Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

KINETIKA KIMIA

Oleh :
Nama

: Ni Luh Made Noviana Dewi

NIM

: 1408105063

Kelompok

: 9/B

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

I.

TUJUAN
1. Mengamati dan menentukan kecepatan reaksi dan hukum kecepatan reaksi
dari suatu reaksi kimia.
2. Mengamati pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap kecepatan suatu
reaksi.
3. Memahami peranan katalis dalam suatu reaksi kimia.

II.

DASAR TEORI
A. Kinetika Kimia
Kinetika kimia berasal dari kata kinetika yang berarti gerakan (teori

kinetika molekuler dari gas yang menjelaskan gerakan acak dari molekul-molekul
gas ). Jadi, pengertian kinetika kimia adalah bidang ilmu kimia yang mempelajari
kecepatan berlangsungnya suatu reaksi kimia. Kecepatan reaksi adalah perubahan
konsentrasi reaktan / produk per satuan waktu. Dalam kinetika kimia, hal-hal yang
akan dibahas adalah tentang kecepatan reaksi, ordo reaksi, dan mekanisme reaksi
tersebut.(chang,2004)
Pada saat proses reaksi berlangsung, molekul reaktan akan terurai
sedangkan molekul produk akan terbentuk, sehingga dapat mengamati antara
penurunan konsentrasi reaktan atau peningkatan produk. (chang,2004)
Reaksi kimia dapat berlangsung dengan laju yang bervariasi, ada yang
berlangsung sangat cepat, ada yang berlangsung sangat lambat, tetapi banyak juga
yang berlangsung dalam kecepatan yang mudah ditentukan. Kecepatan reaksi
diukur sebagai perubahan konsentrasi zat yang bereaksi per satuan waktu.
(Petrucci,1999) Dengan demikian kecepatan reaksi dapat diukur berdasarkan
pengurangan konsentrasi reaktan per satuan waktu atau pertambahan konsentrasi
produk per satuan waktu. Contoh reaksi stoikiometri sederhana :
A

Maka, kecepatan reaksi dalam kontekas perubahan konsentrasi antara


reaktan dan produk :
V

[ A] [ B]

t
t

Kecepatan pembentukan produk tidak ada tanda minus (-), karena [B]
bernilai positif. Contoh reaksi yang lebih kompleks :
2A

Dua mol A menghilang untuk setiap pembentukan 1 mol B, yaitu kecepatan


menghilangnya A dua kali lebih cepat dari kecepatan muncul, sehingga kita
menulis kecepatan sebagai berikut :
V

1 [ A] [ B]

2 t
t

Untuk reaksi umum :


aA+Bb

cC+dD

Kecepatan diberikan oleh :


V

1 [ A]
1 [ B ] 1 [C ] 1 [ D ]

a t
b t
c t
d t

Kecepatan reaksi juga bisa dirumuskan sebagai hukum kecepatan, dimana


kecepatan merupakan fungus konsentrasi setiap zat yang mempengaruhi
kecepatan reaksi. Untuk persamaan diatas hukum kecepatannya adalah :
V k A B
x

Dimana k adalah konstanta kecepatan, x dan y adalah ordo reaksi.


Hukum Laju
Tidak semua reaksi barjalan dengan kecepatan yang sama. Reaksi ionik
biasanya terjadi seketika. Reaksi lain seperti pencernaan makanan terjadi sangat
lambat. Perbedaan kecepatan ini terutama disebabkan perbedaan sifat kimia zat
pereaksi.(http//www.google.com)
Untuk setiap reaksi kimia, selain sifat kimia pereaksi, salah satu faktor
penting pengendali reaksi kimia adalah konsentrasi pereaksi.Umumnya, bila
reaksi telah berlangsung lama maka kecepatannya berangsur-angsur turun.Dari
hasil ini dapat disimpulkan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi
zat-zat yang bereaksi.Kecepatan reaksi kimia hampir selalu berbanding lurus
dengan konsentrasi pereaksi dengan pangkat tertentu.(http//www.google.com)

