NAMA:FEBRIYANTO H.S
NIM :1208010052
Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
3.
Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap
Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya
5.
Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat
wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui
dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
6.
Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia, penyimpan obat
dikelompokkan :
1.
Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar dan dari
hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan dan distribusi yang lazim.
2.
3.
Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan-cairan,
zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan, pencairan, atau
penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan distribusi yang lazim. Suatu
wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka.
4.
Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan bahan kemas
primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan
sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat
tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik
berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap
stabilitas.
Jenis kemasan primer dalam sediaan steril terdapat wadah gelas, wadah plastik, wadah metal, wadah
karet.
2.2 Kemasan primer
2.2.1 Kemasan gelas
Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena memiliki mutu perlindungan yang
unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat
inert secara kimiawi, tidak permeable, kuat, keras dan disetujui FDA. Gelas tidak menurun mutunya
pada penyimpanan, dan dengan sistem penutupan seperlunya dapat menjadi penghalang yang sangat
baik terhadap hampir setiap unsur, kecuali sinar. Gelas berwarna dapat memberi pelindungan terhadap
cahaya bila diperlukan. Kekurangan utama dari gelas sebagai kemasan adalah karena mudah pecah dan
berat.
a.
Komposisi gelas
Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu (natrium karbonat), batu
kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas yang dicampur dengan batch pembuatan dan
berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh campuran). Kation yang paling umum didapatkan
dalam bahan gelas farmasi adalah silicon, alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium,
magnesium, zink, dan barium. Satu-satunya anion yang penting adalah oksigen. Boron oksida
ditambahkan untuk membantu proses pencairan. Timah dalam jumlah kecil membuat gelas jernih
dan berkilau. Alumina (Alumunium oksida) sering digunakan menambah kekerasan dan keawetan
serta menambah ketahanan terhadap reaksi kimia.
b.
Tipe Gelas
Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi digolongkan
menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas tersebut dan kemampuannya untuk
plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk pengiriman. Kemasan untuk konsumen
yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling tidak higienis karena wadah akan sering
dibuka berulang ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih.
Kemasan plastik
Bahan plastik telah banyak digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk. Saat ini, plastik juga telah
dikembangkan untuk pengemasan produk-produk parenteral termasuk cairan infus dan injeksi volume
kecil. Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk, baik sediaan farmasi maupun
produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:
1.
Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi secara
signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau melalui plastik
2.
Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat mempengaruhi
Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat dilelehkan sehingga
tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk membuat penutup wadah gelas atau
logam.
2.
Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan mengeras jika
didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik yang dapat dibentuk ulang dengan
proses pemanasan. Polimer termoplastik digunakan dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan
farmasi.
Di samping keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik untuk kemasan juga memiliki berbagai
kerugian, antara lain sebagai berikut :
1.
Kurang inert dibandingkan gelas tipe I
2.
Beberapa plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa senyawa kimia
3.
4.
5.
6.
7.
Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik
Wadah plastik untuk sediaan farmasi dibuat dari satu atau lebih polimer dengan berbagai bahan
tambahan. Dengan penambahan bahan tambahan, karakteristik penampilan dari polimer dapat
diperbaiki. Bahan tambahan tersebut dapat berupa cairan, padatan atau serbuk halus. Bahan tambahan
yang digunakan tergantung dari jenis polimer dan metode produksi yang digunakan. Bahan tambahan
yang umumnya digunakan dalam wadah plastik adalah antioksidan, stabilizer, lubricant, plastikizer,
oftalmik. Seperti pada polimerisasi kebanyakan plastik, metal dapat pula diberi atau dicampur logam
untuk meningkatan karakteristiknya sebagai pengemas, atau tabung disalut dengan resin. Sampai saat
ini USP belum memberikan persyaratan pengujian untuk pengemas logam.
Kemasan Elastik
a.
Umum
Elastik( elastomer) pada bidang farmaseti, terutama digunakan sebagai material tutup untuk botol infus
dan botol tembusan serta material slang (juga untuk terpi infus). Elastik adalah bahan yang berbentuk
dari zat-zat organik, padat, didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet elastis.
Termasuk ke dalamnya adalah seluruh produk karet alam dan karet sintetis serta bahan sejenis karet.
