Anda di halaman 1dari 18

Sesak Nafas Sebagai Gangguan Struktur dan Mekanisme

Sistem Pernapasan

Oleh:
Theatania Trisna Yonathan
102010034
A7

Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta


Mei, 2011

Sesak Nafas Sebagai Gangguan Struktur dan Mekanisme


Sistem Pernapasan

Theatania Trisna Yonathan*


Email: theenglish23@gmail.com

Pendahuluan
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bernafas. Sistem pernapasan atau sistem
respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Sistem pernapasan
umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di
mana terjadi pertukaran gas. Dalam kegiatan bernafas pada manusia, terjadi pertukaran gas
oksigen (O2) dengan gas karbondioksida (CO2) yang terjadi dalam paru-paru, tepatnya pada
alveolus. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya.
Struktur maupun fungsi sistem pernafasan manusia dapat mengalami gangguan atau
serangan penyakit. Kelainan Dan Penyakit Pada Sistem Pernapasan Alat-alat pernapasan
merupakan organ tubuh yang sangat penting. Jika alat ini terganggu karena penyakit atau
kelainan

maka

proses

pernapasan

akan

terganggu,

bahkan

dapat

menyebabkan

kematian.Banyak sekali macam gangguan pada pernafasan. Gangguan dapat berkaitan


dengan sistem kardiovaskuler, sistem saraf ataupun sistem respirasi itu sendiri. Salah satu
gangguan pernafasan yang sering ditemukan adalah sesak nafas.1
Sesak nafas merupakan salah satu gejala paling umum pada gangguan sistem
pernapasan. Dalam scenario kali ini akan dibahas mengenai sesak nafas dengan nafas
berbunyi sebagai salah satu gejala yang juga menyertainya. Skenario menyebutkan bahwa
wanita berumur 50 tahun yang mengalami sesak tersebut merasakan sakitnya terutama saat
pergantian musim serta dalam keadaan kelelahan dan keadaan emosional. Sesak ini dirasakan
sejak 2 hari yang lalu yang mengindikasikan sesak napas ini adalah akut.

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


1

Setelah membahas scenario, maka telah ditentukan sebuah hipotesis. Hipotesis


tersebut adalah Sesak napas disebabkan gangguan pada struktur dan mekanisme pernapasan
serta pengaruh lingkungan. Hipotesis ini akan dibuktikan kebenarannya berdasarkan
tinjauan pustaka yang akan dilakukan dan dibahas pada makalah ini.
Struktur Makroskopis Sistem Pernapasan
Secara garis besar sistem respirasi pada manusia dimulai dari hidung atau mulut yang
menarik udara dari lingkungan sekitar. Lalu, dari sana udara dilanjutkan ke dalam faring lalu
laring yang bermuara pada dua saluran yaitu esofagus yang berguna untuk sistem pencernaan
dan trakea untuk sistem pernafasan. Kedua saluran ini dipisahkan oleh epiglotis yang terbuat
dari tulang rawan.
Dari trakea, udara dilanjutkan lagi menuju bronkus lalu bronkiolus yang akan
dilanjutkan oleh bronkiolus terminalis. Dari bagian hidung hingga bronkiolus terminalis ini
disebut ruang rugi anatomi karena jaraknya yang panjang dan fungsinya yang hanya sebagai
saluran udara yang terus terbuka. Dari bronkiolus terminalis udara akan diteruskan menuju
bronkiolus repiratorius.
Di bronkiolus respiratorius ini sudah dapat terjadi pertukaran gas dalam alveoli paru.
Lebih dalam dari bronkiolus respiratorius terdapat duktus alveoli yang akan menjadi pintu
atau saluran menuju sakus alveoli yang menghubungkan beberapa alveoli. Dari sakus inilah
ada bagian-bagian kecil yang disebut alveolus dimana pada alveolus inilah terjadi pertukaran
gas yang disebabkan oleh perbedaan tekanan parsial.
Struktur sistem respirasi dapat dibahas sebagai sesbuah sistem dengan lebih mendetail
dimulai dari organ hidung. Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami
penghangatan, penyaringan dan pelembaban. Rongga di dalamnya terdapat vestibulum nasi,
konka nasalis superior, media dan inferior. Hidung tersusun atas tulang rawan hialin.
Bersama dengan hidung terdapat organ lain yang secara umum tidak berfungsi
langsung pada sistem pernapasan, namun hanya untuk meringanan tulang tengkorak dan
menambah resonansi suara. Terdapat empat organ yang disebut sinus paranasalis ini yaitu
sinus frontalis, sinus ethoidalis, sinus sphenoidalis dan sinus maxillaris.

Dari hidung kemudian dilanjutkan ke faring dan laring. Faring adalah sebuah pipa
musculamembranosa yang panjangnya sekitar 12-14cm membentang dari basis cranii hingga
setinggi vertebra cervical keenam. Faring terbagi menjadi 3 yaitu nasofaring, orofaring dan
laringofaring.
Nasofaring

merupakan

bagian

dimana

terdapat

tuba

eustachius

yang

menghubungakan telinga dan hidung serta terdapat tonsila pharyngeal. Orofaring merupakan
titik temu antara mulut dan hidung serta terdapat tonsila palatina. Nasofaring dan orofaring
berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang dibatasi oleh tepi palatum mole dan
pembentukan lipatan Passavant. Laringofaring membentang dari epiglottis hingga corpus
vertebra cervical ketiga. Laringofaring dilanjutkan sebagai esophagus.
Selain itu pada faring juga terdapat dua spatium peripharyngeale yang terdiri atas dua
bagian yaitu spatium parapharyngeale dan spatium retropharyngeale.
Trakea merupakan pipa silider dengan panjang 11 cm, berbentuk cincin tulang
rawan seperti huruf C dan apabila dilihat dengan mikroskop, akan terlihat seperti huruf C
juga. Trakea atau tenggorok membentang mulai setinggi vertebra cervical keenam hingga tepi
atas vertebra thoracal kelima. Bagian belakang dihubungkan oleh membrana fibroelastis
yang menempel pada dinding depan oesophagus.
Bronkus merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini
disebut karina. Brokhus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea. Bronkus
kanan bercabang menjadi lobus superior, medius, inferior. Bronkus kiri terdiri dari lobus
superior dan inferior. Pada bagian bronkus yang kanan lebih lebar, pendek dan vertikal
dibandingkan dengan yang kiri. Panjangnya sekitar 2,5 cm. Untuk yang sebelah kanan,
sebelum memasuki bagian hilus, bronkus principalis ini telah mempercabangkan bronkus
lobaris superior. Bagian kirinya berbentuk lebih sempit, panjang dan horizontal panjangnya
mencapai 5 cm.
Bronkus dilanjutkan oleh bronkiolus terminalis yang merupakan bagian terakhir dari
saluran udara pernafasan yang fungsinya hanya sebagai saluran. Setelah bronkiolus terminalis
dilanjutkan oleh bronkiolus respiratorius dimana disini sudah mulai terdapat alveol yang
berfungsi sebagai tempat pertukaran udara menuju ke kapiler darah pulmonal yang akan
dilanjutkan menuju jaringan. Setelah bronkiolus maka udara akan diteruskan ke alveolus di
dalam pulmo.2
3

Anatomi sistem pernapasan kemudian dilanjutkan dengan struktur pelengkap sistem


pernapasan. Struktur ini merupakan struktur penunjang yang diperlukan untuk bekerjanya
sistem pernapasan itu sendiri. Struktur pelengkap sistem pernapasan terdiri atas iga dan otot,
otot abdomen dan otot-otot lain, diafragma serta pleura.
Rongga toraks (Cavum Thoracis) terdiri atas otot-otot mm. interkostalis, mm.
pektoralis, m. subklavius, mm. serratus anterior/posterior, m. sternalis, m. abdominal oblikus
eksternus, m. rektus abdominis dan m. toraksis transversus. Sedangkan tulang pembentuk
rongga dada terdiri atas os. costae dan vertebrae thoracalis disertai sternum, klavikula dan
skapula.
Struktur pelengkap sistem pernapasan lainnya adalah otot pernapasan yang berfungsi
sebagai otot inspirasi dan otot ekspirasi. Otot inspirasi terdiri atas m. interkostalis eksterna,
m. interkartilaginus parasternal dan otot diafragma. Sedangkan otot ekspirasi terdiri atas m.
interkostalis interna, m. interkartilaginus parasternal, m. rektus abdominus dan m. oblikus
abdominis eksternus. Muskulus-muskulus inilah yang bekerja pada active breathing yang
dilakukan ketika ada serangan asma. Pada keadaan normal, dilakukan quiet breathing yang
tidak diperlukan kegiatan otot.1
Struktur Mikroskopis Sistem Pernapasan
Struktur mikroskopis atau histologi sistem pernapasan dibutuhkan untuk mengetahui
sel-sel apa saja yang bekerja dalam mekanisme pernapasan itu sendiri. Hidung merupakan
organ yang berongga dengan dinding yang tersusun oleh jaringan tulang, cartilage, otot dan
jaringan pengikat. Pada kulit yang menutupi bagian luar hidung diketemukan Glandula
sebacea dan rambut-rambut halus.
Kulit ini melanjutkan diri melalui nares untuk melapisi vestibulum nasi. Di daerah
vestibulum nasi ini banyak rambut yang bersifat kaku yang berfungsi untuk menghalangi
debu dan kotoran yang ikut dihirup. Pada sisa cavum nasi yang lain dilapisi oleh epitel
silindris semu berlapis bersilia dengan banyak kelenjar mucosa (sel piala).
Di indera pembau terdapat epitel khusus , yang pada bagian bawahnya terdapat
membrane basalis yang memisahkan epitel dengan jaringan pengikat yang banyak

mengandung kelenjar serosa-mukosa. Di bawah epitel yang menutupi concha nasalis inferior
banyak plexus fenosus yang berguna untuk memanasi udara yang lewat.
basah dan bersih.
Faring yang terdiri atas nasofaring, orofaring dan laringo faring masing-masing
tersusun atas sel epitel yang berbeda. Nasofaring tersusun atas sel-sel epitel bertingkat torak
bersilia bersel goblet. Orofaring tersusun atas sel epitel berlapis gepeng. Laringofaring yang
tersusun atas tulang rawan memiliki epitel yang bervariasi sebagian besar tersusun atas sel
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Larynx berbentuk sebagai pipa yang irregular dengan dinding yang terdiri atas
cartilage hyaline, cartilage elastis, jaringan pengikat dan otot bercorak. Larynx
menghubungkan antara pharynx dengan trachea. Fungsinya adaalah menyokong, mencegah
makanan/minuman untuk masuk ke dalam trachea.
Epiglottis merupakan cartilage elastis yang berbentuk seperti sendok pipih.
Permukaan depan, bagian atas permukaan belakang epiglotia (plica aryepiglotica) dan plica
vokalis dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Plica vokalis merupakan lipatan membrane
mukosa yang didalamnya mengandung ligamentum vokalis yang merupakan pengikat elastis.
Epitel yang menutupi merupakan epitel gepeng berlapis.
Trachea yang merupakan organ selanjutnya dilapisi epitel yang melapisi sebelah
dalam ialah epitel silindris semu berlapis bercilia tersebar sel-sel piala. Dibawah membrane
basalis terdapat lamina propria yang banyak mengandung serabut elastis. Di lapisan dalam
lamina propria serabut elastis membentuk anyaman padat sebagai suatu lamina elastica, maka
jaringan pengikat dibawahnya kadang-kadang disebut tunica submukosa.
Yang merupakan ciri khas dari trachea adalah adanya kerangka cincin-cincin cartilago
hyaline yang berbentuk huruf C sebanyak 16-20 buah yang berderet mengelilingi lumen
dengan bagian yang terbuka di bagian belakang( pars cartilaginea). Bagian belakan tidak
memiliki cincin cartilage (pars membranacea) diisi oleh serabut-serabut otot polos
Trachea bercabang menjadi 2 bronchus dimana lamina proprianya terdiri dari jaringan
pengikat yang banyak mengandung serabut elastis dan serabut kolagen dan retikuler serta
beberapa limfosit. Di bawah membrane mocosa terdapat stratum musculare yang tidak
merupakan lapisan tertutup.

Di dalam anyaman muskuloelastis ini terdapat banyak jalinan pembuluh darah kecil.
Perbedaan struktur antara trachea dengan bronchus adalah susunan serabut otot pada trachea
hanya dibagian dorsal sedangkan pada bronchus terdapat disekeliling dinding. Kontraksi
lapisan otot ini akan menimbulkan lipatan memanjang pada membrane mukosa. Suatu lapisan
anyaman elastis yang membatasi membrane mukosa seperti pada trachea tidak ada, tetapi
terdapat serabut-serabut elastis yang berjalan sejajar sepanjang bronchus dengan
percabangannya.
Dengan bercabangnya bronchus, maka kapilernya akan semakin mengecil, yang
menyebabkan gambaran stukturnya akan semakin berbeda karena lempeng-lempeng cartilage
yang makin berkurang. Cabang bronchus yang memasuki lobulus pada puncaknya disebut
bronchiolus terminalis. Biasanya dinding brochiolus berdiameter lebih kecil dari 1mm
dengan epitel silindris selapis bercilia dan tanpa cartilago.
Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam
cavum thoracis. Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan yang
saling berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis.3
Bronchiolus respiratorius yang merupakan
lanjutan bronchioles terminalis emiliki diameter
sekitar 0.5mm. Saluran ini mula-mula dibatasi oleh
epitel silindris selapis bercilia tanpa sel piala,
kemudian epitelnya berganti dengan epitel kuboid
selapis tanpa cilia. Di bawah sel epitel terdapat
jaringan ikat kolagen yang berisi anyaman sel-sel
otot polos dan serabut elastis. Dalam dindingnya
sudah tidak terdapat lagi cartilago.
Gambar 1. Pulmo.

Pada dinding bronchiolus respiratorius tidak ditemukan kelenjar. Disana-sini terdapat


penonjolan dinding sebagai alveolus dengan sebagian epitelnya melanjutkan diri. Karena

adanya alveoli pada dinding bronchiolus inilah maka saluran tersebut dinamakan bronchiolus
respiratorius. Bronchiolus respiratorius bercabang menjadi 2-11 saluran yang disebut ductus
alveolaris. Saluran ini dikelilingi oleh alveoli sekitarnya.
Saluran ini tampak seperti pipa kecil yang panjang dan bercabang-cabang dengan
dinding yang terputus-putus karena penonjolan sepanjang dindingnya sebagai saccus
alveolaris. Dinding ductus alveolaris diperkuat dengan adanya serabut kolagen elastis dan
otot polos sehingga merupakan penebalan muara saccus alveolaris.
Alveolus merupakan gelembung berbentuk polyhedral yang berdinding tipis. Kadang
ditemukan lubang yang disebut porus alveolaris dan terdapat sinus pemisah(septa) antara 2
alveoli. Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun dapat diduga untuk mengalirkan udara
apabila terjadi sumbatan pada salah satu bronchus. Pelapis alveolaris adalah epitel alveolus
dengan endotil kapiler darah dipisahkan oleh lamina basalis.
Pada dinding alveolus dibedakan atas 2 macam sel yaitu sel epitel gepeng yang
disebut squamous pulmonary epitheal atau sel alveolar kecil atau pneumosit tipe I dan sel
kuboid yang disebut sel septal atau alveolar besar atau pneumosit tipe II. Sel alveolar kecil
membatasi alveolus secara kontinyu, kadang diselingi oleh alveolus yang besar. Inti sel
alveolus kecil ini gepeng. Bentuk dan ketebalan sel alveolar kecil tergantung dari derajat
perkemangan alveolus dan tegangan sekat antara alveoli. Sel alveolar besar ialah sel yang
tampak sebagai dinding alveolus pada pengamatan dengan mikroskop cahaya. Sel ini terletak
lebar ke dalam daripada pneumosit type I. Kompleks golginya sangat besar disertai granular
endoplasma reticulum dengan ribosom bebas.
Kadang-kadang tampak bangunan ini terdapat dipermukaan sel seperti gambaran
sekresi sel kelenjar. Diduga benda-benda ini merupakan cadangan zat yang berguna untuk
menurunkan tegangan permukaan dan mempertahankan bentuk dan besar alveolus. Secret
tersebut dinamakan surfaktan.
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertipe elastis.
Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti
percabangan bronchus sejauh bronchioli respiratorius. Dari sini arteri tersebut memberi
percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling
alveolus. Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta
mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding
bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura.3
7

Mekanisme Fisiologis Sistem Pernapasan


Proses fisiologis respirasi di mana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringanjaringan, dan karbon dioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga
stadium yaitu stadium ventilasi, transportasi dan respirasi interna. Stadium ventilasi yaitu
masuknya campuran gas-gas ke dalam dan ke luar pulmo. Sedangkan stadium transportasi,
yang terdiri dari beberapa aspek difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler pulmo (respirasi
eksterna) dan antara darah sistemik dan selsel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi
pulmoner dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus, reaksi kimia
dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah. Respirasi sel atau respirasi interna
merupakan stadium akhir dari respirasi. Selama respirasi ini metabolit dioksidasi untuk
mendapatkan energi, dan karbon dioksida terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel
dan dikeluarkan oleh pulmo.
Proses ventilasi merupakan proses dimana udara bergerak masuk dan keluar dari
pulmo karena selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik
otot-otot. Dinding thorax berfungsi sebagai hembusan. Selama inspirasi, volume thorax
bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot.
M. sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan m. serratus, m. scalenus, serta m.
intercostalis externus berperan mengangkat iga. Thorax membesar dalam tiga arah
anteroposterior, lateral, dan vertikal.
Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura, dari sekitar -4
mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) menjadi sekitar -8 mmHg bila pulmo mengembang
pada waktu inspirasi. Pada saat yang sama tekanan intrapulmonal atau tekanan saluran udara
menurun sampai sekitar -2 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) dari 0 mm Hg pada
waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer menyebabkan udara
mengalir ke dalam pulmo sampai tekanan saluran udara pada akhir inspirasi sama lagi dengan
tekanan atmosfer (760 mmHg).5,6
Volume udara respirasi adalah sekitar 6 L yaitu 500 mL dikalikan sekitar 12 frekuensi
napas per menit. Ventilasi alveolar adalah udara yang masuk ke dalam alveoli per menit
(tidak termasuk ruang mati anatomi) yaitu jumlah frekuensi napas per menit dikalikan
volume total per menit yang sudah dikurangi volume ruang mati fisiologi.

Selama pernapasan tenang atau quite breathing, ekspirasi merupakan gerakan pasif
akibat elastisitas dinding dada dan pulmo. Pada waktu m. intercostalis externus relaksasi,
dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga thorax,
menyebabkan volume thorax berkurang, m. interkostalis internus dapat menekan iga ke
bawah dan ke dalam dengan kuat pada waktu ekspirasi kuat dan aktif, batuk, muntah, atau
defekasi. Selain itu otot-otot abdomen mungkin berkontraksi sehingga tekanan intra
abdominal membesar dan menekan diafragma ke atas.
Status Saluran
Pernapasan
Bronkokonstriksi

Efek Pada Resistensi


Jari-jari menurun

Faktor yang Menimbulkan


Spasme

Efek
saluran napas yang

Resistensi terhadap aliran diinduksi oleh respons alergi


Bronkodilatasi

udara meningkat
Jari-jari meningkat

Sumbatan Saluran napas


Tidak ada

Resistensi terhadap aliran


udara menurun
Tabel 1. Faktor yang Mempengaruhi Resistensi saluran Pernapasan.7
Pengurangan volume thorax ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan
intrapulmonal. Tekanan intrapulmonal sekarang meningkat sampai sekitar I sampai 2 mmHg
di atas tekanan atmosfer. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfer sekarang terbalik
sehingga udara mengalir ke luar dari pulmo sampai tekanan saluran udara dan tekanan
atmosfer sama kembali pada akhir ekspirasi.7
Proses difusi gas-gas melintasi membran antara alveolus-kapiler yang tipis (tebalnya
kurang dari 0.5 um). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan
parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfer pada permukaan
laut besarnya sekitar 149 mmHg (21 persen dari 760 mmHg). Pada waktu oksigen diinspirasi
dan sampai pada alveolus maka tekanan parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103
mm Hg. Penurunan tekanan parsial ini diperkirakan atas dasar fakta bahwa udara inspirasi
tercampur dengan udara dalam ruang rugi anatomis saluran udara, dan dengan uap air.

9
Ruang rugi anatomis ini dalam keadaan normal mempunyai volume sekitar 1 ml udara
per pound berat badan (150 ml/150 lb pria). Hanya udara bersih yang sampai ke alveolus

yang merupakan ventilasi efektif. Tekanan parsial oksigen dalam darah vena campuran (PV
O2) dalam kapiler pulmo besarnya sekitar 40 mm Hg. Karena tekanan parsial oksigen dalam
kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (Pal O2 = 103 mm Hg), maka oksigen
dapat dengan mudah berdifusi ke dalam aliran darah.
Selisih tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mmHg)
menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam alveolus. Karbon dioksida ini kemudian
dikeluarkan ke atmosfer, di mana konsentrasinya pada hakekatnya nol. Selisih CO2 antara
darah dan alveolus memang kecil sekali tapi cukup karena dapat berdifusi kira-kira 20 kali
lebih cepat dibandingkan dengan oksigen, melintasi membran alveolus-kapiler karena daya
larutnya yang lebih besar.7
Pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler pulmo membutuhkan
distribusi udara dalam pulmo dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler. Dengan kata lain,
ventilasi dan perfusi dari unit pulmoner harus sesuai. Pada orang normal dengan posisi tegak
dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali pada apex pulmo.
Sirkulasi pulmoner yang bertekanan dan resistensi rendah mengakibatkan aliran darah di
basis pulmo lebih besar daripada di bagian apex pulmo, disebabkan pengaruh gravitasi.
Tetapi ventilasinya cukup merata.
Nilai rata-rata rasio antara ventilasi terhadap perfusi (V/Q) adalah 0,13. Angka ini
didapatkan dari rasio rata-rata laju ventilasi alveolar normal (4 liter/menit) dibagi dengan
curah jantung normal (5 liter/menit). keadaan normal dari ventilasi dan perfusi pulmo yang
seimbang mendekati nilai 0,8. Kebanyakan penyakit respirasi mengalami ketidakseimbangan
antara proses ventilasi-perfusi. Akibatnya ventiIasi terbuang sia-sia (V/Q = tak terhingga).
Unit respirasi abnormal yang ke dua merupakan shunt unit, di mana tak ada ventilasi, tetapi
perfusi normal, sehingga perfusi terbuang sia-sia (V/Q = 0).
Unit yang terakhir merupakan unit diam, di mana tidak ada ventilasi dan perfusi.
Tentu saja terdapat variasi-variasi di antara ke tiga kasus ekstrim tersebut, tergantung dari
keseimbangan secara menyeluruh antara ventilasi dan perfusi pulmo. Penyakit pulmo dan
gangguan fungsional respirasi dapat diklasifikasikan secara fisiologis sesuai dengan jenis
penyakit yang dialami, apakah menimbulkan shunt yang besar (V/Q = 0,8).5-7

10
Pusat pengontrolan respirasi berada di medulla oblongata dan pons medulla. Pusat
kontrol pernapasan yang terlatak di batang otak bertanggung jawab untuk menghasilkan pola

bernapas yang berirama. Pusat control pernapasan primer yaitu pusat pernapasan medula
terdidi dari beberapa agregat dbadan sel saraf di dalam medulla yang menghasilkan keluaran
ke oto pernapasan.
Selain itu terdapat dua pusat pernapasan lain yang lebih tinggi pada batang otak di
pons yaitu pusat apnustik dan pusat pneumotaksik. Pusat pneumotaksik mengirim impuls
yang membantu mematikan neuron inspirasi sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya
pusat apnustik mencegah neuron inspirasi untuk berhenti bekerja sehingga menambah
dorongan inspirasi.7
Mekanisme Biokimiawi Sistem Pernapasan
Mekanisme biokimiawi sistem pernapasan diawali dengan adanya transport oksigen
dalam darah. Oksigen dapat ditranspor dari pulmo ke jaringan melalui dua jalan yaitu secara
fisik larut dalam plasma dan secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai
oksihemoglobin (HbO2),ikatan kimia oksigen dan hemoglobin ini bersifat reversibel. Jumlah
sesungguhnya yang diangkut dalam bentuk ini mempunyai hubungan nonlinear dengan PA
O2 (tekanan parsial oksigen dalam darah arteri), yang ditentukan oleh jumlah oksigen yang
secara fisik larut dalam plasma darah.
Sebaliknya, jumlah oksigen yang secara fisik larut dalam plasma mempunyai
hubungan langsung dengan tekanan parsial oksigen dalam alveolus (Pal O2). Dan tergantung
dari daya larut oksigen dalam plasma. Jumlah oksigen yang dalam keadaan normal larut
secara fisik sangat kecil karena daya larut oksigen dalam plasma yang rendah. Hanya sekitar
1% dari jumlah oksigen total ang ditranspor ke jaringan-jaringan ditranspor dengan cara ini.
Cara transpor seperti ini tidak mempertahankan hidup walaupun dalam keadaan
istirahat sekalipun. Sebagian besar oksigen diangkut oleh hemoglobin yang terdapat dalam
sel darah merah. Dalam keadaan tertentu (misalnya : keracunan karbon monoksida atau
hemolisis masif di mana terjadi insufisiensi hemoglobin maka oksigen yang cukup untuk
mempertahankan hidup dapat ditranspor dalam bentuk larutan fisik dengan memberikan
oksigen dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir (ruang oksigen hiperbarik).

