Anda di halaman 1dari 13

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu melakukan pengenceran asam sulfat pekat.
2. Memahami sifat asam sulfat pekat sebagai oksidator dan dehidrator.
3. Mengetahui perubahan reaksi yang terjadi ketika ditambahkan asam sulfat
pekat dan encer.
4. Untuk mengetahui perubahan kimia yang terjadi pada reaksi dehidrasi pada
asam sulfat pekat yang direaksikan dengan CuSO 4.5H2O, gula pasir, dan
kayu (batang korek api).
5. Untuk mengetahui perubahan kimia yang terjadi pada reaksi oksidasi pada
logam seng (Zn), logam besi (Fe) dan logam tembaga (Cu) dengan asam
sulfat pekat yang dipanaskan dan asam sulfat encer.
II. DASAR TEORI
2.1 Asam Sulfat (H2SO4)
Istilah asam (acid) berasal dari bahasa latin acetum yang berarti cuka serta
merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam
bahasa-bahasa Eropa sepertizuur (bahasa Belanda), atau Sure (bahasa Jerman).
Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah
jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam
asetat, dan asam tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit.
(Sudarmo,2004)
Reaksi dehidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi
eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi
pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian
dari masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu
dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut
membentuk ion hidronium :
H2SO4 + H2O H3O+ + HSO4Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen
pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan
kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk
H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum.(Sudarmo,2004)
Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk
utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta
ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk

pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan
minyak.( Petrucci,1987)

Gambar 2.1 Struktur Kimia Asam Sulfat

Asam sulfat diproduksi dari belerang, oksigen, dan air melalui proses kontak.
Pada langkah pertama, belerang dipanaskan untuk mendapatkan sulfur dioksida :
S(s) + O2(g) SO2(g)
Sulfur dioksida kemudian dioksidasi menggunakan oksigen dengan keberadaan
katalis vanadium (V) oksida :
2 SO2 + O2(g) 2 SO3 (g) (dengan keberadaan V2O5)
Sulfur trioksida diserap ke dalam 97-98% H2SO4 menjadi oleum (H2S2O7), juga
dikenal sebagai asam sulfat berasap. Oleum kemudian diencerkan ke dalam air
menjadi asam sulfat pekat.
H2SO4(l) + SO3 H2S2O7(l)
H2S2O7(l) + H2O(l) 2 H2SO4(l)
Perhatikan bahwa pelarutan langsng SO3 ke dalam air tidaklah praktis karena
reaksi sulfur trioksida dengan air yang bersifat eksotermik. Reaksi ini akan
membentuk aerosol korosif yang akan sulit dipisahkan.(petrucci,1987)
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(l)
2.2 Kuprum Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O)
Tembaga (II) sulfat berbentuk serbuk, manakala tembaga (II) sulfat
terhidrat berwarna biru terang. Nama kuno bagi tembaga (II) sulfat ialah vitriol
biru. Kebanyakan kuprum sulfat wujud dalam alam semula jadi dalam bentuk
pentahidrat (CuSO4.5H2O), mineral ini dikenali sebagai kalkantit. Tembaga (II)
sulfat mengurai sebelum melebur. Bentuk pentahidrat yang lazim terhidratnya,
yaitu kehilangan empat molekul airnya pada 110C dan kelima-lima molekul air

pada 150 C. Pada 650 C, tembaga (II) sulfat mengurai menjadi tembaga (II)
oksida (CuO), sulfur dioksida (SO2) dan oksigen (O2).Tembaga (II) sulfat
mempunyai banyak kegunaan di bidang industri diantaranya untuk mebuat
campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa
ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan
pengawet kayu. Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam
jumlah kelumit. Tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru. Tembaga (II)
sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO 4.5H2O triklini. Pentahidratnya
kehilangan 4 molekul air pada 1100C dan yang ke lima pada 1500C membentuk
senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan
tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat dengan H2SO4 encer, larutannya
dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika didinginkan.
Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan memompa udara melaluicampuran
tembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam bentuk pentahidrat, setiap ion
tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul air pada setiap sudut segi empat,
kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral ditempati oleh atom oksigen dari
anion sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh ikatan hidrogen.
(Sutresna,2007)
II.3 Seng (Zn)
Seng adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa
atom relatif 65,39. Merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik.
Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima
isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng
sulfida). Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan, berkilau, dan
bersifat diamagnetik. Walau demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak
berkilau. Seng sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal
heksagonal. (Sutresna,2007)

Gambar 2.3 Logam Zn (Seng)

II.4

Besi (Fe)

Besi adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang
Fe dan nomor atom 26. Besi merupakan logam transisi yang paling banyak
dipakai karena relatif melimpah di alam dan mudah diolah. Besi mempunyai daya
hantar listrik dan panas yang baik karena memiliki ikatan ganda dan ikatan
kovalen logam. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembab cepat teroksidasi
membentuk besi (III) oksida hidrat. Besi murni tidak begitu kuat, tetapi bila
dicampur dengan logam lain dan karbon didapat baja yang sangat keras. Biji besi
biasanya mengandung hematite (Fe2O3) yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar
10 %, serta sedikit senyawa sulfur, posfor, aluminium dan mangan. Besi
merupakan logam yang dihasilkan dari bijih besi dalam bentuk hematit (Fe2O3),
magnetit (Fe3O4), limonit Fe(OH)2, dan siderit (FeCO3). Pengolahan bijih besi
dilakukan di dalam tungku besar/tanur tinggi. Besi dimanfaatkan untuk membuat
alat-alat seperti mesin, meja, pipa, dan komputer. Besi ialah logam paling biasa
digunakan di antara semua logam, yaitu merangkumi sebanyak 95% daripada
semua logam yang dihasilkan di seluruh dunia. Harganya yang murah dengan
kekuatannya menjadikan besi sangat diperlukan, terutama dalam penggunaan
seperti kereta, badan kapal bagi kapal besar, dan komponen struktur bagi
bangunan.(Sutresna,2007)

Gambar 2.4 Serbuk Besi (Fe)

2.5 Tembaga (Cu)


Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cu dan nomor atom 29. Lambangnya berasal dari bahasa Latin Cuprum.
Tembaga merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini
memiliki korosi yang cepat sekali. Tembaga murni sifatnya halus dan lunak,
dengan permukaan berwarna jingga kemerahan. Tembaga dicampurkan dengan
timah untuk membuat perunggu. Logam Cu termasuk logam berat essensial, jadi
meskipun beracun tetapi sangat dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil.
(Sutresna,2007)
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Gelas beker
3. Gelas ukur
4. Pipet tetes
5. Batang pengaduk
6. Pemanas listrik
B. Bahan :
1. H2SO4 pekat
2. CuSO4.5H2O
3. Gula pasir
4. Kayu (batang korek api)
5. Logam Zn, Fe dan Cu
6. Aquadest
IV. PROSEDUR KERJA
IV.1
Percobaan 1. Reaksi Pengenceran Asam Sulfat Pekat
1. 2 mL asam sulfat pekat diambil kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. 25 mL air dingin dimasukkan kedalam gelas beker.
3. Asam sulfat ditambahkan secara perlahan kedalam air dingin sambil
diaduk. Perubahan suhu diamati dan dicatat pada gelas beker.
IV.2
Percobaan 2. Reaksi Dehidrasi
1. 3 buah tabung reaksi disiapkan masing-masing diisi dengan 2 mL asam
sulfat pekat.
2. 1 gram CuSO4.5H2O dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 2
mL asam sulfat pekat. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat
sampai diatas 30 menit.

3. 1 gram gula pasir dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 2 mL


asam sulfat pekat. Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
4. Sepotong kayu (batang korek api) dimasukkan kedalam tabung reaksi
yang berisi 2 mL asam sulfat pekat. Perubahan yang terjadi diamati dan
dicatat.
5. Tabung reaksi yang berisi garam CuSO4 dan tabung reaksi yang berisi
kayu diambil. Asam sulfat dari tabung reaksi tersebut dituangkan
kedalam tempat asam sulfat pekat. CuSO 4, kayu (korek api) dikeluarkan
dari tabung dan CuSO4 serta kayu tersebut dimasukkan dengan hati-hati
kedalam gelas beker yang berisi 50 mL air. Perubahan yang terjadi
diamati.
IV.3
Percobaan 3. Reaksi Oksidasi
1. Masing-masing tabung reaksi dimasukkan sepotong logam Zn, Fe dan
Cu dimasukkan kedalam tabung reaksi.
2. Larutan asam sulfat encer ditambahkan sebanyak 2 mL kedalam logam
diatas dan diamati dengan teliti. Gas yang timbul diamati lalu reaksi
kimia yang terjadi ditulis.
3. Tiga tabung reaksi yang lain diambil dan asam sulfat pekat sebanyak 1
mL dimasukkan kedalamnya. Sepotong logam Zn, Fe dan Cu
dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi. Dipanaskan dan
perubahan yang terjadi diamati. Perbedaan reaksi asam sulfat pekat
dengan logam Cu maupun Zn dibandingkan dengan reaksi larutan asam
sulfat encer dengan logam-logam tersebut dijelaskan.
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Percobaan 1. Reaksi Pengenceran Asam Sulfat Pekat
Asam sulfat pekat
2 mL

