Anda di halaman 1dari 24

1.

PEMENGGALAN KATA
Pemenggalan kata merupakan pemisahan huruf/kelompok huruf dari kata.
Sebelum melakukan pemenggalan kata, yang harus dipahami terlebih dahulu adalah
membedakan huruf vokal dengan huruf konsonan. Huruf vokal terdiri dari a, i, u, e, o.
Sedangkan huruf konsonan adalah huruf selain vokal contoh k, j, l, m, n, j dan lain - lain.
Setelah memahami huruf vokal dan huruf konsonan, selanjutnya adalah memahami suku
kata. Suku kata merupakan bagian kata, cara mudah menentukan suku kata yaitu dengan
memperhatikan pengucapan
Pemenggalan kata dasar baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan prinsip
otografis.
1.
Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan sebelum
huruf konsonan tersebut. Contoh:
kabar > ka-bar
sopan > so-pan
makan > ma-kan
tikam > ti-kam
2.
Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vocal yang berurutan ditengahnya
dilakukan diantara kedua huruf vocal tersebut. Contoh:
buah > bu-ah
ideal > i-de-al
kuota > ku-o-ta
taat > ta-at
3.
Suku kata yang mengandung gugus vocal au, ai, oi, ae, ei, eu, dan ui baik dalam katakata Indonesia maupun dalam kata-kata serapan, diperlakukan sebagai satu suku. Contoh:
aula > au-la
santai > san-tai
survei > sur-vei
amboi > am-boi
4.
Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan berurutan yang tidak mewakili satu fonem dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. Contoh:
arsip > ar-sip
kapten > kap-ten
kurban > kur-ban
caplak > cap-lak
5.
Pemenggalan kata yang ditengahnya terdapat gabungan huruf konsonan yang
mewakili fonem tunggal (digraf) dilakukan dengan tetap mempertahankan kesatuan
digraf itu. Contoh:
akhlak > akh-lak
bangku > bang-ku

sunyi > su-nyi


masyarakat > ma-sya-ra-kat
6.
Pemenggalan kata yang mengandung tiga atau empat huruf konsonan berurutan
ditengahnya dilakukan diantara huruf konsonan pertama dan huruf konsonan kedua. Contoh:

7.

instrumen > in-stru-men


implikasi > im-pli-ka-si
kontraktor > kon-trak-tor
Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans dilakukan sebagai berikut

8.

- Jika trans diikuti bentuk bebas, maka Pemenggalan dilakukan memisahkan trans
sebagai bentuk utuh. Contoh:
transmigrasi > trans-mig-ra-si
transaksi > trans-ak-si
transfusi > trans-fu-si
transplantasi > trans-plan-ta-si
- Jika trans diikuti bentuk terikat, Pemenggalan seluruh data dilakukan dengan
mengikuti pola Pemenggalan kata dasar. Contoh:
transit > tran-sit
transparansi > tran-spa-ran-si
transkripsi > tran-skrip-si
Pemenggalan kata yang mengandung eks dilakukan seperti dibawah ini.

- Jika unsur eks ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan dengan kata yang
mengandung unsur in dan im, Pemenggalan dilakukan diantara unsur eks dan unsur
berikutnya. Contoh:
ekstra > eks-tra
eksternal > eks-ter-nal
eksplisit > eks-pli-sit
ekspor > eks-por
- Bentuk lain yang mengandung unsur eks, dipenggal sebagai kata utuh. Contoh:
ekses > ek-ses
eksodus > ek-so-dus
eksistensi > ek-sis-ten-si
eksperimen > ek-spe-ri-men
9.
Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, Pemenggalan dilakukan diantara unsur-unsurnya. Contoh :
Fotografi > foto-grafi > fo-to-gra-fi
Biografi > bio-grafi > bi-o-gra-fi
Kilogram > kilo-gram > ki-lo-gram
Pascapanen > pasca-panen >pas-ca-pa-nen
Introspeksi > intro-speksi > in-tro-spek-si
Kecuali :
endoskopis > en-dos-ko-pis

10.

telegrafis > te-le-gra-fis


atmosferis > at-mo-sfe-ris
Pemenggalan unsur asing yang berakhiran isme dilakukan sebagai berikut.
- Yang didahului satu vocal, dipenggal setelah huruf vocal. Contoh:
egoisme > e-go-is-me
heroisme > he-ro-is-me
sukuisme > su-ku-is-me
Hinduisme > hin-du-is-me
- Yang didahului konsonan, dipenggal sebelum huruf konsonan. Contoh:
absolutisme > ab-so-lu-tis-me
humanisme > hu-ma-nis-me
patriotisme > pa-tri-o-tis-me
sadisme > sa-dis-me
2. PENULISAN HURUF KAPITAL

Berikut adalah pedoman penulisan tanda baca sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang relevan untuk Wikipedia.
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan
dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam
Quran
Kristen
Alkitab
Hindu
Weda
Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,

dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.


Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang
merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam
nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama
kata bin atau binti.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini

Ibrahim bin Adham


Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second
Pas
-1
J/K atau JK
joule per Kelvin
N
Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
tarikh Masehi
bulan Agustus
bulan Maulid
hari Jumat
hari Galungan
hari Lebaran
hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi
Asia Tenggara
Cirebon
Amerika Serikat
Eropa
Jawa Barat

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti
nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan
Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng
Gunung Semeru
Jalan Diponegoro
Jazirah Arab
Ngarai Sianok
Lembah Baliem
Selat Lombok
Pegunungan Jayawijaya
Sungai Musi
Tanjung Harapan
Teluk Benggala
Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika
kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara
pempek Palembang
tari Melayu
sarung Mandar
asinan Bogor
sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti
oleh nama diri geografi.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di sungai
menyeberangi selat
berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
harimau sumatera
petai cina
pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas,
seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
Catatan:
Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga

11.

12.

13.

14.

ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu,


misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan
judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata
tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr.
doktor
S.E.
sarjana ekonomi
S.H.
sarjana hukum
S.S.
sarjana sastra
S.Kp.
sarjana keperawatan
M.A.
master of arts
M.Hum.
magister humaniora
Prof.
profesor
K.H.
kiai haji
Tn.
tuan
Ny.
nyonya
Sdr.
saudara
Catatan:
Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya,
diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
3. PENULISAN KATA TURUNAN
Sederhananya, kata turunan adalah kata dasar yang mendapat imbuhan, baik berupa
awalan, sisipan atau akhiran, maupun gabungan kata. Kata turunan termasuk salah satu unsur
pembentuk kalimat selain kata dasar dalam setiap penulisan artikel.
Untuk mendapat gambaran lebih jelas tentang definisi kata turunan, simak macammacam bentuk kata turunan;
Kata turunan dapat berupa kata dasar yang mendapat imbuhan; awalan, sisipan dan
akhiran. Imbuhan itu ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh;
catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an])
berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-])
gemetar (kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])
Kata turunan berupa gabungan singkatan dan imbuhan yang dirangkai menggunakan
tanda hubung. Contoh;
mem-PHK-kan
mem-PTUN-kan
Kata turunan berupa gabungan kosa kata asing dan imbuhan yang dirangkai
menggunakan tanda hubung. Contoh;
me-recall
di-upgrade
Kata turunan juga dapat berupa gabungan bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang
huruf awalnya huruf kapital. Kata turunan ini, penulisannya dirangkai menggunakan tanda
hubung ( ). Contoh;
pro-Indonesia
non-Indonesia
pan-Afrika
Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya. Contoh;

sebar luaskan
bertepuk tangan
garis bawahi
Kata turunan yang bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan mendapatkan awalan
dan akhiran sekaligus, maka unsur gabungan kata itu ditulis serangkan dengan imbuhannya.
Contoh;
menyebarluaskan
pertanggungjawaban
melipatgandakan
mencampuradukan
Kata turunan yang salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh;
adipati
adikuasa
aerodinamika
aeromodeling
antarkota
antarprovinsi
antibiotik
antiteroris
anumerta
audiogram
bikarbonat
biokimia
bioetanol
caturtunggal
caturmarga
dasawarsa
dasasila
dekameter
demoralisasi
demiliterisasi
dwiwarna
dwitunggal
ekawarna
ekstrakurikuler
inframerah
infrastruktur
inkonvensional

intoleransi
kosponsor
mahasiswa
mancanegara
monoteisme
monorail
multilateral
narapidana
nonkolaborasi
pascasarjana
paripurna
poligami
politeknik
poliklinik
pramuniaga
pramusaji
prasangka
purnawirawan
saptakrida
semiprofesional
subseksi
swadaya
telepon
transmigrasi
tritunggal
ultramodern

Jika kata [maha] merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata berimbuhan, maka
gabungan keduanya ditulis terpisah dan unser-unsur pembentuknya dimulai dengan huruf
kapital. Contoh;
Kita serahkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih
Anda harus bertobat kepada Tuhan yang Maha Pengampun
Tapi, jika kata [maha] sebagai unsur gabungan merujuk pada Tuhan, namun diikuti oleh kata
dasar, gabungan katanya ditulis serangkai. Ketentuan ini tidak berlaku untuk kata dasar [esa].
Contoh;
Hanya Tuhan yang Mahakuasa yang bisa menentukan nasib kita.
Semoga Tuhan yang Maha Esa mengabulkan permohonan kita.
Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang sudah kita serap dalam bahasa Indonesia,
seperti [pro], [kontra] dan [anti], dapat kita jadikan sebagai kata dasar. Contoh;
Lebih banyak masyarakat yang kontra, ketimbang pro terhadap kebijakan penaikan harga
bahan bakar minyak.
Dia selalu anti terhadap jemaat ahmadiyah.

4. PENULISAN BENTUK ULANG


Sebelum merinci bagaimana cara menulis kata ulang, baiknya kita perjelas dulu
definisi kata ulang. Dalam penulisan artikel, pada dasarnya, definisi kata ulang adalah kata
bentukan hasil pengulangan sebagian atau seluruh bentuk dasar kata ulang tersebut. Di antara
kata atau bagian kata yang diulang itu mengalami perubahan bentuk.
Contoh
anak-anak (kata bentukan hasil mengulang secara utuh bentuk dasarnya, yaitu anak)
sayur-mayur (kata bentukan hasil mengulang bentuk dasarnya, tapi mengalami perubahan
bentuk)
Dari dua contoh tadi, mari segera saja uraikan lebih rinci tentang beberapa cara menulis kata
ulang.
Pertama, bentuk ulang ditulis dengan memakai tanda hubung.
Contoh;
ibu-ibu
mata-mata
kuda-kuda

kupu-kupu
hati-hati
tukar-menukar
tulis-menulis
sayur-mayur
ramah-tamah
Kedua, gabungan kata juga bisa diulang dengan cara mengulang unsur pertamanya
saja.
Contoh
surat kabar (jika diulang menjadi [surat-surat kabar])
kapal perang (jika diulang menjadi [kapal-kapal perang])
tempat gelas (jika diulang menjadi [tempet-tempat gelas])
Ketiga, jika bentuk ulang itu hasil pengulangan gabungan kata yang unsur-unsurnya
adjektiva, pengulangan bisa dilakukan dengan mengulang unsur pertama atau kedua, tapi
menghasilkan makna berbeda.
Contoh
orang besar (jika diulang bisa menjadi [orang-orang besar] atau [orang besar-besar])
gedung tinggi (jika diulang bisa menjadi [gedung-gedung tinggi] atau [gedung tinggi-tinggi])
Keempat, jika bentuk ulang mendapat awalan dan akhiran, maka imbuhan itu ditulis
serangkai dengan bentuk ulangnya.
Contoh
([kanak-kanak] + [ke-an]) menjadi [kekanak-kanakan]
([undang-undang] + [pe-an]) menjadi [perundang-undangan]
([besar-besar] + [di-kan]) menjadi [dibesar-besarkan]
([mata-mata] + [me-i]) menjadi [memata-matai]

5. PENULISAN GABUNGAN KATA


Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Contoh: tanda tangan; terima kasih; rumah sakit; tanggung jawab; kambing hitam; dll.
Perhatikan kalau gabungan kata itu mendapatkan imbuhan!
Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu
harus dirangkai dengan kata yang dekat dengannya. kata lainnya tetap ditulis terpisah dan
tidak diberi tanda hubung.
Contoh: berterima kasih; bertanda tangan; tanda tangani; dll.

Apabila gabungan kata itu mendapatkan awalan dan akhiran, penulisan gabungan
kata harus serangkai dan tidak diberi tanda hubung.
Contoh: menandatangai; pertanggungjawaban; mengkambinghitamkan; dll.
Gabungan kata yang sudah dianggap satu kata.
Dalam bahasa Indonesia ada gabungan kata yang sudah dianggap padu benar. Arti
gabungan kata itu tidak dapat dikembalikan kepada arti kata-kata itu.
Contoh: bumiputra; belasungkawa; sukarela; darmabakti; halalbihalal; kepada; segitiga;
padahal; kasatmata; matahari; daripada; barangkali; beasiswa; saputangan; dll
Kata daripada, misalnya, artinya tidak dapat dikembalikan kepada kata dari dan
pada. Itu sebabnya, gabungan kata yang sudah dianggap satu kata harus ditulis serangkai.
Gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata
yang mengandung arti penuh, unsur itu hanya muncul dalam kombinasinya.
Contoh: tunanetra; tunawisma; narasumber; dwiwarna; perilaku; pascasarjana; subseksi; dll.
Kata tuna berarti tidak punya, tetapi jika ada yang bertanya, Kamu punya uang?
kita tidak akan menjawabnya dengan tuna. Begitu juga dengan kata dwi, yang berarti dua,
kita tidak akan berkata, saya punya dwi adik laki-laki. Karena itulah gabungan kata ini
harus ditulis dirangkai.
Perhatikan gabungan kata berikut!
1. Jika unsur terikat itu diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua
unsur itu diberi tanda hubung.
Contoh: non-Indonesia; SIM-ku; KTP-mu.
1. Unsur maha dan peri ditulis serangkai dengan unsur yang berikutnya, yang berupa
kata dasar. Namun dipisah penulisannya jika dirangkai dengan kata berimbuhan.
Contoh:
Mahabijaksana;
Mahatahu;
Maha Pengasih; Maha Pemurah; peri keadilan; peri kemanusiaan.

Mahabesar.

Tetapi, khusus kata ESA, walaupun berupa kata dasar, gabungan kata maha dan esa ditulis
terpisah => Maha Esa.

6. PENULISAN KATA DEPAN

Pengertian kata depan


Kata depan adalah kata yang menghubungkan kata benda dengan bagian kalimat.
Kata depan biasanya digunakan untuk mengantarkan objek penyerta kalimat dan tidak boleh
mengantarkan subjek kalimat. Selain kata depan di, ke, dari, dikenal juga kata depan pada,
kepada, oleh, dengan, atas.
Beberapa fungsi kata depan antara lain:
a. Penanda peruntukan: bagi, untuk, buat, guna
b. Penanda asal: asal
c. Penanda keberadaan: di
d. Penanda arah menuju: ke, kepada, terhadap
e. Penanda cara: dengan
f. Penanda ihwal: tentang
g. Penanda pelaku: oleh.
Berikut penjelasannya:
1) Kata depan pada, kepada digunakan untuk menyatakan waktu, orang, nama orang, atau
kiasan.
Contoh:
Matahari bersinar pada siang hari
Buku itu akan saya serahkan kepada yang membutuhkan.
2) Kata depan oleh digunakan untuk menyatakan pelaku.
Contoh: kegiatan itu diselenggarakan oleh pemuda karang taruna.
3) Kata depan dengan mempunyai fungsi:
Menyatakan alat. Contoh: adik menulis dengan pensil
Menyatakan hubungan kesetaraan. Contoh: ibu berangkat dengan bi inah
Menyatakan keterangan komparatif (perbandingan). Contoh: wisnu sama pintarnya
dengan surya.
4) Kata depan atas mempunyai fungsi menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan
keterangan. Contoh: kami mengucapkan terima kasih atas perhatian saudara.
5) Kata depan antara mempunyai fungsi:
menunjukkan jarak. Contoh: jarak antara rumah dan sekolah tidak terlalu jauh
berarti kira-kira. Contoh: umar tidak masuk sekolah antara dua tiga hari.

7. PENULISAN PARTIKEL
Secara kebahasaan, -lah, -kah dan -tah disebut sebagai partikel. Ada beberapa kriteria
penulisan partikel dalam artikel. Untuk memperjelas bagaimana perilaku partikel dalam
penulisan artikel, kita tengok dulu Kamus Besar Bahasa Indonesia. Secara kebahasaan,

kamus ini mendefinisikan sebagai kata yang biasanya tidak dapat diinfleksikan, mengandung
makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal.
Dalam penulisan artikel, partikel ada yang ditulis menyatu dengan kata yang
mendahuluinya, tapi ada juga yang ditulis terpisah. Kita lihat dulu bagaimana penulisan
partikel ditulis serangkai dengan kata yang mendahului melalui contoh-contoh kalimat.
Partikel Ditulis Menyatu (-lah, -tah)
Minumlah jus buah setiap hari, niscaya badanmu bugar!
Apakah yang terdapat dalam amplop itu?
Siapakah gerangan yang mencuri buah mangga tetangga kita?
Apatah gunanya bermain setiap hari?
Partikel Ditulis Terpisah (-pun)
Apa pun yang dia kerjakan, tak ada yang beres.
Jam berapa pun dia pulang, selalu tiba di rumah malam.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkat belum pernah menyelesaikan dengan baik.
Selain tiga contoh tadi, partikel -pun bisa juga ditulis serangkai jika didahului oleh;
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun dan walaupun.
Cara Penulisan Lain Partikel
Partikel yang dalam pemakaiannya secara gramatikal menimbulkan makna mulai, demi
dan tiap, ditulis terpisah. Ini berlaku untuk partikel -per.
Contoh;
Tiket kereta api listrik Jabodetabek akan naik per 1 Juni.
Tolong masukan koin itu ke celengan kodok satu per satu.
Harga roti itu Rp 1.500 per bungkusnya.
8. PENULISAN SINGKATAN DAN AKRONIM
a. Singkatan
singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan. Yang bermaksud untuk
mempermudah. Menurut tiga cara sebagai berikut:

Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang bentuk
lisannya sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya.

Misalnya:

yang dilisankan

menter

ml

yang dilisankan

mililiter

cos

yang dilisankan

cosinus

Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim dilisankan
huruf demi huruf.

Misalnya:
DDT

(diklorodifeniltrikloroetana) yang dilisankan d-d-t

kV

Ikilovolt-ampere) yang dilisankan k-v-a

TL

(tube luminescent) yang dilisankan t-l

Istilah yang dibentuk dengan menanggalkan sebagian unsurnya.

Misalnya:
Ekspres

(yang berasal dari kerta api ekspres)

Harian

(yang berasal dari surat kabar harian)

Kawat

(yang berasal dari surat kawat)

Lab

(yang berasal dari laboratorium)


Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.

Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.Contoh: Dr. Bambang

Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi,


serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.Contoh :DPR, PGRI

Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Tetapi,
singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masingmasing huruf. Contoh :dll.

Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing
tidak diikuti tanda titik. Contoh : Cu(kuprum)

b. Akronim
Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
1.

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital. Contoh: ABRI(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

2.

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: Akabri(Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia).

3.

Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Contoh: pemilu( pemilihan
umum)
Contoh lain dari akronim yaitu:
laser

(light amplification by stimulated emission of radiation)

radar

(radio detectiang and ranging)

sonar

(sound navigation ranging)

tilang (bukti pelanggaran)


9. PENULISAN ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN
a. Angka
1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
2. Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
100
2.000 rupiah
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat.
Misalnya:
* Jalan Tanah Abang I No. 15
* Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
* Bab X, Pasal 5, halaman 252
* Surah Yasin: 9
b. Lambang Bilangan
1) Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua 12
22
222
2) Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh 1/2

1/16 3 2/3 1/100 1%

1,2

b. Lambang Bilangan
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
* Paku Buwono X
* pada awal abad XX
* dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
* lihat Bab II, Pasal 5
* dalam bab ke-2 buku itu
* di daerah tingkat II itu
* di tingkat kedua gedung itu
* di tingkat ke-2 itu
* kantornya di tingkat II itu
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:
tahun '50-an

uang 5000-an
lima uang 1000-an
(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan
pemaparan.
Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100
bemo
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:

Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.


Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan
dan
tujuh
puluh
lima
perseratus
rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan
dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
10. PENGGUNAAN TANDA TITIK
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk disana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan :
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur
akhirnya sudah bertanda titik.
Misalnya :
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko,M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan,kaki saya sakit.

1.

Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar
Misalnya :
a.
III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
B.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasaar dan
Menengah
1.
Direaktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2.

b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1
2.2

Catatan :
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika
angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

2.

Tanda
titik
untuk
memisahkan
angka,
jam,
menit,
dan
detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya :
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi
keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya :
pukul 09.00 pagi
pukul 11.00 siang
pukul 05.00 sore
pukul 08.00 malam
(2)

dengan

Penulisan waktu dengan angka ssalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang,
sore, atau malam.
Misalnya :
Pukul 00.45
Pukul 07.30
Pukul 11.00
Pukul 22.00

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
jangka waktu.
Misalnya :
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

4.

Tanda titik dipakai dalam daftar pustakan di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat berbit.
Misalnya :
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar,
Merari.1920.
Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Pustaka.
Catatan:
Urutan
informasi
pada lembaga yang bersangkutan

mengenai

daftar

pustaka

tergantung

5.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya :
Desa itu perpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.

Catatan :
(1) Tanda titilk tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan dan kelipatannya yang tidak
menentukan jumlah
Misalnya :
Dia lahir pada ttahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678
(2)

Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepaka karangan atau kepala
illustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya :
Acara Kunjungan menteri Pendidikan Nasional
Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD 1945)
Salah Asuhan

(3)

Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat perima surat, (b) nama dan
alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat
Misalnya :
Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif rahmat 43
Palembang

(4)

6.

Pemisahan bilangan rubuan atau kelipatannya dan decimal dilakukan sebagai berikut.
Rp200.250,75
8.750 m
$ 50,000.50
8,750 m

Tanda titik dipakai pada penullisan singkatan.


Misalnya :
A.H. Nasution
Catatan :
(1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat dikuti dengan tanda titik
di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya :
M.Si
magister sains

Bpk.
Kol.
W.R. Supratman

bapak
Colonel
Wage Rudolf Supratman

(2)

Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya :
jml.
jumlah
kpd.
kepada
tgl.
tanggal
no.
nomor

(3)

Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya :
dll.
dan lain-lain
dsb.
dan sebagainya
Yth.
Yang Terhormat
Catatan :
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan
rapat dan kuliah.

(4)

Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam suratmenyurat) masng-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya :
a.n
atas nama
d.a
dengan alamat
u.p
untuk perhatian
11. PENGGUNAAN TANDA KOMA
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh: l Pada bulan puasa atau menjelang Hari Raya Idul Fitri pakaian yang paling laris
pastilah peci, baju koko dan sarung.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan kecuali.
Contoh: l Industri hulu masa kini umumnya, seperti plastik, minyak kelapa sawit atau pabrik
gula.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh: l Apabila keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat.Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh: l Oleh karena itu, sangat disarankan agar kita menengok dulu ke kiri dan ke kanan
sebelum menyebrang.

5.

Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o , ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh:l Kasihan, anak kecil itu tertabrak mobil.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: l Pemantapan struktur ekonomi masyarakat ke depan harus berbasis pada sumber
daya unggulan daerah dengan dukungan infrastruktur ekonomi wilayah yang memadai, kata
Cagub incumbent Hj Ratu atut Chosiyah, di Serang, Jumat (7/10/2011).
7. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka .
Contoh: l Widjaya, IG Rai. Hukum Perusahaan. Jakarta: Megapoin, 2000.
12. PENGGUNAAN TANDA TITIK KOMA
1.

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh: l Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: l Ayah pergi ke kantor; ibu sibuk bekerja di dapur; adik mengerjakan pr.
13. PENGGUNAAN TANDA TITIK DUA
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti jaringan.
Contoh: l Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan
Ilmu Ekonomi.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang membutuhkan pemerian.
Contoh:
l Project By: TriExs Media Project
Penulis: Lie Charlie
Editor: Wicak
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh: l Guy: Tolong sampaikan memo ini kepada bendahara.
Ilan: Siap, Pak.
4. Tanda titik dua dipakai
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh : l QS. Al-Baqarah: 38
5. Tanda titik dua dipakai untuk menandai rasio (angka banding).
Contoh: l Perbandingan sex ratio antara laki-laki dan perempuan di daerah x tahun 2010
adalah 100: 97.
14. PENGGUNAAN TANDA HUBUNG
1. Tanda hubung dipakai untuk menghubungkan unsur-unsur kata ulang.
Contoh: l Anak-anak kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Contoh: l indonesia

l 21-12-2012
3. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(a) se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital;
(b) ke-dengan angka,
(c) angka dengan-an,
(d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
l se-Indonesia; ke-6; tahun 90-an.
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh:
l di- packing

Anda mungkin juga menyukai