Anda di halaman 1dari 16

Pengenalan, Pencegahan, Deteksi Dini dan Pengobatan

Kanker Serviks di Indonesia


Grace Stefani Christanto
102011149

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna utara no 6
Jakarta Barat 11510
gracestefanii@yahoo.com

Abstrak : Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area leher rahim dan sangat berbahaya bagi
wanita. Jika seorang wanita sudah terkena kanker serviks, maka ia harus melakukan operasi pengangkatan rahim
dan tentunya ia mempunyai kemungkinan kecil untuk memiliki keturunan. Oleh karena itu, lebih baik setiap
wanita mencegah kanker serviks itu terjadi. Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks dengan
memakan makanan yang mengandung vitamin A, C, dan E, juga memakan makanan yang mengandung asam
folat. Selain mencegah, kita juga perlu untuk mendeteksi sejak dini apakah terjadi pertumbuhan kanker serviks
ataupun lesi pra-kanker. Ada beberapa cara untuk mendeteksinya, yaitu dengan IVA, mengikuti Pap Smear, Thin
Prep, Kolposkopi, Triase, dan juga ada teknik baru yang disebut dengan HC-II. Pengobatan Kanker Serviks
dapat dilakukan dengan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV atau menyingkirkan bagian yang rusak
atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cyrosurgery (membuang jaringan abnormal
dengan pembekuan). Jika Kanker Serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi
kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi pengangkatan
rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang
pada tubuh.
Kata kunci : kanker serviks, pencegahan, deteksi dini, pengobatan.

Abstract : Cervical cancer is cancer that is very dangerous for women because it attacks the cancer of the cervix
(cervical cancer). If a woman has cervical cancer, then he should perform surgical removal of uterus and of
course he had little chance to have offspring. Therefore it is better we prevent cervical cancer that occur. There
are a few to prevent cervical cancer by eating foods that contain vitamins A, C, and E, and also eat foods
containing folic acid.In addition to prevention, we also need to detect early on whether there is growth servical
cancer or prep-cancerous lesions. There are several ways to detect, by IVA, following the Pap Smear, Thin Prep,
Colposcopy, Triage, and also there is a new technique called HC-II. Cervical Cancer Treatment can be done by
turning
off the
cells that
contain the
HPV
virus orget
rid
of the
damaged or
infected with electric surgery, laser surgery, or cyrosurgery(remove the abnormal tissue by freezing). If cervical
cancer has reached an advanced stage, it will be done chemo therapy. In some severe cases may also be
performedhysterectomy is the
surgical
removal
of the
uterus or womb in
total. Aim
is
to
removecervical cancer cells that have been developed on the body.
Keywords : cervical cancer, prevention, early detection.

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kanker Serviks merupakan kanker area leher rahim dan merupakan nomor dua
tersering diderita oleh perempuan di seluruh dunia dan penyebab kematian akibat kanker
yang paling utama, khususnya bagi perempuan di negara-negara berkembang. Data
histopatologik kanker tahun 1997 di Indonesia dan data penderita kanker di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta tahun 1999, juga menunjukkan bahwa kanker serviks merupakan
jenis kanker terbanyak di derita oleh perempuan. Pada tahun 2000 diperkirakan 370.000
kasus dari sekitar 470.600 kasus baru kanker serviks dari seluruh dunia diderita oleh
perempuan di negara-negara berkembang. Dari jumlah tersebut lebih dari separuh berasal dari
negara-negara Asia, termasuk Indonesia.1 Pada tahun 2011, jumlah kasus kanker serviks
atau leher rahim di Indonesia masih tinggi. Setiap hari diperkirakan muncul 40-45 kasus baru
dan sekitar 20-25 perempuan meninggal setiap harinya karena kanker leher rahim.
Terbatasnya akses informasi yang akurat diyakini menjadi salah satu penyebab tingginya
kasus kanker leher rahim di Indonesia.2
Kanker Serviks juga menjadi penyebab kematian 233.400 perempuan di dunia setiap
tahunnya, yang 80% nya berasal dari negara berkembang. Diperkirakan hanya 5% perempuan
di negara berkembang

termasuk Indonesia, yang pernah menjalani pemeriksaan untuk

deteksi dini kanker serviks. Jika saja lesi prakanker serviks dapat diidentifikasi (lesi ini pada
umumnya tetap merupakan lesi prakanker selama bertahun-tahun sebelum berubah menjadi
kanker serviks) dan di tatalaksana dengan tepat, lesi ini tidak akan berkembang menjadi
kanker serviks. Hingga saat ini upaya pencegahan kanker serviks di seluruh dunia masih
berfokus pada upaya skrining terhadap perempuan yang beresiko dengan melakukan
penatalaksanaan terhadap lesi prakanker. Meskipun program skrining dengan tes pap sudah
diperkenalkan pada hampir seluruh negara yang sedang berkembang, keberhasilannya di
negara-negara ini masih amat terbatas. Masalah yang muncul meliputi terbatasnya jumlah
perempuan yang dapat menjalani skrining, terbatasnya pusat kesehatan yang dapat melayani
tes Pap.1
2. Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks.
b. Meningkatkan kepedulian perempuan dalam menjaga alat vital mereka.
c. Meningkatkan kepedulian perempuan dalam mencegah dan mendeteksi akan
adanya kanker serviks maupun lesi pra-kanker sejak dini.

Pembahasan
Faktor penyebab kanker serviks :
a. Perilaku Seksual
Dari Studi Epidemiologi, kanker serviks skuamosa berhubungan kuat dengan perilaku
seksual, seperti berganti-ganti mitra seks dan usia saat melakukan hubungan seks
yang pertama. Resiko meningkat lebih dari sepuluh kali bila mitra seks enam atau
lebih, atau bila hubungan seks pertama di bawah 15 tahun. Resiko akan meningkat
apabila berhubungan dengan pria beresiko tinggi mengidap kondiloma akuminatum.
Pria beresiko tinggi adalah pria yang melakukan hubungan seks dengan banyak mitra
seks.
b. Merokok
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok /
sigaret maupun yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycylic aromatic
hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen dan mutagen, sedangkan
bila dikunyah ia menghasilkan netrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau
dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen
infeksi virus. Ali dkk. Bahkan membuktikan bahwa bahan-bahan tersebut dapat
menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga mengakibatkan ceoplasma
serviks.
c. Nutrisi
Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat
mencegah kanker. Dari penelitian, ternyata defisiensi terhadap asam folat, vitamin C,
E, beta karotin / retinol dihubungkan dengan peningkatan resiko peningkatan resiko
kanker serviks.
d. Perubahan Sistem Imun
Perubahan sistem Imun dihubungkan dengan meningkatnya resiko terjadinya
karsinoma serviks infasif. Hal ini dihubungkan dengan penderita yang terinfeksi
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) meningkatkan angka kejadian kanker
serviks prainvasif dan invasif.3

Gambaran Klinis
Gambaran Klinis kanker serviks adalah :

Pendarahan abnormal dari vaginapeningkatan jumlah, frekuensi dan / atau lamanya


3

Pendarahan kontak saat berhubungan seksual


Urgensi berkemih, disuria, dan hematuria4

Gejala
Pada tahap awal, penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati. Itu sebabnya,
Anda yang sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk melakukan tes pap smear setiap
dua tahun sekali. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh
penderita kanker stadium lanjut.5
Gejala kanker serviks tingkat lanjut :

Munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact bleeding).

Keputihan yang berlebihan dan tidak normal.

Pendarahan di luar siklus menstruasi.

Penurunan berat badan drastis.

Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan
nyeri punggung

Hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.5

Faktor Etiologi
Faktor Etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi Human Pavilloma Virus (HPV).
HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi
prakanker. HPV adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal
dan mukosa . Infeksi virus papilloma sering terdapat pada wanita yang aktif secara seksual. 1
Aktifitas seksual yang berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kanker serviks
termasuk usia dimulainya aktifitas seksual di bawah 18 tahun dan perilaku seksual dengan
pasangan lebih dari satu. Banyaknya partner seksual dari pasangan pria, juga memegang
peranan penting dalam terjadinya kanker serviks. Adanya riwayat infeksi penyakit menular
seksual oleh virus, seperti virus Herpes simpleks tipe 2 (HSV tipe 2), virus Human papilloma
(terutama tipe HPV-16 dan HPV-18), kehamilan pertama sebelum usia 18 tahun,

dan

kehamilan ganda membuat seorang wanita memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap
terjadinya kanker serviks.4
Cara penularan

Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan
berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui
organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital.
Karenanya, penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh
mencegah penularan virus HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa
berpindah melalui sentuhan kulit.3
Klasifikasi Histopatologi
Secara histopatologi kanker serviks terdiri dari berbagai jenis. Dua bentuk yang sering
dijumpai adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Sekitar 85% merupakan
karsinoma, serviks jenis skuamosa (epidermoid), 10% jenis adenokarsinoma dan 5% adalah
jenis adenoskuamosa, clear cell, small cell, dan verucous.3
Lesi Prakanker
Lesi prakanker disebut juga sebagai lesi intraepitel serviks (Cervical Intraepithelial
Neoplasia) merupakan awal dari perubahan menuju kaesinoma serviks uteri. Diawali dengan
NIS I (CIN I) yang secara klasik dinyatakan dapat berkembang menjadi NIS II dan kemudian
menjadi NIS III, setelah itu berkembang menjadi karsinoma serviks. Konsep regresi spontan
serta lesi yang persisten menyatakan bahwa tidak semua lesi prakanker akan berkembang
menjadi lesi invasif sehingga diakui masih cukup banyak faktor yang memengaruhi.
Memperhatikan permasalahan dalam penanggulangan kanker serviks di Indonesia, Infeksi
Visual Asam Asetat (IVA) dapat menjadi metode alternatif untuk skirning. 1 Perimbangan ini
dibuat dengan alasan :
1.
2.

3.

4.
5.
6.

Mudah dan praktis dilaksanakan.


Dapat dilakukan oleh tenaa kesehatan nondokter ginekologi, bahkan oleh bidan
praktik swasta maupun di tempat-tempat terpencil.
Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana hanya untuk pemeriksaan ginekologi
dasa.
Biaya murah, sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.
Hasil langsung diketahui.
Dapat segera diterapi (see and treat).3

Faktor yang Mempengaruhi Prognosis

Ketahanan hidup penderita pada kanker serviks stadium awal setelah histerektomi
radikal dan limfadenektomi perlvis bergantung pada beberapa faktor berikut ini.
1. Status KGB
Penderita tanpa metastase ke KGB, 5 year survival rate (5-YSR)nya adalah 85-90%.
Bila didapatkan metastase ke KGB maka 5-YSR antara 20-74% bergantung pada
jumlah, lokasi, dan ukuran metastase.
2. Ukuran tumor
Penderita dengan ukuran tumor <2 cm angka survivalnya menjadi 60%. Bila tumor
primer >4 cm angka survival turun menjadi 40. Analisis dari GOG terhadap 645
penderita menunjukkan 94,6% tiga tahun bebas kanker untuk lesi yang tersembunyi.
85,5% untuk tumor <3cm, dan 68,4% bila tumor >3cm.
3. Invasi ke jaringan parametrium
Penderita dengan invasi kanker ke parametrium memiliki 5-YSR 69% dibandingkan
95% tanpa invasi. Bila invasi disertai KGB yang positif maka 5-YSR turun menjadi
39-42%
4. Kedalaman Invasi
Invasi <1cm memiliki 5-YSR sekitar 90% dan akan turun menjadi 63-78% bila >1cm.
5. Ada tidaknya invasi ke lymph vascular space
Invasi ke lymph-vascular space sebagai faktor prognosis masih menjadi kontroversi.
Beberapa laporan menyebutkan 50-70% 5-YSR bila invasi tidak didapatkan. Akan
tetapi, laporan lain mengatakan bila ada perbedaan bermakna dengan adanya invasi
atau tidak.3
Metastasis
Karsinoma serviks merupakan tumor yang bertumbuh secara lambat yang menginvasi
langsung jaringan yang berdekatan dengan uterus, vagina, rektum, kandung kemih dan
jaringan parametrium. Invasi limfatik juga terjadi baik regional maupun yang lebih jauh.
Kanker serviks jarang mengalami metastasis secara hematologis, walaupun demikian, dapat
timbul juga di paru atau hati.4
Kelas dan Tahapan Tumor
Karsinoma serviks ditahapkan sebagai hasil dari temuan sebagai berikut :

