Anda di halaman 1dari 3

FASE DAN PRINSIP HUBUNGAN PERAWAT, KELUARGA DAN KLIEN

A.

Fase Hubungan perawat dengan keluarga dan klien


Ada beberapa fase hubungan perawat dengan keluarga dan klien antara lain (asmadi,
2008):
1. Fase orientasi
Pada fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang belum saling
mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan
bantuan profesional dan perawat serta menentukan apa yang klien perlukan saat itu.
Jadi, fase orientasi ini meru[pakan fase untuk menentukan adanya masalah.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien dalam memberi
atau enerima pertolongan. Selain itu, fase ini di pengaruhi oleh ras, budaya, agama,
pengalaman, latar belakang, dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini
adalah perawat dan klien bersama-sama mengidentiikasi adanya masalah serta
menumbuhkan rasa saling percaya.
2.

Fase Identfikasi
Pada fase ini, klien memberikan respon untuk mengdentifikasi persoalan yang
dihadapi. Disini perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien menghadapi
penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang
perasaannya dan menguatkan kekuatan positif pada pribadi klien serta memberi kepuasan
yang dibutuhkan.
Klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan mulai memiliki kemampuan
untuk mengatasi masalahnya dengan mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa.
Untuk menumbuhkan sikap positif pada diri klien. Jadi, fase identifikasi merupakan fase
penentu kebutuhan apa yang yang diperlukan oleh klien. Pada fase ini, perawat juga
memberi beberapa alternatif untuk mengatasi masalah klien.
3. Fase Eksploitasi
Pada fase ini, perawat memberikan pelayanan keperawatan berdasarkan kebutuhan
klien. Selama fase eksploitasi, klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan
kepadanya melalui sebuah hubungan.
Prinsip tindakan fase ini adalah eksplorasi atau menggali, memahami keadaan klien,
dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk menggali dan
mengungkapkan perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan
mempertahankan suasana terapeutik.
Fase ini merupakan fase pemberian bantuan kepada klien sebagai langkah
memecahkan masalah.
4. Fase resolusi atau terminasi
Pada fase ini, perawat dan klien sudah sampai tahap akhir dan keduanya siap
mengakhiri hubungan terapeutik yang selama ini terjalin.
Keempat fase tersebut saling berkaitan, disetiap fase diperlukan peran yang berbeda
sesuai kebutuhan klien.
B. Prinsip-prinsip Hubungan Perawat dengan Klien dan Keluarga
Menurut Suryani (2005) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam
membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeuik.
Pertama, hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, hubungan ini didasarkan pada prinsip humanity of nurse and clients.
Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya
sebagai manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak hanya sekadar hubungan seorang
pendorong dengan kliennya tapi lebih dari itu, yaitu hubungan antar manusia yang
bermartabat.
Kedua, perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter

yang berbeda-beda. Karena perawat perlu memahami perasaan dan perilaku klien dengan
melihat perbedaan latar belakang keluarga,budaya, dan keunikan setiap individu.
Ketiga, semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan
harga diri klien.
Keempat, komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari
komunikasi terapeutik.
C. Sifat-sifat esensial jika perawat ingin enetapkan hubungan yang positif dan suportif dengan
klien
1. Rasa percaya
Tanpa rasa percaya hubungan antara klien, keluarga dan perawat tidak akan memiliki
kemajuan lebih dari interaksi sosial dan hanya untuk memenuhi kebutuhan superfisial.
2. Empati dan simpati
Empati adalah merasakan, memahami, dan membagi kerangka sumber masalah yang
dihadapi klien. Kebalikan empati adalah simpati, simpati adalah ekspresi perasaan yang
ditunjukkan perawat pada klien untuk masalah klien sebagai tanda bahwa kebutuhan klien dilihat
sebagai kebutuhan perawat.
3. Perhatian
Perawat menunjukkan perhatian dengan menerima klien sebagaimana mereka apa adanya
dan menghargai mereka sebagai individu. Ketika klien merasa diperhatikan, mereka merasa
aman dari ancaman atau situasi yang menyebabkan kecemasan.
4. Autonomi dan mutualitas
Autonomi adalah kemampuan untuk mengontrol diri, sedangkan mutualitas meliputi
perasaan untuk berbagi dengan seksama.

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: EGC
Suryani.2005. Komunikasi terapeutik: Teori dan Praktik.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai