LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. S
Tanggal Lahir
: 5 September 2011
Umur
: 3 Tahun 2 Bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
BBL
: tidak tahu
PBL
: tidak tahu
BB masuk
: 13 kg
TB masuk
: 86 Cm
Agama
:
Suku/Bangsa
:
Alamat
: Jl.
No. RM
:
Tanggal masuk : 28 Oktober 2014
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan Nenek penderita
Keluhan utama : Demam Tinggi
Anamnesis Terpimpin :
- Demam sejak 4 hari yang lalu SMRS, demam terus-menerus. Demam
hanya turun sesaat setelah diberi obat penurun panas, menggigil (+),
-
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Sakit sedang, Gizi
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 163 x/menit
, sadar
Pernapasan
Suhu
Berat badan
Tinggi badan
Pucat
Ikterus
Busung/edema
Keadaan spesifik
Kulit
: 68 x/menit
: 38,1C
: 13 kg
: 68 cm
: (+) Sianosis
: (-) Tonus
: (-)
Gigi
2212
2212
Kepala
Bentuk
Rambut
UUB
Telinga
Mata
palpebra (-)
Hidung
Bibir
Lidah
Mulut
Tenggorok
Tonsil
Leher
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: (-)
: (-)
2122
2122
:
: Normosefal
: Hitam, tidak mudah tercabut
: Sudah menutup
: Otorhea (+)
: Konjungtiva pucat (-), sclera ikterik (-), edem
: Rinorhea (+),
: Kering (+), pucat (+), pecah-pecah (+)
: Kotor (-)
: Stomatitis (-) kandidiasis (-)
: Hiperemis (-)
: T2-T2, hiperemis (-)
: Kaku kuduk (-),
:
: Simetris Kiri = Kanan, Retraksi (+) (IC, SC,
epigastrium)
: Sela iga simetris Kiri = Kanan
: Sonor pada kedua lapangan paru
: Bunyi pernapasan : Vesikuler
Bunyi tambahan
: ronki -/wheezing -/:
: Iktus cordis tidak nampak
: Iktus cordis tidak teraba
: Pekak
: Batas kiri Linea Midclavicularis sinistra
: Batas kanan Linea parasternalis dekstra
: Bunyi jantung I/II, murni regular
:
: Datar, ikut gerak napas.
2
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Kelenjar limfe
Alat kelamin
Anggota gerak
Tasbeh
Col. vertebralis
Reflex patologis
D. DIAGNOSA KERJA
DBD Grade 3
E. ANJURAN PEMERIKSAAN
- Darah Perifer Lengkap
- C-Reactive Protein (CRP)
- Uji Serologis
- Pemeriksaan Mikrobiologi
F. PENATALAKSANAAN
R/
IVFD DS NS 10 tpm (mikrodrips)
O2 1-2 L/menit nasal
Cefotaxime 350 mg iv/12 jam
Ambroxol syrup 3 x cth
Paracetamol syrup 3 x cth
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
H. RESUME
Anak laki-laki usia 3 tahun 2 bulan datang dengan keluhan demam
tinggi yang dialami sejak 4 hari yang lalu SMRS, demam terus-menerus.
Demam hanya turun sesaat setelah diberi obat penurun panas, anak menggigil
serta merasakan nyeri kepala, namun tidak mengalami kejang.
Anak juga menderita pilek sejak 1 minggu lalu SMRS, pilek disertai lendir,
batuk tidak ada. Nyeri ulu hati tidak ada, mual muntah tidak ada, nafsu
makan menurun namun sebelumnya anak kuat makan. BAB dan BAK kesan
normal. Riwayat pengobatan diberikan sanmol untuk penurun demamnya.
Anak ini belum pernah mendapatkan imunisasi serta tidak pernah
mendapatkan ASI sejak lahir.
KELUHAN
- N :158 x/menit, S :
INSTRUKSI DOKTER
- IVFD DS NS 10 tpm
37,3 0C, P : 61
x/menit
- Sesak (+)
- Batuk (+++), Demam
(-) Mual (-),
(mikrodrips)
O2 1-2 L/menit nasal
Cefotaxime 350 mg
iv/12 jam
Ambroxol syrup 3 x
cth
muntah (-),
- Nafsu makan
berkurang
- BAK BAB Biasa
17 Mei 2014
- N : 142 x/menit, P :
IVFD DS NS 10 tpm
(mikrodrips)
Cefotaxime 350 mg
iv/12 jam
Ambroxol syrup 3 x
54x/menit, S :
37.50C
- Sesak (-)
- Batuk (++), Demam
(-) Mual (-),
cth
muntah (-),
- Nafsu makan
18 Mei 2014
membaik
- BAK BAB Biasa
- N : 142 x/menit, P :
Pasien boleh di
cth
Paracetamol syrup 3 x
54x/menit, S :
37.50C
- Sesak (-)
- Batuk (+), Demam
(-) Mual (-),
muntah (-),
- Nafsu makan
membaik
BAK BAB Biasa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan intersisiel, sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dan
lain-lain), secara umum bakteri yang berperan penting dalam pneumonia adalah
Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenza, Staphylococcus auerus,
streptokokus group B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma. Beberapa
faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya dan beratnya pneumonia
antara lain defek anatomi bawaan, defisit imunologis, polusi, GER, dan lain-lain.
Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia, yaitu :
1) pneumonia masyarakat (Community-acquired pneumonia), bila infeksinya
terjadi di masyarakat, dan 2) pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial
(hospital-acquired pneumonia), bila infeksinya didapat di RS. Selain berbeda
dalam lokasi tempat terjadinya infeksi, kedua bentuk pneumonia ini juga berbeda
dalam spektrum etiologinya, gambaran klinis, penyakit dasar atau penyakit
penyerta, dan prognosisnya. Pneumonia yang didapat di RS sering merupakan
infeksi sekunder pada berbagai penyakit dasar yang sudah ada, sehingga spektrum
etiologinya berbeda dengan infeksi yang terjadi dimasyarakat. Oleh karena itu,
gejala klinis, derajat beratnya penyakit, dan komplikasi yang timbul lebih
kompleks. Pneumonia yang didapat di RS memerlukan penanganan khusus sesuai
dengan penyakit dasarnya.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh
sejumlah
penyebab
non
infeksi
yang
perlu
dipertimbangkan.
terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang
cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah
makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis,
kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem
bronkopolmuner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
E. Manifestasi Klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang
berat, mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga
memerlukan perawatan di RS. Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda
berdasarkan kelompok umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu,
retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang
ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis,
batuk, panas, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(nonproduktif / produktif ), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolahan dan remaja, dapat dijumpai panas,
batuk (nonproduktif / produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung.
Pada auksultasi, dapat didengar suara pernapasan menurun. Fine crackles
(ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bisa tidak ditemukan pada bayi.
Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus
menurun, suara napas menurun, dan terdengar fine creckles (ronki basah halus)
didaerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada. Bila berat
gerakan dada menurun waktu inspirasi, anak berbaring kearah yang sakit.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Perifer Lengkap
Pada pneumonia virus dan juga pneumonia mikoplasma
umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat.
Akan tetapi, pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar
antara
Leukopenia
15.000-40.000/mm3
(<5.000mm3)
dengan
menunjukkan
predominan
prognosis
yang
PMN.
buruk.
CRP
sangat
mungkin
berperan
dalam
opsoniasi
10
Infiltrat
intersisial,
ditandai
dengan
peningkatan
corakan
air
perifer
paru,
disertai
dengan
peningkatan
corakan
peribronkial.
11
Bayangan timus
Bayangan payudara
Gambaran atelektasis
bronkial
intrinsik
(benda
asing,
edema,
inflamasi,
serat
transiet
pseudoconsolidation
karena
infiltrat
terdapat
beberapa
pola
yang
memberikan
G. Diagnosis
Diagnosis etiologis berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan atau
serologis merupakan dasar terapi yang optimal. Akan tetapi penemuan bakteri
penyebab tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang
13
14
Pneumonia
Bila ada napas cepat ( >60x/menit) atau sesak napas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
Tidak ada napas cepat atau sesak napas
Tidak perlu dirawat , cukup diberikan pengobatan simptomatis.
H. Tatalaksana
a. Medikamentosa
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan sehingga
pemberian antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman yang
tersering yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenzae.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Untuk bayi dibawah
3 bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia > 3
bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama.
Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema, antibiotic pilihan adalah
golongan sefalosporin.
15
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c.
klinis.
Pneumonia
ringan
amoksisilin
10-25
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bradley J.S., at al. 2011. The Management of Community-Acquired
Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical
Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
2. Rahajoe, N. 2011. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Kelima. Badan Penerbit
IDAI. Jakarta
3. Standar Pelayanan Medik. 2009. Pneumonia. Makassar : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Rumah Sakit
DR. Wahidin Sudirohusodo
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit IDAI
17