MATERI KULIAH

MANAJEMEN TERNAK
SAPI POTONG
Dosen : Imbang Haryoko, MP

PENDAHULUAN
PENTINGNYA MEMPELAJARI MTP :
a) OPTIMALISASI PRODUKSI TERNAK SAPI
POTONG
b) MENGEMBANGKAN USAHA UNTUK
MENDUKUNG PROGRAM NASIONAL
SWASEMBADA DAGING SAPI

SEGITIGA PRODUKSI

MANAGEMENT

KEGIATAN USAHA TERNAK SAPI

POTONG
PETERNAK

INPUT /
MASUKAN

PROSES
BUDIDAYA

OUTPUT/
KELUARAN

PEMASARAN

MANFAAT BETERNAK SAPI

POTONG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sumber Pendapatan Keluarga

Sumber Protein Hewani
Menambah Lapangan Kerja
Sebagai Tabungan
Sumber Pupuk Kandang
Pemanfaatan Limbah Pertanian
Status Sosial Ekonomi Bagi Keluarga

PERANAN SAPI POTONG

o

o
o
o
o

Kesejahteraan rakyat
Penyedia protein hewani
Sumber PAD
Kepentingan Sosial
Kepentingan Budaya/Adat Istiadat

PENGERTIAN :

Manajemen ternak potong pada

dasarnya mempelajari tentang
tatacara pengaturan pemeliharaan
ternak (sapi potong)agar dapat
berproduksi dengan optimal.

MANAJEMEN
PEMILIHAN BIBIT
SAPI POTONG
by imbangharyoko

PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR 54/Permentan/OT.140/10/2006
TENTANG
PEDOMAN PEMBIBITAN SAPI POTONG YANG
BAIK

(GOOD BREEDING PRACTICE)

Pembibitan adalah kegiatan budidaya

menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri
atau untuk diperjualbelikan.
Bibit ternak (sapi) adalah semua hasil pemuliaan
ternak (sapi) yang memenuhi persyaratan
tertentu untuk dikembangbiakkan.

BIBIT SAPI POTONG

Bibit sapi potong diklasifikasikan menjadi 3
(tiga) kelompok, yaitu:
a. bibit dasar (elite/foundation stock),
diperoleh dari proses seleksi rumpun atau
galur yang mempunyai nilai pemuliaan di
atas nilai rata-rata;
b. bibit induk (breeding stock), diperoleh dari
proses pengembangan bibit dasar;
c. bibit sebar (commercial stock), diperoleh
dari proses pengembangan bibit induk.

PERSYARATAN UMUM:
sapi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik
spt cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang,
lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat
kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya;
semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat
reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan
gejala kemandulan;
sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak
menderita cacat pada alat kelaminnya.

Persyaratan khusus
SAPI BALI
KUALITATIF
BETINA:
- Warna bulu merah;
- Lutut ke bawah berwarna putih;
- Pantat warna putih berbentuk setengah
bulan;
- Ujung ekor berwarna hitam;
- Garis belut warna hitam di punggung;
- Tanduk pendek dan kecil;
- Bentuk kepala panjang dan sempit;
- Leher ramping.
JANTAN:
- Warna bulu hitam;
- Lutut ke bawah berwarna putih;
- Pantat putih berbentuk setengah bulan;
- Ujung ekor hitam;
- Tanduk tumbuh baik warna hitam;
- Bentuk kepala lebar;
- Leher kompak dan kuat.

KUANTITATIF
BETINA UMUR 18-24 BULAN
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 105 cm;
Kelas II minimal 97 cm;
Kelas III minimal 94 cm.
Panjang Badan:
Kelas I minimal 104 cm;
Kelas II minimal 93 cm;
Kelas III minimal 89 cm.
JANTAN UMUR 24-36 BULAN
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 119 cm;
Kelas II minimal 111 cm;
Kelas III minimal 108 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 106 cm

STATISTIK VITAL
TINGGI GUMBA

PANJANG
BADAN
LINGKAR
DADA

KUALITATIF

KUANTITATIF

- Warna bulu putih keabu-abuan;

- Kipas ekor (bulu cambuk ekor) dan
bulu sekitar mata berwarna hitam;
- Badan besar, gelambir longgar
bergantung;
- Punuk besar;
- Leher pendek;
- Tanduk pendek.

BETINA UMUR 18-24 BULAN

Tinggi gumba:
Kelas I minimal 116 cm;
Kelas II minimal 113 cm;
Kelas III minimal 111 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 124 cm;
Kelas II minimal 117 cm;
Kelas III minimal 115 cm.
JANTAN UMUR 24-36 BULAN
Tinggi gumba:
Kelas I minimal 127 cm;
Kelas II minimal 125 cm;
Kelas III minimal 124 cm.
Panjang badan:
Kelas I minimal 139 cm;
Kelas II minimal 133 cm;
Kelas III minimal 130 cm.