Air
25 mL

Perubahan suhu
Adanya perubahan suhu menjadi hangat, lama
kelamaan menjadi panas

5.2 Percobaan 2. Reaksi Dehidrasi


No.
1.
2.

Bahan kimia
CuSO4.5H2O
Gula pasir

Dehidrator
Asam sulfat pekat
Asam sulfat pekat

Pengamatan dan hasil


Larutan berwarna putih
Kristal berubah warna menjadi
cokelat,

lama

kelamaan

menjadi

Kayu (batang

3.

korek api)

hitam
Batang korek api berwarna hitam dan

Asam sulfat pekat

4.

Hasil no. 1

Air

5.

Hasil no. 3

Air

larutan berwarna kecokelatan


Endapan yang berwana putih berubah
menjadi berwarna biru muda
Kembali lagi berubah warna seperti
semula, warna hitam larut

5.3 Percobaan 3. Reaksi Oksidasi


No

Baha

Oksidator

Pengamatan dan hasil


Berwarna putih, timbulnya banyak gelembung

1.

Zn

Asam sulfat encer gas.


Reaksi : Zn(s) + H2SO4(aq)

ZnSO4(aq) + H2(g)

2.

Fe

Asam sulfat encer

3.

Cu

Asam sulfat encer

Terjadi reaksi, timbul gelembung gas,


Reaksi : Fe(s) + H2SO4(aq) FeSO4(aq) + H2(g)
Tidak terjadi reaksi, tidak ada gelembung gas.
tidak ada hasil
Reaksi : Cu + H SO

Asam sulfat pekat

reaksi
Terjadi reaksi, timbulnya gelembung gas.

Reaksi : Zn + 2H SO
ZnSO

4.

Zn

(s)

(s)

4(aq)

4(aq)

4(aq)

2H2O(l) + SO2(g)
Terjadi reaksi, timbul busa berwarna putih dan
5.

6.

timbul gelembung gas.

Fe

Asam sulfat pekat

Cu

2H2O(l) + SO2(g)
Terjadi reaksi, timbul gelembung gas.

CuSO4(aq) +
Asam sulfat pekat Reaksi : Cu(s) + 2H2SO4(aq)

Reaksi : Fe(s) + 2H2SO4(aq)

2H2O(l) + SO2(g)

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum Kimia Dasar II kali ini berjudul Asam Sulfat yang
bertujuan untuk Mampu melakukan pengenceran asam sulfat pekat, memahami
sifat asam sulfat pekat sebagai oksidator dan dehydrator, mengetahui

FeSO4(aq) +

perubahan reaksi yang terjadi ketika ditambahkan asam sulfat pekat dan
encer,mengetahui perubahan kimia yang terjadi pada reaksi dehidrasi pada
asam sulfat pekat yang direaksikan dengan CuSO4.5H2O, gula pasir, dan kayu
(batang korek api), mengetahui perubahan kimia yang terjadi pada reaksi
oksidasi pada logam seng (Zn), logam besi (Fe) dan logam tembaga (Cu)
dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan dan asam sulfat encer.
Praktikum ini dilakukan percobaan sebanyak tiga kali dimana percobaan
pertama mengenai reaksi pengenceran asam sulfat pekat, yaitu dilakukan
pengenceran sebanyak 2 mL asam sulfat pekat yang sudah dimasukkan dari
dalam tabung reaksi secara perlahan ke dalam gelas beaker yg berisi air dingin.
Dapat diamati bahwa gelas menjadi suhu terasa hangat selama pengadukan,
artinya dalam reaksi ini ada panas yang ditimbulkan. Panas ini merupakan
reaksi eksotermik antara asam sulfat dengan air.
Percobaan kedua yaitu reaksi dehidrasi. Dalam percobaan kedua ini
digunakan tiga bahan yaitu CuSO4.5H2O, gula pasir, dan kayu (batang korek
api). Serta digunakan dua dehidrator berupa asam sulfat pekat dan air.
CuSO4.5H2O yang berupa serbuk berwarna biru terang ini dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yg berisi asam sulfat pekat. Sehingga terjadi reaksi
perubahan warna pada serbuk dari biru menjadi putih yang merupakan CuSO 4.
Ini terjadi karena air (H2O) yang diikat oleh CuSO4.5H2O terdehidrasi oleh
asam sulfat sehingga tersisa CuSO4 yang tidak mengandung air. Untuk tabung
reaksi kedua, direaksikannya gula pasir dengan asam sulfat pekat dan
didapatkan hasil berupa kristal yang berubah warna dari putih menjadi cokelat
lama kelamaan
kehitaman

menjadi hitam. perubahan warna menjadi coklat dan

menjelaskan

bahwa

gula

telah

bereaksi

membentuk

karbon(karamel), ini berarti terjadi pelepasan ikatan H dan O (air) dari molekul
gula yang terdiri dari C, H dan O. Air yang dikandung di dalam gula
(C12H22O11) tersebut ditarik oleh asam sulfat pekat sehingga perubahan warna
dialami oleh gula pasir. Tabung yang ketiga juga terjadi reaksi dehidrasi
dengan reaksi dari kayu (batang korek api) yang molekul-molekul airnya
ditarik menyebabkan kayu berubah menjadi warna hitam. Selain itu, larutannya
juga berubah menjadi warna cokelat

Setelah itu CuSO4 hasil dari CuSO4.5H2O + H2SO4 pekat tadi di masukkan
kedalam air dan perubahan yang terjadi adalah dari endapan CuSO 4 yang
berwarna putih melarut menjadi larutan yang berwarna biru. Ini terjadi karena
air tersebut diikat oleh CuSO4 sehingga berubah menjadi warna biru muda
sebelum didehidrasi berupa CuSO4.5H2O yang berbentuk cair. Begitu juga
untuk kayu, setelah dicelupkan ke dalam air, kayu tersebut berubah warna dari
hitam menjadi cokelat keputihan atau kembali ke warna kayu sebelumnya.
Terbukti bahwa ketika kayu terdehidrasi oleh asam sulfat, airnya akan ditarik
sehingga tersisa senyawa karbon yang berwarna hitam dan ketika diberikan air
akan berwarna seperti semula.
Percobaan yang ketiga adalah reaksi oksidasi pada logam seng (Zn), besi
(Fe) dan tembaga (Cu). Dalam percobaan kali ini logam Zn, Fe, dan Cu
direaksikan dengan asam sulfat encer dan asam sulfat pekat yang dipanaskan.
Terlebih dahulu logam Zn bereaksi dengan asam sulfat encer dan menghasilkan
larutan seng (II) sulfat dan gas hidrogen. Reaksi tersebut merupakan reaksi
redoks, dimana reaksi redoks adalah reaksi dimana terdapat pereaksi yang
mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi antara asam sulfat encer
dengan logam Zn adalah sebagai berikut :
ZnSO
Zn + H SO
(s)

4(aq)

4(aq)

+ H2(g)

Dari reaksi tersebut logam Zn mengalami reaksi oksidasi, dimana logam


Zn berubah menjadi larutan ZnSO4. Disini logam Zn memiliki bilangan
oksidasi 0 karena logam Zn berdiri sendiri. Sedangkan larutan ZnSO 4, dimana
Zn dalam larutan ZnSO4 memiliki bilangan oksidasi +2. Dari perubahan
bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui bahwa logam Zn mengalami reaksi
oksidasi, Disini larutan H2SO4 encer memiliki bilangan oksidasi pada atom
hidrogennya sebesar +1. Sedangkan gas H2, memiliki bilangan oksidasi sebesar
0. Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui larutan H 2SO4
encer mengalami reaksi reduksi, dimana reaksi reduksi adalah reaksi yang
mengalami penurunan bilangan oksidasi. Karena bilangan oksidasi larutan
H2SO4 encer menjadi gas H2 mengalami penunurunan bilangan oksidasi dari +1
menjadi 0. Maka dari itu larutan H2SO4 encer mengalami reaksi reduksi dan
bertindak sebagai oksidator Disini terbukti bahwa asam sulfat encer bertindak
sebagai oksidator dan logam Zn bertindak sebagai reduktor.