Satu fakta penting lain yang perlu diketahui adalah bahwakoefisien reaksi
tidak ada hubungannya dengan orde reaksi. Harga nhanya dapat ditentukan dari
percobaan.Hal ini berbeda dengan kesetimbangan kimia, dimana koefisien reaksi
ada hubungannya dengan pangkat konsentrasi pada ungkapan konstanta
kesetimbangan.
Untuk reaksi lebih kompleks,
A + B produk
Maka biasanya kecepatan tergantung pada konsentrasi A dan B. Bila konsentrasi A
dan B diperbesar maka kecepatan reaksi meningkat, dan sebanding dengan
perkalian konsentrasi A dan B masing-masing dipangkat dengan bilangan tertentu,
misalnya n dan m. Jadi, pada reaksi ini, n dan m adalah orde reaksi terhadap A dan
B. Jumlah n dan m disebutorde reaksi total. Harga n dan m boleh semua bilangan
pecahan, negatip dan nol. Reaksi,
NO2(g) + CO(g) CO2(g) + NO(g)
pada temperatur dibawah 225 C maka,kecepatan tidak tergantung pada
konsentrasi CO tetapi hanya pada NO2 pangkat dua. Jadi reaksi adalah orde 2
terhadap NO2 dan orde nol terhadap CO. Perhatikan bahwa karena koefisien
reaksi dengan pangkat NO2 tidak ada hubungan karena koefisien reaksi adalah 1
sedangkan orde reaksi adalah 2. (Petrucci,1999)
Hubungan proporsionalitas (kesebandingan) dapat diubah menjadi
kesamaan dengan menggunakan konstanta proporsional, misalnya k. Pada
kinetika kimia, k disebut konstanta kecepatanreaksi.
Contohnya, hukum laju reaksi ICl dan H2,
2ICl(g) + H2(g) I2(g) + 2HCl(g)
dan pada 230C persamaan hukum lajunya adalah

Harga k=0,163 Lmol-1det-l, dan ini berlaku hanya pada suhu 230C. Bila
temperaturnya berbeda maka harga k juga berbeda.
Konsentrasi dan waktu: waktu paruh
Hukum laju menyatakan hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi
pereaksi. Selain hubungan ini, juga dapat diperoleh hubungan lain yaitu antara
konsentrasi dengan waktu. Contohnya, untuk reaksi orde 1,
A produk, dengan , maka dari hubungan
dengan [A]o adalah konsentrasi mula-mula (pada t=0) dan [A]t adalah konsentrasi
pada waktu t setelah reaksi berlangsung. Hal yang sama dapat dilakukan untuk
reaksi dengan orde lebih tinggi dan reaksi kompleks.
Satu besaran penting lain, khususnya untuk reaksi orde 1, adalah waktu-paruh, tl/2,
yang didefinisikan gar pereaksi berkurang setengah dari konsentrasi sebelumnya.
Ternyata dengan waktu yang diperlukanwaktu reaksi orde 1, tl/2 hanya tergantung
pada k. Jadi harga t1/2 adalah konstan selama reaksi berlangsung.Waktu paruh
reaksi orde 2 tergantung pada konsentrasi awal. Karena setiap satu waktu paruh
konsentrasi [A]t=1/2[A]o, maka pada waktu paruh pada t=t2 adalah dua kali lebih
besar dari waktu paruh pada t=t1, (chang,2004)
Berdasarkan Orde reaksi, reaksi dibedakan menjadi :
1. Reaksi Orde Nol
Pada reaksi orde nol, kecepatan reaksi tidak tergantung pada
konsentrasi reaktan. Persamaan laju reaksi orde nol dinyatakan sebagai :

dA
dt

= k0

A - A0 = - k0 . t
A = konsentrasi zat pada waktu t
A0 = konsentrasi zat mula mula

Contoh reaksi orde nol ini adalah reaksi heterogen pada permukaan katalis.
2. Reaksi Orde Satu
Pada reaksi per satu, kecepatan reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi reaktan.
Persamaan laju reaksi orde satu dinyatakan sebagai :
-

dA
dt

= k1 [A] -

dA
[A]

= k1 dt

[ A0]
[ A]

ln

= k1 (t t0)

Bila t = 0 A = A0
ln [A] = ln [A0] - k1 t
[A] = [A0] e-k1t
Waktu paruh (t1/2) adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi
reaktan hanya tinggal setengahnya. Pada reaksi orde satu, waktu paruh
dinyatakan sebagai :

k1 =

k1 =

1
t1/2

ln

1
1/ 2

0,693
t1 / 2

3. Reaksi Orde Dua


Persamaan laju reaksi untuk orde dua dinyatakan sebagai :

dA
dt

= k2 [A]2

dA
[A]2
1
[ A]

