Anda di halaman 1dari 19

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 33 TAHUN 2011


TENTANG
KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 huruf a UndangUndang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, perlu
menetapkan

Peraturan

Presiden

tentang

Kebijakan

Nasional

Pengelolaan Sumber Daya Air;


Mengingat

: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4858);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN

PRESIDEN

TENTANG

KEBIJAKAN

NASIONAL

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR.


Pasal 1

-2-

Pasal 1
(1) Menetapkan Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air, yang
selanjutnya disebut Jaknas SDA.
(2) Jaknas SDA adalah arahan strategis dalam pengelolaan sumber daya
air secara nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2030.
(3) Jaknas SDA terdiri dari:
a. kebijakan umum;
b. kebijakan peningkatan konservasi sumber daya air secara terus
menerus;
c. kebijakan pendayagunaan sumber daya air untuk keadilan dan
kesejahteraan masyarakat;
d. kebijakan pengendalian daya rusak air dan pengurangan
dampak;
e. kebijakan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha
dalam pengelolaan sumber daya air; dan
f.

kebijakan pengembangan jaringan sistem informasi sumber daya


air dalam pengelolaan sumber daya air nasional terpadu.

(4) Jaknas SDA


sebagaimana

sebagaimana
terlampir

dimaksud pada

dan

merupakan

ayat (1)

bagian

yang

adalah
tidak

terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.

Pasal 2

-3-

Pasal 2
Jaknas SDA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, berfungsi sebagai:
a. acuan

bagi

menteri

dan

pimpinan

lembaga

pemerintah

nonkementerian dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait


dengan bidang sumber daya air yang dituangkan dalam dokumen
rencana strategis di bidang tugas masing-masing sebagai bagian dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
b. acuan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air
pada tingkat provinsi; dan
c. pedoman dalam penyusunan rancangan pola pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai strategis nasional dan wilayah sungai
lintas negara.

Pasal 3
Jaknas SDA dapat ditinjau kembali oleh Dewan Sumber Daya Air Nasional
setiap 5 (lima) tahun.

Pasal 4

-4-

Pasal 4
Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Perekonomian,
ttd.
Retno Pudji Budi Astuti
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Perekonomian dan Industri
Sekretariat Kabinet,

Ratih Nurdiati

LAMPIRAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 33 TAHUN 2011
TANGGAL : 20 JUNI 2011

KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR A.

Latar Belakang
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa selain berperan sebagai
penopang sistem kehidupan juga sebagai modal pembangunan. Hampir seluruh
aktivitas dan komoditas dalam kehidupan di muka bumi ini sangat tergantung pada
ketersediaan air. Hasil pembangunan sumber daya alam (termasuk sumber daya air)
telah mampu menyumbang kepada produk domestik bruto dan menyerap tenaga
kerja.
Meskipun potensi total tahunan sumber daya air di Indonesia masih berlimpah,
tetapi distribusinya tidak merata baik ditinjau dari letak geografis setiap pulau
maupun dari segi distribusi curah hujan bulanan. Ketidaksiapan dalam
mengantisipasi dinamika kependudukan dan pembangunan yang terus meningkat serta
siklus air musiman yang semakin tidak menentu sebagai dampak perubahan iklim
global, akan menghadapkan kita pada situasi krisis sumber daya air baik yang terjadi
saat ini maupun di waktu mendatang.
Pembangunan yang sangat pesat, pertambahan jumlah penduduk serta
meningkatnya kegiatan ekonomi selama tiga dasawarsa terakhir mengakibatkan
peningkatan alih fungsi lahan di berbagai wilayah. Perubahan kawasan hutan dan
lahan menjadi lahan permukiman, perkotaan, dan pertanian serta peruntukan lainnya
mengakibatkan berkurangnya kapasitas resapan air, peningkatan erosi lahan,
sedimentasi pada sumber-sumber air, serta peningkatan kerentanan kawasan terhadap
bahaya kekeringan, banjir dan tanah longsor, pencemaran air, intrusi air laut serta
penurunan produktivitas lahan yang kesemuanya itu akan mengakibatkan kerugian
ekonomi, kerawanan sosial dan kerusakan lingkungan.
Beberapa permasalahan lain, yang juga perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Konflik dalam penggunaan air
Akibat ketidak-seimbangan antara ketersediaan air dengan kebutuhan, pada
musim kemarau seringkali terjadi persengketaan dalam penggunaan air
antarpetani, antarpengguna air, antara masyarakat yang tinggal di kawasan
hulu dan hilir baik antarkelompok maupun antarwilayah administrasi
pemerintahan.

