Pembimbing :
dr. Muhammad Taufiqy, Sp.OG
Disusun Oleh :
Ina Alfatah
H2A009024
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya
penulis boleh diberi kesempatan untuk menyelesaikan mini c-ex formatif yang berjudul
Hamil dengan Mioma Uteri ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ka. SMF Obsgyn RSUD Tugurejo dr. Muhammad Taufiqy,Sp.OG
2. Pengajar di bagian SMF Obsgin RSUD Tugurejo
3. Pembimbing dr. Muhammad Taufiqy,Sp.OG
4. Para pengajar Obsgyn Fakultas Kedokteran UNIMUS
5. Serta pihak-pihak lain yang telah turut membantu dalam menyelesaikan mini c-ex
formatif ini.
Penulis menyadari bahwa didalam mini c-ex formatif ini masih ada kekurangankekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembacanya agar mini c-ex formatif ini menjadi
lebih sempurna dan bermanfaat bagi para pembacanya dan perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang medis bagian Obsgyn. Terima kasih.
Penulis
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu
keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala
yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis.1,2
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kirakira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30%
dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35
45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause.
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya
mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil.
Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau
hanya hamil 1 kali.2,3
Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai
tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk
tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang
dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila
mioma tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan
saat siklus dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim
yang dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi
seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut
dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat
besar.4
BAB I
KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Y
Umur
: 26 tahun
Pekerjaan
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat
Masuk RS
: 10-10-2013
No.CM
: 418518
Nama Suami
: Tn. W
Umur
: 30 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat
Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Oktober 2013 jam
10.00 WIB
Keluhan utama : Periksa kehamilan dengan benjolan diperut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kandungan RSUD tugurejo dengan keluhan ingin
memeriksakan kehamilannya. Kenceng-kenceng (-), keluar lendir darah dari jalan
lahir (-), keluar air dari jalan lahir (-), gerak janin (+) masih dirasakan.
1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan adanya gangguan haid. Dalam
sebulan haid sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-20 hari. Setiap hari ganti
pembalut 4 sampai 5 kali. Darah haid berwarna merah kehitaman. Nyeri perut
3
saat haid. Riwayat keputihan tidak ada. Pasien juga mengeluh rasa penuh pada
perut bagian bawah. Nyeri dan rasa kemeng di daerah perut bagian bawah.
Gangguan BAK (-), Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada. Pasien
periksa ke Rumah Sakit dan dilakukan USG dengan hasil terdapat mioma di rahim
sebesar bola tenis.
Riwayat Haid :
Menarche : 14 tahun
Siklus
: 28 hari, teratur.
: 15 Februari 2013
HPL
: 22 November 2013
Laki- laki, 3100 gr, spontan, di bidan, cukup bulan, sekarang usia 3 tahun
2.
Hamil ini
Riwayat ANC
Riwayat KB
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Jantung
: Disangkal
Riwayat Alergi
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
Riwayat Jantung
: Disangkal
Riwayat Alergi
: Disangkal
b.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada hari Kamis, 10 Oktober 2013,
1.
2.
Status Praesens
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Tanda Vital
: Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 85x/menit
Frekuensi napas
: 20x/menit
Suhu badan
: 370 C
Tinggi badan
: 162 Cm
Berat badan
: 63 Kg
Status gizi
Status Internus :
Kulit
Kepala : mesosephal
Mata
Telinga: discharge -/-, serumen -/Hidung : discharge -/Mulut : sianosis (-), gigi caries (-), tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks :
Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi :ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis sinistra
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi
Pulmo : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Perkusi
: sulit dinilai
5
Palpasi
Ekstremitas :
3.
Superior
Inferior
Edema
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Perut membuncit, membujur
Palpasi :
o Pemeriksaan Leopold
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan USG
punggung kanan, DJJ (+). EFBW = 2200 gr, plasenta insersi di corpus kiri grade
II, air ketuban kesan cukup, tak tampak kelainan kongenital mayor. Fetal
movement (+). Tampak massa hipoechoic yang menonjol ke luar dinding uterus
dengan ukuran 8x6 cm.
d.
Resume
Pasien datang ke poli kandungan RSUD tugurejo dengan keluhan ingin
memeriksakan kehamilannya. Kenceng-kenceng (-), keluar lendir darah dari jalan
lahir (-), keluar air dari jalan lahir (-), gerak janin (+) masih dirasakan. 1 tahun
yang lalu pasien mengeluhkan adanya gangguan haid. Dalam sebulan haid
sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-20 hari. Setiap hari ganti pembalut 4
sampai 5 kali. Darah haid berwarna merah kehitaman. Nyeri perut saat haid.
Riwayat keputihan tidak ada. Pasien juga mengeluh rasa penuh pada perut
6
bagian bawah. Nyeri dan rasa kemeng di daerah perut bagian bawah. Gangguan
BAK (-), Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada. Pasien periksa ke
Rumah Sakit dan dilakukan USG dengan hasil terdapat mioma di rahim sebesar
bola tenis.
Riwayat Haid :
Menarche
: 14 tahun
Siklus
: 28 hari, teratur.
Lama haid
: 7 hari
HPHT
: 15 Februari 2013
HPL
: 22 November 2013
Laki- laki, 3100 gr, spontan, di bidan, cukup bulan, sekarang usia 3 tahun
2.
Hamil ini
Riwayat ANC
Riwayat KB
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat sosial ekonomi : biaya pengobatan ditanggung pribadi, kesan ekonomi
cukup
Pemeriksaan Fisik
-
Status Praesens
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Tanda Vital
: Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 85x/menit
Frekuensi napas
: 20x/menit
Suhu badan
: 370 C
Tinggi badan
: 162 Cm
Berat badan
: 63 Kg
Status gizi
Status Internus
Thoraks
Abdomen
: membuncit,membujur
7
Ekstremitas
Status Obstetri
Inspeksi : Perut membuncit, membujur
Palpasi :
o
Pemeriksaan Leopold
1.
2.
3.
4.
His : -
Pemeriksaan penunjang
-
Pemeriksaan USG
punggung kanan, DJJ (+). EFBW = 2200 gr, plasenta insersi di corpus kiri
grade II, air ketuban kesan cukup, tak tampak kelainan kongenital mayor. Fetal
movement (+). Tampak massa hipoechoic yang menonjol ke luar dinding
uterus dengan ukuran 8x6 cm.
e.
Diagnosis
G2 P1 A0 , 26 tahun, Hamil 33 minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Letak kepala U PUKA
Mioma uteri subserosa
f.
Daftar Masalah
Hamil dengan Mioma Uteri
g.
Initial Plan :
Hamil dengan mioma uteri
1.
Dx :
-
subjektif : -
objektif
: laboratorium, USG
8
2.
Tx :
-
3.
4.
Ex :
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau
uterinefibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan
dengan keganasan.1,2,3
B. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia
mioma uteri ditemukan pada 2,39 11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 45 tahun (kurang
lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita postmenopause. 1,2
Wanita
yang
sering
melahirkan
akan
lebih
sedikit
kemungkinan
untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil
atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada
wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila
ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.2,3
C. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.
Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa
faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya miomauteri, yaitu 1,2,4 :
1.
Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
10
2.
Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3.
Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas d ari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4.
D. Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari
penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan
dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan
ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah
mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi
tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita
ditemukan aberasi kromosom yaitu (12;14)(q15;q24). Meyer dan De Snoo mengajukan
teori Cell Nest atau teori genioblast.5,6
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat
lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor
dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin like growth factor 1 yang
distimulasi oleh estrogen.5,7 Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen
yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal
dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang
meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang
berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.3
11
Lokasi
-
2.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus,sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis,yaitu :
a.
submukosa dapat
tumbuh bertangkai
menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini
dapat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks
dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak
regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik
mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan
dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang
tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu
memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk
dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
b.
makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus
sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai jenis parasitik.
c.
13
F.
Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus,
subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut1,5,6 :
1.
Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menoragia dan
dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan
ini, antara lain adalah :
-
14
2.
Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga
dismenore.
3.
4.
G. Diagnosis 1,2,3
1.
Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.
3.
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus
yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang
perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar
Hb. Pemeriksaaan laboratorium lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
15
b.
Imaging
1) USG
Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh kearah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI
MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
I.
Penatalaksanaan10,11,12
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma
uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga
biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta
mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri
terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif ialah observasi dengan
pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan, pemberian tablet Fe untuk
mencegah anemia, dan pemberian NSAID untuk pengobatan nyeri. Pengobatan operatif
meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah pengambilan sarang
mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada
mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor
bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak,
maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah
pengangkatan
uterus,
yang
umumnya tindakan
terpilih.
Histerektomi
dapat
dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena
uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.
Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total
umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis
dalam mengangkat uterus.
Terdapat juga beberapa alternative seperti tindakan myolisis dengan laparoskopi
untuk pasien dengan simtomatik mioma yang membutuhkan pembedahan seperti
perdarahan uterus abnormal, nyeri, dan menekan organ-organ sekitar. Tindakan ini
dapat dipertimbangkan pada wanita yang tidak menginginkan anak lagi dengan mioma
kurang dari 4 buah dengan diameter kurang dari 5 cm atau jika mioma terbesar
memiliki diameter kurang dari 10 cm. Oklusi arteri uterine merupakan salah satu
alternative yang ada untuk pasien dengan simtomatik mioma yang kontraindikasi
dengan tindakan lainnya. Tindakan paling popular dalam oklusi arteri uterine ini ialah
17
dengan kateterisasi dan embolisasi, namun tindakan ini memiliki beberapa efek
samping seperti nyeri panggul, sindrom post embolisasi, infeksi, histerektomi, atau
kematian.
Penatalaksanaan kehamilan dengan mioma uteri umumnya dilakukan dengan
persalinan perabdominam, dimana pada penelitian di Pakistan didapatkan 73% pasien
dengan mioma uteri ditatalaksana dengan persalinan perabdominam. Umumnya
persalinan perabdominam ini dilakukan atas indikasi persalinan tidak maju, gawat
janin, dan malpresentasi (presentasi bokong, letak lintang, dan prolaps tali pusat).
Penatalaksanaan mioma dengan terapi bedah dalam kehamilan sebaiknya ditunda
hingga setelah persalinan. Sebaiknya hanya diberi terapi suportif dan penghilang rasa
nyeri jika menimbulkan nyeri. Tidak disarankan untuk melakukan miomektomi,
dikarenakan dapat melukai uterus dan menyebabkan terjadinya perdarahan hebat.
Kecuali pada mioma subserosa simtomatik bertangkai dengan tebal kurang dari 5 cm.
Histerektomi sesaria mungkin dapat dipertimbangkan jika terdapat mioma multiple
pada wanita yang telah memiliki cukup anak, namun tindakan ini memiliki angka
morbiditas yang tinggi dan sebaiknya hanya dilakukan pada keadaan gawat darurat.
J.
Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.
Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan
sekunder tersebut antara lain6,10,13 :
1.
Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
2.
Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu
kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3.
Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
18
4.
5.
6.
2.
Torsi (putaran tangkai): Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan- lahan, gangguan akut
tidak terjadi.
3.
Nekrosis dan infeksi: Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang
diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis - Terapi dan
Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.
2.
Sutoto J.S.M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu Kandungan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo. Jakarta
3.
Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus Leiomyoma Uteri and the
Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc. Graw-Hill
International, Singapore.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Qidwai GI, Caughey AB, Jacoby AF. Obstetric outcome in women with
somographically identified uterine leiomyoma at obstetric Obstet Gynecol. 2006
Feb;107(2 Pt 1):376 82.
10. Quyang DW: Economy KE. Norwitz ER. Obstetric complications of fibroids. Obstet
Gynaecol Clin North Am 2006;33(1):153 69
11. West GP. Uterine fibroids. In: Robert W, Shaw W, Patrick Soutter, Stuart L.Stanton.
Gynaecology. Second ed. United States: Churchill Livingstone (NJ/IL);2003.p. 441
56.
20
12. Youssef A, Ben Aissia N, Gara MF. Association fibromyoma and pregnancy.About 23
cases. Tunis Med. 2005;83(4):194 7.
13. Liu WM, Wang PH, Tang WL, Wang IT, Tzeng CR. Uterine ligation for treatment of
pregnant women with uterine leiomyomas who are under going caesarean section.
Fertil Steril. 2006;86:423 8.
21