Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM IV

PENGARUH FREKUENSI TERHADAP INDUKTOR


YANG DIALIRI ARUS AC

1. TUJUAN
Untuk mempelajari pengaruh frekuensi dan melihat bentuk gelombang keluaran
akibat pengaruh frekuensi terhadap induktor yang dialiri arus AC.

2. ALAT DAN BAHAN


Electromagnetism Trainer 12-100
Osiloskop 2 channel
Milliammeter, 0-10 mA AC
Function Generator 4-16 kHz, 20 V pk-pk sine

3. DASAR TEORI
Induktor atau kumparan adalah salah satu komponen pasif elektronika yang
dapat menghasilkan magnet jika dialiri arus listrik dan sebaliknya dapat
menghasilkan listrik jika diberi medan magnet. Induktor ini biasanya dibuat dengan
kawat penghantar tembaga yang dibentuk menjadi lilitan atau kumparan.
Sebelum lebih jauh membahas tentang pengaruh frekuensi terhadap induktor
mari kita mengingat terlebih dahulu rumus dari suatu impedansi. Nilai impedansi
dapat dihitung dengan rumus :

Vrms
I rms

Impedansi seperti yang kita ketahui terdiri dari nilai resistor, inductor dan
kapasitor, sering kali kita kenal dengan R, X L dan X C . Dalam praktikum ini lebih
kita tekankan pada nilai X L atau nilai induktansi dari sebuah inductor. Induktansi
dapat digolongkan seperti padapenjelasan berikut :
a. Induktansi diri
Induktansi diri merupakan suatu besaran yang menyatakan kemampuan
membangkitkan ggl akibat arus yang berubah terhadap waktu. Sedangkan
insduktansi diri merupakan induktansi yang dihasilkan oleh arus kumparan
menginduksi kumparan itu sendiri. Dasar teori medan elektromagnetik dari
induktansi merupakan akibat dari persamaan Maxwell mengenai hukum ggl induksi
Faraday. Persamaan maxwell tersebut adalah sebagai berikut.

Kerapatan fluks magnet B yang berubah terhadap waktu dihasilkan oleh arus
listrik. Arus listrik yang berubah terhadap waktu ini menghasilkan ggl. Induktansi
memiliki satuan H. Hubungan ggl yang muncul akibat perubahan arus dinyatakan
dalam persamaan berikut.

: ggl induksi yang muncul pada induktor (Volt)


L : induktansi diri (H)
I : arus pada induktor (A)
Komponen atau benda yang memiliki induktansi diri disebut induktor.
Induktor layaknya seperti sebuah kapasitor, sama-sama menyimpan energi. Hanya

saja induktor menyimpan energi dalam bentuk medan magnet sedangkan kapasitor
menyimpan dalam bentuk medan listrik.
b. Induktansi murni yang dicatu tegangan bolak-balik sinusoidal
Sebuah induktor apabila dicatu dengan tegangan bolak-balik sinusoidal maka
akan mengalir arus yang tertinggal sebesar 90 0 terhadap tegangan. Arus yang terjadi
merupakan arus bolak-balik. Rangkaian ini disebut rangkaian induktif murni.
Penyimpanan energi dan pelepasan energi dalam medan magnet pada induktor terjadi
secara periodik.
Tegangan sinusoidal dapat dituliskan sebagai berikut

Bila tegangan ini mencatu induktor maka dapat dituliskan sebagai berikut

Arus yang terjadi berbeda fase sebesar 900 terhadap tegangan.


c. Rangkaian induktor dan resistor yang dicatu tegangan bolak-balik sinusoidal
Apabila induktor dan resistor disusun secara seri dan dicatu dengan tegangan
bolak-balik sinusoidal maka persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut.

Sehingga arus yang dihasilkannya adalah sebagai berikut

Sedangkan tegangan jatuh pada induktor dapat diturunkan dari persamaan arus
dengan hubungannya dengan ggl seperti pada persamaan sebelumnya

Bila dinyatakan dalam tegangan efektif

Dimana
f adalah frekuensi tegangan masukan
Dari persamaan tersebut dapat dilihat pengaruh frekuensi terhadap tegangan
pada induktor. Semakin besar frekuensi akan menyebabkan semakin besarnya
tegangan induktor.
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang
waktu yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan
jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini
dengan panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz
(Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan
fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi
satu kali per detik. Secara alternatif, seseorang bisa mengukur waktu antara dua buah
kejadian/ peristiwa (dan menyebutnya sebagai periode), lalu memperhitungkan
frekuensi (f ) sebagai hasil kebalikan dari periode (T ), seperti nampak dari rumus di
bawah ini :

