I.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kultur jaringan didefinisikan sebagai suatu teknik menumbuh
kembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan atau organ dalam
kondisi aseptik secara in vitro, yang dicirikan kondisi kultur yang aseptik,
penggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan
ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) serta kondisi ruang kultur yang suhu dan
pencahayaannya terkontrol. Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu
aplikasi dari bioteknologi tanaman yang merupakan budidaya tanaman
yang dikerjakan secara in vitro (dalam wadah tertutup atau dalam botol).
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel
cultures atau gewebe kultur.
Penggunaan kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu
memproduksi bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu
yang relatif singkat. Kultur jaringan sering dijadikan solusi sebagai metode
perbanyakana tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode
penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan temapat yang besar.
Keberhasilan dari kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan
konsentrasi nutrisi yang berada di dalam media kultur.
Ketepatan konsentrasi ini menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi
eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi dari tanaman akan menyebabkan
tanaman mengalami keracunan unsur hara. Oleh karena itu, pembuatan
larutan stok dan sterilisasi media dianggap penting untuk diketahui sebagai
sarana penunjang kebutuhan informasi akan kultur jaringan.
Lingkungan aseptik juga menjadi syarat utama suksesnya kegiatan
kultur jaringan perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk itu perlu
adanya usaha sterilisasi peralatan yang akan digunakan dalam proses
kultur. Tidak hanya terbatas pada peralatan, namun ruangan yang akan
digunakan pun harus dalam kondisi aseptik. Tujuan utama dari sterilisasi
ruangan maupun peralatan kultur pada dasarnya untuk menghindari
unsur hara (unsur hara makro dan mikro), tetapi kebutuhan kabohidrat yang
pada umumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang didapat dari
fotosintetis. Penggunaan media MS+IBA dengan konsentrasi antara 10
sampai dengan 100 mg/l yang ditambah dengan ZPT NAA 1mg/l mampu
mengindukasi akar sampai 70%. Kombinasi ZPT auksin dan sitokinin yang
diberikan bersamaan kedalam media yang sama nampaknya selalau berhasil
(Herawan et al 2006).
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman
yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada
tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus
disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Gunawan 2005).
Tujuan utama sterilisasi yaitu mematikan, menyingkirkan atau
mengahambat pertumbuhan mikroorganisme adalah:
a.
b.
c.
d.
Sterilisasi adalah setiap proses kimia, fisika dan mekanik yang membunuh
semua bentuk kehidupan, terutama mikroorganisme (Adi 2010).
dapat
dicegah
penggunaan
media
yang
telah
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, L. W. 2005. Teknik Kultur Jaringan. IPB: Bandung
Yuniastuti E 2008. Buku Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan. Surakarta: UNS
Press.
Herawan T dan M Naiem. 2006. pengaruh Jenis Madia dan Konsentrasi ZPT
Kinetin Terhadap Perakaran Pada Kultur Jaringan Cendana ( Santalum
album Linn ). Agrosains Volume 19 ( 2 ) : 198
Adirianto 2010. Daftar Koleksi Mikro. Surabaya: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan.
Dwidjoseputro D 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Pelczar MJ, Chan ECS 2008. Elements of Microbiology. New York: Mc Graw Hill
Book Company.