= k2 t
1
[ A0]

= k2 (t t0)

Waktu paruh untuk reaksi orde dua dinyatakan sebagai :

1
k 2[ A0]
t1/2 =
Reaksi dapat berlangsung cepat atau lambat. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi cepat dan lambatnya suatu reaksi kimia adalah :
Sifat kimia dari reaktan : pada umumnya reaksi-reaksi ionik berlangsung
cepat, sedangkan reaksi-reaksi yang melibatkan ikatan kovalen
berlangsung lebih lambat.
Kemampuan reaktan berinteraksi : dalam keadaan cair atau gas partikelpartikel reaktan (molekul atau ion) dapat bertumbukan secara mudah satu
dengan yang lainnya.
Konsentrasi: molekul-molekul harus bertumbukan agar terjadi reaksi
dalam konteks ini laju reaksi proporsional dengan konsentrasi reaktan
Keadaan

fisik:

molekul-molekul

harus

bercampur

agar

dapat

bertumbukan
Temperatur: molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup
untuk bereaksi
Katalis : Katalis dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan
kimia. Katalis berperan dengan menurunkan energi aktifasi. Sehingga
untuk membuat reaksi terjadi, tidak diperlukan energi yang lebih tinggi.
Dengan demikian, reaksi dapat berjalan lebih cepat. Karena katalis tidak
bereaksi dengan reaktan dan juga bukan merupakan produk, maka katalis
tidak ditulis pada sisi reaktan atau produk.
B. Reaksi Iodin Clock
Adapun reaksi yang sangat menarik antara ion iodat (IO 3-), ion sulfit (SO3-)
membentuk ion Iodida (I-) dan Ion Sulfat (SO42-).
IO3- + 3SO3-

I- + 3SO42-

Dalam reaksi ini, ion sulfit bertindak sebagai penentu reaksi, karena apabila
dia habis bereaksi maka ion iodat yang berlebih akan bereaksi dengan ion iodida
membentuk Iodium (I2) yang berwarna coklat.
IO3- +5I- +6H+

3I2 +3H2O

Dengan terbentuknya Iodium perubahan warna larutan sangat nyata,


sehingga reaksi ini disebut reaksi iodine clock. Untuk mengintesifkan warna
Iodium diperlukan indicator amilum (kanji) sehingga menghasilkan warna biru
kehitaman.

Timbulnya

warna

ini

menandakan

adanya

ion

I -.

(http//www.google.com)
Efek Katalis
Katalis adalah suatu senyawa yang dapat menaikkan laju reaksi, tetapi tidak
ikut menjadi reaktan / produk dalam sistem itu sendiri. Setelah reaksi selesai,
katalis dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Katalis
berperan dengan menurunkan energi aktifasi. Sehingga untuk membuat reaksi
terjadi, tidak diperlukan energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, reaksi dapat
berjalan lebih cepat. Karena katalis tidak bereaksi dengan reaktan dan juga bukan
merupakan produk, maka katalis tidak ditulis pada sisi reaktan atau produk.
Umumnya katalis ditulis di atas panah reaksi yang membatasi sisi reaktan dan
produk. Contohnya pada reaksi pembuatan oksigen dari dekomposisi termal
KClO3, yang menggunakan katalis MnO2.(http//www.google.com)
2KClO3
2 KCl + 3 O2
MnO2
Katalis terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu
1. Katalis Homogen
Suatu katalis disebut homogen apabila berada dalam fasa yang sama
dengan reaktan maupun produk reaksi yang dikatalisa. Katalis ini berperan
sebagai zat antara dalam reaksi. Contohnya adalah efek katalis HBr pada
dekomposisi termal t-butil alkohol, (CH 3)3COH, yang menghasilkan air dan
isobutilen, (CH3)2C=CH2.
Reaksi : (CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
Tanpa penggunaan katalis, reaksi ini berlangsung sangat lambat, bahkan
pada suhu tinggi sekalipun. Hal ini disebabkan karena reaksi ini memiliki
energi aktifasi yang sangat tinggi, yaitu 274 kJ/mol. Dengan menggunakan
HBr, energi aktifasi akan turun menjadi 127 kJ/mol, dan reaksi menjadi
(CH3)3COH + HBr (CH3)3CBr + H2O

(CH3)3CBr (CH3)2C=CH2 + HBr


Kelemahan dari katalis homogen ini adalah ketika reaksi selesai, diperlukan
perlakuan kimia selanjutnya untuk memisahkan katalis dari campuran reaksi.
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang fasanya tidak sama dengan reaktan
atau produk reaksi yang dikatalisa. Katalis heterogen biasanya berfungsi
sebagai permukaan tempat terjadinya reaksi. Contohnya adalah reaksi antara H2
dan O2 pada permukaan logam. Logam berfungsi sebagai permukaan adsorben
dimana H2 dan O2 akan menempel dan bereaksi.
Dalam suatu reaksi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi cepat atau
lambatnya reaksi tersebut berjalan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
1. Luas permukaan sentuhan/ Ukuran partikel
Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas
permukaan zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan
semakin

besar

peluang

adanya

tumbukan

efektif

menghasilkan

perubahan. Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel


zat. Jadi semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin
cepat.
2. Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel
memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang
semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak
dapat ditetapkan dari persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan.
Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi patokan adalah laju
perubahan konsentrasi reaktan.
3. Suhu

Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu
energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakn
banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat suatu laju reaksi, namun ia
sendiri, secara kimiawi, tidak berubah pada akhir reaksi. Ketika reaksi
selesai, kita akan mendapatkan massa katalasis yang sama seperti pada
awal kita tambahkan.
Ada 2 jenis katalis :
a. Katalis aktif yaitu katalis yang ikut terlibat reaksi dan pada akhir
rekasi terbentuk kembali.
b. Katalis pasif yaitu katalis yang tidak ikut bereaksi, hanya sebagai
media reaksi saja.
III.

ALAT DAN BAHAN

A. Bahan
Pb(NO3)2

KMnO4

K2CrO4

H2SO4

KIO3

Larutan Kanji

Na2S2O3

Aquades

Na2C2O4
B. Alat:
Tabung Reaksi

Pengaduk

Labu Takar

Stop Watch

Gelas Becker

1.
IV.

LANGKAH KERJA
2. Percobaan 1 : Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat

A. Reaksi Pengendapan Timbal Kromat

3mL Larutan Pb(NO3)2 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.


3.
4.
5.
6.

Sambil diaduk dimasukkan 1 mL larutan K2CrO4 0,1 M. Kemudian waktu


mulai pencampuran sampai timbul endapan dicatat.
7.
8.
9.
10.
11.

B. Reaksi Ion permanganat dengan ion oksalat

5 mL larutan Na2C2O4 0,1 M dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Sambil diaduk larutan H2SO4 1M dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang


sudah terdapat larutan Na2C2O4, kemudian dimasukkan

1 tetes larutan

KMnO4 0,1 M.

Waktu dicatat mulai pencampuran hingga larutan berubah menjadi bening.

Setelah larutan bening, ditambahi kembali 1 tetes KMnO 4 dan diulang


langkah 2 hingga telah diteteskan 6 kali KMnO4.
12.
13. Percobaan 2: Reaksi Iodine-Clock
14.

Pada percobaan berikut ini saudara akan mengamati


kecepatan reaksi pembentukan iodine dengan cara mencampurkan
larutan yang mengandung ion IO3- dengan ion SO32-. Kecepatan
reaksi pembentukan iodine dapat diamati dengan timbulnya warna

biru akibat reaksi I2 dengan amilum. Saudara akan mengamati


kecepatan reaksi, terhadap berbagai konsentrasi reaktan yang
dicampurkan. Larutan standar berikut disiapkan :
15. a. larutan KIO 0,02 M
16.

b. Larutan Na2SO3 0,01 M yang diberi asam dan kanji ( 1,3 g Na 2SO3

ditambah 10 mL H2SO4 6M dan 5 gr larutan kanji).


17.

Reaksi ini dikerjakan dalam gelas kimia 250 mL. Batang


pengaduk dan pencatat waktu disiapkan. Larutan A dan Larutan B
disiapkan, pada masing-masing tabung atau ghelas kimia dengan
variasi sebagai berikut, kemudian dicampurkan dan dicatat
waktunya :

1. 10

mL

larutan A dan 10 mL
larutan B.
18.

19.
2. 10 mL larutan A dan 20 mL larutan B dalam 70 mL air.
20.
3. 10 mL larutan A dan 30 mL larutan B dalam 60 mL air.
21.
22.
23.
24.
4. 20 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 70 mL air.
25.
26.
27.
5. 30 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 60 mL air.
28.
29.
30.
31.

6. 10 mL larutan A dan 10 mL larutan B dalam 80 mL air.


32.
33.
34.
35.
7. Komposisinya sama dengan campuran 1 tapi sebelum pencampuran larutan
terlebih dahulu didinginkan sampai mencapai suhu 150C. Setelah
pencampuran, waktu yang diperlukan untuk terbentuknya iodine dan suhu
campuran dicatat.
8. Komposisinya sama dengan campuran 1 tapi sebelum dicampurkan larutan
A dan larutan B dipanaskan terlebih dahulu sampai suhu 450C.
36.
37.
38.

V.

39.

HASIL PENGAMATAN
Percobaan 1: Reaksi Cepat

dan

Reaksi

Lambat.

A. Reaksi Pengendapan Timbal Kromat


40.

41. Pb(NO3)2 0,1


M

44.

48.

45. 3 mL

49. 3 mL

42. K

43. W

kt

0,

et

ik

M
46. 1

)
47. 4,

L
50. 1

1
51. 4,

52.

53. 3 mL

L
54. 1

5
55. 5,

56.
B. Reaksi Ion Permanganat dan Ion Oksalat
57.
No
.
61.
1.

65.
2.

69.
3.

73.
4.

77.
5.

81.
6.

85.
7.

58.

Na2C2O4

0,1 M

59.

KMnO4

0,1 60.

M
62. 2
m
L

63.

Waktu

(detik)

tetes

pertama

64.

80

66. 2
m

67.

1 tetes kedua

68.

40

71.

1 tetes ketiga

72.

75

75.

76.

60

80.

37

84.

25

88.

30

L
70. 2
m
L
74. 2
m
L
78. 2
m
L
82. 2
m
L
86. 2
m
L

tetes

keempat

79.

tetes

tetes

kelima

83.

keenam

87.
ketujuh

tetes

90. 2

89.

8.

L
94. 2

93.

9.

L
98. 2

97.

10.

91.

tetes

kedelapan

95.

tetes

kesembilan

99.

tetes

kesepuluh

92.

27

96.

20

100.

16

101.
102.
103.
No.
113.
1.
119.
2.
125.
3.
131.
4.
137.
5.
143.
6.
149.
7.

Percobaan 2. Reaksi Iodin-Clock.


104.
105.

108.
Larutan B
Na2S2O3 0,01 ir
109.
M (mL)
mL)

116.

122.

7 123.

Larutan A 106.
KIO3 0,02 107.

M (mL)

114.

10

115.

10

120.

10

121.

20

126.

10

127.

30

132.

20

133.

10

138.

30

139.

10

144.

10

145.

10

150.

10

151.

10

110.
(

7 135.

Ka

Ka

mar
6 141.

Ka

mar
8 147.

0
152.

Ka

mar

0
146.

Ka

mar

6 129.

0
140.

117.

mar

0
134.

hu

Wakt

u
112.

(detik

0
128.

Su

111.

Ka

mar
-

153.
o

15

118.

124.

6,05

130.

4,47

136.

6,28

142.

2,40

148.

6,25

154.

1,37

155.

156.

8.

10

157.

10

158.

159.

45

161.
VI.

PEMBAHASAN
162.

Percobaan Kinetika Kimia kali ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengamati dan menentukan kecepatan reaksi dan hukum kecepatan reaksi dari
suatu reaksi kimia, mengamati pengaruh konsentrasi dan temperatur terhadap
kecepatan suatu reaksi, serta memahami peranan katalis dalam suatu reaksi kimia.
Dalam melakukan percobaan ini, kita memerlukan pencatat waktu untuk mencatat
waktu yang diperlukan untuk bereaksi. Percobaan ini dibagi menjadi 2, percobaan
1 yaitu reaksi cepat dan reaksi lambat, sedangkan percobaan 2 yaitu Reaksi Iodinclock. Untuk reaksi cepat pada percobaan 1, dilakukan percobaan pengendapan
timbal kromat (PbCrO4), sedangkan untuk reaksi lambat dilakukan percobaan ion
permanganat (MnO4-) dengan ion oksalat (C2O42-).
163.
164.

Percobaan 1. Reaksi Cepat dan Reaksi Lambat.

A. Reaksi pengendapan timbal kromat.


165.

Pada reaksi ini kita mencari waktu yang diperlukan untuk

membentuk suatu endapan timbal kromat Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali
dengan volume yang sama dan konsentrasi reaktan yang sama. Pada saat
pencampuran ini terjadi perubahan warna menjadi kuning.Reaksi ini berjalan
dengan cepat karena reaksi ini terjadi antara ion-ion Pb 2+ dan ion CrO42- timbal
kromat yang tidak larut dalam air. Adapun reaksi antara larutan Pb(NO 3)2 dengan
larutan K2CrO4 sebagai berikut:
166.
167.

Pb2+ + CrO42-

PbCrO4

Pada percobaan pertama didapatkan waktu yang diperlukan untuk

membentuk endapan timbal kromat sebesar 4,31 detik. Percobaan kedua


memerlukan waktu 4,45 detik untuk membentuk endapan timbal kromat. Dan
percobaan ketiga memerlukan waktu 5,10 detik untuk membentuk endapan timbal

160.

1,39

kromat. Dari hasil tersebut pada percobaan pertama dan kedua memerlukan waktu
yang lebih singkat dari percobaan ketiga.
168.
Hal ini disebabkan karena suhu pada ruangan mungkin saja bisa
berubah-ubah. Jika suhu ruangan meningkat, maka akan menaikkan energi ratarata molekul, sehingga fraksi molekul yang mencapai energi pengaktifan
bertambah sehingga laju reaksi akan semakin cepat. Selain itu dipengaruhi oleh
kecepatan praktikan mencampurkan reaktan tersebut. Semakin cepat praktikan
mencampur reaktan maka semakin cepat laju reaksi dan sebaliknya.
169.
B. Reaksi ion permanganat dan ion oksalat.
170.

Pada reaaksi ion permanganat dengan ion oksalat, praktikan

mencampur Na2C2O4 dan KMnO4.Perubahan reaksi yang terjadi ini adalah


perubahan warna dari bening menjadi ungu kemudian coklat dan bening kembali.
Dengan volume 2mL Na2C2O4 , praktikan meneteskan 1 tetes KMnO 4 secara
bertahap. Pada tetesan pertama praktikan mendapatkan waktu 80 detik, pada
tetesan kedua 40 detik, tetesan ketiga 75 detik, tetesan ke empat 60 detik, tetesan
kelima 37 , tetesan keenam 25 detik, tetesan ketujuh 30 detik, tetesan kedelapan
27 detik, tetesan kesembilan 20 detik dan tetesan kesepuluh 16 detik. Hal ini
menunjukkan semakin banyak volume larutan yang ditambahkan, maka reaksi
akan membutuhkan waktu yang singkat. Dimana reaktan yang dalam keadaan
konsentrasi yang sama, laju reaksinya dipengaruhi oleh jumlah zat/larutan yang
ditambahkan karena semakin banyak jumlah zat, maka semakin banyak pula
molekul-molekul yang saling bertumbukan sehingga kecepatan reaksi juga
meningkat dan waktu yang dibutuhkan selama bereaksi semakin sedikit, begitu
pula sebaliknya.
171.
172.
173.

Percobaan 2. Reaksi Iodine Clock

Percobaan ini dilandasi oleh reaksi iodine-clock dan faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi. Pada percobaan ini digunakan larutan A, dimana
larutan A didalamnya merupakan larutan KIO3 0,02 M dan larutan B, dimana

larutan B didalamnya berisi larutan Na2SO3 0,01 M yang diberi asam dan kanji
(1,3 gr Na2SO3, ditambah 10 ml H2SO4 6 M dan 5 gr larutan kanji).
174.

Dalam percobaan ini diamati kecepatan reaksi pembentukan iodine

dengan mencampurkan larutan yang mengandung ion IO3- dengan larutan yang
mengandung ion SO32-. Kecepatan reaksi pembentukan iodine diamati dari
pembentukan warna biru akibat reaksi I2 dengan amilum yang diperoleh dari
larutan kanji dan Na2SO3 sebagai reaktan. Pada percobaan kedua yang kami
lakukan, yaitu untuk reaksi iodine-clock. Reaksi yang berlangsung antara ion
iodat (IO3-) dan ion sulfit (SO32-) akan membentuk ion (I-) dan Ion sulfat (SO4-)
175.

