1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki daerah dengan tingkat kerawanan
gempa yang tinggi . Hal ini dapat dilihat dengan berbagai kejadian gempa dalam
beberapa tahun terakhir yang melanda beberapa daerah di Indonesia. Kondisi ini
menyebabkan sistem struktur yang dibangun di Indonesia harus mengikuti kaidah
bangunan tahan gempa sehingga pada saat terjadi gempa, struktur dapat bertahan dan
melindungi penghuninya dari resiko bahaya gempa. Peraturan perencanaan SNI 032847-02 (Purwono et.al, 2006) mensyaratkan diberikannya tulangan pengekang dengan
kait gempa 1350 pada elemen kolom yang dibangun pada daerah rawan gempa.
Dalam prakteknya pembuatan dan pemasangan tulangan pengekang ini tidaklah
mudah, apalagi untuk kolom-kolom berdimensi besar yang umum dipakai pada pada
bangunan gedung tinggi, jembatan dan jalan layang. Untuk memudahkan pembuatan
dan pemasangannya, banyak pelaksana konstruksi yang pada akhirnya menggunakan
tulangan pengekang yang dipasang dengan kait 900. Beberapa laporan terkait dengan
kerusakan struktur akibat gempa bumi di Indonesia memperlihatkan contoh-contoh
keruntuhan bangunan yang terjadi akibat pendetailan tulangan kolom yang tidak
memenuhi persyaratan (Imran et al. 2005; Imran et al. 2006; Imran I 2007), hasil
penelitian juga membuktikan bahwa pemasangan tulangan pengekang dengan kait 900
untuk kolom pada daerah rawan gempa dapat menghasilkan performance yang buruk
dan berbahaya bagi sistem struktur secara keseluruhan. (Sheikh and Yeh 1990;
Saatcioglu and Razvi 1992; Wehbe et al. 1999).
Oleh karena itu pemasangan tulangan pengekang dengan kait 90o untuk elemen
struktur kolom beton betulang pada dasarnya tidaklah direkomendasikan. Namun,
walaupun demikian sistem ini ternyata banyak diaplikasikan di lapangan mengingat
kemudahan dalam pemasangannya.
Makalah ini menyajikan hasil studi eksperimen pengembangan suatu perangkat
tambahan yang dapat memperbaiki performance tulangan pengekang yang dipasang
dengan kait gempa 900 sedemikian sehingga sekalipun digunakan pengekang dengan
kait gempa 900, struktur kolom yang dihasilkan akan berperilaku daktail dan liat (tough),
yaitu tidak gampang runtuh.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian penggunaan kait dengan sudut 900 pada tulangan pengekang kolom
persegi mulai banyak dilakukan sejak tahun 1985. Berikut beberapa hasil penelitian
penting terkait penggunaan tulangan pengekang dengan kait 900 :
Tanaka et.al (1985) menggunakan benda uji beton normal dengan pembebanan
siklis, dilaporkan bahwa kolom dengan kait 900 memberikan hasil pengekangan yang
cukup memuaskan hanya pada level beban aksial yang sangat rendah.
Mohle dan Cavanagh (1985) menggunakan benda uji kolom beton normal dengan
pembebanan aksial konsentris, dengan konfigurasi seperti Gambar 1. Beberapa hal
penting yang didapat dari eksperimen ini adalah :
Urutan konfigurasi dimulai dari yang memiliki kekuatan dan daktilitas paling tinggi
yaitu : A,B,C dan D
Pengikat silang dengan kait 90 terbuka mengakibatkan berkurangnya dengan cepat
efektivitas kekangan
Penggunaan pengikat silang memberikan kekuatan dan daktilitas yang lebih baik
daripada kolom dengan hoop tunggal
P/Po
Tulangan
Longitudinal
Tulangan Transversal
Konfigurasi
sengkang kait
Benda uji dalam penelitian ini berjumlah 5 buah (Tabel 1), bentuk dan posisi
pen-binder yang digunakan dalam penelitian ini adalah posisi yang menghasilkan
daktilitas terbaik dari pengujian akibat beban aksial-konsentris yang telah dilakukan pada
tahap eksperimen sebelumnya. Parameter yang divariasikan dalam penelitian ini adalah
material pen-binder, sudut kait tulangan pengekang serta tingkat pembebanan aksial
yang diberikan.
Tabel 1. Spesifikasi Benda Uji
l(%)
fy(Mpa)
s(mm)
fys(MPa)
(Ash)/(s.hc),%
E135-0-0.3
0.3
45
0.9
E90-2P1-0.3
0.3
45
0.9
E90-2P2-0.3
0.3
E135-0-0.5
0.5
45
0.9
E90-2P1-0.5
0.5
45
0.9
1.054
414
45
414
0.9
Kait 135
Kait 90 +penbinder baja
Kait 90+penbinder plastik
Kait 135
Kait 90 +penbinder baja
Pen-binder menggunakan dua jenis material yaitu material baja dan material
plastik ABS ( Acrylonitrile Butadiene Styrene ). Sudut kait tulangan pengekang dibuat 900
(tidak seusai standar) dengan tambahan pen-binder serta tulangan pengekang dengan
sudut 1350 (sesuai standar). Tingkat beban aksial yang diberikan dibagi dalam dua
tingkat pembebanan yaitu sebesar 584 kN dan 986 kN, nilai pembebanan
merepresentasikan rasio pembebanan terhadap kapasitas aksial kolom ( P/ Po) sebesar
berturut-turut 0.3 ( level rasio moderate ) dan 0.5 ( level rasio tinggi ). Mutu beton yang
digunakan sebesar 27 MPa.
Seluruh benda uji memiliki dimensi yang sama dengan penampang sebesar 260
mm x 260 mm serta 1500 mm untuk ketinggiannya, detail penampang benda uji, penbinder yang digunakan serta detail penulangan benda uji kolom dapat dilihat pada
Gambar 3. Pada eksperimen ini kegagalan yang diharapkan adalah lelehnya tulangan
longitudinal terlebih dahulu pada bagian ujung kolom pada saat menerima beban aksial
dan lateral siklis sebelum mengalami kegagalan geser.
3.2 Test Setup dan Instrumentasi Benda Uji
Untuk keperluan pengujian ini, pada masing-masing benda uji dipasang strain
gauge serta LVDT untuk mengetahui besarnya perubahan regangan pada tulangan
serta perpindahan yang terjadi pada benda uji untuk posisi-posisi yang telah ditentukan.
Posisi tipikal pemasangan strain-gauge untuk salah satu ujung kolom benda uji dengan
kait 900 dan diberikan pen-binder dapat dilihat pada Gambar 3.
Pen-Binder
260 mm
400 mm
Tul.pengekang dg kait
900
Tulangan pengekang 7
1500 mm
260 mm
1
2
D7 - 45
D7 - 45
6
4
D16 - 75
400 mm
5
Arah beban lateral
700
mm
D7 - 35
Gambar 3. Benda Uji Kolom dan Penampang serta Posisi Strain Gauge
Penempatan strain gauge pada ujung atas identik dengan posisi strain gauge
pada ujung bawah kolom. Titik (1) untuk mengetahui regangan tulangan longitudinal, titik
(2) dan (3) untuk mengetahui regangan yang terjadi pada tulangan pengekang di daerah
sisi yang terdapat pen-binder, titik (4) dan (5) untuk mengetahui regangan didaerah sisi
tanpa pen-binder, sementara titik (6) untuk melihat regangan pada pen-binder.
Pen-binder dipasang pada bagian kait yang ditekuk 900 ditengah-tengah antara
tulangan longitudinal sudut dengan tulangan longitudinal disampingnya (Gambar 4).
Dalam eksperimen ini seluruh daerah pengujian kolom sepanjang 1500 mm diberi penbinder dengan posisi yang berselingan.
50 mm
50 mm
a.
b.
Material Baja
Material Plastik
Gambar 4. Benda Uji Kolom dan Penampang serta Posisi Strain Gauge
LVDT ditempatkan pada kedua ujung dan kedua sisi kolom benda uji seperti
terlihat pada Gambar 5.
(5)
(6)
(1)
(7)
(3)
(2)
(4)
(8)
Gambar 5. Posisi LVDT Pada Benda Uji Dan Dudukan Benda Uji
Posisi titik (1) sampai (4) untuk mengetahui besarnya deformasi aksial yang
terjadi pada kedua ujung kolom didaerah sendi plastis dengan jarak 260 mm dari
masing-masing ujung. Posisi di titik (5) dan (6) untuk mengetahui besarnya perpindahan
arah lateral pada saat pengujian berlangsung, sementara LVDT pada titik (7) dan (8)
untuk memastikan tidak ada deformasi vertikal pada dudukan kolom pada saat
pembebanan. Pada kedua ujung kolom dibuat kepala kolom yang dijepit dengan
menggunakan baja dan dibaut pada kedua sisi.
Test setup untuk seluruh benda uji dapat dilihat pada Gambar 6. Beban aksial
diberikan dengan menggunakan 2 buah jack hidraulik berkapasitas total 200 tonf pada
bagian atas, untuk mencatat besarnya beban aksial yang diberikan dipasang loadcell
pada kedua aktuator hidraulik tersebut. Beban lateral diberikan dengan menggunakan
aktuator berkapasitas 100 tonf yang dipasang sedemikian rupa sehingga menghasilkan
beban lateral pada ujung atas kolom serta momen pada kedua ujung kolom.
Gambar 6. Foto dan Ilustrasi Setup Alat Pengujian Aksial dan Lateral Siklis
Standar pengujian dilakukan berdasarkan ACI 374.1-05 ( Acceptance Criteria for
Moment Frames Based on Structural Testing and Commentary ). Beban aksial konstan
diberikan terlebih dahulu sebesar 584 kN(0.3Po) atau 986 kN(0.5Po) sesuai dengan
level rasio beban aksial. Beban lateral diberikan dalam 2 tahap, yaitu diawali dengan
tahap kontrol beban kemudian dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu kontrol
perpindahan. Tahap kontrol beban diberikan hingga sebesar 75% dari beban leleh hasil
perhitungan teoritis, setelah titik ini dicapai dilanjutkan dengan tahap pembebanan lateral
dengan kontrol perpindahan. Perhitungan perpindahan leleh pertama ( first yield )
dilakukan secara eksperimental dengan merata-ratakan nilai ekstrapolasi perpindahan
(y) pada 0.75 Hu dan -0.75 Hu ( nilai Hu adalah nilai teoritis gaya lateral yang
mengakibatkan leleh pertama pada benda uji kolom, Watson and Park 1994, Gambar 7)
0.75 Hu
0.5 Hu
4.
66.
9
to
nto
kn
N
Displacement Control
4. HASIL PENGUJIAN
Perilaku hasil pengujian dan foto pada akhir pengujian untuk masing-masing
benda uji dapat dilihat pada Gambar 9 untuk level beban axial 0.3P0 dan Gambar 10
untuk level beban aksial 0.5P0. Dari grafik terlihat bahwa seluruh benda uji memiliki
perilaku dengan bentuk kurva histerisis yang baik dan memperlihatkan kegagalan lentur.
Untuk seluruh benda uji pada umumnya retak pertama terjadi pada drift + 1.2%.
Gambar 9. Perilaku Benda Uji dan Foto Pada Akhir Pengujian untuk Level Axial 0.3 P0
Gambar 10. Perilaku Benda Uji dan Foto Pada Akhir Pengujian untuk Level Axial 0.5 P0
Pada umumnya tulangan pengekang mengalami leleh terlebih dahulu, diikuti
tulangan longitudinal dan selanjutnya terjadi buckling pada tulangan longitudinal yang
mempercepat terjadinya penurunan kekuatan. Pada level beban aksial moderate ( 0.3P0
) perilaku kurva histerisis untuk ketiga benda uji terlihat mirip, ketiga benda uji
menunjukkan perilaku histerisis yang stabil hingga drift 3.5 %, pengujian dihentikan pada
drift 5.2 % dengan kondisi sudah terjadinya buckling pada tulangan longitudinal pada
kedua ujung kolom. Sementara pada level beban aksial yang tinggi ( 0.5P0 ) terlihat
adanya perbedaan yang cukup signifikan. Benda uji dengan kait standar cenderung
cepat mengalami penurunan kekuatan, pengujian untuk benda uji ini dihentikan sebelum
mencapai drift 5.2 % akibat putusnya tulangan pengekang pada drift 3.51 %. Sementara
benda uji dengan kait tidak standar dengan pemberian pen-binder menunjukkan perilaku
yang jauh lebih baik, meskipun tetap mengalami putusnya tulangan pengekang tetapi
pada pada drift yang lebih tinggi sebesar 5 %. Kurva envelope kelima benda uji dapat
dilihat pada Gambar 11 berikut.
2 = u (mm)
Kode
Benda Uji
Vmax
0.8Vmax
(tonf)
(tonf)
E135-0-0.3
9.13
9.46
9.51
7.3
7.56
7.61
10.5
9.15
8.5
0.70
0.61
0.57
66
68.75
63.5
4.40
4.58
4.23
6.29
7.51
7.47
Kait standar
11.25
10.97
9.00
8.77
11.00
6.38
0.73
0.43
42.00
44
2.80
2.93
3.82
6.90
Kait standar
E90-2P1-0.3
E90-2P2-0.3
E135-0-0.5
E90-2P1-0.5
drift (%)
drift (%)
0.8
Keterangan
Pada level beban aksial 0.3Po, daktilitas benda uji kolom yang diberikan penbinder lebih baik daripada benda uji dengan pengekang standar yang memiliki kait 1350.
Terjadi peningkatan nilai daktilitas dari nilai daktilitas untuk pengekang dengan kait
standar ( 1350 ) hingga 19.5 % dan 18.9 % untuk penambahan pen-binder dengan
material baja dan plastik. Sementara perbedaan penggunaan pen-binder dari material
baja dan plastik tidak memberikan perbedaan hasil yang signifikan untuk nilai
daktilitasnya. Pada eksperimen ini pen-binder dari material plastik digunakan untuk
menghindari terjadinya korosi akibat berkurangnya selimut beton karena pemasangan
pen-binder. Pada Gambar 13 terlihat bahwa pen-binder dengan material plastik sanggup
mempertahankan posisi tulangan pengekang tetap pada tempatnya sekalipun tulangan
longitudinal sudah mengalami buckling.
Gambar 13. Foto Benda Uji pada Akhir Pengujian dengan Pen-binder dari Material
Plastik
Pada level beban aksial yang dinaikkan hingga 0.5 Po, terlihat perbedaan yang
cukup signifikan antara benda uji kolom dengan kait standar dengan benda uji yang
memiliki kait tidak standar yang diberi tambahan pen-binder baja. Pemberian beban
aksial dari 0.3P0 hinggga 0.5P0 meningkatkan kapasitas gaya lateral rata-rata sebesar
18.5 % dibandingkan benda uji dengan beban aksial 0.3 P0. Penambahan pen-binder
pada kait tidak standar memberikan peningkatan daktilitas secara signifikan hingga
sebesar 82 % dari daktilitas pada benda uji dengan kait standar. Pada level aksial yang
cukup tinggi terlihat perbedaan yang cukup signifikan karena pen-binder bekerja lebih
maksimal dengan memanfaatkan tingginya gaya aksial yang menekan inti kolom
sehingga menambah aksi pengangkuran pen-binder pada inti kolom yang terkekang.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian aksial dan lateral siklis untuk 5 buah benda uji kolom dapat
disimpulkan hasilnya sebagai berikut :
1. Penggunaan kait yang tidak standar dengan penambahan pen-binder (plastik
maupun baja) yang merupakan modifikasi pemasangan tulangan pengekang
memberikan hasil yang mendekati bahkan lebih baik daripada kolom yang
menggunakan pengekang dengan kait standar 1350.
2. Pada level beban aksial yang lebih tinggi (0.5Po) penggunaan pengekang dengan
kait tidak standar ditambah pen-binder baja memberikan nilai daktilitas yang jauh
lebih baik daripada benda uji kolom yang menggunakan kait standar 1350 dengan
peningkatan sebesar 82%.
3. Penggunaan material pen-binder baja ataupun plastik dalam pengujian ini
memberikan hasil yang relatif sama pada level beban aksial moderate ( 0.3P0)
7. DAFTAR PUSTAKA
ACI Committee 374 (2005) .Acceptance Criteria for Moment Frames Based on Structural
Testing and Commentary ). ACI 374.1-05.
Azizinamini A and Gosh S.K. (1997). Steel Reinforced Concrete Sructures in 1995
Hyogoken-Nanbu Earthquake, Journal of Structural Engineering,ASCE, Vol. 123,
No. 8 Aug, pp 986-992.
Bayrak, O. and Sheikh, S.A. (1998).Confinement Reinforcement Design Consideration
for Ductile HSC Column, Journal of Structural Engineering, ASCE, V.124, No.9,
Sept 1998, pp 999-1010.
Imran, I., Hoedajanto, D., Suharwanto. (2005). Beberapa Pelajaran dari Gempa Aceh;
Tinjauan Kinerja Dua Bangunan Perkantoran di Banda Aceh, Seminar Gempa HAKI
2005, Jakarta, 25 Mei, (ISBN 979-98441-2-6)
Imran, I., Suarjana, M., Hoedajanto, D., Soemardi, B., Abduh, M. (2006). Beberapa
Pelajaran dari Gempa Yogyakarta; Tinjauan Kinerja Struktur Bangunan Gedung,
Jurnal HAKI, Vol. 7, No. 1, hal. 1-13 (ISSN No. 0216/5457)
Imran, I.(2007). "The 6 March 2007 West Sumatera Earthquake-Lesson Learned and
Recommendations", Prosiding The International Symposium on Disaster in Indonesia
(ISDI): Problem and Solution, 26-28 Juli, Padang.