jumlahnya
ratusan,
sehingga
mereka
mampu
hidup
diterapkan.
Tidak
ada
ambisi
di
antara
mereka
untuk
dasar
negara,
Pancasila
mengakui
keberadaan
dengan Bhineka
mengatakan,
Negara
Tunggal
Republik
Ika.
Indonesia
Soekarno
bukan
milik
sendiri
sesuatu
golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan
milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari
Sabang sampai ke Merauke! Bahkan, di dalam UUD 1945 disebutkan:
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.
Ini artinya, Negara Republik Indonesia sejak lahirnya bukan saja
toleran, tetapi mengakui keberagaman itu sebagai dasar pembentuk
negara-bangsa ini. Dengan demikian, bhineka tunggal ika itu justru
merupakan raison detre lahirnya negara-bangsa bernama Indonesia.
Tetapi, fenomena tersebut berubah, yang asalnya harmonis
menjadi anarkis. Keberagaman budaya yang selama ratusan, bahkan
ribuan tahun yang telah mampu mengantarkan rakyat Indonesia ke
pulau sejahtera, dirasa hilang ditelan bumi.
Ini dikuatkan dengan adanya korupsi, pencurian, pemerkosaan,
bentrok antarwarga, tawuran antar mahasiswa dan sebagainya.
Bahkan akhir-akhir ini banyak terjadi tindakan kekerasan, perusakan
dan penyerbuan dengan motif beda keyakinan dalam memahami
agama, seperti kasus penyerangan terhadap kelompok Ahmadiyah di
Cikeusik, penyerangan terhadap kelompok Syiah di Sampang, Madura
dan sebagainya. Selain itu, konflik antar agama juga sering terjadi
seperti kasus di Gereja GKI Yasmin Bogor, perusakan gereja di
Temanggung dan kasus-kasus yang lain. Bentuk-bentuk berita,
termasuk yang sangat signifikan tentang kasus suku, agama, ras dan
antar-kelompok (SARA) itu seakan menjadi menu utama di media
masa. Hal tersebut mencerminkan rasa saling membutuhkan antara
satu dengan yang lain sudah tak hidup lagi. Diri sendiri lah yang
dipikirkan, tanpa berpikir bagaimana seandainya ia hidup sendiri di
sebuah tempat.
Mewujudkan Kemakmuran
Semua
melupakan
ini
akibat dari
akar-akar
masyarakat Indonesia
budayanya
sendiri.
Serta
yang telah
melemahnya
Ika.
Dan
juga
kurangnya
sifat
kritis
dalam
proses
anarkis.
Maka
rakyat
Indonesia
diharapkan
Kedua, berani mengakui perbedaan. Pengakuan akan kebhinneka-an membuat kita sadar bahwa tidak semua hal dapat
diperlakukan dengan sama. Sikap ini akan melahirkan penghargaan
dan saling ketergantungan sehingga pada akhirnya bermuara pada
peningkatan kemampuan adaptasi individu dan kelompok.
Ketiga, memperkuat pendidikan. Pendidikan adalah proses
membuat orang berbudaya dan beradab. Pendidikan yang dibutuhkan
adalah
proses
pendidikan
yang
dapat
mempertahankan
dan
cara