Tahap 0 Karsinoma in Situ


Karsinoma intraepitheal kelas 1-3 stadium penyakit mikroskopis 1A terbatas pada
serviks dan lebih besar dari tahap 1A.
Tahap 1B
6

Penyakit terbatas pada serviks dan lebih besar dari tahap 1A.
Tahap 2A
Carcinoma memperluas luar serviks tanpa keterlibatan parametrium.
Tahap 2B
Keterlibatan parametrium.
Tahap 3A
Ekstensi ke dinding samping panggul
Tahap 3B
Ekstensi ke dinding pelvis dengan hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi.
Tahap 4A
Ekstensi luar panggul yang benar ke organ yang berdekatan.
Tahap 4B
Menyebar ke organ jauh5

Enam puluh enam persen dari kanker serviks adalah tumor sel skuamosa. Ini dinilai sebagai
G1, tumor G2 atau G3, sesuai dengan penampilan mikroskopik mereka. G1 tumor baik
dibedakan, tumor G2 cukup dan tumor G3 diferensiasi buruk.Lima belas persen adalah
adenocarcinoma, dan ada juga dinilai G1-3. tumor langka lainnya termasuk kanker kecil sel
dan limfoma. Cancinomas di situ yang dinilai I-III dan disingkat CIN atau CGIN, tergantung
pada apakah sel skuamosa atau adenocarcinoma yang hadir.5
Prosedur Penentuan Diagnosis
1.

Anamnesa, untuk mencari faktor predisposisi dan keluhan penderita. Keputihan dan
pendarahan abnormal per vaginam merupakan keluhan utama pasien yang dicurigai

2.

3.

4.
5.

menderita kanker serviks invasif.


Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan ginekologis dan pemeriksaan kelenjar
inguinal.
Pemeriksaan penunjang seperti foto thorax, BNO-IVP, sistoskopi, rektoskopi, CT-scan
optional, MRI, serta Bone survei, terutama jika menentukan jauhnya metastase.
Biopsi serviks untuk menentukan jenis histopatologi.
Untuk mendeteksi kanker serviks stadium dini dapat dilakukan beberapa cara mulai
dari uji Pap konvensional, IVA, papnet, thin prep, servikografi, uji HPV, dan
kolposkopi.6

Diagnosis pasti kanker serviks ditegakkan dengan pemeriksaan diagnostik dan histopatologi.
Penentuan stadium menggunakan stadium klinis yang diterapkan oleh FIGO.6
Diagnosis Rawat Jalan
Gp harus merujuk pasien ke dokter kandungan yang akan mengulang pemeriksaan,
mengambil noda dari serviks untuk pemeriksaan sitologi dan kemudian mengatur masuk
7

untuk pemeriksaan di bawah anastesi dan biopsi serviks. Kolposkopi harus dilakukan sebagai
prosedur rawat jalan sebelum masuk. Teknik ini memungkinkan visualisasi langsung dari
biopsi serviks dengan arah yang benar. Setelah penilaian ini telah dilakukan dan diagnosis
histologis telah diperoleh, pementasan investigasi harus diorganisisr. Hal ini harus termasuk
jumlah darah penuh, profil, sinar-X dada dan CT scan atau MR dari perut dan panggul.1
Terapi Selama Kehamilan
Wanita hamil dengan hasil Pap smear yang abnormal diperiksa lebih lanjut dengan
kolposkopi dan biopsi. Jika taut skumokolomnar dapat terlihat seluruhnya dengan kolposkopi
dan biopsi langsung dapat menyingkirkan adanya kanker invasif, dokter yang menangani
dapat memantau pasien dengan pemeriksaan Pap smear dan kolposkopi berkala. Wanita
dengan stadium IA dapat dipantau dengan Pap smear, kolposkopi dan biopsi. Pada kasus
kanker invasif, terapi harus dilakukan dengan segera. Bagi wanita dengan usia kehamilan
kurang dari 24 minggu, kehamilan segera diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi radiasi
dapat di pakai sebagai terapi primer.4
Pencegahan Kanker Serviks

Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena,
vitamun A, C, dan E, dan asam folat yang dapat mengurangi resiko terkena kanker

leher rahim.7
Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan resiko terkena kanker serviks.7
Meningkatkan derajat kesehatan secara umum, dan mencegah CIN (Cervical
Intraepitheal Neoplasia = pertumbuhan sel epitel ke arah ganas), dan kanker leher

rahim. 7
Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.7
Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan
menghabat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.7
Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.7
Membatasi penggunaan kontrasepsi penghalang seperti diafragma.3
Hindari minuman alkohol.7
Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan penyakit
infeksi menular.4
Vaksinasi

o Pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas


(antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.
o Vaksinasi merupakan pencegahan Primer
o Yang sebaiknya dimiliki oleh vaksin HPV pencegah kanker serviks :

Memberikan perlindungan yang kuat terhadap infeksi HPV penyebab


kanker serviks.

Melawan virus tersering dan agresif penyebab kanker.

Memberikan perlindungan tambahan dari tipe virus HPV lain

yang juga menyebabkan kanker.


Respon imun tubuh yang baik akan menghasilkan neutralizing
antibodies yang tinggi.
Dapat memberikan perlindungan jangka panjang.
Memberikan perlindungan tinggi hingga ke lokasi infeksi (serviks).
Profil keamanan yang baik.
Affordable (terjangkau bagi lebih banyak perempuan).8

o Kapan sebaiknya vaksinasi diberikan?

Untuk pencegahan infeksi oleh HPV onkogenik penyebab kanker,


vaksinasi sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan dapat diberikan

mulai remaja putri berusia 10 tahun.


Walaupun demikian, hampir semua perempuan dapat memperoleh
manfaat karena :

Seorang perempuan dapat terkena HPV semasa hidupnya.

Infeksi HPV terdahulu tidak memberikan kekebalan terhadap

infeksi berikutnya.
Data menunjukkan saat seorang perempuan bertambah usia,
infeksi HPV menetap dan berpotensi memicu lesi pra kanker

dan dapat menyebabkan kanker.8


o Jadwal pemberian vaksin bulan 0, 1 atau 2, dan 6
Contoh :

Penyuntikan 1 : Januari

Penyuntikan 2 : Februari / Maret

Penyuntikan 3 : Juli9
Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini
dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk
membersihkan organ intim dari kotoran dan penyakit.7

Deteksi Kanker Serviks sejak Dini


Deteksi kanker serviks pada wanita yang tidak menunjukkan gejala ditentukan dengan
anamnesa dan pemeriksaan bimanual dilakukan untuk melihat serviks, melakukan
9

pemeriksaan Pap smear, melakukan pemeriksaan kolposkopi, dan palpasi serviks dan
jaringan sekitarnya.9 Sedikit penjelasan mengenai deteksi dini :

Bagi perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual, lakukan deteksi dini
secara rutin.
Deteksi dini dapat mendeteksi sel abnormal, lesi pra-kanker dan kanker serviks,
namun tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV.
Kanker serviks yang ditemukan pada stadium dini dan diobati dengan cepat dan tepat
dan dapat disembuhkan, oleh karena itu lakukan deteksi dini secara berkala.
Resiko berkembangnya infeksi menjadi kanker serviks adalah 3-10 kali lebih tinggi
pada perempuan yang tidak menjalankan deteksi dini secara teratur.9

Pemeriksaan saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil
dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou.
Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan
kanker serviks sebagai berikut :

IVA
VA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Metode pemeriksaan
dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat 3-5%. Kemudian
diamati secara kasat mata oleh tenaga medis yang terlatih apakah ada kelainan seperti
area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada
infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah.
Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan,
maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.6
Batasan Operasional :
Prakanker / displasia : suatu perubahan sel di serviks, tetapi tidak memenuhi
persyaratan karsinoma. Displasia ini ada 3 macam yaitu displasia ringan, sedang, dan
berat. Stadium klinik kanker serviks sesuai dengan FIGO (Federation of International
Gynecology and Obstetrics). Kolposkopi : pemeriksaan serviks dengan memakai alat
dengan pembesaran 10-15X; serviks sebelumnya dipulas terlebih dahulu dengan asam
asetat 3-5%. Asam asetat ini diencerkan dari asam cuka yang dipakai untuk memasak
(25%). Asam asetat yang sudah diencerkan dengan segera digunakan paling lama
dalam 2 hari, karena ada kemungkinan konsentrasi asam asetat menurun akibat
penyimpanan yang lama.6
Kriteria hasil pemeriksaan IVA :
o
Negatif yaitu normal dan radang serviks.
10

Positif yaitu terdapat bercak putih (mencurigakan displasia) dan mencurigakan

ganas.6
Pap smear
Pap semar dapat dilakukan pada saat pemeriksaan dalam rutin. Pap smear merupakan
metode skirning yang sudah dikenal luas. Metode tes Pap smear yang umum yaitu
dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel
serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium.
Kemudian sel-sel tersebut dipulas pada kaca objek. Tes itu dapat menyingkapkan
apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Pap smear biasanya tidak nyeri,
tetapi kurang nyaman bagi sebagian perempuan. Menurut laporan sedunia, dengan
secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat

kanker serviks.8
Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya
mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan
memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih

akurat dan tepat.8


Kolposkopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau
kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang
dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi seperti kelainan
epitel serviks. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak
normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi
pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh dilakukan dan pengobatan untuk
kanker serviks segera dimulai. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada

serviks, tetapi meliputi vulva dan vagina.8


Triase
Triase adalah upaya meningkatkan efektivitas suatu pemeriksaan dengan melakukan
pemeriksaan tambahan jika hasil pemeriksaan pertama menunjukkan hasil positif
(dilakukan pemeriksaan dua tahap, yaitu pemeriksaan gabungan dengan cara serial).
Untuk pemeriksaan skirning dengan tes Pap, teknik pemeriksaan triase yang sudah
diteliti, antara lain, adalah tes HPV dan servikografi. Hasil pemeriksaan triase pada tes
Pap abnormal menunjukkan adanya peningkatan spesifisitas dalam mendeteksi lesi
prakanker serviks.1 Dengan demikian, penggunaan pemeriksaan triase seperti tes
HPV, tes Pap, serta servikografi yang diketahui mempunyai spesifitas lebih baik dari

11

tes IVA diharapkan akan dapat menurunkan angka kejadian positif palsu dari tes IVA
sebelum dilakukan rujukan untuk pemeriksaan kolposkopi.
o
Tes HPV adalah pemeriksaan terhadap DNA HPV untuk dapat membuktikan
adanya infeksi virus ini. Infeksi HPV yang menetap pada sekitar 10-20%
kasus akan berpotensi menjadi prekursor kanker serviks. Adanya infeksi HPV
dapat diduga melalui adanya perubahan sel pada tes Pap atau biopsi. Penelitian
prospektif menunjukkan 15-28% kasus dengan DNA HPV positif akan
menderita lesi prakanker serviks dalam waktu 2 tahun dibandingkan dengan 13% kasus dengan DNA HPV negatif. Deteksi DNA HPV dapat dilakukan
dengan metode hibridisasi atau dengan cara amplifikasi seperti PCR
(Polymerase Chain Reaction). Pemeriksaan dengan PCR biayanya mahal
sedangkan pemeriksaan dengan hibridisasi lebih murah. Tes DNA HPV
menggunakan teknologi Hybrid Capture 2 (tes DNA HPV hc2) adalah
pemeriksaan hibridisasi asam nukleat menggunakan florosensi kimia. Dengan
teknik ini pengambilan dan pengiriman sampel cukup sederhana yaitu hanya
dengan mengusapkan suatu sikat kecil pada serviks dan memasukkannya pada
o

satu tabung kecil berisi cairan khusus sebelum dikirim ke laboratorium.1


Servikografi
Servikografi adalah pemeriksaan kelainan di serviks dengan membuat foto
pembesaran serviks menggunakan kamera khusus setelah dipulas dengan asam
asetat. Hasil pemotretan merupakan foto slaid yang dapat dikirimkan pada