Sapi Sumba Ongole (SO)

KUALITATIF

KUANTITATIF

-Warna keputih-putihan;
- Kepala, leher, gumba, lutut, warna
gelap terutama pada yang jantan;
- Kulit sekeliling mata, bulu mata,
moncong, kuku kaki dan bulu
cambuk ekor warna hitam;
- Tanduk pendek, kuat, mula-mula
mengarah keluar, lalu ke belakang;
- Badan besar, gelambir longgar dan
tergantung;
- Punuk besar persis di atas skapula;
- Leher pendek.

BETINA UMUR 18-24 BULAN

Tinggi gumba:
Kelas III minimal 112 cm
JANTAN UMUR 24-36 BULAN
Tinggi gumba:
Kelas III minimal 118 cm

Sapi Madura
KUALITATIF

-Warna merah bata atau

merah coklat campur putih
dengan batas tidak jelas pada
bagian pantat;
-Tanduk kecil pendek
mengarah ke sebelah luar;
- Tubuh kecil, kaki pendek;
- Gumba pada betina tidak
jelas, pada jantan
berkembang baik.

KUANTITATIF

BETINA UMUR 18-24 BULAN

Tinggi gumba:
Kelas I minimal 108 cm;
Kelas II minimal 105 cm;
Kelas III minimal 102 cm.
JANTAN UMUR 24-36 BULAN

Tinggi gumba:
Kelas I minimal 121 cm;
Kelas II minimal 110 cm;
Kelas III minimal 105 cm

Sapi Brahman
KUALITATIF

KUANTITATIF

- Warna pada yang jantan

putih abu-abu, pada
betina putih/abu-abu
atau merah;

BETINA UMUR 18-24 BULAN

- Badan besar, kepala

relatif besar.

JANTAN UMUR 24-36 BULAN

Tinggi gumba:
Kelas III minimal 112 cm

Tinggi gumba:
Kelas III minimal 125 cm

PEMELIHARAAN BIBIT SAPI

1. Pastura yaitu pembibitan sapi potong yang sumber
pakan utamanya berasal dari pastura. Pastura dapat
merupakan milik perorangan, badan usaha atau
kelompok peternak.
2. Sistim semi intensif yaitu pembibitan sapi potong
yang menggabungkan antara sistem pastura dan
sistem intensif. Pada sistem ini dapat dilakukan
pembibitan sapi potong dengan cara pemeliharaan
di padang penggembalaan dan dikandangkan.
3. Sistem intensif yaitu pembibitan sapi potong
dengan pemeliharaan di kandang. Pada sistem ini
kebutuhan pakan disediakan penuh oleh peternak.

1. Pembibitan sapi potong bangsa/rumpun

murni, yaitu perkembangbiakan
ternaknya dilakukan dengan cara
mengawinkan sapi yang sama
bangsa/rumpunnya.
2. Pembibitan sapi potong persilangan,
yaitu perkembangbiakan ternaknya
dilakukan dengan cara perkawinan antar
ternak dari satu spesies tetapi berlainan
rumpun

MENILAI BIBIT SAPI (JUDGING)

1. PENGAMATAN DARI DEPAN
a. JARAK PANDANG 3 M
b. BAGIAN YANG DINILAI
- BENTUK KEPALA
- KEBULATAN TULANG RUSUK
- DLM DADA & PERTULANGAN
- KESERASIAN KAKI DEPAN
- PERDAGINGAN BAHU & KAKI DEPAN

2. PENGAMATAN DARI SAMPING

a. JARAK PANDANG 3 S.D 4,5 M
b. BAGIAN YANG DINILAI
- KEDALAMAN TUBUH
- KEKOMPAKAN BENTUK TUBUH
- PINGGUL DAN PANGKAL EKOR
- DADA DAN BAHU
- KAKI DEPAN DAN BELAKANG

3. PENGAMATAN DARI BELAKANG

a. JARAK PANDANG 3 M
b. BAGIAN YANG DINILAI
- KONDISI PANTAT (LEBAR & PENIMBUNAN
LEMAK)
- PAHA (BULAT BERISI)
- KESERASIAN KAKI BELAKANG

4. PERABAAN
BAGIAN YANG DIRABA :
- TULANG RUSUK DAN TULANG DADA
- TRANVERSUS PROCESSUS DAN
SPINOUS
PROCESSUS PADA BACKBONE
- BAGIAN BIDANG BAHU
- BAGIAN PANGKAL EKOR

BCS Persentase
Penampilan
Lemak
Tubuh
1
5,0
Sapi sangat kurus. Tulang iga, spina dan
panggul sangat menonjol dan tidak
terdapat timbunan lemak
2
9,4
Sapi terlihat kurus. Tulang iga, spina dan
panggul menonjol
3
13,7
Tulang dapat dilihat satu persatu tapi
menyatu, tampak adanya daging di
daerah spina
4
18,1
Tualng iga tidak tampak, lemak
menutupi iga dan panggul. Spina dapat
teraba, tonjolan tulangnya membulat.