Selanjutnya, pada penambahan 2 ml asam sulfat encer dalam tabung reaksi


yang berisi logam besi (Fe) terjadi reaksi menghasilkan larutan besi (II) sulfat
dan gas hidrogen dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Fe(s) + H2SO4(aq) FeSO4(aq) + H2(g)
Terlihat pada reaksi redoks diatas H2SO4 bertindak sebagai oksidator dan
mengalami reduksi sehingga biloks H yang mula-mula bernilai +1 pada H 2SO4
menjadi bernilai 0 pada gas hidrogen.
Lalu pada logam Cu yang dicampurkan dengan H2SO4 encer tidak terjadi
reaksi, tidak ada gelembung gas dan Cu(s) + H2SO4(aq)

tidak ada hasil

reaksi, ini disebabkan karena logam Cu tidak reaktif terhadap asam-asam encer
seperti HCl dan H2SO4 encer.
Kemudian, kedalam tabung reaksi lainnya yang berisi Zn, diberikan 1 ml
asam sulfat pekat dan dipanaskan. Reaksi tersebut menghasilkan larutan seng
(II) sulfat (ZnSO4) dan air sesuai dengan persamaan :
Zn(s) + 2H2SO4(aq) ZnSO4(aq) + 2H2O(l) + SO2(g)
Dari reaksi tersebut logam Zn mengalami reaksi oksidasi, dimana logam
Zn berubah menjadi larutan ZnSO4. Disini logam Zn memiliki bilangan
oksidasi 0 karena logam Zn berdiri sendiri maka dari itu bilangan oksidasi Zn
adalah 0. Sedangkan larutan ZnSO4, dimana Zn dalam larutan ZnSO4 memiliki
bilangan oksidasi +2. Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita
mengetahui bahwa logam Zn mengalami reaksi oksidasi, Dari reaksi antara
logam Zn dengan asam sulfat pekat dan dipanaskan, dimana larutan H 2SO4
pekat mengalami reaksi reduksi, dimana larutan H2SO4 pekat berubah menjadi
gas SO2. Disini larutan H2SO4 pekat memiliki bilangan oksidasi pada atom
belerangnya sebesar +6. Sedangkan gas SO2, memiliki bilangan oksidasi pada
atom belerangnya sebesar +4. Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita
mengetahui larutan H2SO4 pekat mengalami reaksi reduksi,Disini terbukti
bahwa asam sulfat pekat bertindak sebagai oksidator dan logam Zn bertindak
sebagai reduktor.
Selanjutnya, kedalam tabung reaksi lainnya yang berisi Fe, diberikan 1 ml
asam sulfat pekat dan dipanaskan. Reaksi tersebut menghasilkan larutan Besi
(II) sulfat (FeSO4) dan air sesuai dengan persamaan :
FeSO + 2H O + SO
Fe + 2H SO
(s)

4(aq)

4(aq)

(l)

2(g)

Terlihat pada reaksi redoks diatas H2SO4 bertindak sebagai oksidator dan
mengalami reduksi sehingga biloks H yang mula-mula bernilai +1 pada H 2SO4
menjadi bernilai 0 pada gas hidrogen.
Pada tabung yang berisi lain yang berisi Cu, ditambahkan asam sulfat
pekat dan dipanaskan lalu bereaksi dan membentuk larutan tembaga (II) sulfat
(CuSO4) dan air serta gas belerang dioksida (SO2) sesuai dengan persamaan :
CuSO + 2H O + SO
Cu + 2H SO
(s)

4(aq)

4(aq)

(l)

2(g)

