DI KOTA DENPASAR
Kadek Yogi Asmiantara, I Wayan Sudi Mariana, Puji Handayani, Dewi
puspita sari, Erlangga Jaya saputra, I Wayan Runa.
Jln. Buana Raya Perum Taman Bhuana Permai Blok E no 12,
Padangsambian, Denpasar-Bali, Tlp: 081999291311,
E-Mail: yogi_evolution@yahoo.com
Intisari
Pesatnya pertumbuhan penduduk kota yang terjadi di negara berkembang tidak
sebanding dengan jumlah lahan yang tersedia. Salah satu dampak dari pertumbuhan
penduduk yang pesat yaitu tingginya perubahan pemanfaatan lahan untuk memenuhi
aktifitas manusia di perkotaan, misalnya kebutuhan akan perumahan. Peningkatan
kebutuhan rumah di kota dengan kapasitas lahan yang terbatas mempengaruhi
pertumbuhan perumahan ke arah pinggir kota. Dimana perkembangan kota ke arah
pinggir banyak yang mengkonversi lahan subur pinggir kota. Perkembangan seperti ini
dinilai tidak efisien karena tidak terkoordinasi dan terjadi perkembangan yang tidak
terkendali. Saat ini perkembangan perumahan urban diberbagai kawasan metropolitan
menunjukkan adanya pertambahan luas permukiman dalam jumlah banyak (real estate)
atau yang biasa di kategorikan sebagai proses formatif yang bersifat invasif. Identitas
perumahan urban merupakan ciri khas yang terdapat di wilayah tersebut .
Abstract
The rapid growth of urban population in developing countries is not comparable with
the availability of land. One of the effects rapid population growth is increasing changes
of land for housing. Urban fringe development is the effect changed for housing
increase. Nowadays the possible ways to increase housing is convert the peri urban area
for make built area. This type is inefficient and support the sprawl development.
Currently, the development of urban housing in many metropolitan areas showed a vast
increase in the number of residential lots of (real estate) or commonly categorized as
invasive formative process. The identity of urban housing is a characteristic that is
contained in the region.
Pendahuluan
Bali merupakan salah satu pulau
yang pada setiap tahunnya mengalami
peningkatan
penduduk
pendatang /
selain
itu
penyediaan
khas
penghuninya
berbeda
sesuai
dengan
itu
dengan
akan
yang
dipilih
dalam
Provinsi
Bali,
dimana
Kota
orang
baik
dari
seluruh
ke
pertumbuhan
arah
pinggir
kota.
orang
yang
melakukan
menjadi
hal
yang
bersifat
mikro,
terhadap
pemecahan
permasalahan.
Tinjauan Pustaka
rumah
istirahat,
adalah
tempat
tempat
mengaktualisasikan
untuk
untuk
diri
guna
Data
bernaung.
Metode
Pengumpulan
mewawancarai
nara
sumber
yang
didalamnya
identitas
urban.Metode
tugas
rumah
ini
menggunakan
metode
data-data
yang
diperoleh
terdapat
percampuran
structure).
Syarat
Dan
Ketentuan
tentang
Metode
Dalam
Pembahasan
Data.
Persyaratan
Arsitektur
mencerminkan
norma
dan
bahan
dan
proses
norma
perancangan
bangunan
norma-norma
(Janantaka);
ritual
pembangunan
dalam
secara
tradisional
yang
pola
dimensi
yang
dan
meliputi
ukurannya
teben,
menerapkan
garis
sempadan
dan
proporsional.
Modifikasi
pada
berlaku,
Tri
natural
dengan
Bali,
yang
gegodegan/ikut
Ornamen
(dengan
menerpakan
menerapkan
konsep
proporsi
mencerminkan
alam,
material
celedu
bentuk
kedekatan
dan
yang
lisplank.
badan/ruang/dinding
pepalihan/penutup,
piringan,
dengan
pepalihan/ganggong,
piringan
dan
sabuk.
Penggunaan
memperhatikan
bentuk
dan
terpisah. Terdapat
pos
yang terdapat
pada entrance
sanggah
sebagai
tempat
Denah Plan
HARGA: Rp 250.000,00 / hari, Rp
1.620. 000,00 / bulan
Fasilitas-fasilitas
yang
terdapat
di
Tata Lingkungan
rumah
kost
tidak
KAMAR MANDI
Denah Plan
SOFA
TELEVISI LED
tidak
menunjukan
identitas
kota
Pemilik
rumah
kost
tidak
Dapur type 1
10
2 tipe kamar
Area Parkir
rumah
kost
tidak
11
Denah ruangan
Entrance kost
12
Tata Lingkungan
terdapat
hanya
sebagai
terdapat
tempat
warna
ornament
natural
bali
tidak
maupun
sanggah
persembahyangan
Kesimpulan
Dari hasil penelitian, hasil survey
lapangan terhadap 4 rumah kost dari 2
rumah kost menengah atas dan 2 rumah
kost biasa, dapat disimpulkan bahwa,
perumahan urban di Kota Denpasar
hanya sedikit yang mematuhi Perwali
No 25 Tahun 2010 hanya menerapkan
Tata Bangunan atau Ruang Dalam
Pemilik
rumah
kost
menyediakan
tidak
yang
peraturan
ada
ukiran
ukiran
yang
ada
tanpa
13
rumah
tinggal
di
Kota
25
Tahun
2010 seperti
tata
mengucapkan
terima
Gumi),
ritual
gedung
budaya
lingkungan/tapak
(Asta
dalam
bangunan
khas
arsitektur
Bali
harus
tetap
dalam
dijaga
kaitan
dan
terjaga
keberadaannya.
Dari
mentaati/mematuhi
peraturan
Daftar Putaka
o Mantra, Rai Dharma Wijaya
(2010);Perwali, Nomer 25 tahun
2010 Tentang Persyratan Bangunan
14
15