22,5

26,9

31,2

35,6

40,0

Lemak tampak menutupi tulang iga, spina

dan pangkal ekor. Tulang punggung tidak
tampak jelas.
Perlu tekanan untuk merasakan tulang
pungung. Lemak teraba menutupi tulang
iga.
Lemak teraba di daerah brisket dan terasa
seperti busa. Lemak juga menutupi
pangkal ekor.
Tulang iga dan brisket berdaging. Tulang
belakang, pangkal ekor penuh berisi
lemak. Tulang belakang tidak teraba
Sangat berdaging, struktur tulang tidak
tampak dan tidak teraba.

PROSES REPRODUKSI UNTUK

MELANJUTKAN GENERASI BERIKUTNYA
PROSES REPRODUKSI SETELAH TERNAK
MENCAPAI DEWASA KELAMIN (PUBERTAS) /
BB MENCAPAI 45-55% DARI BOBOT DEWASA
PUBERTAS TERJADI SEBELUM MENCAPAI
DEWASA TUBUH (BODY MATURITY)
PUBERTAS SAPI BETINA DIPENGARUHI A.L.
OLEH NUTRISI DAN LAJU PERTUMBUHAN.

ESTRUS
SUATU FASE DALAM SIKLUS BERAHI
KETIKA HEWAN BETINA BERSEDIA ATAU
MAU MENERIMA PEJANTAN UNTUK
AKTIVITAS REPRODUKSINYA.

1.

2.
3.

4.

5.

SAPI TAMPAK GELISAH

BERSUARA MELENGUH
KELUAR LENDIR TRANSPARAN DARI
SERVIKS YANG MENGALIR KELUAR
MELALUI VULVA DAN VAGINA
MENCOBA MENUNGGANGI ATAU DIAM
KETIKA DINAIKI PEJANTAN / BETINA
LAIN
VULVA BENGKAK, NAFSU MAKAN
TURUN, DAN SERING MENGIBASKAN
EKORNYA.

FASE PROESTRUS :
sapi mulai sedikit gelisah dan melenguh, gejala
birahi mulai nampak namun masih menolak
pejantan untuk kopulasi, servik mulai rileks,
dan lumen servik mulai memproduksi lendir.
FASE ESTRUS :
sapi gelisah, nafsu makan berkurang / hilang,
mau menerima pejantan untuk kopulasi, keluar
lendir bening yang banyak pada serviks dan
mengalir melalui vagina, vagina kemerahan,
vulva bengkak dan hangat, menaiki temannya
dan bila dinaiki pejantan diam saja.

FASE METESTRUS :
gejala dari luar tidak tampak nyata, masih ada
sisa sisa gejala estrus, menolak pejantan,
serviks menutup dan sekresi serviks
mengental.
FASE DIESTRUS :
tidak ada aktivitas alat kelamin dan sapi
menjadi tenang.

HEWAN

KUDA

SIKLUS
(HR)

LAMA
BERAHI

WAKTU OVULASI

19-23

4-7 HARI

SEHARI SEBELUM SAMPAI

SEHARI SESUDAH BERAHI

SAPI

21

13-17 JAM

12-15 JAM SESUDAH AKHIR

BERAHI

BABI

21

2-3 HARI

30-40 JAM SESUDAH BERAHI

MULAI

DOMBA

16

30-36 JAM

18-26 JAM SESUDAH BERAHI

MULAI

KAMBING

19

39 JAM

9-19 JAM SESUDAH BERAHI

MULAI

MARMUT

16

6-11 JAM

10 JAM SESUDAH BERAHI

MULAI

HAMSTER

20 JAM

8-12 JAM SESUDAH BERAHI

MULAI

PERTAMA
KALI
TERLIHAT
ESTRUS

PAGI
SORE

HARUS
DIKAWINKAN /
IB

HARI YANG
SAMA
HARI
BERIKUTNYA
(PAGI s/d
SORE)

PERKAWINAN
TERLAMBAT

HARI
BERIKUTNYA
SESUDAH JAM
15.00 ESOK
HARINYA

PERKAWINAN
PERKAWINAN (COPULASI) :
USAHA UNTUK MEMASUKKAN SPERMA
KE DALAM ALAT KELAMIN BETINA

HAND MATING :
CARA PERKAWINAN PADA SAPI YANG
DILAKUKAN DENGAN PENGATURAN
DAN PENGAWASAN SEPENUHNYA OLEH
MANUSIA (PETERNAK).