ahlinya untuk dinilai.1


Hybrid Capture II System (HC-II)
Ini merupakan teknik baru sebagai pelengkap Pap smear untuk mengetahui tingkat
akurasi sel-sel epitelium, apakah benar-benar terinfeksi HPV atau hanya terinfeksi
bakteri (mendeteksi DNA virus).
Prinsip kerja HC-II adalah melakukan hibridisasi DNA, DNA virus akan terikat oleh
probe sehingga terbentuk ikatan DNA virus dengan probe yang merupakan RNA.
Ikatan yang terbentuk disebut hibrid DNA : RNA akan terikat oleh antibodi spesifik
yang ada di dalam sumur mucroplate. Ikatan antibodi dengan hibrid DNA : RNA akan
bereaksi dengan alkaline phosphatase. Reaksi ini dideteksi oleh chemiluminescent
yang akan menghasilkan sinyal amplifikasi dalam bentuk emisi cahaya. Emisi cahaya
diukur oleh luminometer menghasilkan nilai RLU (Relative Light Unit). Nilai RLU
inilah yang akan menentukan apakah pasien tersebut terinfeksi atau tidak oleh HPV.10

12

Tes DNA HPV menggunakan perangkat HCII memiliki keakuratan yang lebih
tinggi dibandingkan teknik lainnya , selain karena dilengkapi oleh teknik
komputerisasi, juga karena HC-II memiliki sensitivitas 98%, nilai spesifisitas 98%,
dan nilai prediksi negatif 99% sehingga kemungkinan kesalahan diagnosis negatif
palsu sangat kecil. Hal ini juga dikarenakan karena sistem ini mampu mendeteksi
keberadaan DNA HPV dalam jumlah yang sangat kecil. Nilai sensitifitas suatu uji
berarti yang menjamin bahwa nilai positif yang dihasilkan adalah benar positif dengan
peluang nilai negatif palsu yang kecil sedangkan nilai spesifisitas suatu uji adalah
yang menjamin bahwa nilai negatif yang dihasilkan adalah benar negatif dengan
peluang nilai positif palsu yang kecil. Nilai sensitifitas HC-II adalah sebesar 98%
sedangkan pada Pap smear seperti 51-76% sedangkan nilai spesitifitas HC-II 98% dan
Pap smear 97% sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan diagnosisi negatif palsu
dari pemeriksaan ini sangat kecil.10
Tindak Lanjut
Tindak lanjut pada kanker serviks stadium awal adalah terutama dengan Pap Smear
yang sebaiknya dilaksanakan setiap tahun setelah dua hapusan normal pada bulan ke-4 dan
10. Kekambuhan terbanyak setelah terapi bedah pada kanker serviks berkembang di daerah
pelvis dalam dua tahun pertama pascaterapi primeer, 25% terjadi di bagian proksimal vagina
dan 27 % kekambuhan pada tempat yang jauh seperti paru dan hepar. Sekitar 40-45%
penderita dengan kanker serviks invasif mengalami kekambuhan atau penyakit menetap
setelah radioterapi denganb presentasi, 43% kekambuhan terjadi di area parametrium
termasuk dinding pelvis, 27% di serviks, uterus atau vagina proksimal, 6% di

dibawah

vagina dan ditempat jauh atau tempat yang tidak diketahui. 1 Observasi selama kunjungan
tidak lanjut adalah sebagai berikut :

Respons dari terapi


Identifikasi komplikasi akibat terapi
Deteksi adanya kekambuhan atau penyakit yang presisten3

Frekuensi yang ideal untuk pemantauan yang direkomendasikan adalah setiap 3 bulan pada
tahun pertama dan kedua, setiap 6 bulan pada tahun ketiga sampai kelima, dan setiap tahun
setelah lebih dari 5 tahun. Setiap kunjungan dilakukan pemeriksaan pada KGB
supraklavikular, palpasi abdomen untuk mencari pembesaran KGB paraaorta, hepatomegali,
13

dan massa yang tidak jelas. Pemeriksaan vagina dan rektal dilakukan untuk mencari
kekambuhan di sentral dan parametrium. Operasi radikal akan memperpendek vagina
sehingga menyebabkan masalah fisik dan psikis. Pasien harus selalu ditanya tentang
gangguan buang air besar dan buang air kecil. Pemeriksaan terhadap stomp vagina juga harus
dilakukan dengan cermat.3

Tanda-tanda kekambuhan kanker rahim


Tanda-tanda yang ditimbulkan, antara lain :

