Anda di halaman 1dari 7

Teori Tata Ruang Air Tanah

Dalam UU Sumber Daya Air daerah aliran air tanah disebut Cekungan Air Tanah (CAT)
atau groundwater bosin. Definisi CAT adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung,
Ayat (2) dan Ayat (3) Pasal 12 UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
menyatakan bahwa Pengelolaan air tanah didasarkan pada CAT dan ketentuan mengenai
pengelolaannya diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (PP). Peraturan Pemerintah
untuk air tanah sudah terbit yaitu PP No.43 Tahun 2008 Tentang Air Tanah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa CAT adalah batas teknis Pengelolaan Sumber Daya Air
untuk air tanah. Basin dalam Bahasa lndonesia berarti cekungan (Echols & Shadily, 2OO2a).
Kriteria CAT berdasar PP No.43 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai batas hidrogeologis yang dikontrol oleh kondisi geologis dan/atau kondisi
hidraulik air tanah. Batas hidrogeologis adalah batas fisik wilayah pengelolaan air tanah. Batas
hidrogeologis dapat berupa batas antara batuan lulus dan tidak lulus air, batas pemisah air tanah,
dan batas yang terbentuk oleh struktur geoiogi yang meliputi, antara lain, kemiringan lapisan
batuan, patahan dan Iipatan.
b.Mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan airtanah dalam satu sistem pembentukan air
tanah. Daerah imbuhan air tanah merupakan kawasan lindung air tanah, di daerah tersebut air
tanah tidak untuk didayagunakan, sedangkan daerah lepasan airtanah secara umum dapat
didayagunakan, dapat dikatakan sebagai kawasan budi daya air tanah.
c. Memiliki satu kesatuan sistem akuifer: yaitu kesatuan susunan akuifer, termasuk lapisan
batuan kedap air yang berada di daiamnya. Akuifer dapat berada pada kondisi tidak tertekan atau
bebas (unconfined) dan/atau tertekan (confined).

Konservasi tanah merupakan cara penggunaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan
berupaya menghindari terjadi kerusakan tanah, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Setiap
perlakuan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi
tanah juga merupakan konservasi air. Salah satu tujuan konservasi tanah adalah meminimumkan
erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan
bisa menjadi masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke dalam
siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk melestarikan
sumberdaya alam.
Ciri alam yang penting di daerah tropis seperti Indonesia adalah adanya intensitas penyinaran
matahari dan curah hujan yang tinggi dan hampir merata sepanjang tahun. Faktor geologi dan
tanah dibentuk oleh kondisi tersebut dan menghasilkan suatu proses yang cepat dari
pembentukan tanah baik dari pelapukan serasah maupun bahan induk. Sebagai hasil dari proses
tersebut, sebagian besar hara tanah tersimpan dalam biomassa vegetasi, dan hanya sedikit yang
tersimpan dalam lapisan olah tanah. Hal yang berbeda dengan kondisi di daerah iklim sedang
dimana proses pertumbuhan vegetasi lambat dan sebagian besar hara tersimpan dalam lapisan
olah tanah. Oleh karena itu pengangkutan vegetasi ataupun sisa panen tanaman keluar lahan
pertanian akan membuat tanah mengalami proses pemiskinan.
Tujuan utama konservasi tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan
dengan menjaga laju kehilangan tanah tetap di bawah ambang batas yang diperkenankan, yang
secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau sama dengan laju
pembentukan tanah. Karena erosi meru[akan proses alam yang tidak dapat dihindari sama sekali
atau nol erosi, khususnya untuk lahan pertanian, maka yang dapat dilakukan adalah mengurangi
laju erosi sampai batas yang dapat diterima (maximum acceptable limit).
Batas maksimum laju erosi atau tingkat toleransi kehilangan tanah bukanlah hal yang mudah
untuk ditentukan, karena menyangkut keseimbangan atau laju erosi dan laju pembentukan tanah
yang secara praktis tidak mungkin dapat ditentukan. Adalah hal yang sangat sulit untuk
mengenali kapan kondisi keseimbangan itu tercapai , walau laju laju kehilangan tanah dapat
diukur, laju pembentukan tanah berlangsung sangat lambat dan tidak mudah untuk
menentukannya. Secara global, Boul, Hole, dan Mccracken (1973) mengemukakan bahwa laju
peembentukan tanah berkisar antara 0,01 7,7 mm/th, dengan rata-rata 0,1 mm/th (Zachar,
1982).