11
Satu gram hemoglobin dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen. Karena konsentrasi
hemoglobin rata-rata dalam darah pada pria dewasa besarnya sekitair 15gr/100 ml, maka 100

ml darah dapat mengangkut (15 x 1,34 = 20,1) 20,1 ml oksigen kalau darah jenuh sekali (Sa
O2 = 100%). Tetapi darah yang sudah teroksigenisasi dan meninggalkan kapiler pulmo
mendapatkan sedikit tambahan darah vena yang merupakan darah campuran, dari sirkulasi
bronchial. Proses pengenceran ini yang menjadi penyebab sehingga darah yang
meninggalkan pulmo hanya jenuh 97%, dan 19,5% volume diangkut ke jaringan.
Pada tingkat jaringan, oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke
dalam plasma. Dari plasma, oksigen masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan jaringan-jaringan yang bersangkutan. Meskipun sekitar 75% dari hemoglobin
masih berikatan dengan oksigen pada waktu hemoglobin kembali ke pulmo dalam bentuk
darah vena campuran. Jadi sesungguhnya hanya sekitar 25% oksigen dalam darah arteri yang
digunakan untuk keperluan jaringan.
Hemoglobin yang melepaskan oksigen pada tingkat jaringan disebut hemoglobin
tereduksi (Hb). Hemoglobin tereduksi berwarna ungu dan menyebabkan warna kebiruan pada
darah vena, seperti yang kita lihat pada vena superfisial, misalnya pada tangan. Sedangkan
oksihemoglobin (hemoglobin yang berikatan dengan oksigen) berwarna merah terang dan
menyebabkan warna kemerahhan pada darah arteri.8,9

Gambar 2. Pertukaran Oksigen dan Karbondioksida pada Alveolus.9


Transport CO2 dari jaringan kepulmo melalui tiga cara berikut yaitu secara fisik larut
dalam plasma (10 %), dengan berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah merah

12

(20%) dan dengan ditransport sebagai bikarbonat plasma (70%).Karbon dioksida berikatan
dengan air dengan reaksi CO2 + H2O = H2CO3 = H+ + HCO3-. Reaksi ini reversibel dan
dikenal dengan nama persamaan dapa asam bikarbonat-asam karbonik.
Hiperventilasi adalah ventilasi alveolus dalam keadaan kebutuhan metabolisme
berlebihan alkalosis sebagai akibat eksresi CO2 berlebihan ke pulmo. Hipoventilasi adalah
ventilasi alveoli yang tak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme, sebagai akibat dari retensi
CO2 oleh pulmo. Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya
gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan
karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah
maka muncul gejala alkalosis.8,9
Pengaruh Lingkungan Pada Sistem Pernapasan
Ada beberapa factor dari lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya sistem
pernapasan manusia. Salah satunya adalah perubahan temperature mempengaruhi tingkat
saturasi (pengikatan O2oleh Hb) hemoglobin. Jika temperature naik maka saturasi Hb turun
sehingga oksigen banyak dilapas. Sebaliknya, jika temperature turun, Hb akan mengikat
oksigen lebih kuat sehingga oksigen akan sulit dilepas ke jaringan.
Temperatur ini mempengaruhi sistem pernapasan secara signifikan pada jaringan
aktif yang panasnya terus ditingkatkan. Contoh, otot skelet aktif meningkatkan panas, dan
panas ini menghangatkan darah yang mengalir melalui organ. Karena darah menjadi hangat,
molekul Hb melepaskan lebih banyak oksigen.
Selain itu, keadaan emosi juga bisa mempengaruhi sistem pernapasan. Orang-orang
yang gelisah, depresi, ketakutan, rendah diri cendertung untuk sering menahan nafas. Atau
justru menarik nafas terlalu sering dan dangkal sehingga terengah-engah. Dalam waktu yang
lama, kebiasaan ini berpengaruh terhadap produksi kelenjar adrenal dan hormon, yang
berkaitan langsung dengan sistem pertahanan tubuh. Kurang pendidikan bisa juga
menyebabkan sesak nafas. Pengetahuan akan cara bernafas yang baik dan benar akan
bermanfaat dalam jangka panjang baik terhadap fisik maupun emosi seseorang.

13

Keadaan emosi tertentu; menangis terisak-isak, tertawa terbahak-bahak, mengeluh


dengan menarik napas panjang dan merintih atau mengerang karena sesuatu penyakit. Semua
ini dapat mempengaruhi irama pernapasan. Perubahan emosi yang sering menimbulkan
keluhan pernapasan ialah rasa takut, kagum atau berteriak yang disertai rasa gembira.
Gangguan yang disebabkan oleh faktor psikis seperti emosi, sering timbul pada waktu
istirahat, sedangkan yang mempunyai latar belakang penyakit paru obstruktif menahun
sering dijumpai pada waktu penderita melakukan aktifitas.1,7
Sesak Napas
Sesak napas pada asma muncul saat saluran pernapasan (bronkus) mengalami
peradangan dan menyempit. Gejalanya berupa sesak napas yang disertai bunyi napas
tambahan yang tidak normal seperti suara bersiul yang kasar, biasa disebut mengi
(wheezing). Gejala lainnya adalah batuk dan nyeri dada. Orang yang mempunyai riwayat
asma dalam keluarga memiliki rasiko tinggi untuk menderita penyakit ini. Selain itu pada
bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan orang yang sering terpapar asap rokok,
zat kimia dan polusi udar pun juga beresiko tinggi terkena asma.
Kelainan jantung yang disertai keluhan sesak napas biasanya terjadi pada gagal
jantung. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi pompa jantung dalam mengisi dan
memompa darah dari paru, akibatnya terjadi penumpukan darah di paru (edema paru) dan
menyebabkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru. Maka fungsi paru pun
terganggu dan terjadilah sesak napas. Keluhan sesak napas ini muncul saat beraktivitas,
misalnya naik tangga, yang akan membaik setelah beristirahat. Jika tidak segera diatasi,
keluhan tersebut dapat terus berlanjut walau pada saat istirahat, yaitu ketika pasien tidur
terlentang. Oleh karena itu pasien harus tidur dengan banyak bantal menyangga kepala
bahkan baru lega pada posisi setengah duduk. Keluhan lainnya yaitu kaki yang membengkak.
Pada gangguan saluran pencernaan bagian atas yaitu Gastro-Esophageal Reflux
Disease (GERD) dan dyspepsia, dapat terjadi keluhan sesak napas. Peningkatan asam
lambung yang kemudian naik dan masuk ke esophagus (kerongkongan), menimbulkan rasa
sakit dan nyeri terutama saat bernapas pada pasien penderita GERD. Sesak napas
pada dyspepsia timbul karena perut yang terisi penuh oleh gas dan angin menyebabkan rasa

14

kembung dan begah sehingga diafragma (otot pemisah antara rongga dada dan perut)
terdesak ke arah rongga dada. Untuk mengatasi sesak napas pada GERD, diperlukan obat
untuk menurunkan asam lambung.
Pada kelainan ginjal, sesak napas terjadi karena adanya gangguan keseimbangan
asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam (asidosis). Penggunaan obat-obatan
diperlukan dan dilanjutkan dengan mengurangi cairannya. Kadang pasien diharuskan pula
untuk melakukan cuci darah. Pada diabetes, sesak napas terjadi karena komplikasi asidosis
diabetes. Darah menjadi asam sehingga tubuh mengkompensasi dengan cara napas yang
dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam di dalam darah. Pernapasan seperti ini disebut
pernapasan kussmaul.1,5,6
Pembahasan
Sesak napas merupakan keluhan subyektif (keluhan yang dirasakan oleh pasien)
berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses pernapasan. Pada sesak
napas, frekuensi pernapasan meningkat di atas 24 kali per menit. Sesak napas merupakan
gejala dari suatu penyakit serius yang tidak boleh diremehkan karena dapat menyebabkan
kematian. Oleh karena itu harus dicari penyebab awal dan segera diatasi.
Sesak napas dapat digolongkan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan penyebabnya,
yaitu organik (adanya kelainan pada organ tubuh) dan non organik (berupa gangguan psikis
yang tidak disertai kelainan fisik). Sesak napas organik tidak hanya disebabkan oleh kelainan
organ pernapasan, tetapi penyakit pada organ seperti jantung dan ginjal pun dapat
menyebabkan terjadinya keluhan sesak napas. Selain karena kelainan organ, penyakit
karena gangguan metabolisme pada kelainan ginjal, jantung, paru, dan kelainan metabolisme
lainnya seperti diabetes, dapat pula menimbulkan sesak napas.
Gangguan yang berhubungan dengan faktor emosi, terjadi melalui mekanisme
hiperventilasi. Dalam penelitian ditemukan bahwa pengaruh emosi seperti depresi,
kecemasan dan kelelahan emosional dapat menimbulkan sensasi sesak napas melalui
mekanisme hiperventilasi. Kedua mekanisme tersebut yang sama-sama dapat dipakai oleh

15

faktor psikis dalam menampilkan sensasi sesak napas, mungkin dapat dipergunakan sebagai
suatu bukti bahwa faktor emosi khusus berperan atau tidak. Kesukaran bernapas yang timbul,
semata-mata hanyalah merupakan reaksi somatik yang bersifat individu terhadap pengaruh
emosi tadi.
Perubahan temperature mempengaruhi pengikatan O2 oleh hemoglobin. Jika
temperature naik maka saturasi Hb turun sehingga oksigen banyak dilepas. Sebaliknya, jika
temperature turun, Hb akan mengikat oksigen lebih kuat sehingga oksigen akan sulit dilepas
ke jaringan. Inilah yang menyebabkan pergantian musim yang menyebabkan perubahan
temperature dapat menimbulkan keluhan sesak nafas.
Kesimpulan
Setelah melakukan tinjauan pustaka maka diketahui bahwa sistem pernapasan
merupakan suatu sistem yang kompleks yang didukung struktur sistem pernapasan baik yang
terlihat secara makroskopis seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan alveolus namun
juga yang terlihat secara mikroskopis seperti sel-sel epitel pembangun organ-organ tersebut.
Selain itu juga diketahui bahwa sistem pernapasan didukung oleh mekanisme
pernapasan yang terdiri atas inspirasi dan ekspirasi yang masing-masing berfungsi untuk
mengangkut oksigen dan karbondioksida ke dalam tubuh. Pengangkutan ini pun didukung
oleh mekanisme biokimiawi yang dibantu oleh komponen dalam darah terutama hemoglobin
dan plasma darah.
Sistem pernapasan pun dapat mengalami gangguan baik secara internal maupun
eksternal. Gangguan pernapasan internal disebabkan adanya kerusakan pada organ
pernapasan itu sendiri, sedangkan gangguan pernapasan eksternal disebabkan factor luar
seperti perubahan temperature dan keadaan emosi.
Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan. Berdasarkan hipotesis yag telah
dibuat yaitu bahwa Sesak napas disebabkan gangguan pada struktur dan mekanisme
pernapasan serta pengaruh lingkungan dapat diterima. Agar lebih lengkap maka diperbaiki
menjadi Sesak napas disebabkan gangguan pada struktur dan mekanisme pernapasan serta
pengaruh factor eksternal terhadap sistem pernapasan.

16

Daftar Pustaka
1. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC; 2009.h.1-133.
2. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: FKUI; 2007.h.1-101.
3. Gartner LP, Hiatt JL. Color atlas of histology. China: Lippincot Williams & Wilkins; 2009.p.
247-264.
4. Tambayong J, Suryadinata N, Ulaan RA. Praktikum histologi. Jakarta: EGC; 2006.h.103-107.
5. Jenkins GW, Kemnitz CP, Tortora GJ. Anatomy and physiology. Asia: John & Wilsons Inc;
2010.p.732-775.
6. Tortora GJ, Derrickson B. Essentials of anatomy and physiology. Asia: John & Wilsons Inc;
2010.p.459-485.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2001.
8. Pelley JW. Elseviers integrated biochemistry. China: Elsevier Inc; 2007.p.97-106.
9. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makassar.
Transpor oksigen. 2005. Diunduh dari http://74.125.153.132/search?
q=cache:txc8eB8oNaIJ:med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol.26No.2ok/TP
%25202-5%2520Transpor%2520Oksigen%2520(Bahrul%2520Fikri,
%2520Idham)ok.pdf+tekanan+parsial+paru&cd=12&hl=id&ct=clnk&gl=id. 20 Mei 2011.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Questions DR - Jul
    Questions DR - Jul
    Dokumen6 halaman
    Questions DR - Jul
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Case Report Rsud Dayaku
    Case Report Rsud Dayaku
    Dokumen3 halaman
    Case Report Rsud Dayaku
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Case Thea
    Case Thea
    Dokumen16 halaman
    Case Thea
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Anastesi Spinal Lo
    Anastesi Spinal Lo
    Dokumen11 halaman
    Anastesi Spinal Lo
    RobbySyahputra
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Questions DR - Jul
    Questions DR - Jul
    Dokumen6 halaman
    Questions DR - Jul
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Ikm Thea
    Ikm Thea
    Dokumen14 halaman
    Ikm Thea
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Struktur Organisasi Kementrian Kesehatan
    Struktur Organisasi Kementrian Kesehatan
    Dokumen1 halaman
    Struktur Organisasi Kementrian Kesehatan
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Slide Cemas N Panik Kel 1
    Slide Cemas N Panik Kel 1
    Dokumen52 halaman
    Slide Cemas N Panik Kel 1
    asyiqinramdan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen1 halaman
    Cover Referat
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Identitas Pasien
    Identitas Pasien
    Dokumen19 halaman
    Identitas Pasien
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik Thea
    Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik Thea
    Dokumen36 halaman
    Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik Thea
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen1 halaman
    Dapus
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • EMBRIOTOMY
    EMBRIOTOMY
    Dokumen4 halaman
    EMBRIOTOMY
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik
    Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik
    Dokumen34 halaman
    Tanda Dan Gejala Klinis Psikiatrik
    Asyiqin Ramdan
    Belum ada peringkat
  • Bedah Billy Final
    Bedah Billy Final
    Dokumen10 halaman
    Bedah Billy Final
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Lembar Penilaian Print
    Lembar Penilaian Print
    Dokumen1 halaman
    Lembar Penilaian Print
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Ikterus Neonatorum
    Ikterus Neonatorum
    Dokumen34 halaman
    Ikterus Neonatorum
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Akibat Kerja (PAK)
    Penyakit Akibat Kerja (PAK)
    Dokumen28 halaman
    Penyakit Akibat Kerja (PAK)
    Rachmatulla
    Belum ada peringkat
  • Refrat Hipertiroid
    Refrat Hipertiroid
    Dokumen11 halaman
    Refrat Hipertiroid
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen5 halaman
    Cover
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat
  • Refrat Embriotomi
    Refrat Embriotomi
    Dokumen17 halaman
    Refrat Embriotomi
    Abigail Theatania Trisna Yonathan
    Belum ada peringkat