Arus Bolak-Balik pada Induktor


Bilamana sebuah induktor dialiri arus bolak-balik, maka pada induktortersebut akan
timbul reaktansi induktif resistansi semu atau disebut jugadengan istilah reaktansi
induktansi dengan notasi XL. Besarnya nilai reaktansi induktif tergantung dari
besarnya nilai induktansi induktor L(Henry) dan frekuensi (Hz) arus bolak-balik.
Gambar dibawah ini memperlihatkanhubungan antara reaktansi induktif terhadap
frekuensi arus bolak-balik

Gambar . Hubungan reaktansi induktif terhadap frekuensi


Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan
nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin besar
nilai induktor, maka semakin besar nilai reaktansi induktif X L pada induktor
sebaliknya semakin kecil frekuensi arus bolak-balik dan semakin kecil nilai dari
induktansinya, maka semakin kecil nilai reaktansi induktif XL pada induktor tersebut.
Hubungan ini dapat ditulis seperti persamaan berikut :

4.

PROSEDUR PERCOBAAN
1. Periksalah kelayakan dan kelengkapan alat sebelum menggunakan alat-alat
tesebut untuk praktikum.
2. Mulailah dengan merangkai Electromagnetism Trainer 12-100 terlebih
dahulu. Rangkilah dengan menggunakan jumper (kabel penghubung) yang
tersedia sehingga rangkaian pada papan ET 12-100 sesuai dengan petunjuk
gambar yang tertera pada praktiku ini.
3. Setelah jumper telah selesai dirangkai diatas ET 12-100, maka pastikan
kembali apakah rangkain yang dipasang dalam keadaan benar.

4. Hidupkan osiloskop dengan menggunakan channel yang berfungsi dengan


baik untuk melihat hasil bentuk gelombang. Letakkan pengait (steak) dan
jumper osiloskop ke posisi sesuai dengan gambar.
5. Lakukan hal yang sama terhadap Function Generator 4-16 kHz, 20 V pk-pk
sine. Setelah rangkain sudah benar, maka alat bisa dihidupkan secara bersama.
6. Kemudian aturlah Vpk-pk di Function Generator 4-16 kHz, 20 V pk-pk sine
sesuai dengan nilai yang telah ditentukan pada tabel dibawah ini.
7. Lakukan pengamatan terhadap bentuk gelombang yang didapat pada
osiloskop dan lihat apa pengaruh yang terjadi selama frekuensi yang yang
digunakan berbeda-beda.
8. Setelah percobaan selesai dilakukan, maka matikan alat-alat percobaan sesuai
dengan prosedur dari asisten yang mengajar.

Gambar 4.1. Diagram Rangkaian

Analisa arus AC pada induktor perlu dipelajari karena induktor akan


memberikan karakteristik khusus apabila dilewati arus AC. Pada saat sebuah induktor
dialiri arus bolak-balik (AC), maka pada induktor tersebut akan timbul reaktansi
induktif resistansi semu atau disebut juga dengan istilah reaktansi induktansi dengan
notasi XL.
Besarnya nilai reaktansi induktif tergantung dari besarnya nilai induktansi
induktor L (Henry) dan frekuensi (Hz) arus bolak-balik (AC).
Gambar berikut memperlihatkan hubungan antara reaktansi induktif terhadap
frekuensi arus bolak-balik.

Hubungan Reaktansi Induktif Terhadap Frekuensi Hubungan Reaktansi


Induktif Terhadap Frekuensi, reaktansi induktif, karakteristik induktor, resistansi
semu induktor, analisa arus ac induktor, arus ac pada induktor, hubungan arus ac pada
Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan
nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin besar
nilai induktor, maka semakin besar nilai reaktansi induktif X L pada induktor
sebaliknya semakin kecil frekuensi arus bolak-balik dan semakin kecil nilai dari
induktansinya, maka semakin kecil nilai reaktansi induktif XL pada induktor tersebut.
Hubungan ini dapat ditulis seperti persamaan berikut,
X_{L}=\omega
L=2\pi fL
dimana:
XL = reaktansi induktif (resistansi semu) induktor dalam ()
f = frekuensi arus bolak-balik dalam (Hz)
L = nilai induktansi induktor (Farad)
Dikutip dari : http://agusmunir.mywapblog.com/analisa-arus-ac-pada-induktor.xhtml.

Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur pcb dalam suatu rangkain
berpotensi untuk menghasilkan medan induksi. Ini yang sering menjadi pertimbangan
dalam mendesain pcb supaya bebas dari efek induktansi terutama jika multilayer.
Tegangan emf akan menjadi penting saat perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf
menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan arus yang melewati tiap
lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-induced. Secara
matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak N adalah
akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya : Fungsi utama dari
induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan fluktuasi arus yang
melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian dc salah satunya adalah untuk
menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada aplikasi
rangkaian ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk meredam perubahan fluktuasi arus
yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi dari induktor yang bisa
diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya. Bentuk Umum Induktor
(Selenoida) Dari pemahaman fisika, elektron yang bergerak akan menimbulkan
medan elektrik di sekitarnya. Berbagai bentuk kumparan, persegi empat, setegah
lingkaran ataupun lingkaran penuh, jika dialiri listrik akan menghasilkan medan
listrik yang berbeda. Penampang induktor biasanya berbentuk lingkaran, sehingga
diketahui besar medan listrik di titik tengah lingkaran adalah : Jika dikembangkan, n
adalah jumlah lilitan N relatif terhadap panjang induktor l. Secara matematis ditulis :
Lalu i adalah besar arus melewati induktor tersebut. Ada simbol yang dinamakan
permeability dan o yang disebut permeability udara vakum. Besar permeability
tergantung dari bahan inti (core) dari induktor. Untuk induktor tanpa inti (air winding)
= 1. Jika rumus-rumus di atas di subsitusikan maka rumus induktansi (rumus 3)
dapat ditulis menjadi : Dimana : L : induktansi dalam H (Henry) : permeability inti
(core) o : permeability udara vakum N : jumlah lilitan induktor A : luas penampang
induktor (m2) l : panjang induktor (m) Inilah rumus untuk menghitung nilai
induktansi dari sebuah induktor. Tentu saja rumus ini bisa dibolak-balik untuk
menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai induktansinya sudah ditentukan.

Dikutip dari : http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/karakter-dan-fungsiinduktor/


Faktor-faktor yang mempengaruhi induktansi
Ada empat faktor dasar pada konstruksi suatu induktor yang menentukan nilai
induktansi yang akan dihasilkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi induktansi ini
mempengaruhi seberapa besar fluks medan magnet yang akan dihasilkan apabila
dipasangkan sejumlah gaya medan magnet (atau sejumlah arus yang dilewatkan pada
kawat kumparan) :
1. Jumlah putaran pada kumparan : apabila faktor-faktor yang lain nilainya tetap,
semakin banyak

jumlah lilitan/putaran pada kumparan maka akan

menghasilkan induktansi yang lebih besar; semakin sedikit jumlah


putaran/lilitan, maka semakin kecil nilai induktansinya. Penjelasan : Semakin
banyak jumlah lilitan/putaran pada kumparan akan menghasilkan semakin
banyak gaya medan magnet (diukur dalam ampere-turn), pada nilai arus
tertentu.
2. Luas kumparan : Apabila faktor-faktor yang lainnya dibuat tetap, semakin luas
penampang kumparan menghasilkan induktansi yang semakin besar; semakin
kecil

luasnya

maka

semakin

kecil

induktansinya).

Penjelasan : Semakin luas penampang kumparan, akan melemahkan


penghambat fluks medan magnet, untuk nilai gaya medan tertentu.
3. Panjang kumparan : Apabila faktor-faktor lain dibuat tetap, semakin panjang
ukuran dari suatu kumparan, maka semakin kecil induktansinya; semakin
pendek

ukuran

kumparan,

semakin

besar

induktansinya.

Penjelasan : Semakin panjang jalur yang disediakan untuk fluks medan

magnet menghasilkan semakin besarnya hambatan terhadap fluks medan itu


dalam nilai gaya medan tertentu.
4. Bahan Inti : Apabila faktor-faktor yang lainnya dibuat tetap, semakin besar
permeabilitas dari bahan inti , semakin besar induktansinya ; semakin kecil
permeabilitas

bahan

intinya,

semakin

kecil

induktansinya.

Penjelasan : Bahan inti dengan permeabilitas magnet yang besar mampu


menghasilkan fluks medan magnet yang lebih banyak untuk nilai gaya medan
tertentu.
Dikutip dari : http://siscawatirizkilasmo.wordpress.com/gaya-gerak-induksilistrik/
Kumparan (koil) / Induktor
INDUKTOR ATAU KUMPARAN ADALAH SALAH SATU KOMPONEN PASIF
ELEKTRONIKA YANG DAPAT MENGHASILKAN MAGNET JIKA
DIALIRI ARUS LISTRIK DAN SEBALIKNYA DAPAT MENGHASILKAN
LISTRIK JIKA DIBERI MEDAN MAGNET. INDUKTOR INI BIASANYA
DIBUAT

DENGAN

DIBENTUK

KAWAT

MENJADI

PENGHANTAR

LILITAN

ATAU

TEMBAGA

KUMPARAN.