Sebagaimana telah diketahui bahwa mekanisme terjadinya erosi tanah oleh hujan dan aliran
permukaan maka strategi konservasi tanah harus mengarah pada :
1. Melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah
2. Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi
3. Meningkatkan stabilitas agregat tanah
4. Mengurang kecepatan aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan lahan

II. PEMBAHASAN
Tanah itu sebagai suatu system tiga fase yang mengandung air, udara dan bahan organik dan
mineral serta jasad-jasad hidup, yang karena beberapa faktor lingkungan terhadap permukaan
bumi dan kurun waktu, morfologis yang khas, sehingga berubah sebagai tempat timbul
bermacam-macam tanaman. Pada kenyataannya permasalahan yang sering muncul pada media
baik koran, internet, ataupun televisi mengabarkan bahwa erosi terjadi dimana. Hal tersebut
seringkali terjadi karena ulah manusia yang kurang bertnaggung jawab atas apa yang telah
diperbuat. Misalnya saja pada daerah kawasan hutan, masyarakat yang hidup pada arel kawasan
tersebut menjadaikan areal tersebut sebagai sumber utama pendapatan tersebut. Dan pemerintah
pun kurang berhasil mengatasi permasalahan tersebut. Lantas masalah baru timbul yaitu
terjadinya erosi pada daerah lereng pegunungan.
Salah satu cara yang mesti dilakukan adalah dengan cara dilakukannya konservasi. Dan berbagai
permasalahan yang muncul dengan adanya pelaksanaan konservasi ialah, Partisipasi dalam
memberi dan menerima informasi; Partisipasi petani dalam memberikan tanggapan dan saran
terhadap informasi yang diterima; baik yang bermaksud menolak maupun menerima; Partisipasi
dalam merencanakan pembangunan; Partisipasi dalam melaksanakan program-program
pembangunan; partisipasi dalam menerima hasil pembangunan; Partisipasi dalam menilai
pembangunan; Biaya untuk pelaksanaan konsrervasi; Rendahnya pengetahuan petani dan
penguasaan teknologi di suatu pihak; Mendesaknya kebuuhan pokok petani dilain pihak;
Minimnya untuk memperoleh pendapatan di luar sektor pertanian; Eksploitasi lahan yang
berlebihan terhadap suatu kesempatan

Secara garis besar metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama
yaitu:
1. Secara agronomis
2. Secara mekanis dan
3. Secara kimia
A. Konservasi secara Agrnomis
Metode agronomis atau biologi adalah memanfaatkan vegetasi untuk membantu menurunkan
erosi lahan. Konservasi tanah dan air secara vegetatif adalah penggunaan tanaman atau
tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi
dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan daya rusak aliran permukaan.
Konservasi tanah dan air secara vegetatif ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara:
1. Pertanaman tanaman atau timbunan penutup tanah secara terus menerus (Permanent plant
cover)
2. Pertanaman dalam strip (Strip cropping)
3. Pertanaman berganda (Multiple cropping)
4. Pertanaman bergilir (Rotation cropping)
5. Pemanfaatan mulsa (Residue management)
6. Sistem pertanian hutan (agroforestry)
1. Tanaman Penutup Tanah
Tanman penutup tanah adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk melindungi tanah dari erosi,
menambah bahan organik tanah, dan sekaligus meningkatkan produktifitas tanah. Tanaman
Penutup dapat ditanam secara tersendiri atau ditanam bersamaan dengan tanaman pokok.
2. Pertanaman dalam Strip
Pertanamn dalam strip (strip cropping) adalah cara cocok tanam dengan beberapa jenis tanaman
ditanam berselang-seling dalam strip-strip dalam sebidang tanah dan disusun memotong lereng
atau garis kontur. Tanamn yang ditanam biasanya tanamn pangan atau tanaman semusim
diselingi dengan tanaman penutup tanah yang tumbuh dengan cepat.
3. Pertanaman berganda
Pertanaman berganda (multiple croping) berguna untuk meningkatkan produktifitas lahan sambil
menyediakan proteksi tanah dari erosi. Sistem ini dapat dilakukan dengan baik dengan cara

pertanaman beruntun (squential cropping); tumpang sari (inter croping); atau tumpang gilir
(relay croping).
4. Penggunaan Mulsa
Mulsa adalah sisa-sisa tanamn (crop residues) yang ditebarkan diatas permukaan tanah.
Sedangkan tanamn tersebut ditanam dibawah permukaan tanah dinamakan pupuk hijau. Sampai
saat ini, masih banyak dijumpai bahwa para petani kurang bisa mengolah limbah pertanian yang
melimpah. Keuntungan penggunaan mulsa dari segi konservasi anara lain; Mengurangi laju erosi
dari hantaman air hujan, mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, memelihara
temperatur dan kelembaban tanah, meningkatkan kemantapan struktur tanah, meningkatkan
kandungan bahan organik tanah, mengendalikan tanaman pengganggu.
5. Penghutanan Kembali
Reboisasi adalah cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran permukaan, terutama jika
dilakukan pada daerah hulu daerah tangkapan air untuk mengatur banjir. Secara lebih luas,
reboisasi dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan dan menghutankan kembali tanah
yang telah rusak secara fisik, kimia dan biologi baik itu terjadi secara alami maupun oleh ulah
manusia.
B. Konservasi Secara Mekanis
Dalam hal ini, konservasi secara mekanis mempunyai fungsi:
1. Memperlambat aliran permukaan
2. Menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak
3. Memperbesar kapasitas infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah
4. Menyediakan air bagi tanaman
5. Membuat bendungan atau DAM
Adapun usaha konservasi tanah secara mekanis antara lain meliputi:
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah manipulasi mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk menciptakan
kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.Tujuan utama dari pengolahan tanah
adalahmenyiapkan tempat tumbuh bagi benih, menggemburkan tanah perakaran, membalikkan
tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam dalam tanah, dan memberantas gulma.
b. Pengolahan Tanah Menurut Kontur

