Anda di halaman 1dari 16

Baca rull

Alokasi Frekuensi Operator GSM Indonesia


Meskipun tiap operator GSM telah memiliki alokasi frekuensi masing-masing, masih banyak
dijumpai kasus dimana operator menggunakan frekuensi yang bukan haknya.
Ini masalah serius; sebab bagi operator, frekuensi adalah sarana poduksi seperti halnya tanah
bagi petani. Bagi seorang petani, output produksi dan dengan demikian penghasilannya akan
ditentukan oleh seberapa luas tanah yang dimilikinya dengan asumsi pengolahan lahan produksi
tersebut menggunakan metode yang sama.
Demikian juga dengan operator: semakin lebar alokasi frekuensi yang dimikinya semakin tinggi
potensi jumlah pelanggan yang dapat dilayaninya -dan dengan demikian revenue dari operator
tersebut.
Oleh karena itu, pemakaian frekuensi milik operator tertentu oleh operator lain akan mengurangi
potensi revenue yang dapat dihasilkan oleh operator pemilik. Maka, masalah ini tidak bisa
ditoleransi dan wajar apabila setiap operator akan mengawasi penggunaannya secara ketat.
Namun, di lapangan, operator-operator sering kebobolan: operator-operator ini baru menyadari,
setelah sekian waktu, frekuensi miliknya telah dipakai operator lain. Di pihak lain, operator yang
memakai frekuensi yang bukan miliknya merasa tidak melakukan pelanggaran.
Kerap terjadi juga, katakanlah operator A, melayangkan surat pemberitahuan kepada operator B
mengenai frekuensi miliknya yang dipakai oleh operator B tanpa menyadari bahwa sang operator
A itu sendiri memakai frekuensi milik operator B.
Frekuensi-frekuensi yang bermasalah ini biasanya frekuensi-frekuensi pada batas spektrum
masing-masing operator, sama halnya area perbatasan suatu negara potensial menjadi sumber
konflik teritorial antar negara.
Akar Masalah
Beberapa faktor penyebab masalah yang dapat disebutkan di sini antara lain: kurangnya atau
tidak mudahnya mengakses informasi resmi dari Regulator, identifikasi kanal frekuensi yang
tidak seragam dan kurangnya komunikasi dan koordinasi lintas operator dan juga antara
Regulator dan operator.
Pertama, kurangnya atau tidak mudahnya mengakses informasi resmi dari Regulator berkenaan
alokasi frekuensi per operator. Jika informasi resmi tersedia, para operator, dalam hal ini teknisi
di lapangan, akan dengan mudah melakukan pengecekan alokasi frekuensi per operator; dengan
demikian, pemakaian frekuensi secara ilegal, dengan alasan apapun, dapat dicegah atau dengan
mudah diidentifikasi.
Contohnya, ketika meriset tulisan ini tidak ada informasi apapun mengenai alokasi resmi
frekuensi per operator GSM yang didapatkan dari situs web Regulator. Dengan mesin pencari

Baca rull

Google, juga sama nihilnya yang menunjukkan bahwa tidak ada satu pun informasi yang sama
disediakan oleh operator atau para praktisi GSM itu sendiri.
Kedua, identifikasi kanal frekuensi yang tidak seragam. Seperti diketahui, satuan frekuensi
adalah Hertz; oleh karena alokasi frekuensi GSM berada pada kisaran miliaran Hertz maka
alokasinya sering didahului dengan prefiks Mega (seperseribu miliar) sehingga menjadi Mega
Hertz, disingkat MHz. Misalnya, alokasi frekuensi untuk GSM900 memaksudkan alokasi
frekuensi pada spektrum 900-an MHz dan GSM1800 memaksudkan alokasi frekuensi pada
spektrum 1800-an MHz.
Pada prakteknya, para teknisi GSM di lapangan bekerja tidak dengan menggunakan alokasi
frekuensi dalam satuan MHz tapi dengan bilangan bulat positif yang disebut sebagai Absolute
Radio Frequency Channel Number atau disingkat ARFCN. Ini merupakan lingua franca bagi
para praktisi GSM. Dengan menggunakan ARFCN, frekuensi operator mudah diingat dan lebih
praktis, terutama ketika menggunakan peralatan ukur. Masih lebih gampang misalnya
menyebutkan alokasi frekuensi untuk Operator A dari kanal 51 sampai 87 dibandingkan dari
945.2 MHz sampai 952.4 MHz; atau memasukkan angka 51 ke dalam peralatan dibandingkan
harus mengingat dan memasukkan 945.2 MHz.
Permasalahan bertambah apabila pihak Regulator hanya mengalokasikan frekuensi dalam satuan
MHz tapi tidak dalam nomor kanal ARFCN padanannya sehingga para teknisi harus melakukan
mapping frekuensi sendiri dari MHz ke ARFCN yang bisa saja berbeda dalam hal metode permapping-an dengan operator lain sehingga menghasilkan alokasi ARFCN yang berbeda pula
terutama untuk kanal-kanal ARFCN pada frekuensi batas.
Belakangan dalam artikel ini akan dibahas langkah-langkah dalam melakukan mapping frekuensi
dari MHz ke nomor kanal ARFCN.
Alokasi Frekuensi Operator GSM di Indonesia
Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di Indonesia sama dengan yang dipakai di sebagian besar
dunia terutama Eropa yaitu pada pita 900 MHz, yang dikenal sebagai GSM900, dan pada pita
1800 MHz, yang dikenal sebagai GSM1800 atau DCS (Digital Communication System), seperti
yang ditunjukkan di Gambar 1 berikut:

Baca rull

Gambar 1: Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di sebagian besar negara di dunia, termasuk
Indonesia
Frekuensi downlink adalah frekuensi yang dipancarkan oleh BTS-BTS untuk berkomunikasi
dengan handphone-handphone pelanggan dan juga menghasilkan apa yang disebut sebagai
coverage footprint operator sedangkan frekuensi uplink adalah frekuensi yang digunakan oleh
handphone-handphone pelanggan agar bisa terhubung ke jaringan.
Untuk uplink, alokasi frekuensi GSM900 dari 890 MHz sampai 915 MHz sedangkan untuk
downlink dari 935 sampai 960 MHz. Perhatikan, dalam frekuensi MHz, baik uplink maupun
downlink memiliki alokasi frekuensi yang berbeda, namun dengan penomoran kanal ARFCN
keduanya sama karena kedua-duanya adalah pasangan kanal dupleks yang dipisahkan selebar 45
MHz.
Lebar pita spektrum GSM900 sendiri adalah 25 MHz dan penomoran kanal ARFCN-nya dimulai
dari 0 dan seterusnya; dengan lebar pita per kanal GSM adalah 200 kHz (0.2 MHz) maka jumlah
total kanal untuk GSM900 adalah 25/0.2 = 125 kanal. Namun tidak semua kanal ini dapat
dipakai: ada dua kanal yang harus dikorbankan sebagai system guard band pada kedua ujung
batas spektrum masing-masing yaitu ARFCN 0 di batas bawah dan ARFCN 125 untuk batas
atas. Jadi ARFCN efektif yang dipakai untuk GSM900 adalah ARFCN 1 sampai 124.
Untuk GSM1800 (DCS) alokasi frekuensi uplink-nya dari 1710 MHz-1785 MHz sedangkan
downlink dari 1805 MHz sampai 1880 MHz dimana alokasi frekuensi antara uplink dan
downlink terpisah selebar 95 MHz. Dengan demikian, berbeda dengan GSM900, GSM1800
memiliki lebar pita kurang lebih 3 kali lebih lebar dibanding GSM900. untuk GSM1800
penomoran kanal ARFCN-nya dimulai dari 511 dan berakhir 886 (375 kanal total, 3 kali lebih
banyak dari GSM900) dimana 511 dikorbankan sebagai system guard band pada ujung bawah
dan 886 dipakai sebagai system guard band pada ujung atas.
Di Indonesia, ada lima operator GSM (Telkomsel, Indosat, XL, Axis dan Three) yang
mengantongi ijin operasi. Alokasi frekuensinya ditunjukkan oleh Gambar 2 dan 3 (Data
diberikan oleh sumber yang dapat diandalkan). Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar-Gambar

Baca rull

tersebut, hanya tiga operator yang mendapat alokasi frekuensi untuk pita GSM900 sedangkan
untuk pita GSM1800 semua operator kebagian.