http://ngada,org

2. Keterbatasan peran masyarakat dan dunia usaha


Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan sumber daya air menjadi faktor penyebab kurangnya perhatian dan
peran mereka terhadap upaya pelestarian sumber daya air dan pemeliharaan
sarana dan prasarananya.
3. Tumpang tindih peran lembaga pengelolaan sumber daya air
Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektor dan lintas
wilayah yang memerlukan keterpaduan. Hingga saat ini masih banyak terjadi
tumpang tindih dan kesenjangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
antarinstansi, sehingga menyebabkan pengelolaan sumber daya air menjadi
tidak efektif dan efisien.
4. Keterbatasan data dan informasi sumber daya air yang benar dan akurat Tumpang
tindih dalam pengumpulan data dan data yang tidak konsisten antarsektor
masih sering terjadi terjadi karena setiap instansi bekerja menurut
keperluannya masing-masing. Sehingga data dan informasi sumber daya air
untuk mendukung pengambilan keputusan pada berbagai tingkatan, belum cukup
terjamin keakuratan dan kebenarannya, baik pada tingkat manajerial maupun
operasional.
Selain itu terdapat pula tantangan sebagai berikut:
1. Millenium Development Goals
Dalam pergaulan masyarakat internasional, Indonesia terikat pada kesepakatan
Millenium Development Goals dan Johannesburg Summit 2002 yang
mentargetkan agar jumlah penduduk yang belum mendapat layanan air bersih
dan sanitasi pada tahun 2000, berkurang hingga separuh pada tahun 2015.
Sementara itu, tingkat layanan terhadap kebutuhan air bersih dan sanitasi pada
saat ini masih rendah, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah kumuh
perkotaan, perdesaan, pulau-pulau kecil dan kawasan pantai, merupakan
tantangan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Budaya Terkait Air
Ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan sumber daya air yang terus
dikembangkan oleh negara lain merupakan tantangan bagi Indonesia agar tidak
mengalami ketertinggalan. Penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan
penerapan teknologi serta peningkatan sumber daya manusia sangat
diperlukan, agar Indonesia lebih mampu dan mandiri dalam pengelolaan
sumber daya air. Kerja sama pengelolaan sumber daya air antarnegara diperlukan
mengingat Indonesia memiliki beberapa wilayah sungai yang berbatasan dengan
negara lain.

http://ngada,org

Menghadapi realita permasalahan dan tantangan sebagaimana tersebut diatas


diperlukan kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air yang berfungsi:
1. Memberi arah pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional untuk periode tahun
2011 2030;
2. Menjadi acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait dengan bidang
sumber daya air;
3. Menjadi masukan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional; dan
4. Menjadi acuan bagi penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat
provinsi, dan penyusunan rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air pada
wilayah sungai strategis nasional, dan wilayah sungai lintas negara.
Kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan visi: Sumber Daya
Air Nasional yang Dikelola secara Menyeluruh, Terpadu, dan Berwawasan Lingkungan
untuk Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat
Indonesia", dan berpedoman pada
tujuh asas pengelolaan sebagaimana telah diamanatkan Undang- Undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, yaitu: kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan
umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,
kemandirian,
transparansi
dan
akuntabilitas.
Untuk mewujudkan visi tersebut, kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air dalam
20 (dua puluh tahun) tahun ke depan dilakukan melalui lima misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan konservasi sumber daya air secara terus menerus;
2. Mendayagunakan sumber daya air untuk keadilan dan kesejahteraan
masyarakat;
3. Mengendalikan dan mengurangi daya rusak air;
4. Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya
air; dan
5.

Membangun jaringan sistem informasi sumber daya air nasional yang terpadu
antarsektor dan antarwilayah.

B. Kebijakan Umum
Kebijakan umum terdiri dari :
1. Peningkatan Koordinasi dan Keterpaduan Pengelolaan Sumber Daya Air
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Menata ulang tugas pokok dan fungsi lembaga yang terkait dengan
pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan efektifitas koordinasi
dan keterpaduan program lintas sektor, paling lambat 1 (satu) tahun
setelah Jaknas SDA ditetapkan;

http://ngada,org

b.

Menyelesaikan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air


selambat- lambatnya pada Tahun 2015 di semua wilayah sungai sesuai
dengan kewenangannya;

c.

Meningkatkan efektifitas fungsi dan peran koordinasi Dewan Sumber


Daya Air Nasional dalam rangka mengoptimalkan sinergi dan keselarasan
program antarsektor, antarwilayah, dan antarpemilik kepentingan;

d. Membentuk dewan sumber daya air provinsi oleh pemerintah provinsi


selambat-lambatnya pada akhir Tahun 2011, serta memfasilitasi agar
dapat berfungsi secara optimal;
e.

Membentuk dan mengefektifkan fungsi Tim Koordinasi Pengelolaan


Sumber Daya Air (TKPSDA) di wilayah sungai strategis nasional, paling
lambat 1 (satu) tahun setelah Keputusan Presiden tentang Penetapan
Wilayah Sungai ditetapkan;

f. Membentuk dan mengefektifkan fungsi TKPSDA di wilayah sungai


lintas kabupaten/kota dengan intensitas permasalahan tinggi oleh
pemerintah provinsi, paling lambat 1 (satu) tahun setelah Keputusan
Presiden tentang Penetapan Wilayah Sungai ditetapkan; dan
g. Memberikan dukungan sumber daya untuk memperkuat peran
TKPSDA wilayah sungai terhadap sinkronisasi program dan anggaran
lintas sektor, lintas provinsi dan lintas kabupaten/kota.
2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Budaya Terkait Air
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Membangkitkan dan membangun etika serta budaya masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai dan manfaat air melalui pendidikan formal dan
nonformal oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha;
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian
dan
pengembangan
teknologi dalam bidang sumber daya air serta menerapkan hasil-hasilnya
dengan meningkatkan alokasi dana;
c.

Meningkatkan jaringan kerja sama penelitian dan pengembangan teknologi


dalam bidang sumber daya air antarlembaga pemerintah, lembaga
nonpemerintah, perguruan tinggi, lembaga penelitian tingkat nasional dan
internasional;

d. Memfasilitasi pengurusan Hak Atas Kekayaan Intelektual bagi penemuan


ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi terkait bidang sumber daya air; dan
e. Menginventarisasi dan mengevaluasi keberadaan hak ulayat masyarakat hukum
adat atas sumber daya air sebagai dasar untuk pengukuhan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan paling lambat 2 (dua) tahun setelah Jaknas
SDA ditetapkan.

http://ngada,org

3. Peningkatan Pembiayaan Pengelolaan Sumber Daya Air


Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan sistem, instrumen, dan kelembagaan pembiayaan
pengelolaan sumber daya air, yang berasal dari anggaran pemerintah;
b. Meningkatkan kontribusi dunia usaha dan masyarakat dalam pengelolaan sumber
daya air;
c. Meningkatkan hasil penerimaan dari biaya jasa pengelolaan sumber daya air dari
penerima manfaat secara bertahap untuk membiayai pengelolaan sumber daya
air paling lambat 2 (dua) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan; dan
d. Memanfaatkan hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air secara
efisien, efektif, berkeadilan, dan berkesinambungan.
4. Peningkatan Pengawasan dan Penegakan Hukum
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

Mewujudkan sistem pengawasan dalam pelaksanaan ketentuan pengelolaan


sumber daya air dengan melibatkan peran masyarakat, paling lambat 2 (dua)
tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan; dan

b. Mempercepat pembentukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam


penegakan hukum bidang sumber daya air pada setiap wilayah sungai paling
lambat 2 (dua) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan.
C. Kebijakan Peningkatan Konservasi Sumber Daya Air Secara Terus-Menerus
Kebijakan peningkatan konservasi sumber daya air secara terus menerus terdiri
dari:
1. Peningkatan Upaya Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Memelihara daerah tangkapan air dan menjaga kelangsungan fungsi resapan
air berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air pada suatu wilayah
sungai oleh semua pemilik kepentingan, antara lain dengan:
1) Meningkatkan pengendalian budi daya pertanian terutama di daerah
hulu sesuai dengan kemiringan lahan dan kaidah konservasi tanah dan
air;
2) Meningkatkan tampungan air dengan membangun lebih banyak waduk,
embung, sumur resapan, menambah ruang terbuka hijau;
3) Mengendalikan alih fungsi lahan untuk mencegah penurunan fungsi
resapan air dari pembangunan permukiman, perkotaan dan industri;
4) Menentukan zona imbuhan dan zona pengambilan air tanah, yang
hasilnya dapat diakses oleh masyarakat dan sebagai salah satu dasar
penyusunan atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah paling
http://ngada,org

lambat 2 (dua) tahun setelah Keputusan Presiden tentang Cekungan Air


Tanah ditetapkan;
5) Melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan kritis pada daerah aliran
sungai prioritas yang dilakukan secara partisipatif dan terpadu dengan
capaian 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu) hektar paling lambat 5
(lima) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan;
6) Menetapkan dan mempertahankan luas kawasan hutan minimal 30%
(tiga puluh perseratus) dari luas daerah aliran sungai dan/atau pulau,
dan tetap mempertahankan luas kawasan hutan yang masih memiliki
luas lebih dari 30% (tiga puluh perseratus) dengan sebaran yang
proporsional untuk menjamin keseimbangan tata air dan lingkungan;
dan
7) Menambah luas kawasan hutan dan penutupan vegetasi pada daerah
aliran sungai atau pulau yang mempunyai luas kawasan hutan dengan
fungsi optimal kurang dari 30% (tiga puluh perseratus).
b. Meningkatkan upaya perlindungan sumber air, pengaturan daerah
sempadan sumber air, dan pengisian air pada sumber air antara lain untuk
meningkatkan ketersediaan air baku dalam rangka mendukung pencapaian
sasaran MDGs sekurang-kurangnya 69% (enam puluh sembilan perseratus) pada
Tahun 2015, dengan cara :
1) Meningkatkan perlindungan dan pelestarian seluruh sumber air melalui
pencegahan, pengaturan, dan pengendalian terhadap pelaksanaan
kegiatan pembangunan fisik pada sumber air, pemanfaatan sumber air dan
lahan, terutama yang berada di kawasan permukiman;
2) Meningkatkan pengendalian izin dan kegiatan
kawasan lindung sumber air dan hutan lindung;

penambangan

pada

3) Menetapkan dan menata ulang daerah sempadan sumber air, terutama pada
kawasan perkotaan dan mengatur penggunaannya untuk
mengamankan dan mempertahankan fungsi sumber air serta prasarana
sumber daya air melalui peraturan perundang-undangan paling lambat
5 (lima) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan; dan
4) Meningkatkan kapasitas resapan air melalui pengaturan pengembangan
kawasan, berupa penerapan persyaratan pembuatan kolam
penampungan, sumur resapan, atau berbagai teknologi resapan air.
c. Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan sumber
pengaturan prasarana dan sarana sanitasi, dengan cara :

air,

dan

1) Mengendalikan pemanfaatan sumber air sesuai dengan ketentuan


pemanfaatan zona sumber air yang bersangkutan; dan

http://ngada,org

2) Menetapkan peraturan perundang-undangan yang mewajibkan semua


pengembang kawasan untuk menyediakan dan mengoperasikan
prasarana dan sarana sanitasi agar tidak menambah beban pencemaran di
kawasan hilir paling lambat 2 (dua) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan.
2. Peningkatan Upaya Pengawetan Air
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan upaya penyimpanan air yang berlebih di musim hujan oleh para
pemilik kepentingan dengan cara:
1) Meningkatkan dan memelihara keberadaan sumber air dan ketersediaan air
sesuai dengan fungsi dan manfaatnya, melalui pemeliharaan dan
pembangunan waduk dan embung;
2) Menjaga dan melindungi keberadaan dan fungsi serta merehabilitasi
penampung air, baik alami maupun buatan, yaitu danau, rawa, waduk, dan
embung serta cekungan air tanah;
3) Meningkatkan pemanenan air hujan melalui pembangunan dan
pemeliharaan penampung air hujan; dan
4) Melaksanakan sosialisasi mengenai pengawetan air kepada masyarakat dan
dunia usaha.
b. Meningkatkan upaya penghematan air serta pengendalian penggunaan air tanah
oleh para pemilik kepentingan, dengan cara:
1) Menciptakan sistem insentif dan disinsentif melalui skema tarif progresif
kepada pemakai air paling lambat 3 (tiga) tahun setelah Jaknas SDA
ditetapkan;
2) Mendorong penggunaan teknologi daur ulang air limbah untuk
memanfaatkan kembali air daur ulang menjadi air baku;
3) Mendorong pengembangan dan penerapan teknologi hemat air untuk
pertanian, rumah tangga, perkotaan dan industri;
4) Mengendalikan pengambilan air tanah pada cekungan air tanah yang
kondisinya kritis dan sungai bawah tanah pada kawasan karst dengan
membatasi pengambilan sesuai kapasitas spesifik;
5) Merehabilitasi dan meningkatkan fungsi lahan sebagai kawasan
imbuhan air tanah; dan
6) Membatasi penggunaan air tanah dengan mengatur ulang alokasi
penggunaan air di berbagai sumber air untuk meningkatkan manfaat air baku
yang berasal dari air permukaan paling lambat 3 (tiga) tahun setelah
Jaknas SDA ditetapkan.

http://ngada,org

3. Peningkatan Upaya Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air


Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan kelas air pada sungai prioritas dan menetapkan status tropik pada
waduk, embung dan danau;
b. Meningkatkan dan memulihkan kualitas air pada sumber air dengan melibatkan
masyarakat dan dunia usaha untuk mencapai kelas air dan/atau status tropik
yang telah ditetapkan;
c. Menetapkan beban maksimum limbah yang boleh di buang ke sungai dan saluran
dari setiap kawasan permukiman dan industri paling lambat 2 (dua) tahun setelah
Jaknas SDA ditetapkan;
d. Membangun dan mengoperasikan sistem pengelolaan limbah cair komunal atau
terpusat di kawasan permukiman, serta kawasan industri dan industri di luar
kawasan oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha paling lambat 4 (empat)
tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan;
e. Mengembangkan dan menerapkan teknologi ramah lingkungan untuk perbaikan
kualitas air;
f. Membangun dan meningkatkan sistem pemantauan limbah sebelum masuk ke
dalam sumber air dan sistem pemantauan kualitas air pada sumber air paling
lambat 2 (dua) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan;
g.

Mengendalikan budi daya perikanan karamba atau jaring apung di danau,


waduk, dan rawa dengan mempertimbangkan fungsi sumber air dan daya
tampung serta daya dukung sesuai dengan peruntukannya secara bertahap
sampai Tahun 2014; dan

h.

Memfasilitasi penyediaan sarana sanitasi umum untuk kawasan permukiman


yang berada di dekat dan/atau di atas badan air yang sesuai rencana tata ruang
paling lambat 4 (empat) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan.

D. Kebijakan Pendayagunaan Sumber Daya Air untuk Keadilan dan Kesejahteraan


Masyarakat
Kebijakan pendayagunaan sumber daya air untuk keadilan dan kesejahteraan
masyarakat, terdiri dari :
1. Peningkatan Upaya Penatagunaan Sumber Daya Air
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan zona pemanfaatan sumber air untuk dijadikan acuan bagi
penyusunan atau perubahan rencana tata ruang wilayah dan rencana
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai paling lambat 5 (lima)
tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan;

http://ngada,org

b. Menetapkan peruntukan air pada sumber air untuk memenuhi berbagai


kebutuhan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung sumber air yang
bersangkutan paling lambat 5 (lima) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan;
c. Melibatkan seluruh pemilik kepentingan dalam penyusunan rencana tindak
pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dan
mitigasi dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim; dan
d. Menetapkan alokasi ruang untuk pembangunan kawasan permukiman,
kawasan industri dan industri di luar kawasan guna mengurangi alih fungsi
lahan pertanian untuk mewujudkan kawasan ramah lingkungan.
2. Peningkatan Upaya Penyediaan Sumber Daya Air
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan rencana alokasi dan hak guna air bagi pengguna air yang sudah
ada dan yang baru sesuai dengan pola dan rencana pengelolaan sumber daya
air pada setiap wilayah sungai;
b.

Memastikan pengelolaan sumber daya air terpadu dalam rangka memenuhi


kebutuhan air bersih dan sanitasi;

c. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan pokok air sehari-hari serta kebutuhan air


irigasi untuk pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang ada sebagai prioritas
utama dalam penyediaan; dan
d. Menetapkan standar layanan minimal kebutuhan pokok air sehari-hari secara
nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberi alokasi
pemenuhan kebutuhan air bagi penduduk dalam rencana penyediaan air paling
lambat 1 (satu) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan.
3. Peningkatan Upaya Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Air
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

Mengembangkan perangkat kelembagaan untuk pengendalian penggunaan


sumber daya air di wilayah sungai;

b. Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelaku penggunaan sumber daya air


yang berlebihan di kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam; dan
c.

Meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh para pengguna air irigasi dalam
rangka peningkatan produktivitas pertanian dan keberlanjutan ketahanan pangan
nasional.

4. Peningkatan Upaya Pengembangan Sumber Daya Air


Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

Menyusun program pengembangan sumber daya air yang didasarkan pada


rencana pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai paling lambat 1
(satu) tahun setelah rencana pengelolaan sumber daya air ditetapkan;
http://ngada,org

b.

Melaksanakan program pengembangan sumber daya air dengan memadukan


kepentingan antarsektor, antarwilayah, dan antarpemilik-kepentingan
dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan;

c. Mengembangkan sistem penyediaan air baku untuk memenuhi kebutuhan air


rumah tangga, perkotaan, dan industri dengan mengutamakan pemanfaatan air
permukaan;
d. Melakukan upaya pengembangan sistem penyediaan air minum dalam
rangka peningkatan layanan penyediaan air minum untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat sekurang-kurangnya mencapai 78% (tujuh puluh
delapan perseratus) layanan di perkotaan dan 62% (enam puluh dua perseratus)
layanan di perdesaan pada Tahun 2015;
e.

Meningkatkan pengembangan sumber daya air termasuk sumber air irigasi


alternatif dalam skala kecil dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan produksi pangan nasional, serta produksi pertanian lainnya;

f. Mengembangkan fungsi sungai, danau, waduk, dan rawa untuk keperluan


transportasi air, dan pembangkit listrik tenaga air pada wilayah yang kebutuhan
listriknya belum terpenuhi;
g.

Menyediakan insentif bagi usaha swadaya masyarakat dalam pengembangan


infrastruktur pembangkit listrik mikrohidro;

h. Mendorong
perseorangan
atau
kelompok
masyarakat
untuk
mengembangkan teknologi pemenuhan kebutuhan air minum dari sumber air
permukaan dalam upaya mengurangi penggunaan air tanah; dan
i. Menerapkan teknologi modifikasi cuaca dalam kondisi luar biasa setelah
mendapat pertimbangan dari wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai
dan/atau dewan sumber daya air provinsi.
5. Pengendalian Pengusahaan Sumber Daya Air
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengatur pengusahaan sumber daya air berdasarkan prinsip keselarasan antara
kepentingan sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi, dengan tetap memperhatikan
asas keadilan dan kelestarian untuk, kesejahteraan masyarakat;
b. Menyusun dan menerapkan norma, standar, pedoman, dan kriteria (NSPK) dalam
pengusahaan sumber daya air yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan
memperhatikan kearifan lokal paling lambat 2 (dua) tahun setelah Jaknas SDA
ditetapkan;
c.

Meningkatkan peran serta perseorangan, badan usaha, dan lembaga swadaya


masyarakat dalam pengusahaan sumber daya air dengan izin pengusahaan;

d.

Menyusun peraturan perundang-undangan daerah untuk mengendalikan


penambangan bahan galian pada sumber air guna menjaga kelestarian sumber
daya air dan lingkungan sekitar paling lambat 1 (satu) tahun setelah Jaknas SDA
ditetapkan;
http://ngada,org

e.

