Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan
frekuensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika di
dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor
primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di
Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.
Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70
dengan puncak usia 40-65 tahun,
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang
yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Pemeriksaan klinis kadang sulit
menegakkan diagnosa tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna,
karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan
masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor
kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.
Walaupun demikian beberapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga
memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak . Dengan pemeriksaan radiologi dan
patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan (39,26
persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun (31,85 persen); selebihnya
terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari
135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan lainnya (26,9
persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor
metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),
sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis,
cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple.
Pada makalah presentasi kasus ini akan disajikan sebuah kasus pasien dengan tumor
intrakranial pada lobus parietal sinistra. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk pemenuhan
nilai tugas kepaniteraan klinik bagian saraf di RSPAD Gatot Soebroto. Semoga makalah ini
dapat menambah wawasan dan penulis berharap apabila ada saran atau kritik dapat
disampaikan kepada penulis.
Status Pasien
Identitas
Nama
: Ny. K
Tanggal Lahir
: 8 Desember 1968
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
Tanggal Masuk
: 17 Juli 2015
Dirawat ke
: Pertama
: Dilakukan auto dan alloanamnesa pada tanggal 24 Juli 2015 pk. 08.30 WIB
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pemeriksaan Fisik
Status Internus
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 170/110 mmHg
Frekuensi Nadi
: 64 kali/menit
: 36,7oC
Gizi
: Obesitas
Mata
THT
Mulut
Leher
Toraks
Cor
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Status Neurologis
Kesadaran
Sikap tubuh
: Baik
Cara berjalan
Kepala
Bentuk
: Normocephali
Simetris
: Simetris
Pulsasi
Nyeri tekan
: Tidak ada
Leher
Sikap
: Normal
Gerakan
Vertebra
Nyeri tekan
: Tidak ada
Laseque
Kerniq
Brudzinsky I: (-)
Brudzinsky II :
:
:
Kanan
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Nervi Cranialis
N.I ( Olfaktorius)
Daya penghidu
Normosmia
Normosmia
Baik
Baik
N II (Opticus)
Ketajaman penglihatan
Pengenalan warna
Baik
Lapang pandang
Funduscopy
:
:
Baik
Baik
Baik
Ptosis
Strabismus
:
:
(-)
(-)
(-)
(-)
Nistagmus
Exophtalmus
(-)
(-)
Enophtalmus
(-)
(-)
(+)
(+)
Medial
(+)
(+)
Atas lateral
(+)
(+)
Atas medial
(+)
(+)
Bawah lateral
(+)
(+)
Bawah medial
(+)
(+)
Atas
(+)
(+)
Bawah
(+)
(+)
Ukuran pupil
3 mm
3mm
Bentuk pupil
Bulat
Bulat
Isokor/anisokor
Isokor
Posisi
Sentral
Rf cahaya langsung
(+)
(+)
(+)
(+)
Rf akomodasi/konvergensi:
(+)
(-)
(-)
Pupil
Sentral
(+)
N V (Trigeminus)
Menggigit
: (+)
Membuka mulut
: Simetris
Sensibilitas Atas
(+)
(+)
:
:
(+)
(+)
(+)
(+)
Tengah
Bawah
Rf masester
: (+)
Rf zigomatikus
: (+)
Rf cornea
: (+)
Rf bersin
N VII (Facialis)
Pasif
Kedipan mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Aktif
Mengerutkan dahi
Mengerutkan alis
Menutup mata
Meringis
Menggembungkan pipi
Gerakan bersiul
: Dapat melakukan
Hiperlakrimasi
Lidah kering
: Tidak ada
: Tidak ada
N. VIII ( Acusticus )
Tes Schawabach
Tes Rinne
Tes Weber
N. IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharyx
: Simetris
Posisi uvula
: Di tengah
Refleks muntah
: Baik
N.X ( Vagus )
Denyut nadi
Arcus faring
: Simetris
Bersuara
Menelan
: Normal
: Tidak ada gangguan
N. XI ( Accesorius )
Sikap bahu
Mengangkat bahu
: Simetris
: Baik
N.XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Atrofi lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Motorik
Gerakan
Tonus
Bentuk
Kekuatan
Reflek Fisiologis
Refleks Tendon :
Kanan
Kiri
Refleks Biseps
Refleks Triseps
(+)
(+)
Refleks Patella
(+)
(+)
Refleks Archilles
(+)
(+)
Refleks Periosteum
(-)
(-)
Refleks Permukaan
Dinding perut
Cremaster
Spinchter Anii
(+)
(+)
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
Refleks Patologis :
kanan
kiri
Hoffmann Tromner
Babinzki
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaefer
(-)
(-)
Rosolimo
Mendel Bechterew
(-)
(-)
Klonus patella
(-)
(-)
Klonus achilles
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sensibilitas
Eksteroseptif :
Nyeri : Baik
Suhu : Baik
Taktil : Baik
8
Propioseptif :
Vibrasi: Baik
Posisi : Baik
Tes romberg
: (-)
Tes Tandem
: (-)
Tes Fukuda
: (-)
Disdiadokenesis
Dismetri
: (-)
: (-)
Fungsi Otonom
Miksi
Inkotinensia
: Tidak ada
Retensi
: Tidak ada
Anuria
: Tidak ada
Defekasi
Inkotinensia
: Tidak ada
Retensi
: Tidak ada
Fungsi Luhur
Fungsi bahasa
Fungsi orientasi
: Baik
Fungsi memori
: Sulit dinilai
Fungsi emosi
: Baik
Fungsi kognisi
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Tanggal 30 Mei 2013
Hemoglobin
: 14,9 g/dL
Hematokrit
: 44 %
Eritrosit
: 5,3 juta/L
Leukosit
: 9000 /L
Trombosit
: 319000 /L
MCV
: 83 fL
MCH
: 28 pg
MCHC
: 34 g/dL
Ureum
: 22 mg/dL
Kreatinin
: 1,1 mg/dL
GDS
: 95 mg/dL
Natrium
: 143 mmol/L
Kalium
Klorida
: 4,0 mmol/L
:104 mmol/L
: 0,92 mg/dL
Fosfatase Alkali
: 91 U/L
SGOT
: 24 U/L
SGPT
: 34 U/L
Gamma-GT
: 51 U/L
Protein Total
: 7,4 g/dL
Albumin
: 4,5 g/dL
10
Globulin
: 2,0 g/dL
Kolesterol Total
: 235 mg/dL
Trigliserida
: 150 mg/dL
HDL
: 49 mg/dL
LDL
: 156 mg/dL
Ureum
: 38 mg/dL
Kreatinin
: 1,2 mg/dL
Natrium
: 146 mmol/L
Kalium
: 3,2 mmol/L
Klorida
: 106 mmol/L
: Non Reaktif
: 10,5 detik
: 14,8 g/dL
Hematokrit
: 42 %
Eritrosit
: 5,2 juta/L
Leukosit
: 8800 /L
Trombosit
: 259000/L
MCV
: 82 fL
MCH
: 29 pg
MCHC
: 35 g/dL
Hasil Konsultasi
1. Departemen Bedah Saraf
Kesan:
Tumor regio parietal sinistra dd/ abcess
Anjuran:
Direncanakan kraniotomi removal tumor
2. Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorok
Kesan:
Tonsilofaringitis kronis dan Otitis Media Serosa Kronis Telinga Kanan dan Kiri Aktif.
Sinusitis kronis pada sinus maksilaris sinistra dan ethmoidalis bilateral
Anjuran:
Rawat bersama dengan bagian otologi.
Pemberian antibiotik + H2O2 3% + Terivid gtt ADS
3. Departemen Paru
Kesan:
Community Acquired Pneumonia (CAP)
Anjuran:
Terapi dengan Ceftriaxon 1x2gr, Ambroxol Syrup 3x1. Rencana cek AGD, Sputum BTA.
4. Departemen Penyakit Dalam
Kesan:
Tumor Fronto Parietal Sinistra. Toleransi operasi sedang-berat.
5. Departemen Jantung
Kesan:
Stabil, resiko operasi ringan.
Resume
Anamnesa
Pria usia 50 tahun datang dengan keluhan kejang di mulut satu jam SMRS. Saat kejang lidah
pasien tergigit sehingga terluka. Pasien merasakan banyak air liur yang keluar dan sulit untuk
berbicara. Pasien juga mengaku nyeri kepala telah dirasakan sejak satu tahun yang lalu dan
memberat sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Nyeri kepala awalnya ringan, namun
lama kelamaan berlangsung semakin lama dan nyeri bertambah. Nyeri kepala lebih dirasakan
saat pagi hari dibandingan dengan sore dan malam hari.Mual (-) muntah (-) riwayat
penurunan kesadaran (-). Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien lebih susah diajak
12
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi
: 74 kali/menit
: 37oC
Gizi
: Baik
THT
Status Neurologis
Glasgow Coma Scale : E4 M6 V5, 15
Tanda Rangsang Meningeal : (-)
Nervi Cranialis
Sensibilitas
Motorik
Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologi
Terapi
Non-medikamentosa : Anjuran tidur dengan posisi kepala ditinggikan 20-30o
Rencana pembedahan dan alih rawat oleh TS Bedah Saraf
13
5B
Breathe
Blood
Brain
Bowel
Bladder
: Awasi jumlah urin yang keluar dan pastikan tak ada retensio atau anuria.
Medikamentosa
Prognosis
Quo Ad Vitam
: Dubia Ad Bonam
Analisis Kasus
Diagnosis pada pasien ini adalah
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologi
14
1. Pasien datang dengan keluhan kejang pada bagian mulut. Saat kejang lidah pasien tergigit
sehingga terluka dan mengeluarkan darah. Epilepsi atau kejang dapat terjadi pada 30
persen pasien dengan tumor otak. Bisa umum, fokal, atau fokal berkembang menjadi
umum. Pada pasien ini kejang yang terjadi merupakan kejang fokal atau bangkitan parsial
dimana terjadi hanya pada satu bagian saja. Bila tumor intrakranial terletak di lobus
parietalis dan dekat dengan area motorik dapat timbul kejang fokal. Bangkitan kejang
dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih dari 35% kasus
pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak.
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan
astrositoma, 40% pada pasien meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
2. Nyeri kepala sejak satu tahun yang aawalnya ringan dan semakin memberat sejak 3 bulan
yang lalu. Nyeri kepala lebih dirasakan saat pagi hari dibandingan dengan sore dan
malam hari. Tanda-tanda adanya nyeri kepala atau cephalgia ini dapat menjadi dugaan
awal adanya tumor. Adanya gejala dengan progresifitas lambat merupakan tanda umum
pada tumor intrakranial sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan kejadian stroke
yang biasanya terjadi mendadak. Nyeri kepala merupakan gejala awal kurang lebih 2025% penderita tumor intrakranial dan didapatkan kurang lebih 90% dari seluruh penderita
tumor intrakranial dalam perjalanan penyakitnya. Nyeri kepalanya dapat dipengaruhi oleh
posisi tubuh. Pada penderita nyeri tumor jinak biasanya baru mengeluh nyeri kepala
setelah beberapa bulan sampai tahunan dalam penyakitnya. Nyeri kepala seringkali
intermitten, terasanya nyeri hilang timbul dan dapat bertambah hebat bila terdapat
perubahan posisi tubuh atau penyebab-penyebab lainnya. Hal ini terlihat pada pasien ini
yang nyeri kepalanya lebih hebat di pagi hari karena posisi tidur yang berbaring
menyebabkan tekanan intrakranial lebih meningkat dan mengakibatkan nyeri
3. Pasien dan keluarga menyangkal adanya mual, muntah, riwayat pingsan, baal, kesemutan,
kelemahan anggota gerak, gangguan keseimbangan dan penurunan kesadaran. Pasien juga
menyangkal pernah mengalami benturan dibagian kepala, demam sebelumnya, gangguan
menelan, gangguan pengecapan, BAB dan BAK. Dengan tidak adanya keluhan ini dapat
menyingkirkan penyakit lain, seperti infeksi, trauma.
4. Kesulitan berkomunikasi. Adanya kesulitan berkounikasi dapat menjadi dasar untuk
menentukan letak lesi atau SOL, dimana pusat bahasa adalah di hemisfer cerebri sinistra.
Bila tumor terletak pada lobus yang dominan dapat menyebabkan afasia sensorik atau
afasia sensorik motorik.
Diagnosis
15
Secara klinis, pasien ini didiagnosis dengan status konvulsius, cephalgia dan otitis media
supurativa kronis (OMSK). Kejang dan nyeri kepala pada pasien masih sering terjadi sampai
saat pemeriksaan. Hal inilah yang menjadi dasar atas penulisan diagnosis status konvulsius
dan cephalgia karena masih terjadinya kejang dan nyeri kepala. Pasien juga masih merasakan
adanya kesulitan mendengar karena adanya OMSK.
Secara topis, diagnosisnya adalah pada lobus parietalis karena pada lobus parietalis terletak
pusat motorik. Apabila korteks motorik ini tertekan oleh massa atau tumor intrakranial maka
dapat menyebabkan adanya bangkitan kejang. Pada pasien terjadi kesulitan berkomunikasi.
Selain adanya OMSK, tumor pada lobus parietal juga dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada pusat bahasa yang berada di korteks parietalis.
Diagnosis etiologi pada pasien ini adalah SOL yang merupakan tumor intrakranial. Hal ini
hanya menjadi dugaan saat anamnesis karena tidak adanya tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial dan pasien diduga mempunyai penyakit epilepsi, namun saat dilakukan
pemeriksaan penunjang, tampak adanya massa intrakranial pada bagian lobus parietal. Maka
penyebab dari keluhan-keluhan pada pasien ini adalah SOL et causa tumor lobus parietalis
sinistra.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan
penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Setelah diagnosa klinik ditentukan,
harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak
tumor.
Penatalaksanaan
Non-medikamentosa : Anjuran tidur dengan posisi kepala ditinggikan 20-30o, Rencana
pembedahan dan alih rawat oleh TS Bedah Saraf. Dengan anjuran tidur dengan posisi kepala
lebih tinggi diharapkan dapat mengurangi terjadinya cephalgia setelah bangun tidur.
Pembedahan diharapkan dapat menjadi terapi kuratif yang tepat bagi pasien ini
5B yaitu breathe, blood, brain, bowel dan bladder. Kelima sistem ini harus terus dipantau dan
diawasi untuk mencegah atau mengetahui adanya perburukan pada pasien yang dapat
berlangsung secara tiba-tiba, misalnya tanda-tanda peningkatan intrakrainal dimana pada
16
pasien ini tidak ada saat dilakukan pemeriksaan. Apabila terjadi peningkatan tekanan
intrakranial dapat diberikan manitol atau dexamethason dengan dosis berthap dan tappering
off setelah penggunaannya hendak dihentikan.
Medikamentosa: Citicoline 500 mg IV 2x1, Fenitoin tab 3x1, Folic acid tab 1x1, Asam
traneksamat 500 mg tab 3x1, Asam mefenamat 500 mg tab 3x1 dan terapi Sinusitis dan
OMSK sesuai dengan TS THT. Pada kasus tumor intrkranial obat-obatan yang diberikann
hanya obat-obatan simptomatis, pada pasien ini diberikan fenitoin untuk mengontrol
kejangnya. Asam traneksamat diberikan untuk mengatasi adanya sedikit bercak perdrahan
yang tampak pada hasil CT scan dan untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut yang
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Citicoline dan asam folat
diharapkan dapat mengurangi kerusakan pada neuron di korteks otak. Asam mefenamat
diberikan untuk mngurangi cephalgia.
Prognosis
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena pada pemeriksaan tanda
vital, keadaan umum dan kesadaran pasien dalam keadaan stabil. Namun dapat memburuk
secara tiba-tiba bila terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Secara ad functionam adalah dubia ad bonam karena pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
neurologis tidak ditemukan adanya kelainan dan defisit neurologis yang berat selain fungsi
luhur yang sulit dinilai akibat adanya tumor pada lobus parietalis dan OMSK.
Dari sisi ad sanationam adalah dubia ad malam karena setelah pengangkatan tumor
intrakranial dengan pembedahan, dapat terjadi rekurensi tergantung dari jenis tumor secara
patologi anatomi.
Prognosis pasien dilihat dari segi ad cosmeticum adalah ad bonam karena tidak ada gangguan
yang tampak secara kasat mata.
17
Daftar Pustaka
1. Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-Kasus Neurologi. Buku kedua. Jakarta :
Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. 2007
2. Beers, Mark. H., MD. Merck Manual. Eighteenth Edition. 2006 : 1921-1922
3. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur Operasional Neurologi.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2006
4. Hakim A.A. Tindakan Bedah pada Tumor Cerebellopontine Angle, Majalah Kedokteran
Nusantara Vol. 38 No 3, 2005.
5. Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5,
Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 402
6. Tumor Otak. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi I, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, 1999 : 201 207
7. Facts About Brain Tumors. Available at http://www.braintumor.org/
18
19