 ml dan
dibiarkan hingga mengeras. Pada lapisan berikutnya dituang media yang sama
sebanyak 20 ml. Pencadang sebanyak 3 buah dengan diameter 6 mm yang telah
disterilisasi sebelumnya, diletakkan tegak lurus dengan jarak yang seragam satu
sama lain. Pencadang diangkat dengan menggunakan pinset setelah media
mengeras, sehingga terbentuk 3 buah sumur. Perlakuan di atas dibuat pada 3 cawan
petri.
g) Pembuatan standar kekeruhan larutan
McFarland Larutan baku McFarland terdiri atas dua komponen, yaitu larutan
BaCl2 1% dan H2SO4 1%. Larutan BaCl2 1% sebanyak 0,05 ml dicampur dengan
larutan H2SO4 1% sebanyak 9,95 ml dan dikocok homogen. Nilai absorban larutan
baku harus berada di kisaran 0,08 sampai dengan 0,13. Larutan baku McFarland 0,5
ekuivalen dengan suspensi sel bakteri dengan konsentrasi 1,5 x 108 CFU/ml.
h) Peremajaan bakteri dan penanaman pada lapisan pembenihan
Bakteri Staphylococcus aureus yang disimpan di media agar yang diambil dari
Makassar, diambil dengan jarum ose steril, lalu ditanamkan pada media agar miring
dengan cara menggores. Bakteri yang telah digores pada media agar diinkubasi
dalam inkubator pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bakteri yang telah diinkubasi
diambil koloninya dari media agar miring dengan menggunakan jarum ose steril.
Koloni yang diambil dimasukkan ke dalam media BHI-B sampai kekeruhannya
sama dengan standar McFarland. Lidi kapas steril dicelupkan ke dalam suspensi
bakteri hingga basah. Lidi kapas diperas dengan menekankan pada dinding tabung
reaksi bagian dalam, kemudian digores merata pada media MHA.
i) Pembuatan larutan kontrol positif Kontrol positif dibuat dengan sediaan bubuk obat
amoksisilin. Pembuatan larutan ini mengacu pada minimal inhibitory concentration
(MIC) amoksisilin terhadap Staphylococcus aureus, yakni 2,0178 mg/ml yang
dicampur dengan pelarut akuades hingga homogeny
3. Metode Pengujian
Metode pengujian yang digunakan ialah metode modifikasi Kirby-Bauer dengan
menggunakan sumuran. Sumur pertama yang sudah terbentuk pada media agar di 3
cawan petri diisi dengan larutan ekstrak pekat spons laut Callyspongia sp. yang sudah
dilarutkan dengan etanol 96% dan dievaporasi dengan vacuum rotary evaporator.
Sumur kedua diisi dengan ekstrak pekat spons laut yang sudah dilarutkan dengan
etanol 96% dan dievaporasi dengan oven. Sumur ketiga diisi dengan kontrol positif
yaitu amoksisilin yang sudah dilarutkan dengan akuades, dan pada sumur yang
keempat yang merupakan kontrol negatif diisi dengan etanol 96%. Setelah itu, cawan
petri diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.
4. Pengamatan dan Pengukuran
Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dan 48 jam masa inkubasi. Zona bening
merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap bahan antibakteri yang digunakan

sebagai bahan uji dan dinyatakan dengan luas zona hambat. Zona hambat yang
terbentuk di sekitar sumur diukur diameter vertikal dan diameter horizontal dengan
satuan milimeter (mm) menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter zona
hambat dapat dilihat pada Gambar di bawah ini :

Keterangan: : Zona hambat


D1 : Diameter vertikal
D2 : Diameter horizontal
Ds : Diameter sumur
Diameter zona hambat diukur dengan rumus : ( D1 DS)+ (D2 DS) 2 5.
Analisis Data Data hasil penelitian dihitung secara manual, kemudian
diolah secara komputerisasi menggunakan Microsoft Excel. Data yang sudah
diolah, disajikan dalam bentuk gambar, tabel dan tulisan.
Adapun Hasil dari pengamatan silahkan di lihat pada jurnal .
(LAMPIRAN)

TUGAS KULIAH FARMAKPGNOSI BAHARI

SENYAWA BIOAKTIF YANG TERDAPAT PADA MAKROORGANISME


DAN CARA MENGISOLASINYA

Oleh :

NAMA

: ADE ANDINI

NIM

: N111 13 059

KELAS

: FARMAKOGNOSI BAHARI A

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN


MAKASSAR
2015

DAFTAR PUSTAKA
Dunn DF. 1981. The Clownfish Sea Anemon : Stichodactylidae (Coelenterata : Actiniaria) and
Orther Sea Anemon Symbiotic with Pomacentrid Fishes. The American Philosophical Society.
Vol 71 (1).

Hadi N, Sumadiyo. 1992. Anemon Laut ( Coelenterata, Actiniaria ) Manfaat dan Bahayanya.
Jurnal Oseana. 18: 168-175.
Amir, I., dan Budiyanto, A., 1996, Mengenal Spons Laut (Demospongiae) Secara Umum,
Oceana, 21, 1531.
Barnes, R.D., dan Ruppert, E.E., 1968, Invertebrate Zoology, WB Saunders, Philadelphia.
Bergquist, P.R., 1978, Sponges, University of California Press, USA
Bhakuni, D.S., dan Rawat, D.S., 2005, Bioactive Marine Natural Products, 1st Edition, Anamaya
Publishers, New Delhi.
Goudie, L,. 2011. Sponge, Callyspongia , in Taxonomic Toolkit for marine life of Port Phillip
Bay. Museum Victoria, diakses tanggal 7 Maret 2015,
http://portphillipmarinelife.net.au/species/7655

Anda mungkin juga menyukai