Elastisitasaret dapat dikarateristikan sebagai berikut : Melalui gaya tarik dari yang relatif rendah ( 0,1-1
N/mm2, 1-10 kp/cm2) akan terjadi peregangan kuat, dan pengerasan sebesar 10-100 kali. Elastik dalam
keadaan tidak meregang adalah amorf, pada saat meregang muncul sifat kristalinitasnya. Eksistensi dari
rantai molekul panjang, barjalin antara sesamnya, sangat menetukan sifat elastis karet polimer tinggi.
b.
Bahan pembantu
Melalui vulkanisasi karet mentah, artinya melalui penamahn belerang dan pemanasan dengan disertai
tekanan, karet akan memperoleh elastistasnya, kekompakan dan daya tahannya terhadap pengaruh
panas. Tergantung jumlah dari penambahan belerang, dapat dibuat karet lunak(5-10 %) dan karet keras
(30-50% belerang). Produk karet sintetis juga dapat divulkanisasi. Dalam waktu yang sama digunakan
sejumlah bahan, yang menentukan kualitas produk akhir. Diantaranya yang dapat disebutkan antara
lain:
1.
Katalisator
Senyawa ini mempercepat proses polimerisasi ( misalnya peroksida sebagai suplier oksigen).
2.
Pempercepat vulkanisasi.
Dalam hal ini digunakan senyawa nitrogen organik atau belerang seperti amin sekunder, santogenat,
ditiokarbamat, tiazol atau bahan anorganik, seperti magnesium oksida, kalsium hidroksida, antimon
trisulfida, atau antimon pentasulfida.
3.
Inhibitor
Senyawa ini berfungsi untuk mengakhiri proses vulkanisasi yang dikendalikan secara katalik setelah
mencapai kekerasan yang dikehendaki (misalnya garam timbal,nikel dan besi).
4.
Dalam hal ini khusus digunakan senyawa fenol dan amina, misalnya hidrokinon, pirogalol, fenil
naftilamin, fenilendiamin.
5.
Modifikator
Senyawa ini berfungsi sebagai vahan pengeras, pembuat lunak, atau pengendap pori, misalnya parafin
cair,ftalat, dan sebagai zat yang memepunyai pengaruh penting terhadap sifat produk akhir.
6.
Bahan pengisi
Senyawa ini digunakan hanya untuk bahan peregang, tetapi sering juga untuk memperbaiki sifat
mekanis, kemantapan terhadap gesekan. Sebagai contoh disebutkan kapur, jelaga, pasir, asbes, seng
oksida dan barium sulfida.
7.
Bahan pewarna
Dalam hal termasuk pigmen atau bahan pewarna sejati. Juga dapat disarankan penambahan bahan
pelindung cahaya, penutup bau dan dalam kasus khusus juga bahan yang sulit terbakar.
c.
Sifat tutup elastomerik tidak hanya bergantung pada bahan-bahan di atas, tetapi juga pada
prosedur pembuatan seperti pencampuran, penggilingan, bahan pengabu yang digunakan,
pencetakan dan pemasakan. Contoh sifat yang diinginkan dari elastomer adalah kompresibilitas dan
kemampuan untuk menutup kembali.
Faktor-faktor seperti prosedur pembersihan, media kental dan kondisi penyimpanan juga
mempengaruhi kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan khusus. Evaluasi terhadap faktor
demikian harus dilakukan uji khusus tambahan yang sesuai,untuk menentukan kesesuaian tutup
elastomerik untuk penggunaan yang diinginkan. Kriteria pemilihan tutup elastomerik juga harus
mencakup penelitian teliti terhadap semua bahan, untuk meyakinkan bahwa tidak ada penambahan
unsur yang dicurigai atau diketahui bersifat karsinogenik atau bahan toksik lain.
Persyaratan kecocokannya sebagai materi tutup pada wadah sediaan injeksi adalah bahwa karet
menunjukkan elastisitas yang cukup dengan demikian menjamin wadah yang kedap dan tahan
terhadap pengaruh suhu.
Sifat-sifat tutup elastomerik yang baik :
a.
Permukaan harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.
b.
Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan, seperti leher bagian dalam vial atau dinding-
dinding bagian dalam syringe hipodermik. Bahan lain seperti gelas, logam tak memiliki kemampuan
ini.
c.
Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi sehingga ia dapat melewatkan jarum suntik tanpa
Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali dengan cepat setelah
jarum ditarik.
e.
Pada masuknya jarum infeksi tidak ada partikel tutup elastomerik yang mencapai ke dalam
larutan injeksi.
f.
g.
Impermeabel terhadap udara dan lembab (untuk meghindari peruraian obat yang sensitif terhadap
air)