Dari reaksi tersebut logam Cu mengalami reaksi oksidasi, dimana logam


Cu berubah menjadi larutan CuSO4. Disini logam Cu memiliki bilangan
oksidasi 0. Sedangkan larutan CuSO4, dimana Cu dalam larutan CuSO4
memiliki bilangan oksidasi +2. Dari perubahan bilangan oksidasi tersebut kita
mengetahui bahwa logam Cu mengalami reaksi oksidasi dan bertindak sebagai
reduktor. Dari reaksi antara logam Cu dengan asam sulfat pekat dan
dipanaskan, dimana larutan H2SO4 pekat mengalami reaksi reduksi, dan larutan
H2SO4 pekat berubah menjadi gas SO2. Disini larutan H2SO4 pekat memiliki
bilangan oksidasi pada atom belerangnya sebesar +6. Sedangkan gas SO2,
memiliki bilangan oksidasi pada atom belerangnya sebesar +4. Dari perubahan
bilangan oksidasi tersebut kita mengetahui larutan H2SO4 pekat mengalami
reaksi reduksi, Karena bilangan oksidasi larutan H2SO4 pekat menjadi gas SO2
mengalami penunurunan bilangan oksidasi dari +6 menjadi +4. Maka dari itu
larutan H2SO4 pekat mengalami reaksi reduksi dan bertindak sebagai oksidator.
Dimana oksidator adalah suatu zat pereaksi yang mengalami reaksi reduksi.
Disini terbukti bahwa asam sulfat pekat bertindak sebagai oksidator. Reaksi
antara logam Cu dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan sama dengan
reaksi antara logam Zn asam sulfat pekat yang dipanaskan yang sama-sama
menghasilkan suatu gas SO2 dan H2O yang membedakan hanya jenis logamnya
saja.
Dari percobaan ini terbukti bahwa logam Zn bisa bereaksi dengan asam
sulfat encer dan asam sulfat pekat yang panas. Hal ini disebabkan karena logam
Zn berada di sebelah kiri unsur hidrogen (H) maka dari itu logam Zn lebih
reaktif dari unsur hidrogen (H) dan bisa bereaksi dengan asam sulfat encer
maupun pekat yang dipanaskan. Sedangkan logam Cu hanya bisa bereaksi
dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan dan tidak bereaksi dengan asam

sulfat encer. Hal ini disebabkan karena logam Cu adalah logam yang tidak
reaktif dan sukar bereaksi dengan unsur yang berada di sebelah kirinya karena
unsur Cu berada disebelah kanan unsur hidrogen (H). Maka dari itu logam Cu
tidak bereaksi dengan asam sulfat encer tetapi logam Cu bereaksi dengan asam
sulfat pekat yang panas, hal ini dikarenakan asam sulfat pekat dan panas
memiliki sifat oksidator yang lebih kuat dibandingkan logam tembaga (Cu).
Sedangkan logam Fe dapat bereaksi dengan asam sulfat pekat yang dipanaskan
dan bereaksi dengan asam sulfat encer.

VII.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini, yaitu :
1. Asam sulfat bersifat sebagai oksidator kuat. Reaksi asam sulfat pekat
dengan air sangat dan menimbulkan panas yang dingin.
2. Ketika direaksikan dengan asam sulfat pekat, terjadi perubahan warna
pada serbuk CuSO4.5H2O dari warna biru menjadi putih, gula pasir dari
warna putih menjadi cokelat kelamaan menjadi hitam dan kayu menjadi
warna hitam. Itu dikarenakan air (H2O) yang terkandung dalam senyawa
tersebut terdehidrasi oleh asam sulfat pekat
3. Ketika dicelupkan ke dalam air, padatan CuSO4 yang berwana putih
berubah menjadi larutan yang berwarna biru muda dan kayu (batang korek
api) berubah warna dari hitam menjadi cokelat. Ini terjadi karena air
tersebut diikat oleh CuSO4 dan kayu (batang korek api).
4. Asam sulfat yang encer, cenderung menghasilkan gas hidrogen dan logam
sulfat, sedangkan asam sulfat yang pekat dan panas cenderung
menghasilkan gas hidrogen, logam sulfat dan gas sulfur dioksida.
5. Dapat dibuktikan bahwa asam sulfat pekat itu bertindak sebagai dehidrator,
yaitu menarik air dari senyawa lainnya. Juga sebagai oksidator pada
logam-logam sehingga dapat terjadinya reaksi kimia.

DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H, 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3.
Surabaya: Erlangga.
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia Untuk SMA. Jakarta: Erlangga.
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Grafindo:Bandung
Tim Kimia Dasar. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Bali: Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai