Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN MASALAH TROMBOFLEBITIS

OLEH KELOMPOK 4:
RATNA WUANDARI
RAHMATULLAH
SABILA HASANAH ALMAFAZAH
SHANTI ARIESTANTYA

AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH


BANDAR LAMPUNG
2014/2015
KATA PENGANTAR
1

Assalammualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN MATERNITAS. Adapun
makalah ini membahas mengenai TROMBOFLEBITIS.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan
penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,
khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Baitul Hikmah.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalammualaikum Wr.Wb

Bandar Lampung,
Penyusun

Maret 2015

DAFTAR ISI
COVER ..1
KATA PENGANTAR ..2
DAFTAR ISI ..................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................4
B. Rumusan Masalah......................................4
C. Tujuan ................................................4
D. Manfaat Penulisan.......................................5
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian ...................................6
B. Etiologi...............................................................6
C. Patofisiologi...7
D. Manifestasi Klinis...................................8
E. Komplikasi .....................................................................................................8
F. Penatalaksanaan Medik...................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................9
H. Discharge Planning ..10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ......................................11
B. Diagnosa..................................13
C. Perencanaan....................................13
D.
Implementasi
dan
Evaluasi ............................................................................13
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................19
B. Saran..............................................19
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan
paska persalinan terjadi 4 jam pertama setelah kelahiran bayi yang disebabkan oleh
tromboflebitis seperti pada kematian ibu. Karena itu penting sekali untuk memantau ibu secara

ketat, segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan, khususnya pada saat
setelah persalinan. Pemantauan ini berupa konsultasi paska persalinan di ruangan maupun
pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan. Jika tanda-tanda vital dan tonus uterus masih
dalam batas normal selama dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan
mengalami perdarahan paska persalinan. Penting sekali untuk tetap berada di samping ibu
dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh darah. Tromboflebitis
berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena dekat dengan kulit. Mungkin juga ada
infeksi pada pembuluh darah. Tromboflebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan.
Tromboflebitis paling sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi
vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan varises, namun
kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan tromboflebitis,
(Afrian, 2011).
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?
b. Apa saja etiologi tromboflebitis?
c. Bagaimana patofisiologi tromboflebitis?
d. Bagaimana manifestasi klinis tromboflebitis?
e. Bagaimana komplikasi tromboflebitis?
f. Bagaimana Penatalaksanann tromboflebitis?
g. Bagaimana pemeriksaaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan tromboflebitis?
h. Bagaimana discharge planning tromboflebitis?
i. Bagaimana asuhan keperawatan tromboflebitis?
C. Tujuan
Untuk mengetahui

bagaimana proses terjadinya tromboflebitis secara sistematis, serta

mengetahui apa yang menjadi konsep penyakit yang terjadi pada klien yang mengalami
tromboflebitis, serta dapat mengaplikasikan dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Trombophlebitis adalah Kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana terjadi
sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku
(Prawirrohardjo, 2009)
Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering
ditemukan pada masa nifas. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat
kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas
bagian bawah yang disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan
aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah.
(Adele Pillitteri, 2007)
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah
(thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa
disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis.
(Smeltzer, 2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang
disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun
lebih sering terjadi pada masa nifas.
B. Etiologi

Menurut Adele Pillitteri (2007), etiologi tromboflebitis adalah:


1. Perluasan infeksi endometrium , Invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti
aliran darah disepanjang vena dan cabangnya, sehingga menyebabkan perluasan
mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium.
2. Mempunyai varises pada vena, maka terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong
vena di sekitar klep (katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai
reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya
tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya,
mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan
dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya
tromboplebitis.
3. Obesitas, Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta
kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu penyebab dari
tromboflebitis,sehinga pada obesitas pula kemungkinan terjadi tromboflebitis.
5

4. Pernah mengalami tromboflebitis, Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan


faktor yang mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis,karena perlukaan
yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri.
5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk
waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi sehingga
mengakibatkan terjadinya tromboflebitis
6. Trauma, karena rangsangan langsung pada vena. Umumnya pemberian infus (di lengan atau
di tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat
yang iritan secara intra vena.
7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor
intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah,
hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
8. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan
jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena
C. Patofisiologi
Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat dari stasis vena
sehingga mmenyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial.
Stasis vena sering dialami oleh orang-orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan
gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada
orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas,
tumor maupun wanita hamil. Stasis aliran darah vena terjadi ketika aliran darah melambat misalnya
pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang telah disebutkan sebelumnya

sehingga dapat

berpengaruh pada pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada
ekstremitas sehingga ektremitas mengalami edema.Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma,
kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya pembentukan trombus.
Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit pada permukaan
endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan makin banyak trombosit tertimbun. Oleh
karena sifat trombosit ini, trombosis dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke
dalam lumen.
Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena adalah statis aliran
darah dan hiperkoagulasi.
-

Statis Vena, Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama pada
daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama. Statis vena
merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat menimbulkan gangguan
mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor pembekuan darah sehingga memudahkan

terbentuknya trombin.
Kerusakan pembuluh darah, Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan
trombosis vena, melalui : Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan DAN

Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan jaringan dan
-

proses peradangan.
Perubahan daya beku darah, Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem
pembekuan darah dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas
pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun.
PATHWAY

Varises
Vena
Stasis darah
dalam vena

Merangsang
trombosis
primer

Trombus
meradang

Peradangan
pada vena

Perluasan
infeksi
Itrauterus

Trauma
pada
tungkai
Mengenai
vena
ditungkai

Peningkatan
osmolaritas
darah

Peradangan
pada vena

Peningkatan
resiko
trombosis

Mikroorganism
e meningkat
didalam darah

Banyak pus
dan
trombus
dalam
darah
Banyak Vena
yang terhambat
trombus

Peradangan
pada vena

TROMBOFLEBITIS

Gangguan
kardiovaskule
r

Peradangan
pada vena

TROMBOFLEBITIS

Perubahan persepsi
terhadap penyakit

Ansietas
Respon
peradangan
Penyempitan pembuluh darah
vena

Adanya mediator
peradangan bradikinin,
prostaglandin dll

nyeri

Aliran darah
vena terganggu

Peningkatan
suhu tubuh

Hipertermi

Terjadi stasis darah

Penggumpalan darah
pada ekstremitas

edema

Kurang informasi
mengenai
penyakit

Kurang
pengetahu
an

Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer

D. Klasifikasi
Menurut Saifuddin (2002) tromboflebitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a) Pelvio Tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-vena didinding uterus dan
ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta didaerah
fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis pada vena ovarika kiri ialah kevena renalis dan dari vena
ovarika kanan kevena kava inferior. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untuk menghalangi penjalaran
mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika daya tahan tubuh kurang,
trombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil trombus terlepas dan terjadilah emboli atau
sepsis dan karena embolus ini mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya
tersangkut pada paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark.
b) Tromboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena safena magna atau
vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau embosis yang disebabkan karena
adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah,
laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis
mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena.
Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat didaerah
lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena dalam masa nifas kadar
fibrinogen meninggi
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala secara umum menurut Afrian (2011) yaitu:
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan
terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri
terjadi bila menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain
nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat
katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena dan
menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses.
Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan
sebagai malaise.

Secara Khusus:
a. Pelvio Tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul
pada hari ke-2-3 masa nifas.
9

2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:


a. Mengigil berulang kali
b. Suhu badan naik turun secara tajam (360C menjadi 400C) yang diikuti penurunan suhu
dalam 1 jam
c. Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan
d. Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
3. Gambaran darah, Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke
sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b. Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri
sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
b. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
c.
d.

bagian atas
Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,

e.

putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.


Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan

f.

pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah ke atas.


Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.

F. Komplikasi
Menurut fatmawati (2013) komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
a. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
- Emboli paru septik, Pada tromboflebitis trombus berjalan melalui pembuluh darah ke
paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di paru-paru
yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran
darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark
-

karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen


Septikemia, Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah. Istilah lain
untuk septikemia adalah biood poisoning atau keracunan darah atau bakterimia dengan
sepsis. Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa dan

cepat memburuk
b) Tromboflebitis femoralis, Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling
serius adalah emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi sebagian atau total
pada sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli trombus
atau emboli yang lain. Trombus tersebut bisa berasaldari vena di bagian tubuh yang lain,
seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau jantung. Trombus tersebut berjalan melalui
10

pembuluh darah ke paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil
di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus tersebut akan
menghalangi aliran darah ke bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan
infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen
G. Pemeriksaan Penunjang
a) Ultrasonograf Doppler, Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap
kemampuan katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami
pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di atas
vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya
atau tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non
infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan peningkatan lingkar
ekstremitas.
b) Pemeriksaan hematokrit, Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan
hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial terjadinya
pembentukan trombus
c) Pemeriksaan Koagulasi, Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini
menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial
thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen.
d) Biakan darah, Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme yang
penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus aureus
,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau
mendeteksi kuman didalam darah
e) Pemindai ultrasuond dupleks, Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat
dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
kompeten
f) Venografi, Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran
pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna untuk
mendiagnosis trombosis vena renalis.
H. Discharge Planning
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
-

Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena anemia memudahkan
terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia kehamilan ialah dengan pemberian zat besi
(Fe). Keadaan gizi penderita juga sangat menentukan seperti diet harus memenuhi kebutuhan
kehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.

Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4 usaha penting harus
dilaksanakan yaitu:
a. Membatasi masuknya kuman-kuman kedalam jalan lahir
b. Membatasi perlukaan
c. Membatasi perdarahan
d. Membatasi lamanya persalinan

11

Untuk menghindari masuknya kuman, tehnik aseptic harus dipegang teguh lakukan Proses
dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai standar dan wajib dilaksanakan.

Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada indikasi.


Membatasi perlukaan dan membatasi pendarahan. Pembatasan perdarahan sangat penting,
jika terjadi perdarahan yang banyak, darah hilang ini hendaknya segera diganti (segera

melakukan transfusi).
Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman karena adanya
perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-kuman karena vulva tertutup. Untuk
mencegah infeksi janganlah membuka vulva atau memasukan jari ke dalam vulva misalnya
waktu membersihkan perineum.

I. Penatalaksanaan Medis
a) Pelvio tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik
aseptik yang baik, Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum
2. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli
pulmonum
3. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan
untuk menjalani pembedahan
(syaifudin,2002)
b) Tromboflebitis femoralis
1. Terapi medik dengan pemberian analgesik dan antibiotik.
2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
3.

menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.


Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1
jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya

4.

tekanan yang kuat pada betis.


Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena

5.

untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.


Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan

6.
7.
8.
9.

melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.


Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga
aliran darah tidak terhambat, Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki

yang terkena.
10. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran
tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau
penurunan ukuran.
12

11. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi,
bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
12. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui
karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
13. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
14. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi
subkutan. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan
tromboflebitis yang tepat telah dilakukan.
(Adele Pillitteri, 2007)
a. Keperawatan
Perawat

memberikan Asuhan

Keperawatan

dengan

memberitahukan

untuk

melakukan kompres hangat, Gunakan stocking khusus dan sering meninggikan daerah yang
terkena.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
TROMBOFLEBITIS
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien, Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat
mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan klien atau
pasien.
2. Keluhan utama, Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang pada
daerah pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki mengalami edema
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan terdahulu , Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai
penyakit klien terdahulu apakah sebelumnya pernah melahirkan atau tidak, jika pernah
melahirkan apakah pasca melahirkan mengalami tromboflebitis atau tidak, dikaji pula
apakah klien pernah mengalami penyakit jantung atau tidak yang beresiko tinggi
terjadinya tromboflebitis, pernah mengalami trauma atau tidak, mepunyai varises vena
atau tidak, dan menderita tumor atau tidak.
b. Riwayat kesehatan sekarang , Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan pasien
pada saat ini misalnya ditanyakan kepada klien kapan pertama kali pasien mengeluh nyeri
yang dialami
c. Riwayat kesehatan keluarga, Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang
memiliki resiko tinggi terjadinya tromboflebitis misalnya seperti kelainan jantung
d. Riwayat psikososial, Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, persepsi klien,dan hubungan
interaksi klien, terutama untuk pemberian tindakan pengobatan.
4. Pola-pola fungsi kesehatan menurut Gordon
13

a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan, Dikaji adanya perubahan pemeliharaan


kesehatan akibat penyakit yang dialaminya saat ini.
b. Pola nutrisi dan metabolik, Pada pasien dengan tromboflebitis umumnya tidak ada
gangguan pada pola nutrisi dan metabolik namun dikarenakan adanya nyeri maka pasien
tidak mau makan ketika nyeri timbul dan jika nyeri sudah menghilang pola makan klien
kembali kepada semula
c. Pola eliminasi, Pola eleminasi tidak mengalami gangguan
d. Pola aktivitas dan latihan, Pasien akan berkurang dalam beraktivitas, karena pasien akan
lebih berfokus pada rasa nyeri yang dialami, pasien juga akan merasa lemah karena selain
nyeri tanda dan gejala yang timbul pada tromboflebitis juga malaise
e. Pola tidur dan istirahat, Tidur dan istirahat pasien akan terganggu ketika pasien
mengalami nyeri
f. Pola kognitif perseptual, Umumnya tidak ada gangguan pada sistem pancaindra.
g. Pola persepsi dan konsep diri, Klien yang diberikan pengobatan penyakit ini akan merasa
cemas akibat kurang informasi mengenai proses pengobatan yang berlanjut. Selain itu,
gangguan intergritas ego dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan status mental klien
akibat ketidaksiapan menjalani pengobatan.
h. Pola hubungan dan peran, Akibat adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan dalam
hubungan dan peran klien, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, dan hubungan
i.

bermasyarakat klien.
Pola reproduksi seksual, Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan

j.