Mengalokasikan kebutuhan air untuk pengusahaan sumber daya air sesuai


dengan rencana alokasi air yang ditetapkan; dan

f. Mengembangkan dan menerapkan sistem pemantauan dan


terhadap pengusahaan sumber daya air.

pengawasan

E. Kebijakan Pengendalian Daya Rusak Air Dan Pengurangan Dampak


Kebijakan pengendalian daya rusak air dan pengurangan dampak terdiri dari :
1. Peningkatan Upaya Pencegahan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Memetakan dan menetapkan kawasan rawan bencana yang terkait air
sebagai acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah dan
pengendalian pemanfaatan ruang pada setiap wilayah sungai;
b. Mengintegrasikan perencanaan, pembangunan dan pengelolaan drainase
kawasan produktif, drainase perkotaan, drainase jalan, dan sungai ke dalam
sistem pengendalian banjir;
c.

Meningkatkan kemampuan adaptasi masyarakat yang tinggal di kawasan


rawan banjir dan kekeringan;

d. Memprakarsai pembentukan pola kerjasama yang efektif antara kawasan


hulu dan kawasan hilir dalam pengendalian daya rusak air;
e. Meningkatkan dan menjaga kelestarian fungsi hutan oleh para pemilik
kepentingan;
f. Meningkatkan kesadaran masyarakat dengan cara :
1) Mencegah dan membebaskan bantaran sungai dari hunian dan
bangunan liar serta mengatur pemanfaatan bantaran sungai;
2) Menertibkan penggunaan sempadan sungai sesuai dengan rencana yang
ditetapkan;
3) meningkatkan penyebarluasan informasi mengenai kawasan retensi
banjir dan kawasan rawan bencana yang terkait air;
4) Meningkatkan kesiap-siagaan masyarakat dalam menghadapi dampak
perubahan iklim global dan daya rusak air;
g. Melakukan pengendalian aliran air di sumber air, dengan cara :
1) Meningkatkan resapan air ke dalam tanah untuk mengurangi aliran
permukaan oleh para pemilik kepentingan;
2) Meningkatkan kapasitas pengaliran sungai dan saluran air oleh para
pemilik kepentingan;
3) Menetapkan kawasan yang memiliki fungsi retensi banjir sebagai
prasarana pengendali banjir paling lambat 3 (tiga) tahun setelah Jaknas
SDA ditetapkan;
http://ngada,org

4) Mempertahankan kawasan yang memiliki fungsi retensi banjir sebagai


prasarana pengendali banjir oleh para pemilik kepentingan; dan
5) Menyediakan prasarana pengendalian banjir untuk melindungi
prasarana umum, kawasan permukiman, dan kawasan produktif.
2. Peningkatan Upaya Penanggulangan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan mekanisme penanggulangan kerusakan dan/atau bencana akibat
daya rusak air paling lambat 1 (satu) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan;
b.

Melaksanakan sosialisasi mekanisme penanggulangan kerusakan dan/atau


bencana akibat daya rusak air;

c.

Mengembangkan sistem prakiraaan dan peringatan dini untuk mengurangi


dampak daya rusak air pada setiap kawasan rawan bencana terkait air;

d.

Meningkatkan pengetahuan, kesiap-siagaan, dan kemampuan masyarakat


dalam menghadapi bencana akibat daya rusak air, antara lain dengan melakukan
simulasi dan peragaan mengenai cara-cara penanggulangan bencana oleh para
pemilik kepentingan;

e.

Memperbaiki sistem dan


akibat daya rusak air; dan

meningkatkan kinerja penanggulangan bencana

f. Menyusun sistem penganggaran yang sesuai dengan kondisi darurat untuk


penanggulangan daya rusak air yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
serta sumber dana lain paling lambat 1 (satu) tahun setelah Jaknas SDA
ditetapkan.
3. Peningkatan Upaya Pemulihan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

Merehabilitasi dan merekonstruksi kerusakan prasarana sumber daya air dan


memulihkan fungsi lingkungan hidup dengan mengalokasikan dana yang cukup
dalam APBN/APBD, dan sumber dana lainnya;

b. Mengembangkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan yang
terkoordinasi untuk pemulihan akibat bencana daya rusak air; dan
c. Memulihkan dampak sosial dan psikologis akibat bencana terkait air oleh para
pemilik kepentingan.
F. Kebijakan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pengelolaan
Sumber Daya Air
Kebijakan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
sumber daya air terdiri dari :

http://ngada,org

1. Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Perencanaan


Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

Meningkatkan pemahaman serta kepedulian masyarakat dan dunia usaha


mengenai pentingnya keselarasan fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan
hidup dari sumber daya air;

b. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyusunan


kebijakan pengelolaan sumber daya air;
c. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam penyusunan
pola dan rencana pengelolaan sumber daya air di tingkat wilayah sungai;
dan
d. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan kepada
masyarakat agar mampu berperan dalam perencanaan pengelolaan sumber
daya air oleh para pemilik kepentingan.
2. Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pelaksanaan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

Membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan dunia


usaha untuk menyampaikan masukan dalam pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air;

b. Memberi kesempatan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berperan


dalam proses pelaksanaan yang mencakup pelaksanaan konstruksi, serta
operasi dan pemeliharaan;
c. Mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha untuk berkontribusi dalam
pembiayaan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air;
d. Meningkatkan motivasi masyarakat dan dunia usaha untuk berperan dalam
konservasi sumber daya air dan pengendalian daya rusak air dengan cara
memberikan insentif kepada yang telah berprestasi;
e.

Menyiapkan instrumen kebijakan dan/atau peraturan yang kondusif bagi


masyarakat dan dunia usaha untuk berperan dalam pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air di setiap daerah paling lambat 2 (dua) tahun setelah Jaknas
SDA ditetapkan;

f. Mengembangkan dan mewujudkan keterpaduan pemberdayaan serta peran


masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya
air; dan
g.

Meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan,


serta pendampingan dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya air oleh
para pemilik kepentingan.

http://ngada,org

3. Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pengawasan


Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Membuka kesempatan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berperan
dalam pengawasan pengelolaan sumber daya air dalam bentuk pelaporan
dan pengaduan;
b. Menetapkan prosedur penyampaian laporan dan pengaduan masyarakat dan
dunia usaha dalam pengawasan pengelolaan sumber daya air paling lambat
2 (dua) tahun setelah Jaknas SDA ditetapkan;
c. Menindaklanjuti laporan dan pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat
dan dunia usaha; dan
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan,
serta pendampingan dalam pengawasan pengelolaan sumber daya air oleh
para pemilik kepentingan.
G. Kebijakan Pengembangan Jaringan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA)
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Nasional Terpadu
Kebijakan pengembangan jaringan SISDA yang terpadu, terdiri dari :
1. Peningkatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pengelola SISDA
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

Menata ulang pengaturan dan pembagian tugas di berbagai instansi dan


lembaga pengelola data dan informasi sumber daya air paling lambat 1
(satu) tahun setelah Kebijakan Pengelolaan Sistem Informasi Hidrologi,
Hidrometeorologi dan Hidrogeologi (SIH3) ditetapkan;

b. Meningkatkan ketersediaan dana


untuk
mengembangkan SISDA terutama mengenai SIH3;

membentuk

dan/atau

c. Membentuk dan/atau mengembangkan instansi pengelola data dan


informasi sumber daya air terpadu di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan wilayah sungai paling lambat 2 (dua) tahun setelah
Kebijakan Pengelolaan SIH3 ditetapkan;
d. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam lembaga pengelola
SISDA oleh para pemilik kepentingan; dan
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
data dan informasi sumber daya air.
2. Pengembangan Jejaring SISDA
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

Menetapkan lembaga yang mengkoordinasikan pengelolaan SISDA paling


lambat 1 (satu) tahun setelah Kebijakan Pengelolaan SIH3 ditetapkan;

http://ngada,org

b. Membangun jejaring SISDA antara instansi dan lembaga pusat dan daerah
serta antarsektor dan antarwilayah paling lambat 1 (satu) tahun setelah
Kebijakan Pengelolaan SIH3 ditetapkan; dan
c. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan SISDA.
3. Pengembangan Teknologi Informasi
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan SISDA berbasis teknologi informasi hasil rancang bangun
nasional oleh para pemilik kepentingan;
b. Meningkatkan ketersediaan perangkat keras, perangkat lunak dalam SISDA,
serta memfasilitasi pengoperasiannya; dan
c. Memfasilitasi para pemilik kepentingan dalam mengakses data dan informasi
sumber daya air.

http://ngada,org

Anda mungkin juga menyukai