Penanaman dan pengolahan tanah menurut garis kontur dapat mengurangi erosi sampai 50%
dibandingkan dengan pengolahan tanah dan penanaman menurut lereng (up-and-down).
Efektifitas pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur tergantung pada kemiringan dan
panjang lereng. Pengaruhnya menjadi tidak berarti untuk panjang lereng yang lebih dari 180 m
pada kemiringan lahan 1, batasan ini akan berkurabg sejalan dengan kemiringan lereng ,untuk
kemiringan lahan 5,5 dan 8,5 panjangnya berturut-turut menjadi 30 m dan 20 m. Keuntungan
utama pengolahan menurut kontur ini adalah terjadinya penghambat aliran permukaan dan
terjadinya penampung air sementara sehingga memungkinkan terjadinya penyerapan air dan
mengurangi terjadinya erosi.
c. Guludan
Guludan merupakan tumpukan tanah (galengan) yang dibuat memanjang memotong kemiringan
lahan. Fungsi guludan ini adalah untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air dibagian
atasnya , dan untuk memotong panjang lereng. Tinggi tumpukan berkisar antara 25-30 cm
dengan lebar dasar 25-30 cm. Jarak antara guludan bervariasi bergantung pada kecuraman
lereng, kepekaan tanah terhadap erosi, dan erosivitas hujan.
d. Terras
Terras adalah timbunan tanah tang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan, yang
berfungsi untuk menangkap aliran permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang mantap atau
engan kecepatan yang tidak erosive. Dengan demikian memungkinkan terjadinya penyerapan air
dan berkurangnya erosi.
e. Saluran Pembuangan Air
Untuk menghindari terkonsentrasinya aliran permukaan disembarang tempat, yang akan merusak
dan membahayakan tanah yang akan dilewatinya, maka perlu dibuatkan jalan khusus berupa
saluran pembuangan air (waterways). Sehingga tujuan utama pembangunan waterways adalah
untuk mengarahkan dan menyalurkan air permukaan dengan kecepatan yang tidak erosif ke
lokasi pembuangan air yang sesuai. Saluran pengelak dibuat dibagian atas lereng dari lahan
pertanian, berfungsi untuk menangkap air yang mengalir dari lereng diatasnya dan menyalurkan
kesaluran berumput.
d. Pembuatan DAM atau bendungan pengendali.

DAM penghambat (check dam), balong/waduk, rorak dan tanggul merupakan bangunanbangunan yang dapat dipergunakan sebagai metoda mekanik dalam konservasi tanah dan air.
Bangunan tersebut selain mengurangi jumlah dan kecepatanaliran permukaan juga memaksa air
masuk ke dalam tanah yang akan menambah atau mengganti air tanah adan air bawah tanah. Air
yang tertampung dalam waduk atau balong dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Seperti
irigasi, ternak. Perikanan dan kebutuhan manusia sendiri. Syarat esensial bagi suatu balong yang
efektif adalah : (1) kondisi topografi ditempat yang akan di bangun balong harus memungkinkan
penbangunan yang ekonomis, (2) cukup air yang memenuhi syarat, (3) terdapat bahan tanah tang
kedap air,bukan pasir, (4) balong harung dilengkapi fasilitas pelimpah (tandon air) untuk
menyalurkan air kalau banjir, (5) Balong harus dapat dikeringkan untuk perbaikan-perbaikan.
Beberapa tipe balong/waduk yang terkenal adalah :
1) Balong galian (dugout ponds), yang mendapat airnya dari air tanah
2) Balong yang mendapat airnya dari aliran permukaan (run off)
3) Balong yang mendapat airnya dari mata air atau sungai kecil (creek)
4) Balong by-pass
Konservasi Secara Kimiawi
Metode kimia adalah tindakan atau perlakuan kepada tanah agar terjadi peningkatan kemantapan
agregat tanah atau struktur tanah, dengan jalan memberikan preparat-preparat kimia tertentu
yang dapat memperkecil kepekaan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah. Salah satu cara
yang digunakan dalam metode kimia adalah dengan pemakaian bahan pemantap tanah (Soil
Conditioner). Tujuanya untuk meperbaiki keadaan atau sifat fisik tanah dengan menggunakan
bahan-bahan kimia baik secara buatan atau alami.

Anda mungkin juga menyukai