karena nyeri yang dialami pasien atau kelemahan yang dialami pasien.
Pola pertahanan diri dan toleransi stress, Stres akan meningkat pada pasien ketika pasien
memiliki koping yang kurang bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang
dialami pasien. Kurang pengetahuan mengenai perawatan dapat meningkatkan stres klien.
Adanya keterbatasan aktivitas, pola seksual dan perubahan peran juga akan

mempengaruhi konsep diri klien.


k. Pola keyakinan nilai, Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya
akan cenderung menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami penyakit yang dialami
dan akan mempengaruhi kegiatan ibadahnya. Selain itu, beberapa keyakinan yang
menjadi pantangan pengobatan perlu dikaji.
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : biasanya ibu tampak letih
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 nnHg
Nadi : biasanya nadi meningkat dikarenakan adanya nyeri yang dialami klien
Suhu : biasanya klien mengalami demam, suhu antara 36-400 derajat C
Pernafasan : biasanya RR meningkat dikarenakan adanya nyeri
b.
14

Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : umumnya tidak ada gangguan pada kepala (normal), mulai dari rambut, wajah
mata, telinga, hidung, mulut dan daerah sekitar kepala tidak terganggu
b. Leher : umumnya tidak ada gangguan pada leher seperti tidak ada benjolan, warna kulit
sama dengan sekitarnya, tidak ada nyeri tekan (normal)
c. Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada, pada hasil
pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri pada saat inspirasi dan ekspirasi
juga seirama, tidak terdengar ronchi, tidak terdengar bunyi wheezing, suara nafas baik,
jantung tidak ada mur-mur.
d. Payudara : umumnya tidak ada gangguan pada payudara, pada pemeriksaan fisik
payudara terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris kanan-kiri, putting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada nyeri, abses, dan pembengkakan,
kolostrum sudah keluar lancar.
e. Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat striae albikans,
f.

terdapat linea nigra, konsistensi keras, kontraksi uterus baik.


Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises pada vagina,
pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada oedema, kotor oleh lendir dan bekas

darah serta air ketuban.


g. Ekstrimitas atas : umumnya tidak ada gangguan pada ekstremitas ata (normal)
h. Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien tromboflebitis pada inspeksi
terdapat warna kemerahan, edema. Pada palpasi terdapat nyeri tekan, ektremitas teraba
hangat
6. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonograf Doppler, Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap
kemampuan katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami
pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan probe Doppler di
atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak lebih kecil di banding tungkai
sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis,
cepat dan non infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan
peningkatan lingkar ekstremitas.
b. Pemeriksaan hematokrit, Untuk

mengidentifikasi

Hemokonsentrasi,

terjadinya

peningkatan hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial


terjadinya pembentukan trombus
c. Pemeriksaan Koagulasi, Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi
ini menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji activated partial
thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar fibrinogen.
d. Biakan darah, Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme
yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob. Staphilokokus
aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau
mendeteksi kuman didalam darah

15

e. Pemindai ultrasuond dupleks, Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat
dideteksi dan dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
f.

kompeten
Venografi, Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan gambaran
pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan venografi berguna untuk
mendiagnosis trombosis vena renalis.

Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah vena
2)
3)
4)
5)

(stasis vena)
Nyeri berhubungan dnegan proses inflamasi
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Ansietas berhubungan dengan perubahan persepsi terhadap penyakit
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trombophlebitis adalah Kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan dimana
terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku
(Prawirrohardjo, 2009)
16

Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering
ditemukan pada masa nifas. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca
partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen,
dilatasi vena ekstremitas bagian bawah yang

disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena

kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan,
statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah.
(Adele Pillitteri, 2007)
B. Saran
Diharapkan semoga dengan Makalah tentang Trombophlebitis ini yang merupakan bagian
dari Keperawatan Maternitas dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan, sehingga perawat mengetahui atau mengerti tentang makalah ini. tugas perawat
yang utama adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien tersebut.
Serta kami menyadari bahwa Askep yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga saran dan kritik yang sifatnta membangun sangat kami butuhkan, baik itu dari teman-teman
ataupun para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

a) Afrian, mesra. 2011. Askep tromboflebitis. http://mesraafrian./2011/09/askeptromboflebitis.html {9 Maret 2015}


b) Fatmawati, Ayu. 2013. Makalah Flebitis.
http://ayufatmawatianterior./2013/05/makalah-tromboflebitis.html {09 Maret 2015}
c) Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.
FKUI.
17

d) Pillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: EGC
e) Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
f) Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC.
g) Wikhajosastro, Hanifa .2005. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
h) ------. 1990. Buku Pegangan Guru Pendidikan Diploma III Keperawatan. DepKes RI

18

Anda mungkin juga menyukai