Sistem Pernapasan
Oleh:
Theatania Trisna Yonathan
102010034
A7
Pendahuluan
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bernafas. Sistem pernapasan atau sistem
respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan
umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di
mana terjadi pertukaran gas. Dalam kegiatan bernafas pada manusia, terjadi pertukaran gas
oksigen (O2) dengan gas karbondioksida (CO2) yang terjadi dalam paru-paru, tepatnya pada
alveolus. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya.
Struktur maupun fungsi sistem pernafasan manusia dapat mengalami gangguan atau
serangan penyakit. Kelainan Dan Penyakit Pada Sistem Pernapasan Alat-alat pernapasan
merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat ini terganggu karena penyakit atau
kelainan
maka
proses
pernapasan
akan
terganggu,
bahkan
dapat
menyebabkan
Dari hidung kemudian dilanjutkan ke faring dan laring. Faring adalah sebuah pipa
musculamembranosa yang panjangnya sekitar 12-14cm membentang dari basis cranii hingga
setinggi vertebra cervical keenam. Faring terbagi menjadi 3 yaitu nasofaring, orofaring dan
laringofaring.
Nasofaring
merupakan
bagian
dimana
terdapat
tuba
eustachius
yang
menghubungakan telinga dan hidung serta terdapat tonsila pharyngeal. Orofaring merupakan
titik temu antara mulut dan hidung serta terdapat tonsila palatina. Nasofaring dan orofaring
berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang dibatasi oleh tepi palatum mole dan
pembentukan lipatan Passavant. Laringofaring membentang dari epiglottis hingga corpus
vertebra cervical ketiga. Laringofaring dilanjutkan sebagai esophagus.
Selain itu pada faring juga terdapat dua spatium peripharyngeale yang terdiri atas dua
bagian yaitu spatium parapharyngeale dan spatium retropharyngeale.
Trakea merupakan pipa silider dengan panjang 11 cm, berbentuk cincin tulang
rawan seperti huruf C dan apabila dilihat dengan mikroskop, akan terlihat seperti huruf C
juga. Trakea atau tenggorok membentang mulai setinggi vertebra cervical keenam hingga tepi
atas vertebra thoracal kelima. Bagian belakang dihubungkan oleh membrana fibroelastis
yang menempel pada dinding depan oesophagus.
Bronkus merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut karina. Brokhus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea. Bronkus
kanan bercabang menjadi lobus superior, medius, inferior. Bronkus kiri terdiri dari lobus
superior dan inferior. Pada bagian bronkus yang kanan lebih lebar, pendek dan vertikal
dibandingkan dengan yang kiri. Panjangnya sekitar 2,5 cm. Untuk yang sebelah kanan,
sebelum memasuki bagian hilus, bronkus principalis ini telah mempercabangkan bronkus
lobaris superior. Bagian kirinya berbentuk lebih sempit, panjang dan horizontal panjangnya
mencapai 5 cm.
Bronkus dilanjutkan oleh bronkiolus terminalis yang merupakan bagian terakhir dari
saluran udara pernafasan yang fungsinya hanya sebagai saluran. Setelah bronkiolus terminalis
dilanjutkan oleh bronkiolus respiratorius dimana disini sudah mulai terdapat alveol yang
berfungsi sebagai tempat pertukaran udara menuju ke kapiler darah pulmonal yang akan
dilanjutkan menuju jaringan. Setelah bronkiolus maka udara akan diteruskan ke alveolus di
dalam pulmo.2
3
mengandung kelenjar serosa-mukosa. Di bawah epitel yang menutupi concha nasalis inferior
banyak plexus fenosus yang berguna untuk memanasi udara yang lewat.
basah dan bersih.
Faring yang terdiri atas nasofaring, orofaring dan laringo faring masing-masing
tersusun atas sel epitel yang berbeda. Nasofaring tersusun atas sel-sel epitel bertingkat torak
bersilia bersel goblet. Orofaring tersusun atas sel epitel berlapis gepeng. Laringofaring yang
tersusun atas tulang rawan memiliki epitel yang bervariasi sebagian besar tersusun atas sel
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Larynx berbentuk sebagai pipa yang irregular dengan dinding yang terdiri atas
cartilage hyaline, cartilage elastis, jaringan pengikat dan otot bercorak. Larynx
menghubungkan antara pharynx dengan trachea. Fungsinya adaalah menyokong, mencegah
makanan/minuman untuk masuk ke dalam trachea.
Epiglottis merupakan cartilage elastis yang berbentuk seperti sendok pipih.
Permukaan depan, bagian atas permukaan belakang epiglotia (plica aryepiglotica) dan plica
vokalis dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Plica vokalis merupakan lipatan membrane
mukosa yang didalamnya mengandung ligamentum vokalis yang merupakan pengikat elastis.
Epitel yang menutupi merupakan epitel gepeng berlapis.
Trachea yang merupakan organ selanjutnya dilapisi epitel yang melapisi sebelah
dalam ialah epitel silindris semu berlapis bercilia tersebar sel-sel piala. Dibawah membrane
basalis terdapat lamina propria yang banyak mengandung serabut elastis. Di lapisan dalam
lamina propria serabut elastis membentuk anyaman padat sebagai suatu lamina elastica, maka
jaringan pengikat dibawahnya kadang-kadang disebut tunica submukosa.
Yang merupakan ciri khas dari trachea adalah adanya kerangka cincin-cincin cartilago
hyaline yang berbentuk huruf C sebanyak 16-20 buah yang berderet mengelilingi lumen
dengan bagian yang terbuka di bagian belakang( pars cartilaginea). Bagian belakan tidak
memiliki cincin cartilage (pars membranacea) diisi oleh serabut-serabut otot polos
Trachea bercabang menjadi 2 bronchus dimana lamina proprianya terdiri dari jaringan
pengikat yang banyak mengandung serabut elastis dan serabut kolagen dan retikuler serta
beberapa limfosit. Di bawah membrane mocosa terdapat stratum musculare yang tidak
merupakan lapisan tertutup.
Di dalam anyaman muskuloelastis ini terdapat banyak jalinan pembuluh darah kecil.
Perbedaan struktur antara trachea dengan bronchus adalah susunan serabut otot pada trachea
hanya dibagian dorsal sedangkan pada bronchus terdapat disekeliling dinding. Kontraksi
lapisan otot ini akan menimbulkan lipatan memanjang pada membrane mukosa. Suatu lapisan
anyaman elastis yang membatasi membrane mukosa seperti pada trachea tidak ada, tetapi
terdapat serabut-serabut elastis yang berjalan sejajar sepanjang bronchus dengan
percabangannya.
Dengan bercabangnya bronchus, maka kapilernya akan semakin mengecil, yang
menyebabkan gambaran stukturnya akan semakin berbeda karena lempeng-lempeng cartilage
yang makin berkurang. Cabang bronchus yang memasuki lobulus pada puncaknya disebut
bronchiolus terminalis. Biasanya dinding brochiolus berdiameter lebih kecil dari 1mm
dengan epitel silindris selapis bercilia dan tanpa cartilago.
Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam
cavum thoracis. Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan yang
saling berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis.3
Bronchiolus respiratorius yang merupakan
lanjutan bronchioles terminalis emiliki diameter
sekitar 0.5mm. Saluran ini mula-mula dibatasi oleh
epitel silindris selapis bercilia tanpa sel piala,
kemudian epitelnya berganti dengan epitel kuboid
selapis tanpa cilia. Di bawah sel epitel terdapat
jaringan ikat kolagen yang berisi anyaman sel-sel
otot polos dan serabut elastis. Dalam dindingnya
sudah tidak terdapat lagi cartilago.
Gambar 1. Pulmo.
adanya alveoli pada dinding bronchiolus inilah maka saluran tersebut dinamakan bronchiolus
respiratorius. Bronchiolus respiratorius bercabang menjadi 2-11 saluran yang disebut ductus
alveolaris. Saluran ini dikelilingi oleh alveoli sekitarnya.
Saluran ini tampak seperti pipa kecil yang panjang dan bercabang-cabang dengan
dinding yang terputus-putus karena penonjolan sepanjang dindingnya sebagai saccus
alveolaris. Dinding ductus alveolaris diperkuat dengan adanya serabut kolagen elastis dan
otot polos sehingga merupakan penebalan muara saccus alveolaris.
Alveolus merupakan gelembung berbentuk polyhedral yang berdinding tipis. Kadang
ditemukan lubang yang disebut porus alveolaris dan terdapat sinus pemisah(septa) antara 2
alveoli. Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun dapat diduga untuk mengalirkan udara
apabila terjadi sumbatan pada salah satu bronchus. Pelapis alveolaris adalah epitel alveolus
dengan endotil kapiler darah dipisahkan oleh lamina basalis.
Pada dinding alveolus dibedakan atas 2 macam sel yaitu sel epitel gepeng yang
disebut squamous pulmonary epitheal atau sel alveolar kecil atau pneumosit tipe I dan sel
kuboid yang disebut sel septal atau alveolar besar atau pneumosit tipe II. Sel alveolar kecil
membatasi alveolus secara kontinyu, kadang diselingi oleh alveolus yang besar. Inti sel
alveolus kecil ini gepeng. Bentuk dan ketebalan sel alveolar kecil tergantung dari derajat
perkemangan alveolus dan tegangan sekat antara alveoli. Sel alveolar besar ialah sel yang
tampak sebagai dinding alveolus pada pengamatan dengan mikroskop cahaya. Sel ini terletak
lebar ke dalam daripada pneumosit type I. Kompleks golginya sangat besar disertai granular
endoplasma reticulum dengan ribosom bebas.
Kadang-kadang tampak bangunan ini terdapat dipermukaan sel seperti gambaran
sekresi sel kelenjar. Diduga benda-benda ini merupakan cadangan zat yang berguna untuk
menurunkan tegangan permukaan dan mempertahankan bentuk dan besar alveolus. Secret
tersebut dinamakan surfaktan.
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertipe elastis.
Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti
percabangan bronchus sejauh bronchioli respiratorius. Dari sini arteri tersebut memberi
percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling
alveolus. Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta
mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding
bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura.3
7
Selama pernapasan tenang atau quite breathing, ekspirasi merupakan gerakan pasif
akibat elastisitas dinding dada dan pulmo. Pada waktu m. intercostalis externus relaksasi,
dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga thorax,
menyebabkan volume thorax berkurang, m. interkostalis internus dapat menekan iga ke
bawah dan ke dalam dengan kuat pada waktu ekspirasi kuat dan aktif, batuk, muntah, atau
defekasi. Selain itu otot-otot abdomen mungkin berkontraksi sehingga tekanan intra
abdominal membesar dan menekan diafragma ke atas.
Status Saluran
Pernapasan
Bronkokonstriksi
Efek
saluran napas yang
udara meningkat
Jari-jari meningkat
9
Ruang rugi anatomis ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara
per pound berat badan (150 ml/150 lb pria). Hanya udara bersih yang sampai ke alveolus
yang merupakan ventilasi efektif. Tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran (PV
O2) dalam kapiler pulmo besarnya sekitar 40 mm Hg. Karena tekanan parsial oksigen dalam
kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (Pal O2 = 103 mm Hg), maka oksigen
dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah.
Selisih tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mmHg)
menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian
dikeluarkan ke atmosfer, di mana konsentrasinya pada hakekatnya nol. Selisih CO2 antara
darah dan alveolus memang kecil sekali tapi cukup karena dapat berdifusi kira-kira 20 kali
lebih cepat dibandingkan dengan oksigen, melintasi membran alveolus-kapiler karena daya
larutnya yang lebih besar.7
Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler pulmo membutuhkan
distribusi udara dalam pulmo dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan kata lain,
ventilasi dan perfusi dari unit pulmoner harus sesuai. Pada orang normal dengan posisi tegak
dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apex pulmo.
Sirkulasi pulmoner yang bertekanan dan resistensi rendah mengakibatkan aliran darah di
basis pulmo lebih besar daripada di bagian apex pulmo, disebabkan pengaruh gravitasi.
Tetapi ventilasinya cukup merata.
Nilai rata-rata rasio antara ventilasi terhadap perfusi (V/Q) adalah 0,13. Angka ini
didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar normal (4 liter/menit) dibagi dengan
curah jantung normal (5 liter/menit). keadaan normal dari ventilasi dan perfusi pulmo yang
seimbang mendekati nilai 0,8. Kebanyakan penyakit respirasi mengalami ketidakseimbangan
antara proses ventilasi-perfusi. Akibatnya ventiIasi terbuang sia-sia (V/Q = tak terhingga).
Unit respirasi abnormal yang ke dua merupakan shunt unit, di mana tak ada ventilasi, tetapi
perfusi normal, sehingga perfusi terbuang sia-sia (V/Q = 0).
Unit yang terakhir merupakan unit diam, di mana tidak ada ventilasi dan perfusi.
Tentu saja terdapat variasi-variasi di antara ke tiga kasus ekstrim tersebut, tergantung dari
keseimbangan secara menyeluruh antara ventilasi dan perfusi pulmo. Penyakit pulmo dan
gangguan fungsional respirasi dapat diklasifikasikan secara fisiologis sesuai dengan jenis
penyakit yang dialami, apakah menimbulkan shunt yang besar (V/Q = 0,8).5-7
10
Pusat pengontrolan respirasi berada di medulla oblongata dan pons medulla. Pusat
kontrol pernapasan yang terlatak di batang otak bertanggung jawab untuk menghasilkan pola
bernapas yang berirama. Pusat control pernapasan primer yaitu pusat pernapasan medula
terdidi dari beberapa agregat dbadan sel saraf di dalam medulla yang menghasilkan keluaran
ke oto pernapasan.
Selain itu terdapat dua pusat pernapasan lain yang lebih tinggi pada batang otak di
pons yaitu pusat apnustik dan pusat pneumotaksik. Pusat pneumotaksik mengirim impuls
yang membantu mematikan neuron inspirasi sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya
pusat apnustik mencegah neuron inspirasi untuk berhenti bekerja sehingga menambah
dorongan inspirasi.7
Mekanisme Biokimiawi Sistem Pernapasan
Mekanisme biokimiawi sistem pernapasan diawali dengan adanya transport oksigen
dalam darah. Oksigen dapat ditranspor dari pulmo ke jaringan melalui dua jalan yaitu secara
fisik larut dalam plasma dan secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai
oksihemoglobin (HbO2),ikatan kimia oksigen dan hemoglobin ini bersifat reversibel. Jumlah
sesungguhnya yang diangkut dalam bentuk ini mempunyai hubungan nonlinear dengan PA
O2 (tekanan parsial oksigen dalam darah arteri), yang ditentukan oleh jumlah oksigen yang
secara fisik larut dalam plasma darah.
Sebaliknya, jumlah oksigen yang secara fisik larut dalam plasma mempunyai
hubungan langsung dengan tekanan parsial oksigen dalam alveolus (Pal O2). Dan tergantung
dari daya larut oksigen dalam plasma. Jumlah oksigen yang dalam keadaan normal larut
secara fisik sangat kecil karena daya larut oksigen dalam plasma yang rendah. Hanya sekitar
1% dari jumlah oksigen total ang ditranspor ke jaringan-jaringan ditranspor dengan cara ini.
Cara transpor seperti ini tidak mempertahankan hidup walaupun dalam keadaan
istirahat sekalipun. Sebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin yang terdapat dalam
sel darah merah. Dalam keadaan tertentu (misalnya : keracunan karbon monoksida atau
hemolisis masif di mana terjadi insufisiensi hemoglobin maka oksigen yang cukup untuk
mempertahankan hidup dapat ditranspor dalam bentuk larutan fisik dengan memberikan
oksigen dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir (ruang oksigen hiperbarik).
11
Satu gram hemoglobin dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi
hemoglobin rata-rata dalam darah pada pria dewasa besarnya sekitair 15gr/100 ml, maka 100
ml darah dapat mengangkut (15 x 1,34 = 20,1) 20,1 ml oksigen kalau darah jenuh sekali (Sa
O2 = 100%). Tetapi darah yang sudah teroksigenisasi dan meninggalkan kapiler pulmo
mendapatkan sedikit tambahan darah vena yang merupakan darah campuran, dari sirkulasi
bronchial. Proses pengenceran ini yang menjadi penyebab sehingga darah yang
meninggalkan pulmo hanya jenuh 97%, dan 19,5% volume diangkut ke jaringan.
Pada tingkat jaringan, oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke
dalam plasma. Dari plasma, oksigen masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan jaringan-jaringan yang bersangkutan. Meskipun sekitar 75% dari hemoglobin
masih berikatan dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali ke pulmo dalam bentuk
darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya sekitar 25% oksigen dalam darah arteri yang
digunakan untuk keperluan jaringan.
Hemoglobin yang melepaskan oksigen pada tingkat jaringan disebut hemoglobin
tereduksi (Hb). Hemoglobin tereduksi berwarna ungu dan menyebabkan warna kebiruan pada
darah vena, seperti yang kita lihat pada vena superfisial, misalnya pada tangan. Sedangkan
oksihemoglobin (hemoglobin yang berikatan dengan oksigen) berwarna merah terang dan
menyebabkan warna kemerahhan pada darah arteri.8,9
12
(20%) dan dengan ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%).Karbon dioksida berikatan
dengan air dengan reaksi CO2 + H2O = H2CO3 = H+ + HCO3-. Reaksi ini reversibel dan
dikenal dengan nama persamaan dapa asam bikarbonat-asam karbonik.
Hiperventilasi adalah ventilasi alveolus dalam keadaan kebutuhan metabolisme
berlebihan alkalosis sebagai akibat eksresi CO2 berlebihan ke pulmo. Hipoventilasi adalah
ventilasi alveoli yang tak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme, sebagai akibat dari retensi
CO2 oleh pulmo. Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya
gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan
karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah
maka muncul gejala alkalosis.8,9
Pengaruh Lingkungan Pada Sistem Pernapasan
Ada beberapa factor dari lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya sistem
pernapasan manusia. Salah satunya adalah perubahan temperature mempengaruhi tingkat
saturasi (pengikatan O2oleh Hb) hemoglobin. Jika temperature naik maka saturasi Hb turun
sehingga oksigen banyak dilapas. Sebaliknya, jika temperature turun, Hb akan mengikat
oksigen lebih kuat sehingga oksigen akan sulit dilepas ke jaringan.
Temperatur ini mempengaruhi sistem pernapasan secara signifikan pada jaringan
aktif yang panasnya terus ditingkatkan. Contoh, otot skelet aktif meningkatkan panas, dan
panas ini menghangatkan darah yang mengalir melalui organ. Karena darah menjadi hangat,
molekul Hb melepaskan lebih banyak oksigen.
Selain itu, keadaan emosi juga bisa mempengaruhi sistem pernapasan. Orang-orang
yang gelisah, depresi, ketakutan, rendah diri cendertung untuk sering menahan nafas. Atau
justru menarik nafas terlalu sering dan dangkal sehingga terengah-engah. Dalam waktu yang
lama, kebiasaan ini berpengaruh terhadap produksi kelenjar adrenal dan hormon, yang
berkaitan langsung dengan sistem pertahanan tubuh. Kurang pendidikan bisa juga
menyebabkan sesak nafas. Pengetahuan akan cara bernafas yang baik dan benar akan
bermanfaat dalam jangka panjang baik terhadap fisik maupun emosi seseorang.
13
14
kembung dan begah sehingga diafragma (otot pemisah antara rongga dada dan perut)
terdesak ke arah rongga dada. Untuk mengatasi sesak napas pada GERD, diperlukan obat
untuk menurunkan asam lambung.
Pada kelainan ginjal, sesak napas terjadi karena adanya gangguan keseimbangan
asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam (asidosis). Penggunaan obat-obatan
diperlukan dan dilanjutkan dengan mengurangi cairannya. Kadang pasien diharuskan pula
untuk melakukan cuci darah. Pada diabetes, sesak napas terjadi karena komplikasi asidosis
diabetes. Darah menjadi asam sehingga tubuh mengkompensasi dengan cara napas yang
dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam di dalam darah. Pernapasan seperti ini disebut
pernapasan kussmaul.1,5,6
Pembahasan
Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien)
berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak
napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan
gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awal dan segera diatasi.
Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya,
yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan psikis
yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan
organ pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit
karena gangguan metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme
lainnya seperti diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas.
Gangguan yang berhubungan dengan faktor emosi, terjadi melalui mekanisme
hiperventilasi. Dalam penelitian ditemukan bahwa pengaruh emosi seperti depresi,
kecemasan dan kelelahan emosional dapat menimbulkan sensasi sesak napas melalui
mekanisme hiperventilasi. Kedua mekanisme tersebut yang sama-sama dapat dipakai oleh
15
faktor psikis dalam menampilkan sensasi sesak napas, mungkin dapat dipergunakan sebagai
suatu bukti bahwa faktor emosi khusus berperan atau tidak. Kesukaran bernapas yang timbul,
semata-mata hanyalah merupakan reaksi somatik yang bersifat individu terhadap pengaruh
emosi tadi.
Perubahan temperature mempengaruhi pengikatan O2 oleh hemoglobin. Jika
temperature naik maka saturasi Hb turun sehingga oksigen banyak dilepas. Sebaliknya, jika
temperature turun, Hb akan mengikat oksigen lebih kuat sehingga oksigen akan sulit dilepas
ke jaringan. Inilah yang menyebabkan pergantian musim yang menyebabkan perubahan
temperature dapat menimbulkan keluhan sesak nafas.
Kesimpulan
Setelah melakukan tinjauan pustaka maka diketahui bahwa sistem pernapasan
merupakan suatu sistem yang kompleks yang didukung struktur sistem pernapasan baik yang
terlihat secara makroskopis seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan alveolus namun
juga yang terlihat secara mikroskopis seperti sel-sel epitel pembangun organ-organ tersebut.
Selain itu juga diketahui bahwa sistem pernapasan didukung oleh mekanisme
pernapasan yang terdiri atas inspirasi dan ekspirasi yang masing-masing berfungsi untuk
mengangkut oksigen dan karbondioksida ke dalam tubuh. Pengangkutan ini pun didukung
oleh mekanisme biokimiawi yang dibantu oleh komponen dalam darah terutama hemoglobin
dan plasma darah.
Sistem pernapasan pun dapat mengalami gangguan baik secara internal maupun
eksternal. Gangguan pernapasan internal disebabkan adanya kerusakan pada organ
pernapasan itu sendiri, sedangkan gangguan pernapasan eksternal disebabkan factor luar
seperti perubahan temperature dan keadaan emosi.
Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan. Berdasarkan hipotesis yag telah
dibuat yaitu bahwa Sesak napas disebabkan gangguan pada struktur dan mekanisme
pernapasan serta pengaruh lingkungan dapat diterima. Agar lebih lengkap maka diperbaiki
menjadi Sesak napas disebabkan gangguan pada struktur dan mekanisme pernapasan serta
pengaruh factor eksternal terhadap sistem pernapasan.
16
Daftar Pustaka
1. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.h.1-133.
2. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: FKUI; 2007.h.1-101.
3. Gartner LP, Hiatt JL. Color atlas of histology. China: Lippincot Williams & Wilkins; 2009.p.
247-264.
4. Tambayong J, Suryadinata N, Ulaan RA. Praktikum histologi. Jakarta: EGC; 2006.h.103-107.
5. Jenkins GW, Kemnitz CP, Tortora GJ. Anatomy and physiology. Asia: John & Wilsons Inc;
2010.p.732-775.
6. Tortora GJ, Derrickson B. Essentials of anatomy and physiology. Asia: John & Wilsons Inc;
2010.p.459-485.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2001.
8. Pelley JW. Elseviers integrated biochemistry. China: Elsevier Inc; 2007.p.97-106.
9. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makassar.
Transpor oksigen. 2005. Diunduh dari http://74.125.153.132/search?
q=cache:txc8eB8oNaIJ:med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol.26No.2ok/TP
%25202-5%2520Transpor%2520Oksigen%2520(Bahrul%2520Fikri,
%2520Idham)ok.pdf+tekanan+parsial+paru&cd=12&hl=id&ct=clnk&gl=id. 20 Mei 2011.
17