IO3- + 3SO32- I- + 3SO42176.

Bila ion iodat yang bereaksi dalam kondisi

berlebih, maka reaksi yang terjadi akan berlanjut seperti ini:


177.

IO3- + 5I- + 6H+ 3I2 + 3H2O


178. Pada reaksi ini, dilakukan sebanyak 8 kali pengamatan dengan

variasi yang berbeda. Dimana pada Reaksi ini menyebabkan larutan berwarna biru
kehitaman yang menandakan adanya ion I- pada larutan yang digunakan. Waktu
yang diperlukan dalam reaksi iodine-clock ini sangat beragam mulai dari 2 detik,
6,05 detik, 4,47 detik, 6,28 detik, 2,40 detik, dan 6,25 detik. Perbedaan ini
dikarenakan adanya perbedaan volume
179.

Hal tersebut terjadi karena letak molekulnya akan menjadi

renggang dan berjauhan sehingga lebih sukar bertumbukan dan tumbukan yang
terjadi lebih sedikit jika di bandingkan pencampuran kedua larutan tanpa di
tambah air yang jauh lebih banyak tumbukannya. Sedangkan penambahan volume
larutan A (KIO3) dengan molaritas sebesar 0,02 M mampu mempengaruhi laju
reaksi untuk lebih cepat. Berarti besar konsentrasi dan volume suatu pereaktan
akan berbanding lurus dengan kecepatan laju reaksi.
180.

Pada pengamatan

yang ke tujuh, larutan didinginkan terlebih

dahulu sebelum direasikan. Larutan A 10 mL dan larutan B 10 mL didinginkan


hingga mencapai suhu 150C, kemudian dicampur dan bereaksi dengan waktu 1,37
detik. Sedangkan untuk pengamatan ke-8 larutan A dan B dipanaskan terlebih
dahulu. Larutan A sebanyak 10 mL dan larutan B sebanyak 10 mL dipanaskan

hingga mencapai suhu 450C, kemudian direasikan. Waktu yang diperlukan untuk
bereaksi yaitu hanya 1,39 detik. Larutan yang sebelum direaksikan didinginkan
terlebih dahulu memerlukan waktu yang lebih lambat daripada larutan yang
dipanaskan terlebih dahulu sebelum direaksikan. Hal ini membuktikan bahwa
suhu mempengaruhi kecepatan suatu reaksi. Dimana semakin tinggi temperatur
atau suhu, maka laju reaksi juga semakin cepat
181.
VIII.

KESIMPULAN
1. Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan)
dan mekanisme reaksi dalam reaksi kimia.
2. Kecepatan suatu reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaksi. Jika
konsentrasinya tinggi maka kecepatan laju reaksinya juga tinggi. Karena
semakin tinggi konsentrasinya, semakin banyak molekul-molekul yang
bertumbukan, maka reaksi akan menjadi lebih cepat.
3. Kecepatan suatu reaksi berbanding lurus dengan kenaikan temperatur. Hal
ini disebabkan semakin tinggi temperatur, semakin cepat gerakan partikel
partikel penyusun reaktan dan semakin besar pula kemungkinan partikel
partikel tersebut bertumbukan.
4. Faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya kecepatan suatu reaksi
adalah kehadiran suatu katalis dalam reaksi kimia dimana katalis hanya
digunakan untuk mempercepat reaksi tanpa harus ikut bereaksi dimana
katalis memperbesar kecepatan reaksi dengan jalan memperkecil energi
pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru.
182.
DAFTAR PUSTAKA

183. Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga.
Jakarta : Erlangga.
184. Petrucci, Ralph.H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid. Jakarta : Erlangga.
185. Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II.
Bukit Jimbaran : Jurusan Kimia, F.MIPA, UNUD.
186.

Google. 2015. Kinetika Kimia.

187.

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDMQFjAB
&url=http%3A%2F%2Fchemistry.comuf.com. (Diakses pada 28
Maret 2015)
188.

Anda mungkin juga menyukai