Gambar 2: Alokasi frekuensi pita GSM900 di Indonesia

Gambar 3: Alokasi frekuensi pita GSM1800 di Indonesia


Tabel 1 berikut menunjukkan total alokasi frekuensi yang dimiliki masing-masing operator GSM
di tanah air. Terlihat bahwa Telkomsel dan Indosat memiliki jumlah frekuensi terbanyak
sedangkan Three paling sedikit, dengan rasio 3:1.

Table 1: Jumlah frekuensi yang dimiliki masing-masing operator


Mapping Frekuensi ke Nomor Kanal ARFCN
Oleh karena ada bermacam-macam pita spektrum GSM yang dipakai di seluruh dunia,
penjelasan langkah-langkah mapping frekuensi berikut akan mengacu pada alokasi frekuensi
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Gambar 1.
Langkah-langkahnya dapat diringkaskan sebagai berikut (berlaku untuk alokasi frekuensi uplink
maupun downlink):

Baca rull

1) Tentukan frekuensi yang merupakan batas bawah dari pita spektrum


2) Tentukan nomor kanal ARFCN untuk frekuensi batas bawah tersebut
3) Gunakan rumus berikut untuk melakukan mapping:
ARFCN = kanal ARFCN untuk frekuensi batas bawah + (frekuensi MHz frekuensi
batas bawah dalam MHz)/lebar pita per kanal dalam MHz (0.2 MHz)
Untuk GSM900 rumus di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut:
Uplink: ARFCN = 0 + (fMhz 890)/0.2
Downlink: ARFCN = 0 + (fMHz 935)/0.2
Sedangkan untuk GSM1800:
Uplink: ARFCN = 511 + (fMhz 1710)/0.2
Downlink: ARFCN = 511 + (fMHz 1805)/0.2
Dimana fMHz adalah kanal frekuensi dalam MHz yang akan dicarikan nomor kanal ARFCNnya.
Contoh 1 (GSM900): Cari nomor kanal ARFCN untuk frekuensi 900.2 MHz (uplink); sesuai
penjelasan sebelumnya:
1) Frekuensi batas bawah GSM9000 = 890 MHz
2) Nomor kanal ARFCN untuk frekuensi 890 MHz = 0
3) Menggunakan rumus:
ARFCNuplink = 0 + (900.2-890)/0.2 = 0 + 10.2/0.2 = 51.
Pasangan nomor kanal ARFCN dupleks downlink-nya adalah sebagi berikut:
Karena diketahui frekuensi uplink = 900.2 MHz; maka, frekuensi downlink-nya = frekuensi
uplink + 45 MHz = 900.2 + 45 = 945.2 MHz. Dengan frekuensi batas bawah downlink = 935
MHz, maka:
ARFCNdownlink = 0 + (945.2-935)/0.2 = 0 + 10.2/0.2 = 51.
Jadi frekuensi 900.2 dan 945.2 MHz akan memiliki nomor kanal ARFCN 51.
Contoh 2 (GSM1800): Cari nomor kanal ARFCN untuk frekuensi 1745.2 MHz (uplink); sesuai
penjelasan sebelumnya:
1) Frekuensi batas bawah GSM9000 = 1710 MHz
2) Nomor kanal ARFCN untuk frekuensi 1710 MHz = 511
3) Menggunakan rumus:
ARFCNuplink = 511 + (1745.2-1710)/0.2 = 511 + 35.2/0.2
= 511 + 176 = 687

Pasangan nomor kanal ARFCN dupleks downlink-nya adalah sebagi berikut:

Baca rull

Karena diketahui frekuensi uplink = 1745.2 MHz; maka, frekuensi downlink-nya = frekuensi
uplink + 95 MHz (bukan 45 MHz seperti GSM900) = 1745.2 + 95 = 1840.2 MHz. Dengan
frekuensi batas bawah downlink = 1805 MHz, maka:
ARFCNdownlink = 511 + (1840.2-1805)/0.2
= 511 + 35.2/0.2 = 511+ 176 = 687

Jadi frekuensi 1745.2 dan 1840.2 MHz akan memiliki nomor kanal ARFCN 687.
Alokasi Frekuensi Operator GSM Dalam ARFCN
Mengikuti langkah-langkah ini, alokasi frekuensi operator GSM di Indonesia sebagaimana yang
ditunjukkan oleh Tabel 2 and 3 dapat di-mapping-kan ke nomor kanal ARFCN sebagai berikut:
Alokasi frekuensi GSM900:

Tabel 2: Mapping frekuensi GSM900 MHz-Nomor Kanal ARFCN Operator GSM Indonesia
Jika langsung di-mapping-kan dari alokasi frekuensi awal, Indosat akan memiliki kanal ARFCN
0 sampai 50, Telkomsel 50 sampai 87.5 dan XL 87.5 sampai 125.
Namun dengan hasil ini, paling tidak ada 3 masalah yang akan muncul: pertama, seperti
dijelaskan sebelumnya, kanal 0 dan kanal 125 harus dikorbankan sebagai system guard band
(pada kebanyakan peralatan kanal ARFCN 0 dan kanal 125 secara otomatis dihilangkan); kedua,
dua operator tidak bisa memiliki kanal ARFCN yang sama dan ketiga tidak ada nomor kanal
ARFCN dalam bilangan pecahan desimal (fractional decimal); nomor kanal ARFCN harus
dalam bilangan cacah (positive ineteger plus zero).
Sehingga, untuk menghindari potensi tiga masalah tersebut, alokasi frekuensinya dikoreksi
sebagai berikut: Indosat kanal ARFCN 1 sampai 49, Telkomsel kanal ARFCN 51-87 dan XL 88
sampai 124, seperti ditunjukkan oleh Tabel 2 pada baris Koreksi ARFCN.
Perhatikan, kanal ARFCN 50 harus dikorbankan oleh Indosat dan Telkomsel untuk menjadi
guard band mereka sehingga ARFCN 50 tidak bisa digunakan oleh salah satu atau kedua
operator ini. Karena tidak ada ARFCN 87.5 maka Telkomsel harus mundur menjadi 87 dan XL
88.

Baca rull

Alokasi frekuensi GSM1800:

Tabel 3: Mapping frekuensi GSM1800 MHz-Nomor Kanal ARFCN Operator GSM Indonesia
Jika langsung di-mapping-kan dari alokasi frekuensi awal, XL akan memiliki kanal ARFCN 511
sampai 548.5; Indosat 548.5-573.5, 711-786; Telkomsel 573.5-611, 686-711, 786-836; Axis 611686 dan Three 836 sampai 886.
Seperti dijelaskan pada bagian GSM900, untuk menghindari permasalahan legal dan teknis,
alokasi nomor kanal ARFCN-nya dikoreksi menjadi seperti Tabel 3 pada baris Koreksi
ARFCN, yaitu: XL ARFCN 512 (511, system lower guard band) sampai 548; Indosat 549-573,
712-785; Telkomsel 574-610, 687-710, 787-835; Axis 612-685 dan Three 837 sampai 885 (886,
system upper guard band). Menarik, dari Keputusan Direktur Jenderal Pos Dan Telekomunikasi
No. 73/DIRJEN/2001 tertanggal 10 Mei 2001 telah ditetapkan kanal ARFCN 611, 711, 786 dan
861 sebagai guard band. Tiga guard band pertama telah masuk pada koreksi pada Tabel 3 di atas
kecuali ARFCN 861 yang sebenarnya tidak perlu, pada kondisi alokasi saat ini, karena baik
ARFCN 860 and 862 (frekuensi tetangga dari 861) adalah milik Three sendiri.
Tabel 4 berikut meringkaskan beberapa ARFCN yang sering bermasalah karena
ketidakjelasannya alokasi frekuensi.

Baca rull

Table 4: ARFCN-ARFCN yang sering bermasalah


Koordinasi Lintas Operator
Faktor ketiga yang menyumbang pada permasalahan alokasi frekuensi ini, seperti disinggung di
atas, adalah kurangnya koordinasi lintas operator dan juga koordinasi antara operator dan
Regulator itu sendiri. Oleh karena itu, koordinasi lintas operator mendesak untuk diadakan.
Operator perlu duduk bersama membahas isu yang ada untuk kemudian menghasilkan
kesepakatan yang disetujui semua pihak. Langkah ini penting untuk memberikan kepastian
kepada tiap-tiap operator terutama para teknisi yang berniat baik yang bekerja di lapangan.
Apa yang telah dipaparkan di artikel ini merupakan langkah awal dalam mencari kesepakatan
dan kepastian itu.
******
1. 1Taty
2. Mantafff,, sangat membantu saya,,
thanks ya,,
Reply
3. KUN
MAS MAU TANYA, KLO BESAR KANAL MASING MASING OPERATOR
SEGITU, DIMANA UNTUK 1 KANAL ADALAH UNTUK 1

Baca rull

PELANGGAN,BERARTI KLO DIHITUNG KAN KECIL PELANGGAN YANG BISA


DIAKOMODASI SESUAI DNEGAN JUMLAH KANAL. TRS BAGAIMANA
PERHITUNGAN MAKSIMAL PELANGGAN YANG DAPAT DICOVER OLEH 1
BTS?
MOHON PENCERAHANNYA
3 julitra April 12, 2012 at 9:36 am
Dalam GSM, 1 kanal/frekuensi/ARFCN/TRX bisa mengakomodasi 8 pelanggan
bersamaan.
1 BTS bisa terdiri beberapa sektor (biasanya 3). 1 sektor terdiri beberapa TRX,
tergantung spektrum operator.
Jika 1 BTS punya 3 sektor, dan masing-masing sektor punya 4 TRX (4/4/4) maka
jumlah pelanggan yang bisa diayani dalam waktu bersamaan, teorinya, adalah
4x4x8.
Pada prakteknya, tidak semua time slot (subset dari kanal/TRX) dibuat untuk
trafik; ada juga untuk kebutuhan kontrol dan data.
Juga ada asumsi desain lainnya seperti Grade of Service (GOS). Untuk
perhitungan kapasitas trafik biasanya merujuk kepada formula Erlang-B
Reply
4. Anonymous
ka julitra boleh tau ngak referensinya dari mana?apa kah dari buku? atau situs
web,sebelumnya haturnuwunn
Reply
5. mencari
thanks yah penjelasannya,
untuk frekuensi 2100 udah ada gak, hehehe
sharing lagi yah
Reply
6. noviwan
boleh share ttg frekuensi 3G?

Baca rull

beserta lisensi per operator?


thanks
Reply
7. memed
mas,,ijin kopi sebagian infonya ya,,thank
Reply
8. flevan

bos bahas alokasi frekuensi operator CDMA nya dunk.. ehehehe


thx b4
Reply
9. 9 Rusunami November 2, 2010 at 6:10 pm

Manttttaaaaaaaaaaaapppppppppppp
Reply

10 elang September 23, 2010 at 2:55 pm

10.

bang thx infonya, kalo bwt 3Gnya berapa yak? mohon penjelasanya
bila berkenan di balas ke email saya ya..
thx
elang
Reply
11. santy
Mantap bang pembahasannya. trims tambah wawasan.
bisa tanya: (Sorry OOT)
berapa kira2 persentase alokasi maximal pemakaian masing2 frekuensi oleh tiap operator
antara GSM dan DCS?

Baca rull

misalkan ada dua spek single band repeater booster untuk blank spot.
Uplink Downlink
GSM 890~915MHz 935~960MHz
DCS 1710~1785MHz 1805~1880MHz
all DL Output Power 40dBm/ total output power
perlatan mana yang lebih baik digunakan dgn spek diatas.
apakah DCS lebih baik karena kanal frekuensi yang lebih banyak atau sebaliknya?
Thanks alot.
Reply
o

12 julitra
1) Persentase alokasi maksimal pemakaian masing-masing pita frekuensi? Bantu
saya, tapi bukankah tujuan operator adalah memaksimalkan semua alokasi
frekuensinya, sebab, khususnya benar untuk GSM, frekuensi berkaitan dengan
kapasitas?: semakin banyak frekuensi yang digunakan semakin tinggi kapasitas
yang bisa diakomodasi. Jika skema pentarifan lebar pita dari Pemerintah
diterapkan, tidak terpakainya frekuensi yang harus dibayar secara gelondongan
tentunya kerugian buat si operator sendiri.
2) Manakah lebih baik pita DCS atau GSM untuk repeater yang akan meng-cover
blank spot? Repeater tergantung donor BTS. Tapi jika itu blank spot di area rural,
dan tersedia BTS GSM900, sebaiknya BTS GSM900 sebab secara coverage lebih
luas dibandingkan GSM1800
Reply

12. na'vi
lebih bahagia memberiuve done that bro!its true n a truth
Reply
13. ronyus

mantap deh
Reply
14. Vera

Baca rull

Jul, bisa dikirimkan ke signal aja buat referensi teman2 diregional lainnya lagian dapat
tambahan uang jajan loh
Reply
15. abusajid

ulasannya mantap Bos.


waiting for your next article.
Reply
16. rorygilmore

menjawab pertanyaan Anda di roromendut:


BYRU is a GSM Satellite service based on the ACeS (ASIA Cellular Satellite) network.
The ACeS network is a GSM network using the Garuda-1 satellite technology giving
Asia-wide coverage. BYRU allows you to communicate with the entire world from
anywhere in Asia.
BYRU services will include digital voice, facsimile and data transmission in both satellite
and GSM modes. BYRU extends the reach of national telecommunication services where
currently there are none available. Whether you are in the heart of Jakarta, traveling
through the jungles or sailing on the oceans, BYRU ensures you will have the security
and convenience of complete telecommunications coverage.
BYRU (read be ru) is named after the word biru, meaning blue in Bahasa Indonesia, as a
symbol of the sky above and its unlimited possibilities. BYRU symbolizes the free,
dynamic and innovative personality of todays communications era.
BYRU reflects our continuous effort to provide the best service to suit your needs.
diambil langsung dari situs Pasifik Satelit Nusantara.
BYRU is Indonesias first mobile satellite GSM service using the ACeS (ASIA Cellular
Satellite) network and the Garuda-1 satellite. It provides you with easy access to satellite
based mobile telecommunications in an area extending from Pakistan and India in the
west, to the Philippines and Papua New Guinea in the east, and from Japan and China in
the north, down to Indonesia in the south.
BYRU services will include digital voice, facsimile and data transmission in both satellite
and GSM modes. BYRU extends the reach of national telecommunication services where
currently there are none available. Whether you are in the heart of Jakarta, traveling
through the jungles or sailing on the oceans, BYRU ensures you will have the security
and convenience of complete telecommunications coverage.

Baca rull

BYRU (read be ru) is named after the word biru, meaning blue in Bahasa Indonesia, as a
symbol of the sky above and its unlimited possibilities. BYRU symbolizes the free,
dynamic and innovative personality of todays communications era.
BYRU reflects our continuous effort to provide the best service to suit your needs.
diambil langsung dari situs Byru :)
Reply
o

18 julitra
Thank you.
An interesting (further) topic to be reviewed: in what sense that PSN is a GSM
service provider given the fact that it is a satellite based network?
From my understanding, no further research has been done in this matter, Byru is
a hybrid system and it seems only a GSM (one-way) roaming partner. When it
camps to GSM900, and only in GSM900, in Indonesian territory, does PSN logo
appear on the mobile screen or the logo of the other three GSM900 operators?
(Indosat, Telkomsel and XL, in that order) because, as the article above shows,
GSM900 frequency band has all been allocated to those three operators only; and
should PSN choose to operate within GSM1800 band, the same scenario applies:
PSN does not have frequency allocation within both GSM900 & GSM1800, as
reserved for GSM operators in Indonesia.
Reply

17. Bonardo PSN


Mantep PJAjadi refresh lagi nehstlh sekian tahun sibuk dgn sow RFP-Radio
Financial Planner(Capex).hejauh dr RNP discussion.
Reply
18. Ardian
Wah mantep pak Jul artikelnya, buat belajar lagi bagi kami-kami telekomunication
engineer yang setiap hari terlalu disibukaan dengan project :-(
Thanks Pak Jul share nya..
Reply
19. Golden E. T.

Baca rull

Nicely put.
Bahan yang rumit disajikan dengan sederhana sehingga mudah dimengerti.
Sekarang baru ngeh cara penghitungan alokasi kanal.
Thanks a bunch dude.
Ditunggu:
1. Next articles;
2. Pool invitation.
Best regards,
GET
Reply
20. Zainal
mantap sekali ulasannya Om Julitra
just sharing pengalaman..
pernah saya handle project untuk salah satu operato di indonesia (A) (bukan [perusahaan
tempatmu bekerja] tentunya).
nah ternyata capacity(TRX)/Ch tdk cukup.., ternyata mrk menggunakan alokasi milik
operator lain (B)yg kebetulan di daerah tsb belum ada.
uniknya operator A sdh confirm ke operator B kalau mau menggunakan Ch tsb.
mungkin kalau kerjasama seperti ini bs dilakukan sumber daya frequncy yg ada bs jauh
lebih bs dioptimumkan
Reply
o

23 julitra
Oh, bagus sekali kerjasama antar operator semacam itu Om Zainal! Untuk
operator-operator besar yang coverage sudah ada di mana-mana tampaknya agak
sulit untuk melakukan hal tersebut, tapi tentunya hal tersebut berpulang pada
kebijakan masing-masing operator.
Reply

21. Rey
Bagus sekali pak Jul. Memang sangat diperlukan mendisiplinkan setiap operator untuk
memakai lahan nya masing masing, tidak berusaha untuk curang. Namun, BRTI juga
sangat diperlukan disini, karena merekalah yang harusnya bertindak banyak dilapangan,
misalnya apa sanksi yang diberikan terhadap operator yang melanggar.
Demikian juga dengan sistem filter yang dimiliki oleh BTS tiap operator, terutama untuk
frekuensi yang ada di border kepemilikannya (contohnya bagi telkomsel GSM900 itu

Baca rull

ARFCN 51 dan 87). Jadi sinyal yang dihasilkan TRX tersebut terjaga bandwidth-nya
maksimal 200KHz, supaya tidak mengganggu frekuensi (ARFCN) lain.
Reply
22. Rio Aliandu
wuih Muanntap bgtneh article. terus terang sangat membantu sekali dalam menentukan
UARFCN, kebetulan saya sudah lupa bagaimana, dan bingung mau bertanya kepada
siapa. utk melihat blog dari OJA (Om Julitra Anaada)..
Hayo OJA lanjutkan ke Article selanjutnya
Reply
o

26 julitra January 28, 2009 at 3:02 pm


Om Rio,
ARFCN untuk GSM (2G) sedangkan UARFCN untuk UMTS WCDMA (3G) :-).
Mungkin untuk artikel berikutnya.
Reply

23. Abang
Bro Julitra
Kita rasakan memang sering terjadi interferensi tidak hanya antar operator selular tetapi
dari pihak lain menggunakan Frekuensi yang sama.
Telah banyak kasus dalam masalah ini dan sepertinya regulator belum siap
menanganinyasementara para operator saling menuding dan susah untuk berkorban.
Terimkasih atas share nya bro.salam dari kota semarangjangan lupa mampirkalo
perlu kita bareng scanning frek daerah pantura lagi hahaha..
Reply
o

28 julitra
Abang,
Betul sekali: di Jawa Tengah dan Jawa Timur, eksternal interferensi terutama
bersumber dari transmisi PT. KAI yang masih menggunakan peralatan transmisi
pada pita 2 GHz sehingga bertabrakan dengan alokasi frekuensi GSM1800.

Baca rull

Boleh juga kita scanning frekuensi lagi bareng team Balmon; tapi pastikan semua
surat-surat dan ID kita lengkap: nanti dikejar-kejar polisi lagi dikira teroris,
apalagi scanning-nya malam hari :-)

Anda mungkin juga menyukai