PERKAWINAN
PASTURA MATING :
CARA PERKAWINAN PADA SAPI YANG
DILAKUKAN DENGAN SENDIRINYA
TANPA CAMPUR TANGAN MANUSIA
(PETERNAK).
SAPI JANTAN DAN BETINA DILEPAS
SECARA BERSAMA-SAMA DI
LAPANG/PADANG PASTURA

DEWASA KELAMIN / SEX MATURITY /

PUBERTAS :
UMUR 11 15 BULAN (KURANG BAIK
UNTUK PERKAWINAN)

DEWASA TUBUH / BODY MATURITY :

UMUR 15 20 BULAN (SEBAIKNYA
DIKAWINKAN PADA UMUR 18 BULAN)

MACAM PERKAWINAN PADA SAPI

IN BREEDING :
PERKAWINAN YANG DILAKUKAN ANTAR
SAUDARA YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN
KETURUNAN

GRADING UP :
PERKAWINAN ANTARA PEJANTAN UNGGUL
DENGAN SAPI LOKAL

CROSS BREEDING :
PERKAWINAN ANTARA DUA BANGSA YANG
TELAH DIKETAHUI DENGAN PASTI MASINGMASING KEMAMPUAN PRODUKSINYA.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BERAT LAHIR PEDET
UMUR INDUK
SEMAKIN BERTAMBAH UMUR (SAMPAI
BATAS TERTENTU) BOBOT LAHIR
MENINGKAT

URUTAN KELAHIRAN
KELAHIRAN 3 BOBOT LAHIR LABIH
TINGGI DARIPADA KELAHIRAN 2 DAN 1

JENIS KELAMIN PEDET

PEDET JANTAN LEBIH BERAT DARIPADA
BETINA

TANDA-TANDA SAPI BUNTING

TIDAK TIMBUL BIRAHI LAGI.
PENINGKATAN BERAT BADAN.
DINDING PERUT BERTAMBAH BESAR.
SAPI BETINA MANJADI LEBIH TENANG.
ADANYA PERKEMBANGAN AMBING.
ADA GERAKAN PADA PERUT SEBELAH
BAWAH,SISI KANAN DAN BELAKANG

o
o
o
o
o

TANDA-TANDA SAPI AKAN

MELAHIRKAN
Ambing membesar, membengkak dan
mengeras.
Urat daging di sekitar pelvis mengendor
dan disekeliling pangkal ekor cekung.
Vulva membangkak dan keluar lendir.
Napsu makan menurun
Sapi tampak selalu gelisah dan berubah
posisi antara bediri, berbaring atau
berputar-putar.
Sapi seringkali kencing

INDIKATOR REPRODUKTIVITAS INDUK

SAPI
CALVING INTERVAL (SELANG BERANAK /
JARAK BERANAK)
IDEAL : 12 BULAN
(MASA BUNTING + INVOLUSI UTERI)

SERCIVE PER CONSEPTION

IDEAL S/C < 2.
ANGKA KEBUNTINGAN
BAIK JIKA > 85%

NET CALF CROP

SANGAT BAIK JIKA = 100%

SOAL
PETERNAK MEMELIHARA SAPI PO DI
PADANG PASTURA SEBANYAK 1.000 INDUK
DAN 90 PEJANTAN. ANGKA KEBUNTINGAN
90%. MORTALITAS PEDET 5%, DARI
MORTALITAS TSB 60% ADALAH PEDET
BETINA.
DITANYA :
1. BERAPA INDUK YANG BUNTING ?
2. BERAPA NET CALF CROP-NYA ?
3. BERAPA ANAK JANTAN YANG HIDUP
SAMPAI DEWASA ?

DIKETAHUI :
INDUK
PEJANTAN
ANGKA KEBUNTINGAN
MORTALITAS PEDET SELURUHNYA
MORTALITAS PEDET BETINA

: 1.000 EKOR.
: 90 EKOR.
: 90%.
: 5%
: 60%.

JAWAB :
1. INDUK BUNTING
= 90% x 1.000
= 900
ekor
2. NCC
= 95% x 900
= 855 ekor
3. MORTALITAS Jtn = 5% x 900 x 40% = 18 Ekor
RASIO SEX Jtn : Btn = 1 : 1
PEDET JTN HIDUP = (50% x 900) 18 = 432 ekor

 MANAJEMEN ATAU

TATALAKSANA
DIARTIKAN SEBAGAI ORGANISASI
ATAU KOORDINASI FAKTORFAKTOR PRODUKSI DALAM
SUATU PROSES PRODUKSI AGAR
MENCAPAI HASIL YANG OPTIMAL.

1.
2.

3.
4.
5.

PENANGANAN PEDET SETELAH LAHIR

PENYAPIHAN PEDET
KASTRASI ATAU PENGEBIRIAN
DIPPING ATAU MANDI OBAT
KETATALAKSANAAN SISTEM
A. MARKING IDENTIFISING
B. DEHORNING DAN DISHORNING
C. MEMANDIKAN
D. PENGELUHAN

PENANGANAN PEDET SETELAH LAHIR

A.

PEMBERIAN KOLOSTRUM 1-4 HARI PASCA KELAHIRAN

1. AMBING DAN PUTTING INDUK
DIBERSIHKAN DG AIR HANGAT
2. PEDET JANGAN DIPISAH DENGAN INDUK
3. JIKA PEDET TDK DAPAT MENYUSU
DILAKUKAN PEMERAHAN SUSU KOLOSTRUM
4. PEMBERIAN KOLOSTRUM 2-3 KALI SEHARI
SEBANYAK 1 LITER
5. TIGA HARI BERIKUTNYA, PEDET DIBERI KOLOSTRUM
5-6 LITER DALAM 3 KALI PEMBERIAN (1,5 2 LITER /
PEMBERIAN)

PENANGANAN PEDET SETELAH LAHIR

B. PEMBERIAN SUSU 1-12 MINGGU
1. PEMBERIAN SUSU PASCA KOLOSTRUM DAPAT
DIMULAI PADA PEDET UMUR 3-4 HARI
2. PEMBERIAN DIBATASI 8-10% BOBOT BADAN
3. INTERVAL 2 3 KALI PER HARI.
4. PEMBERIAN SUSU MENINGKAT SESUAI BOBOT
BADAN S/D UMUR 28 HARI, LALU INTERVAL
PEMBERIAN SUSU DIKURANGI MENJADI 2 KALI
SAMPAI PEDET DISAPIH
5. HINDARI OVER FEEDING SUSU MEMPERLAMBAT
PENYAPIHAN
6. HINDARI SUSU YANG TERCAMPUR DARAH DARI INDUKNYA
INFEKSI PADA PEDET.

PENANGANAN PEDET SETELAH LAHIR

C. PEMBERIAN PAKAN AWAL / PEMULA
1. DAPAT DIMULAI UMUR 2 3 MINGGU SEBAGAI FASE
PENGENALAN
2. PENYAPIHAN DILAKUKAN JIKA PEDET TELAH MAMPU
MENGKONSUMSI KONSENTRAT CALF STARTER 0,5-0,7
KG/EKOR/HARI (ATAU PD BB 60 KG SEKITAR UMUR 30-60
HARI)
3. INDIKATOR KUALITAS CALF STARTER YANG BAIK, JIKA
PBBH 0.5 KG/HR.
4. SYARAT CALF STARTER : PK 18-20%, TDN 75-80% Ca DAN P =
2 BANDING 1, KONDISI SEGAR, DAN PALATABLE.

PENANGANAN PEDET SETELAH LAHIR

D. PEMBERIAN PAKAN HIJAUAN
1. PEMBERIAN HIJAUAN KEPADA PEDET YG MASIH
MENYUSU HANYA UNTUK MERANGSANG
PERTUMBUHAN RUMEN.
2. PEMBERIAN HAY/RUMPUT SEJAK PEDET UMUR 23 MINGGU, KUALITAS BAIK DENGAN TEKSTUR
HALUS.
3. JANGAN DIBERI SILASE PEDET BELUM DAPAT
MEMANFAATKAN ASAM YANG BANYAK
4. KONSUMSI HIJAUAN DIPERBANYAK SETELAH
PEDET DISAPIH

PENYAPIHAN PEDET
POLA PENYAPIHAN PADA SAPI PEDET :

1. PENYAPIHAN BEBAS
a. DIBIARKAN BERSAMA INDUK SAMPAI UMUR 2-3 BULAN
b. INTERVAL MENYUSU BEBAS SELAMA 24 JAM
c. DISAPIH PADA UMUR 2-3 BULAN
2. PENYAPIHAN TERBATAS
a. DIKUMPULKAN BERSAMA INDUKNYA S.D. UMUR 12
MINGGU (84 HARI)
b. PEMBATASAN MENYUSU S.D UMUR 24 MINGGU (168 HARI),
DENGAN INTERVAL 3-4 KALI/HARI
c. SELAMA PEMBATASAN SUSU, PEDET DIBERI PAKAN
TAMBAHAN SAMPAI DISAPIH (84-168 HARI)
3. PENYAPIHAN STANDAR
PENYAPIHAN DILAKUKAN DENGAN PENGHENTIAN PEMBERIAN
AIR SUSU INDUK PADA UMUR 205 HARI (SEKITAR 7 BULAN)

KASTRASI PADA SAPI

KASTRASI ADALAH USAHA UNTUK
MENGHILANGKAN FUNGSI TESTIS YANG
BERARTI MENGHENTIKAN PRODUKSI
SPERMATOZOA DAN HORMON
TESTOSTERON.
KASTRASI BERPENGARUH TERHADAP:
1. PERTUMBUHAN
2. PENIMBUNAN LEMAK
3. PERKEMBANGAN KERANGKA
4. EFISIENSI PAKAN

TUJUAN KASTRASI :
a. MENGURANGI STRES LINGKUNGAN
b. BREEDING
c. MEMPERBAIKI KUALITAS DAGING

KASTRASI PADA UMUR MUDA (2,5 BLN)

LEBIH MENGUNTUNGKAN DARIPADA
UMUR TUA :
a. MUDAH PENANGANANNYA
b. STRESS YANG DITIMBULKAN LEBIH
SINGKAT

KASTRASI TERBUKA (OPERASI) :

Metode kastrasi dengan melakukan
penyayatan pada kantong testis/scrotum.