Badan semakin kurus


Nyeri pada kaki dan bokong
Semban kedua kaki, tanpa jelas penyebabnya5

Bila kekambuhan kanker terbatas hanya pada organ rongga panggul, masih cukup baik, dan
masih bereaksi cukup baik terhadap pengobatan. Dalam pengobatan kanker, kata kuncinya
adalah menemukan secara dini.5
Belakangan ini, para ahli menganjurkan sebaiknya pemeriksaan Pap Smear dilakukan secara
rutin sejak umur 20-an atau sejak mulai aktivitas seksual hingga perubahan gambaran sel
leher rahim terdeteksi secara dini. 5
Pengobatan Kanker Serviks
Jika terinveksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang
dapat mengendalikan HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang
mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau
terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cyrosurgery (membuang
jaringan abnormal dengan pembekuan).7
Jika Kanker Serviks sudah mencapai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi
kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu
operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel
kanker serviks yang sudah berkembang pada tubuh.

14

Kesimpulan
Pada tahun 2011, jumlah kasus kanker serviks atau kanker leher rahim di Indonesia masih
tinggi. Setiap hari diperkirakan muncul 40-45 kasus baru dan sekitar 20-25 perempuan
meninggal setiap harinya karena kanker leher rahim. Terbatasnya akses informasi yang akurat
diyakini menjadi salah satu penyebab tingginya kasus kanker leher rahim di Indonesia.
Seseorang yang sudah terkena kanker serviks, maka timbul gejala yang sesuai dengan
stadium penyakit gejala lokal atau gejala umum. Gejalanya bisa pendarahan pada waktu
senggama, pendarahan di luar masa haid, atau pendarahan pasca menopause. Apabila
tumornya besar, dapat terjadi infeksi dan keluar cairan berbau melalui vagina. Apabila
penyakit sudah lanjut, timbul nyeri panggul, gejala gangguan pengeluaran air seni atau buang
air besar. Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati!!! Pengobatan Kanker Serviks dapat
dilakukan dengan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV atau menyingkirkan
bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau
cyrosurgery (membuang jaringan abnormal dengan pembekuan). Jika Kanker Serviks sudah
sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi kemoterapi. Pada beberapa kasus yang
parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau
kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah
berkembang pada tubuh.
Deteksi sejak dini dan rutin melakukan Pap smear akan memperkecil resiko terkena kanker
serviks. Ubah gaya hidup anda dan juga pola makan anda agar terhindar dari penyakit yang
membunuh banyak wanita di dunia ini. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher
rahim lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, kanker serviks bukanlah sesuatu yang
menakutkan.

15

Daftar Pustaka
1. Ocviyanti. Tes pap, tes HPV, dan servikografi sebagai pemeriksaan triase untuk tes
IVA positiv : upaya tindak lanjut deteksi dini kanker serviks pada fasilitas kesehatan
dengan sumber daya terbatas beserta analisis sederhana efektifitas biayanya. Maj
Obstet Ginekol Indones vol 31 no 4, hal 201-209, 2007.
2. Kanker serviks 2011. Edisi 8 April 2011. Diunduh dari http://tentangkanker.com, 7
November 2011.
3. Rasjidi I. Panduan penatalaksanaan kanker ginekologi berdasarkan evidence base.
Malang: EGC, 2007. h. 6-30.
4. Otto SE. Keperawatan onkologi. Jakarta: EGC, 2003.h . 159-182.
5. Yatim F. Penyakit kandungan: myom, kista, indung telur, kanker rahim / leher rahim,
serta gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2005.h . 44-59.
6. Sirait AM, Nuranna L. Deteksi dini kanker serviks dengan metode inspeksi visual
asam asetat di Depok. Maj Obstet Ginekol Indones vol 31 no 4, hal 212-214, 2007.
7. Kanker serviks pembunuh banyak wanita. Edisi 9 November 2009. Diunduh dari
http://kumpulan.info, 7 November 2011.
8. Setiap
perempuan
beresiko terkena

kanker

serviks.

Diunduh

dari

http://kankerserviks.com, 7 November 2011.


9. Sianturi MHR. Penanganan prakanker serviks : keluhan pasien dan pandangan
klinikus. Dexa Media vol 9 no 2, hal 8-9, 1996.
10. Novel SS, Safitri R, Nuswantara S. Aplikasi hybrid campure II system dalam deteksi
dini kanker serviks. Maj Obstet Ginekol Indones vol 36 no 1, hal 24-26, 2009.

16

Anda mungkin juga menyukai