Islam lahir tidak dalam ruang dan waktu yang kosong, namun ia
lahir dalam suatu peradaan yang berkambang. Jauh sebelum Islam
datang, sudah banyak agama yang berkembang di dalam kehidupan
masyarakat Arab pra Islam. Agama-agama yang berkembang pada saat
itu antara lain al-Watsaniyah (paganisme), Yahudi, Majusi, Hanifiyah dan
Shabiah. Sebagai agama yang datang belakangan, Islam secara tidak
langsung
terpengaruhi
oleh
peradaban
yang
berkembang
dalam
mereka
mensakralkan
rumah
ibadah
mereka.
Jawad
Ali
menjelaskan keyakinan yang dimiliki masyarakat pra Islam ini lahir karena
bagi mereka bahwa Tuhan yang mereka sembah bersemayam di dalam
rumah ibadah tersebut dan diyakini sebagai rumah Tuhan (baitullah). Hal
ini senada dengan definisi tentang tempat yang disakralkan menurut
Joseph Chelhod. Dia mengartikan tempat yang disucikan adalah tanah
kawasan yang lepas dari alam profan, secara umum manusia dilarang
memasukinya karena ruh yang samar telah menampakkan diri di
dalamnya dan menjadikannya sebagai tempat tinggal.
Diakui atau tidak, fenomena banguan masjid pada masa Rasulullah
sangat berbeda dengan zaman sekarang. Model arsitektur masjid pada
zaman sekarang kemegahannya tampak jelas di tengah-tengah kota.
Bentuk fisik yang menawan semakin hari semakin megah mencerminkan
kemajuan umat Islam.
Bentuk bangunan masjid pun sangat beragam, bahkan ada yang
menyerupai rumah ibadah agama lain. Menjadi konsekuensi bagi agama
Islam ketika bertemu dengan kebudayaan untuk beradaptasi. Lebih-lebih
status
agama
tak
heran apabila
demikian
kondisinya,
maka
menjadi
ambigu
ketika
dari
sudut
masjid
yang
selalu
berkumandang
setiap
menjelang
menghilangkan
dilengkapi
dengan
kewajibannya
interaksi
sosial
sebagai
yang
baik
orang
untuk
Islam.
Tanpa
menciptakan