YANG

SATUAN

IDUKTANSINYA ADALAH HENRY (H=HENRY, MH=MILI HENRY,


UH=MIKRO

HENRY,

NH=NANO

HENRY)

DENGAN

NOTASI

PENULISAN HURUF "L".


Induktor adalah komponen yang tersusun dari lilitan kawat. Induktor termasuk juga
komponen yang dapat menyimpan muatan listrik. Bersama kapasitor induktor dapat
berfungsi sebagai rangkaian resonator yang dapat beresonansi pada frekuensi tertentu.
Fungsi Induktor:

1.

Penyimpan arus listrik dalam bentuk medan magnet

2.

Menahan arus bolak-balik/ac

3.

Meneruskan/meloloskan arus searah/dc

4.

Sebagai penapis (filter)

5.

Sebagai penalaan (tuning)

Kumparan/coil ada yang memiliki inti udara, inti besi, atau inti ferit.
Nilai/harga dari inductor disebut sebagai induktansi dengan satuan dasar henry.
Simbol Induktor :
Sebuah induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi, beberapa
resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi.

Induktor akan

berfungsi sebagai tahanan jika dialiri arus listrik bolak-balik (AC).


Kegunaan Induktor
1.

Pemroses sinyal pada rangkaian analog

2.

Mengholangkan noise (dengung)

3.

Mencegah interferensi frekwensi radio

4.

Komponen utama pembuatan Transformator

5.

Sebagai filter pada rangkaian power supply

Banyak perangkat dan komponen elektronika yang dibangun mengunakan kumparan


seperti speaker, relay, buzzer, trafo, dan kpmponen lain yang berhubungan dengan
frekwensi dan medan magnet.
Fungsi Induktor
1. Tempat terjadinya gaya magnet
2. Pelipat tegangan
3. Pembangkit getaran

Berdasarkan kegunaannya Induktor bekerja pada:


1. Frekuensi tinggi pada spul antena dan osilator
2. Frekuensi menengah pada spul MF
3. Frekuensi rendah pada trafo input, trafo output, spul speaker, trafo tenaga, spul
relay dan spul penyaring
Bentuk fisik induktor

Simbol Induktor

Jenis induktor :

1. Fixed coil, yaitu inductor yang memiliki harga yang sudah pasti. Biasanya
dinyatakan dalam kode warna seperti yang diterapkan pada resistor. Harganya
dinyatakan dalam satuan mikrohenry (H).
2. Variable coil, yaitu inductor yang harganya dapat diubah-ubah atau disetel.
Contohnya adalah coil yang digunakan dalam radio.
3. Choke coil (kumparan redam), yaitu coil yang digunakan dalam teknik sinyal
frekuensi tinggi.
Dikutip dari : http://cahyoni.blogspot.com/2012_09_01_archive.html
Pengisian Induktor
Bila kita mengalirkan arus listrik I, maka terjadilah garis-garis gaya magnet . Bila kita
mengalirkan arus melalui spul atau coil ( kumparan ) yang dibuat dari kabel yang
digulung,a akan terjadi garis-garis gaya dalam arah sama membangkitkan medan
magnet. Kekuatan medan magnet sama dengan jumlah garis-garis gaya magnet dan
berbanding lurus dengan hasil kali dari jumlah gulungan dalam kumparan dan arus
listrik yang melalui kumparan tersebut
Bila arus bolak balik mengalir pada induktor, maka akan timbul gaya gerak listrik
(ggl) induksi Hal ini berarti antara arus dan tegangan berbeda fase sebesar /2 = 90 0
dan arus tertinggal (lag) dari tegangan sebesar 900. 2f merupakan perlawanan
terhadap aliran arus.
Pengosongan Induktor
Bila arus listrik l sudah memenuhi lilitan , maka terjadilah arus akan bergerak
berlawanan arah dengan proses pengisian sehingga pembangkitan medan magnet
dengan garis gaya magnet yang sama akan menjalankan fungsi dari lilitan tersebut
makin tinggi nilai L ( induktansi) yang dihasilkan maka makin lama proses
pengosongannya.
Dikutip dari: http://m-edukasi.net/online/2008/induktor/prinsipind.html

Anda mungkin juga menyukai