KASTRASI TERTUTUP
Metode kastrasi dengan menggunakan tang
Bourdizo dan elastrator.
Prinsip kerja dari alat ini : menjepit saluran
darah dan syaraf ductus seminalis
(penggantung penis) untuk menghentikan
aliran darah dan zat makanan ke testis shg
scrotum dan testis mengering lalu putus ( 3
minggu)

DIPPING / MANDI OBAT

DIPPING ADALAH USAHA DALAM
MENCEGAH ATAU MENGURANGI
CAPLAK YANG BERADA DI TUBUH
SAPI, DILAKSANAKAN 1 BULAN
SEKALI.

TUJUAN DIPPING:
MEMUTUSKAN SIKLUS HIDUP CAPLAK
DENGAN MENGGUNAKAN INSECTISIDA.

DIPPING ADA 2 CARA:

1. CARA PENYEMPROTAN
2. DIMANDIKAN KE KOLAM
CARA PENYEMPROTAN
KELEBIHANNYA :
a. LEBIH MUDAH DAN PRAKTIS DALAM
PELAKSANAAN
b. BIAYA LEBIH MURAH
c. TIDAK MEMERLUKAN TEMPAT
KHUSUS

CARA PENYEMPROTAN
KELEBIHANNYA :
a. LEBIH MUDAH DAN PRAKTIS DALAM
PELAKSANAAN
b. BIAYA LEBIH MURAH
c. TIDAK MEMERLUKAN TEMPAT KHUSUS

KEKURANGANNYA :
a. TIDAK SEMUA BAGIAN TUBUH
TERJANGKAU CAIRAN OBAT
b. PENGGUNAAN CAIRAN OBAT HANYA
SEKALI

CARA DICELUPKAN/DIMANDIKAN
KELEBIHANNYA :
a. SEMUA BAGIAN TUBUH TERJANGKAU
CAIRAN OBAT DIPPING
b. CAIRAN OBAT DIPPING DAPAT
BERULANGKALI

KEKURANGANNYA :
a. PERLU TEMPAT KHUSUS SHG BIAYA
LEBIH BANYAK
b. TERNAK MUNGKIN DAPAT MEMINUM
CAIRAN OBAT DIPPING
c. PELAKSANAAN LEBIH LAMA

TINDAKAN YANG PERLU DIPERHATIKAN :

A. HINDARI DIPPING PADA SAAT SAPI DALAM
KEADAAN HAUS
B. HINDARI DIPPING PADA SAAT HUJAN
SEHINGGA OBAT DIPPING DAPAT TERCUCI
OLEH AIR HUJAN
C. JANGAN BERSAMAAN WAKTUNYA ANTARA
ANAK SAPI DAN SAPI DEWASA
D. JANGAN MEMASUKAN TERNAK TERLALU
CEPAT SEHINGGA SAPI DAPAT TENGGELAM
DAN SALING TERTINDIH

MANAJEMEN
KESEHATAN SAPI
by imbangharyoko

KESEHATAN SAPI
Adalah keadaan status kondisi tubuh
sapi dengan seluruh sel yang
menyusunnya dan cairan tubuh yang
dikandungnya secara fisilogis
berfungsi normal

1. Aktif, sigap, sadar dan tanggap

terhadap perubahan situasi di
sekitarnya.
2. Kondisi tubuhnya seimbang, tidak
sempoyongan, langkah kaki mantap
dan teratur, bertumpu pada empat
kaki dan posisi punggung rata.
3. Mata bersinar, sudut mata bersih,
dan tidak ada perubahan selaput
lendir/kornea mata.

4. Kulit bulu halus, mengkilat, tidak

kusam, pertumbuhannya rata
5. Frekuensi nafas tertatur (20-30
kali/menit), halus, tidak tersengalsengal
6. Denyut nadi (50-60 kali/menit), irama
teratur dengan nada yang tetap.

PENANGANAN KESEHATAN SAPI

1. PENCEGAHAN PENYAKIT
a. Sanitasi / biosecurity / kebersihan
b. Karantina
c. Vaksinasi (imunisasi)
2. PENGOBATAN PENYAKIT
Pengobatan disesuaikan dengan
diagnosis / jenis penyakit yang diderita
sapi.

BEBERAPA PROGRAM SANITASI ATAU BIOSECURITY

1. Desinfeksi kandang dan peralatan dgn
semprotan insektisida pembasmi
serangga, lalat atau hama lainnya
2. Menjaga kebersihan kandang &
perlengkapannya, serta lingkungan di
sekitarnya
3. Membatasi penyakit melalui mobilisasi
pegawai

BEBERAPA PROGRAM SANITASI ATAU BIOSECURITY

4. Menjaga agar tidak setiap orang bisa
masuk dan keluar kandang
5. Membakar / mengubur bangkai (sapi
yang mati karena penyakit menular)
6. Menyediakan fasilitas desinfeksi untuk
staf/karyawan
7. Memindahkan sapi yang sakit ke
kandang karantina untuk segera diobati.

PENYAKIT YANG SERING DIJUMPAI PADA

PETERNAKAN SAPI POTONG
1. BLOAT / KEMBUNG
Penyebab : faktor pakan (rumput muda,
leguminosa, konsentrat terlalu tinggi, urea
tinggi), dan faktor hewan (kepekaan hewan
dan genetik)

Gejala : perut menggelembung, intake

makan/minum turun, sapi pasif/ambruk, nafas
cepat & dangkal.
Terapi : antibloat (dimeticone), minyak goreng
(oral), vitamin, dan tindakan dengan trokar.

2. DIARE
Penyebab : Bakteri (Salmonella,
Clostridium, E. coli), virus, protozoa, dan
parasit
Gejala : feses banyak & encer, anus kotor,
dehidrasi, lemah & dapat mengakibatkan
kematian.
Terapi :
a. penggantian cairan tubuh
b. pemberian antibiotik (bakteri/virus)
c. pemberian vitamin

3. KONSTIPASI / SEMBELIT
Penyebab : Perubahan pakan mendadak,
pakan SK tinggi, kurang minum, kelelahan,
suhu tubuh tinggi karena infeksi.
Gejala : sapi ambruk/pasif, perut
membesar, hipersalivasi, dehidrasi, feses
keras, nafas cepat.
Terapi :
a. Purgativa (Mg sulfat)
b. Pakan diberi hijauan dan air minum

4. CACINGAN
Penyebab : cacing gilig, pita, dan cacing
pipih.
Gejala : lemah, kurus, bulu kusam, diare
(campur darah), pertumbuhan lambat,
kematian
Terapi :
a. pemberian obat cacing & ulangannya
(albendazole, atau piperazine)
b. sanitasi & kebersihan (pakan, kandang,
& lingkungan)
c. meminimalisir siput

5. MYASIS / BELATUNGAN
Penyebab : Chrysomya bezziana
Gejala : luka dengan investasi belatung,
jaringan mengalami kematian (nekrosis),
radang/abses di sekitar luka
Terapi :
a. Bersihkan luka dengan antiseptik
b. Salf (vaselin, antibiotik, gusanex)
c. Injeksi antibiotik sistemik

6. SCABIES / KUDIS
Penyebab : Sarcoptes sp.
Gejala : lesi & keropeng di kulit, gatal,
kulit menebal, bulu rontok, hewan
gelisah
Terapi :
a. Ivermectin (injeksi / 2 mg & salep)
b. Sanitasi dan desinfeksi kandang
c. Sapi dimandikan dengan sabun colek

7. DISTOKIA
Penyebab : genetik, gizi, infeksi, traumatik
Gejala : proses kelahiran sulit dan lama
(calon pedet tidak dapat keluar)
Terapi :
a. reposisi
b. tarik paksa
c. pemotongan janin
d. operasi caesar.

TIPOLOGI USAHA TERNAK POTONG

A. USAHA SAMBILAN
BERBAGAI MACAM KOMODITI PERTANIAN
BETERNAK SBG. USAHA SAMBILAN
PENDAPATAN USAHA BETERNAK < 30%.
B. CABANG USAHA
MIX FARMING
BETERNAK SBG. CABANG USAHA TANI
USAHA TERPADU / SEMI KOMERSIAL
PENDAPATAN USAHA BETERNAK 30-70%.

C. USAHA POKOK
BETERNAK SBG. USAHA POKOK
PERTANIAN SBG. USAHA SAMBILAN
PENDAPATAN USAHA BETERNAK 70100%
D. USAHA INDUSTRI
BETERNAK SBG. USAHA INDUSTRI
KOMODITAS SPECIALIZED FARMING
PENDAPATAN USAHA BETERNAK 100%.

