Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN BIOGAS DISQI

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang
biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana
dan karbon dioksida (Darsin, 2006). Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik
sangat populer digunakan untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar
dapat dihasilkan sambil menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi
volume limbah buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih
daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon
dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam
manajemen limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya
dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam
biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman,
sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon
diatmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil (Jaya, 2001)
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2),
dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H 2S) dan
ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4).
Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor)
pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor.
Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu :

Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen
sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung
senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di
ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya
karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida
/sulphur trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan
membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif. Parameter yang
kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan.
Kandungan air dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat
menimbukan korosif (Indraswati, 2005).
Biogas diproduksi oleh bakteri dari bahan organik di dalam kondisi tanpa oksigen
(anaerobic process). Proses ini berlangsung selama pengolahan atau fermentasi. Gas
yang dihasilkan sebagian besar terdiri atas CH4 dan CO2. Jika kandungan gas CH4
lebih dari 50%, maka campuran gas ini mudah terbakar, kandungan gas CH4 dalam
biogas yang berasal dari kotoran ternak sapi kurang lebih 60%. Temperatur ideal proses
fermentasi untuk pembentukan biogas berkisar 30 oC (Sasse, L., 1992, Junaedi, 2002).
Produksi biogas dari kotoran sapi berkisar 600 liter s.d. 1000 liter biogas per hari,
kebutuhan energi untuk memasak satu keluaraga rata-rata 2000 liter per hari. Dengan
demikian untuk memenuhi kebutuhan energi memasak rumah tangga dapat dipenuhi
dari kotoran 3 ekor sapi. Selain biogas pengolahan kotoran sapi juga menghasilkan
pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk dari kotoran sapi yang telah diambil biogasnya
memiliki kadar pencemar BOD dan COD berkurang sampai 90%, dengan kondisi ini
pupuk dari kotoran sapi sudah tidak berbau. Permasalahan yang dihadapi peternak sapi

mengenai tumpukan kotoran sapi yang menimbulkan bau tidak enak dan mengganggu
kehidupan penduduk di sekitar kandang dapat diatasi. Jenis konstruksi unit pengolah
(digester) biogas yang dapat dibangun di daerah tropis dapat dibagi menjadi 3 model
yaitu:
a.
b.
c.

Digester permanen (fixed dome digester)


Digester dengan tampungan gas mengapung (floating dome digester)
Digester dengan tutup plastik.

Proses pembuatan biogas dalam digester menerapkan sistem continous feeding


dimana input yang berupa kotoran sapi selalu ditambahkan sebagai feeding dan hasil
dari proses perombakan berupa pupuk akan dikeluarkan dari digester. Proses
penambahan kotoran sapi dan pengeluaran hasil dari perombakan bakteri tersebut
berlangsung secara berkelanjutan. Hal ini akan mempercepat proses perombakan dan
sehingga tidak memakan waktu yang lama dalam pembuatannya (Sasse, 1996).
Cara Pembuatan Biogas
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan
perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan
mempermudah pemasukan kedalam digester
2. Mengalirkan lumpur ke dalam digester melalui lubang pemasukan. Pada
pengisian pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan
lebih mudah dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada
pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang
banyak sampai digester penuh.
3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan
isi rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk
kapasitas digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya
terjadi proses fermentasi.
4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada karena yang terbentuk adalah gas
CO2, setelah itu baru terbentuk biogas. Pada komposisi CH 4 54% dan CO2 27%
maka biogas akan menyala.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api
pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau

seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi
secara kontinyu sehingga dihasilkan biogas yang optimal Pengolahan kotoran
ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga
mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan
pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi
ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi (Jaya, 2011).
Menurut (Sasse, 1996) Konversi limbah melalui proses anaerobik digestion
dengan menghasilkan biogas memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. biogas merupakan energi tanpa menggunakan material yang masih memiliki
manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan
karbondioksida yang diakibatkan oleh penggundulan hutan (deforestation) dan
perusakan tanah.
2. Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar fosil
sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya.
3. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya duatmosfer
akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan
bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.
4. Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia merupakan material yang
tidak bermanfaaat, bahkan bisa menngakibatkan racun yang sangat berbahaya.
Aplikasi

anaerobik

digestion

akan

meminimalkan

efek

tersebut

dan

meningkatkan nilai manfaat dari limbah.


5. Selain keuntungan energy yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan
menghasilkan gas bio, produk samping seperti sludge. Meterial ini diperoleh
dari sisa proses anaerobik digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing
dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair dan pupuk padat.

DAFTAR PUSTAKA

Darsin, M. 2006. Design of Biogas Circulator, Seminar Nasional Kreativitas Mesin


Brawijaya. Universitas Barawijaya. Malang.
Indraswati Serindit. 2005. Pembangkitan Biogas dari Kotoran Sapi: Hidrolisis Termal
Pada Tahap Pengolahan Pendahuluan. Jurnal Teknik Kimia. Institut teknologi
sepuluh Nopember. Surabaya.
Jaya, Putra. 2011. Membuat Biogas Dari Kotoran Ternak. Universitas
Negeri Surakarta. Surakarta.
Junaedi, M. 2002. Pemanfaatan Energi Biogas di Perusahaan Susu
Umbul Katon Surakarta, Laporan Program Vucer. Dikti-UMS.
Surakarta.
Sasse, L. 1992. Pengembangan Energi Alternatif Biogas dan Pertanian Terpadu di
Boyolali Jawa Tengah. Borda-LPTP. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai