Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

I.

Identitas
Topik

: Somatisasi

Subtopik

: Mengenal lebih dalam tentang Somatisasi

Hari/Tanggal :

2015

Waktu

: 08.00 08.30 WIB

Sasaran

: Pasien dan Keluarga Pasien Rawat Jalan

Tempat: Ruang RSJI Klender


II.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui apa itu
Somatisasi, diharapkan pasien dan keluarga pasien rawat jalan yang merupakan
sasaran dari penyuluhan ini memahami apa itu Somatisasi

III.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan para peserta dapat:
1. Memahami tentang Somatisasi
2. Memahami maksud dan pentingnya pemeriksaan dari Somatisasi

IV.

Materi (Terlampir)

V.

Media
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflet

VI.

Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

BAB I
PENDAHULUAN

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan
medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan
penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien
untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan
somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu
penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah
tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan. 1,2,7
Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik,
dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal tersebut terdapat
bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan adanya faktor
psikologis atau konflik. Karena gejala tak spesifik dari beberapa sistem organ dapat terjadi
pada penderita anxietas maupun penderita somatoform disorder, diagnosis anxietas sering
disalahdiagnosiskan menjadi somatoform disorder, begitu pula sebaliknya. Adanya
somatoform disorder, tidak menyebabkan diagnosis anxietas menjadi hilang. Pada gangguan
ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien
yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya
memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV)
mempertahankan sebagian besar diagnosis yang dituliskan di dalam edisi ketiga yang direvisi
(DSM-III-R) . Lima gangguan somatoform spesifik adalah dikenali (tabel 1). (1) Gangguan
somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ. (2)
Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis. (3) hipokondriasis
ditandai oleh focus gejala yang lebih ringan dari kepercayaan pasien bahwa ia menderita
penyakit tertentu. (4) Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau
persepsi yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat. (5) Gangguan
nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan factor psikologis atau
secara bermakna dieksaserbasi oleh factor psikologis. DSM-IV juga memilikik dua kategori
diagnostik residual untuk gangguan somatoform. (1) Gangguan somatoform yang tidak
dibedakan (undifferentiated) termasuk gangguan somatoform, yang tidak dijelaskan lain,

yang ada selama enam bulan atau lebih. (2) Gangguan somatoform yang tidak ditentukan
(NOS ; not otherwise specified) adalah kategori untuk gejala somatoform yang tidak
memenuhi diagnosis gangguan somatoform yang sebelumnya ditentukan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti tubuh. Dalam
gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik,
namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan penyebabnya. Gangguan
somatoform berbeda dengan malingering, atau kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang jelas. Gangguan ini juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu
suatu gangguan yang ditandai oleh pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang disengaja
tanpa keuntungan yang jelas. Selain itu gangguan ini juga berbeda pula dengan sindrom
Muchausen yaitu suatu tipe gangguan factitious yang ditandai oleh kepura-puraan mengenai
simtom medis.11
Gangguan somatoform (somatoform disorder) adalah suatu kelompok gangguan,
ditandai dengan keluhan tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh
penyebab kerusakan fisik.6 Pada gangguan somatoform, orang memiliki simptom fisik yang
mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat
ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan
emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau
pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura

yang disadari atau

gangguan buatan.
Ganguan ini ditandai dengan adanya keluhan-keluhan berupa gejala fisik yang
bermacam-macam dan hampir mengenai semua sistem tubuh. Keluhan ini biasanya sudah
berlangsung lama dan biasanya keluhannya berulang-ulang namun berganti-ganti tempat.
Pasien biasanya telah sering pergi ke berbagai macam dokter ( doctor shopping). Beberapa
pasien bahkan ada yang sampai dilakukan operasi namun hasilnya negatif. Keluhan yang
paling sering biasanya berhubungan dengan sistem organ gastrointestinal ( perasaan sakit,
kembung, bertahak, mual dan muntah ) dan keluhan pada kulit seperti rasa gatal, terbakar,
kesemutan, baal dan pedih. Pasien juga sering mengeluhkan rasa sakit di berbagai organ atau
sistem tubuh, misalnya nyeri kepala, punggung, persendian, tulang belakang, dada atau nyeri
saat berhubungan badan. Kadang juga terdapat keluhan disfungsi seksual dan gangguan haid.
10

Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Biasanya bermula
sebelum usia 30an dan telah berlangsung beberapa tahun. Pasien biasanya tidak mau
menerima pendapat dokter bahwa mungkin ada dasar psikologis yang mendasari gejalanya.k
berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.
2.2 Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi
gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolisme
(hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan. 3
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut:6
1. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan
somatisasi).
2. Faktor Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti peran sakit yang
dapat diekspresikan dalam bentuk gangguan somatoform.
3. Faktor Perilaku
Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
a. Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang tidak
nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).
b. Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit.
c. Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan dismorfik tubuh
dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada
kekhawatiran akan kesehatan atau kerusakan fisik yang dipersepsikan.
4. Faktor Emosi dan Kognitif
Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab ganda yang
terlibat adalah sebagai berikut:
a. Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simptom fisik sebagai tanda dari adanya
penyakit serius (hipokondriasis).
b. Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls yang tidak
dapat diterima dikonversikan ke dalam symptom fisik (gangguan konversi).

c. Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu strategi
self-handicaping (hipokondriasis).
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti
hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang
mendasari keluhannya.3 Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah dalam bernafas atau
menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti ini dapat
merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang
dapat dihubungkan dengan kecemasan. Kadang kala, sejumlah simptom muncul dalam
bentuk yang lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada tangan atau kaki yang tidak
konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus lain, juga dapat ditemukan manifestasi
dimana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius,
namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan. 6
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik),
terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima
bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang
lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus lain, orang berfokus pada keyakinan bahwa
mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat
ditemukan.
Gambaran keluhan gejala somatoform:
1. Neuropsikiatri:
a. Kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik
b. Saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya
2. Kardiopulmonal:
a Jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati
3. Gastrointestinal:
a. Saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter yang
dapat menyembuhkannya
4. Genitourinaria:
a. Saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan
namun tidak di temukan apa-apa

5. Musculoskeletal
a. Saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu
6. Sensoris:
a. Pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan kacamata tidak akan
membantu
2.4 Klasifikasi dan Diagnosis
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis
yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan
penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien
untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan
somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu
penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah
tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.
Ada lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem
organ.

Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis.

Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada kepercayaan pasien
bahwa ia menderita penyakit tertentu.

Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi yang berlebihlebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.

Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor
psikologis

atau

secara

bermakna

dieksaserbasi

oleh

faktor

DSM-IV juga memiliki dua kategori diagnostik residual untuk gangguan somatoform.

psikologis.

Undiferrentiated somatoform, termasuk gangguan somatoform, yang tidak digolongkan


salah satu diatas, yang ada selama enam bulan atau lebih.
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi :

1.

F.45.0 gangguan somatisasi

2.

F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci

3.

F.45.2 gangguan hipokondriasis

4.

F.45.3 disfungsi otonomik somatoform

5.

F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap

6.

F.45.5 gangguan somatoform lainnya

7.

F.45.6 gangguan somatoform YTT


DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ
ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian psikiatri,
gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan hipokondriasis.
2.5

Gangguan Somatisasi (F 45.0)

2.5.1

Definisi
Gangguan somatisasi ditandai oleh banyaknya gejala somatik yang tidak dapat

dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan

laboratorium. Gangguan

somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan
melibatkan sistem organ yang multipel (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis).
Gangguan ini adalah kronis (dengan gejala ditemukan selama beberapa tahun dan dimulai
sebelum usia 30 tahun) dan disertai dengan penderitaan psikologis yang bermakna, gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.2
Gangguan somatisasi (somatization disorder) dicirikan dengan keluhan somatik yang
beragam dan berulang yang bermula sebelum usia 30 tahun (namun biasanya pada usia
remaja), bertahan paling tidak selama beberapa tahun, dan berakibat antara menuntut
perhatian medis atau mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial atau
pekerjaan.
Gangguan ini merupakan pasien-pasien yang terutama menunjukkan keluhan somatis
yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan depresif, anxietas atau penyakit medis.

Ada dua gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan somatoform: pertama, yang
gambaran utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti adanya
penyakit (hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan kedua, yang gambaran
utamanya adalah kekhawatiran tentang gejala somatik itu sendiri (antara lain gangguan
somatisasi, disfungsi autonomik persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten).5
Gambaran somatisasi telah dikenal sejak zaman mesir kuno. Nama awal untuk gangguan
somatisasi adalah histeria, suatu kedaan yang secara tidak tepat diperkirakan hanya mengenai
wanita. Kata histeria didapatkan dari bahasa yunani untuk rahim, hystera.,2, 5
Keluhan-keluhan yang diutarakan biasanya mencakup sistim-sistim organ yang
berbeda seperti nyeri yang samar dan tidak dapat didefinisikan, problem menstruasi/seksual,
orgasme

terhambat,

penyakit-penyakit

neurologik,

gastrointestinal,

genitourinaria,

kardiopulmonar, pergantian status kesadaran yang sulit ditandai dan lain sebagainya. Jarang
dalam setahun berlalu tanpa munculnya beberapa keluhan fisik yang mengawali kunjungan
ke dokter. Orang dengan gangguan somatisasi adalah orang yang sangat sering memanfaatkan
pelayanan medis. Keluhan-keluhannya tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik atau
melebihi apa yang dapat diharapkan dari suatu masalah fisik yang diketahui. Keluhan
tersebut juga tampak meragukan atau dibesar-besarkan, dan orang itu sering kali menerima
perawatan medis dari sejumlah dokter, terkadang pada saat yang sama.
2.5.2

Etiologi
Penyebab gangguan somatisasi belum diketahui dengan pasti tetapi banyak teori telah

diajukan untuk menjelaskan penyebab somatisasi yaitu:


1. Neurologis
Pengaturan sistem saraf pusat yang abnormal untuk informasi sensorik yang masuk
menyebabkan gangguan pada proses atensional.
2. Psikodinamik
Somatisasi merupakan suatu mekanisme pertahanan.
3. Perilaku
Somatisasi merupakan suatu perilaku yang dipelajari sehingga pendorong-pendorong
lingkungan melestarikan perilaku sakit yang abnormal. Teori yang ada yaitu teori
belajar, terjadi karena individu belajar untuk mensomatisasikan dirinya untuk
mengekspresikan keinginan dan kebutuhan akan perhatian dari keluarga dan orang
lain.
4. Sosiokultural

Cara-cara benar menghadapi emosi dan perasaan-perasaan ditetapkan oleh budaya.


Teori-teori ini satu sama lain tidak eksklusif, dan kemungkinan somatisasi merupakan
suatu fenomena komplek dengan banyak faktor resiko yang memainkan penyebabnya. Pada
seorang pasien tertentu, tiga kesatuan atau kelompok faktor berikut dapat ditemukan:
a. Faktor predisposisi
Termasuk karakteristik biologi, perkembangan, kepribadian, dan sosiokultural pasien.
Teori bahwa somatisasi disebabkan oleh pengaturan sistem saraf pusat yang abnormal
untuk informasi sensorik yang masuk (inhibisi kortikufugal).
b. Faktor pencetus
Termasuk peristiwa-peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres (misal: penyakit)
dan konflik antar pribadi.
c. Faktor penunjang
Termasuk interaksi-interaksi antar pasien, keluarga dan dokter dan sistem sosial.
Keuntungan finansial dan bentuk-bentuk lain keuntungan sekunder memperkuat
somatisasi, demikian pula faktor-faktor iantrogenik seperti pengujian yang tidak perlu,
efek samping obat, dan komplikasi pemeriksaan pemeriksaan invasif.9
2.5.3

Epidemiologi
1) Wanita : pria = 10 :1, bermula pada masa remaja atau dewasa muda
2) Rasio tertinggi usia 20- 30 tahun
3) Pasien dengan riwayat keluarga pernah menderita gangguan somatoform (berisiko
10-20 kali lebih besar dibanding yang tidak ada riwayat)
Penyakit ini sering didapatkan, berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk. Lebih

banyak pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang banyak.
Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah banyak mendapat
diagnosis, makan banyak obat, dan banyak menderita alegi. Pasien ini terus mencari
penerangan medis untuk gejala yang dideritanya dan bersedia untuk melakukan berbagai
test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun dia tahu hal tersebut jarang yang memberikan
hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada gangguan kecil.10
Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat
gangguan somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup dengan
didominasi dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami gangguan hubungan
interpersonal. Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal yang sama terutama pada
wanita, dan riwayat anti sosial pada pria.10

2.5.4

Gambaran Klinis
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang

berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkalikali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak
ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.
Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan
antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya,
bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan depresi. 8
2.5.5

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatisasi


Untuk gangguan somatisasi, diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:
1) Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak
dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung
sedikitnya 2 tahun.
2) Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa
tidak ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
3) Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga, yang
berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya.
atau:
1) Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa
tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan menyebabkan individu
tersebut mencari penanganan atau gangguan yang bermakna pada fungsi
sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya.
2) Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, yaitu:
a) 4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan
(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum,
selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
b) 2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya
mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)

c) 1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya


indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak
teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
d) 1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri
(gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi
urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,
ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya
kesadaran selain pingsan).
3) Salah satu 1) atau 2):
a) Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria 2) tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau
efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
b) Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan social atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan
dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
4) Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan
buatan atau pura-pura).
2.5.6

Tatalaksana
Pada gangguan somatisasi, tujuan pengobatannya antara lain:
1) Mencegah

adopsi

dari

rasa

sakit,

invalidasi

(tidak

membenarkan

pemikiran/meyakinkan bahwa gejala hanya ada dalam pikiran tidak untuk


kehidupan nyata.
2) Meminimalisir biaya dan komplikasi dengan menghindari tes-tes diagnosis,
treatment, dan obat-obatan yang tidak perlu.
3) Melakukan kontrol farmakologis terhadap sindrom komorbid (memperparah
kondisi).
Strategi dan teknik psikoterapi dan psikososial :
1) Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter yang sama
2) Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai
3) Memfokuskan terapi secara gradual dari gejala ke personal dan ke masalah social

Berikut adalah penanganan pada gangguan somatisasi.


1. Farmakoterapi
Tidak ada percobaan klinis terapi obat yang adekuat untuk somatisasi primer.
Obat-obat yang yang efektif dalam situasi-situasi sebagai berikut :
a. Gejala-gejala spesifik yang sulit disembuhkan seperti nyeri kepala, mialgia,
dan bentuk-bentuk penyakit kronik lainnya dapat hilang dengan antidepresan
trisiklik. Demikian pula pasien-pasien cemas dengan terapi aprazolam,
benzodiazepin, atau beta-bloker. Walaupun pasien-pasien tersebut tidak
memnuhi kriteria gangguan panik atau kecemasan.
b. Obat-obat simtomatik murni (misal: analgetik, antasida)
2. Konsultasi psikiatrik
Kita harus merujuk pasien pada suatu pelayanan hubungan konsultasi atau
kepada seorang dokter ahli jiwa.konsultasi mengakibatkan intervensi psikiatrik
jangka pendek selain strategi-strategi penatalaksanaan yang dianjurkan oleh
dokter di perawatan primer.
Pasien dengan somatisasi kronik berat mungkin mendapatkan perbaikan
dengan program-program terapi rawat inap.9
3. Strategi penatalaksanaan
Terapi perilaku kognitif (CBT, cognitive behavior therapy) akan bermanfaat
jika diadaptasi untuk keluhan somatisasi utama. Pasien mungkin perlu dibantu
untuk mengenali dan mengatasi stresor sosial yang dialami.5
Terapi kognitif-behavioral, untuk mengurangi pemikiran atau sifat pesimis
pada pasien. Teknik behavioral, terapis bekerja secara lebih langsung dengan
si penderita gangguan somatoform, membantu orang tersebut belajar dalam
menangani stress atau kecemasan dengan cara yang lebih adaptif. Terapi
kognitif, terapis menantang keyakinan klien yang terdistorsi mengenai
penampilan fisiknya dengan cara menyemangati mereka untuk mengevaluasi
keyakinan mereka dengan bukti yang jelas
Terapi ini dapat berfokus pada menghilangkan sumber-sumber reinforcement
sekunder (keuntungan sekunder), memperbaiki perkembangan keterampilan
untuk menangani stress, dan memperbaiki keyakinan yang berlebihan atau
terdistorsi mengenai kesehatan atau penampilan seseorang. Terapi ini berusaha
untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada
perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang
mendasarinya.

Strategi dan teknik farmakologikal dan fisik :


1) Diberikan hanya bila indikasinya jelas
2) Hindari obat-obatan yang bersifat adiksi
3) Anti anxietas dan antidepresan
2.5.7

Prognosis
Sebagian besar pasien dengan gejala-gejala somatik fungsional sembuh
tanpa intervensi khusus. Faktor-faktor yang lebih prognostik antara lain awitan
yang akut dan durasi gejala yang singkat, usia muda, kelas sosioekonomi tinggi,
tidak ada penyakit organik, dan tidak ada gangguan kepribadian.
Prognosa jangka panjang untuk pasien gangguan somatisasi dubia ad
malam, dan biasanya diperlukan terapi sepanjang hidup. Pasien susah sembuh
walau sudah mengikuti pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien wanita
berakhir pada percobaan bunuh diri. Bila somatisasi merupakan sebuah topeng
atau gangguan psikiatrik lain, prognosanya tergantung pada prognosis masalah
primernya.
Gejala-gejala konversi mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejalagejala ini mungkin dapat hilang secara spontan bila sudah tidak diperlukan lagi
atau berespons baik terhadap psikoterapi spesifik. 9

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan
medis yang adekuat. Gambaran yang penting dari gangguan somatoform adalah adanya
gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal

tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan
adanya faktor psikologis atau konflik.
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang
disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif
dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi: gangguan
somatisasi, gangguan somatoform tak terperinci, gangguan hipokondriasis, disfungsi
otonomik somatoform, gangguan nyeri somatoform menetap, gangguan somatoform lainnya,
dan gangguan somatoform YTT. Sedangkan pada DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama
dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan
dismorfik tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bengston, M. (2006). Undifferentiated Schizophrenia. Psych Central. Retrieved
on October 14, 2013, from http://psychcentral.com/lib/undifferentiatedschizophrenia/000150
2. Djopie.
(2012).
Skizofrenia
Paranoid.
http://kesehatantips.blogspot.com/2012/04/skizofrenia-paranoid.html. Diunduh tanggal 14
Oktober 2013 pukul 10.20
3. Jiwo, Tirto. (2013). Skizofrenia Paranoid: Pengertian dan Gejala.
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:icB3MIlROeEJ:tirtojiwo.org/%3Fp%3D1238+&cd=6&hl=id&ct=clnk.
Diunduh tanggal 14 Oktober 2013 pukul 09.45
4. http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/26/disorganized-skizofrenia528798.html diakses pada tanggal 14 Oktober pukul 11.05
5. https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Skizofrenia+Disorganized diakses pada
tanggal 14 Oktober 2013 pukul 10.35
6. ebook: Kesehatan Mental 1 oleh Drs. Yustinus Semium, OFM.
7. http://books.google.co.id/books?
id=buwj_j_4mukC&pg=PA34&lpg=PA34&dq=skizofreniform+adalah&source=bl
&ots=LR0LX33cVA&sig=BmA8Joe3B8E1nTyxeAYtEIwywI&hl=en&sa=X&ei=vlFaUvb0LcuVrgfX04HQBA&redir_es
c=y#v=onepage&q=skizofreniform%20adalah&f=false
8. http://psychcentral.com/lib/catatonic-schizophrenia/000147 diunduh tanggal 11
Oktober 2013
9. http://psikologiabnormal.wikispaces.com/Skizofrenia+Katatonik diunduh tanggal
11 Oktober 2013
10. www.dmacc.edu/instructors/tkwilson2/AbSchizophreniaDSM.pdf
11. diunduh tanggal 11 Oktober 2013
12. http://www.schizophrenia.com
13.http://www.vdshared.com/index.php/alam-54/34-dunia-manusia/110gejala-skizofrenia pada tanggal 14 Oktober 2013 pukul 20.37
14.http://dona_eka_p.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/32806/09+Per
temuan+Ke-9+Skizofrenia.ppt diunduh pada tanggal 14 Oktober 2013
pukul 20.12
15.http://yumizone.wordpress.com/2009/01/10/skizofrenia/ pada tanggal
14 Oktober 2013 pukul 20.04

16. http://www.mdguidelines.com/psychotic-disorder-unspecified pada tanggal 15


Oktober 2013 pukul 07.40

17. http://ikextx.weebly.com/uploads/4/6/9/3/469349/presentation_psikosis_akut.ppt
18. (1.Psikologi Abnormal Edisi ke-9 : Gerald C Davidson, John M. Neale, Ann M
Kring
:2006)
http://abnormalpsychologyschizophrenia.blogspot.com/2011/08/jenis-penangananskizofrenia.html
19. http://indrasagita.blogspot.com/p/terapi-skizofrenia.html
20. Sumber
:
%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32883/4/Chapter

Anda mungkin juga menyukai