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK

POTONG
A.EKSTENSIF
B.SEMI INTENSIF
C.INTENSIF
D.TERINTEGRASI DENGAN
PERKEBUNAN

SISTEM USAHA TERNAK POTONG

A. PETERNAKAN RAKYAT / TRADISIONAL
B. PETERNAKAN MODERN /
PERUSAHAAN
C. PETERNAKAN SEMI MODERN

KARAKTERISTIK
A. SKALA USAHA

P. TRADISIONAL
KECIL

P. MODERN
BESAR

B. MOTIF PRODUKSI USAHA RUMAH

TANGGA
C. ORGANISASI
KEKELUARGAAN
EKONOMI
D. SIFAT USAHA
SAMBILAN

PERUSAHAAN

E. TEKNOLOGI

SEDERHANA

MAJU

F. PRODUKTIVITAS

RENDAH

TINGGI

BISNIS

UTAMA

PETERNAKAN SAPI RAKYAT

1. TUJUAN BERVARIASI :
PENGHASIL PEDET
PUPUK KANDANG
TENAGA KERJA
TABUNGAN
2. DIPELIHARA SECARA INDIVIDU ATAU KELOMPOK
3. MODEL DIGEMBALAKAN, KEREMAN, INTEGRASI
DGN. TANAMAN PERKEBUNAN
4. KEPEMILIKAN : SENDIRI ATAU GADUHAN.

PETERNAKAN SAPI MODERN

A. SISTEM INDUK ANAK (COW CALF
SYSTEM)
a. Di negara maju seperti Australia, USA
b. Tujuan : menghasilkan anak lepas
sapih yang nantinya untuk dibesarkan
(untuk breeding atau penggemukan)

c.

Faktor-faktor penentu keberhasilan sistem

induk anak:
conception rate
pemeriksaan organ reproduksi
sapi dara yang pertumbuhannya baik dikawinkan
lebih awal ( 15 bulan)
o dilakukan tes kebuntingan secara akurat dan
kontinyu
o breeding program secara terencana
o peningkatan calf crop dan berat sapih
o perbaikan padang penggembalaan
o recording secara teratur
o dilakukan seleksi dan culling
o
o
o

MACAM-MACAM COW CALF SISTEM

a.
b.

c.
d.
e.

PURE BREED
COMMERCIAL
MIXED FARMING (PETERNAKAN
TERPADU)
DUAL PURPOSES
CALF PRODUCTION

B. PROGRAM PEMBESARAN
(STOCKER PROGRAM)
a. Tujuan untuk membesarkan sapi muda
(lepas sapih) menjadi sapi bakalan
b. Feeder cattle berdasarkan umur :
Calf
: < 1 tahun
Yearling
: 1 2 tahun
Short yearling : 1 1,5 tahun
Long yearling : 1,5 2 tahun
Two yearling
: 2 3 tahun

b.

Feeder cattle berdasarkan sex :

: sapi kebiri pada umur muda

: sapi kebiri setelah dewasa
kelamin
Heifer
: sapi dara / belum pernah
melahirkan
Heiferretes : sapi baru melahirkan seekor anak
Cow
: sapi telah memiliki lebih dari
seekor anak
Bull
: sapi segala umur
Steer
Stag

C. PROGRAM PENGGEMUKAN
(FATTENING PROGRAM)

a. Tujuan utama untuk menghasilkan

daging berkualitas baik (adanya marbling)
b. Bentuk penggemukan sapi :
Di dalam kandang
Di padang penggembalaan
c. Feedlot rekayasa pakan, lama
pemeliharaan 3, 4, 5, 6 bulan, target
PBBH tertentu

PETERNAKAN SEMI MODERN

(INDUSTRIALISASI PETERNAKAN RAKYAT)
a. INDUSTRIALISASI PETERNAKAN RAKYAT
b. TUJUAN : MENGANGKAT PETERNAKAN SAPI
TRADISIONAL MENJADI LEBIH MAJU (AGRIBISNIS)
c. MANFAAT :

Strategis
Elementer

: peningkatan pendapatan peternak

: tranformasi teknologi, pemasaran
efisien, permodalan lebih mudah

d. MODEL : KEMITRAAN DAN PROGRAM SMD.

A. PROGRAM KEMITRAAN (INTI-PLASMA)

DIMULAI TAHUN 1900-AN
ADANYA INTERAKSI INTI DAN PLASMA
DIPENGARUHI TIGA SUB SISTEM :
INDUSTRI HULU (PABRIK PAKAN, BIBIT, OBAT)
INDUSTRI INTI (BUDIDAYA)
INDUSTRI HILIR (PEMOTONGAN DAN

PEMASARAN)
TIGA BENTUK KEMITRAAN :
PIR PENGGEMUKAN
PIR PAKAN
PIR SAPI BAKALAN

B. PROGRAM SMD
DIMULAI TAHUN 2008/2009
DANA INVESTASI AWAL DARI PEMERINTAH
PERAN SARJANA SBG. MOTIVATOR /

MANAJER
TUJUAN : PEMBIBITAN DAN PENGGEMUKAN
DIPELIHARA SECARA KELOMPOK
(KAWASAN INDUSTRI TERNAK)
SISTEM BERGULIR