1. Fertilisasi
Setelah sel telur berkembang menjadi matang dan mampu mengadakan penyatuan dengan
sperma akan terjadi ovulasi. Sel telur ini akan ditangkap oleh infundibulum, kemudian
melewati tuba fallopii. Jika di tuba fallopii terdapat sperma maka akan terjadi peleburan
antara sperma dan sel telur, proses ini disebut dengan fertilisasi. Fertilisasi internal
memerlukan kopulasi, yaitu penyimpanan sperma dari alat kelamin jantan ke dalam alat
kelamin betina. Biasanya terdapat suatu mekanisme neural dan hormonal yang rumit agar
terjadi daya tarik dan perilaku prakopulasi yang diperlukan untuk kopulasi. Pada waktu
kopulasi, sperma yang tersimpan terutama di dalam epididimis disemprotkan oleh kontraksi
mendadak dari otot di dalam dan di sekitar saluran reproduksi jantan dan bersamaan dengan
itu kelenjar kelamin aksesori mengeluarkan sekresinya. Cairan seminal yang dikeluarkan
demikian itu dapat mengandung 400.000.000 sperma. Lendir di dalam cairan seminal
berguna sebagai wahana bagi sperma. Setelah semen dideposisikan dalam vagina, enzim
proteolitik mengubah lendir tersebut menjadi cairan yang lebih encer agar sperma menjadi
sangat motil. Fruktosa merupakan sumber energi bagi sperma, zat basa mencegah matinya
sperma karena suasana asam yang lazimnya terdapat di dalam vagina.
Tiap telur hanya dibuahi oleh sebuah sperma, tetapi meskipun demikian
jika sperma tidak dilepaskan dalam jumlah jutaan, maka tidak akan terjadi
fertilisasi. Salah satu sebabnya ialah hanya sebagian kecil sperma yang
dapat sampai ke bagian atas tuba fallopii, yang lainnya hancur di
perjalanan. Sel telur masuk ke dalam tuba fallopii masih dilapisi oleh
sebagian dari sel folikel yang membungkusnya di dalam ovarium dan
sperma tidak dapat menembusnya jika lapisan ini tidak hilang.
Gambar 10.5
Fertilisasi
Sumber: Image.google.co.id dalam Rahmawati