TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Sintesis WO3 juga dapat dilakukan dengan proses kalsinasi amonium paratungstate
(APT) dibawah kondisi oksidasi. Reaksinya adalah :
7
Sensor secara istilah ilmu pengetahuan diartikan sebagai alat yang mampu
mengubah besaran fisik ataupun kimia menjadi besaran elektronik. Sensor
sebenarnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sensor fisika dan sensor kimia
berdasarkan besaran kondisi alam yang akan dideteksinya. Sensor fisika berarti alat
yang mampu mendeteksi kondisi besaran fisika, seperti tekanan, gaya, tinggi
permukaan air, kecepatan angin, dan temperatur. Sementara sensor kimia merupakan
alat yang mampu mengubah fenomena kimia, seperti komposisi gas dalam suatu
udara, kadar keasaman, susunan zat suatu bahan makanan, dan perubahan
konduktivitas (Adrian, 1998).
Secara umum model sensor gas atau sensor kimia meliputi bagian penerima
yang memiliki sensitifitas terhadap zat yang akan dideteksi yang dikenal dengan
hidung sensor (sensitive layer/nose parts/chemical interface). Bagian berikutnya
adalah transducer, yaitu bagian yang mampu mengubah hasil deteksi tersebut menjadi
sinyal elektrik. Bagian penerima berfungsi menyeleksi dan mengubah sifat kimia
yang dideteksinya menjadi energi yang bisa diukur oleh bagian transducer.
Sedangkan bagian transducer berfungsi mengubah energi yang membawa sifat-sifat
kimia tersebut menjadi sinyal elektrik.
Kemampuan material oksida sebagai sensor gas memerlukan perhatian khusus
pada karakteristik kristal yang dapat dianalisa melalui SEM (Scanning Electron
Microscope). Melalui pengamatan SEM, kristal dapat dilihat sebagai kumpulan
butiran (grains). Grain ini bisa besar ataupun kecil ukurannya. Kristalinitas material
oksida bisa tinggi apabila grainnya besar, begitu pula sebaliknya. Grain ini dalam
pertumbuhannya terhenti oleh pertumbuhan grain yang lain. Batas antar butir dalam
material tersebut disebut dengan batas butir (grain boundary). Batas butir terjadi
karena adanya pertumbuhan butir kristal. Apabila butir kristal tumbuh kemudian
bertemu dengan butiran kristal lain yang berbeda orientasi kristalnya maka terjadilah
batas butir. Pada gas sensor material, batas butir inilah yang mengambil peranan.
Chemisorbed oksigen terjadi pada batas butir ini, dikarenakan energi permukaan pada
9
batas butir lebih tinggi daripada butir/kristal. Oksigen lebih mudah terdifusi dan
terabsorb ke daerah batas butir (Anonim, 2007).
Selain itu ada satu sisi lain yang sama pentingnya pada gas sensor. Yaitu
charge neutrality dari material oksida yang berikatan kovalen. Dikarenakan material
oksida berikatan kovalen ataupun ionik, sedangkan ikatan kovalen dan ionik itu
sendiri merupakan ikatan yang melibatkan kation (ion bermuatan positif) dan anion
(ion bermuatan negatif), maka kestabilan material oksida ditentukan oleh kenetralan
muatan (charge neutrality). Kelebihan unsur bisa terjadi selama pemrosesan material,
begitupun kekurangan unsur. Dikarenakan material oksida itu harus netral, maka
kelebihan dan kekurangan ini harus dikompensasikan. Kompensasinya berupa
munculnya elektron bebas atau hole. Elektron dan hole merupakan faktor utama
penyebab konduktivitas sebuah material. Berkaitan dengan konduktivitas, ada
kalanya mekanisme doping diperlukan. Doping ialah menambahkan sejumlah kecil
material agar sifat konduktivitas material meningkat (Anonim, 2007).
Pengaruh panjang plat dan ketebalan sampel dapat mempengaruhi besarnya
konduktivitas. Sehingga dapat dirumuskan :
Hidrolisis
Selama proses hidrolisis, penambahan air menyebabkan terjadinya proses
penggantian dari bentuk O-R menjadi bentuk O-H. Hidrolisis dapat dipercepat
dengan menambahkan suatu katalisator seperti HCl dan NH3. Hidrolisis berlanjut
13
sampai semua bentuk alkoksi digantikan oleh bentuk hidroksil. Proses hidrolisis
dipengaruhi oleh pH, konsentrasi reagen dan rasio molar dari air.
Reaksi :
M-O-R + H2O M-OH + R-OH
Kondensasi
Kondensasi adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti
gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi
cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan
ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan
kompresi. Hasil akhir dari proses kondensasi adalah bentuk monomer, dimer, dan
tetramer siklik.
M-OH + HO-M M-O-M + H2O (water condensation)
M-O-R + HO-M M-O-M + R-OH (alcohol condensation)
Banyak zat dapat membentuk gel apabila ditambah bahan pembentuk gel
(gelling agent) yang sesuai. Teknik ini umum digunakan dalam produksi berbagai
macam produk industri, dari makanan sampai cat serta perekat.`Aplikasi lain dari
proses sol gel ini antara lain adalah untuk pembuatan keramik atau material glass
dalam bentuk yang bervariasi, ultra-fine, film tipis, serat keramik, membran
anorganik mikroporos, keramik monolitik dan material aerogel (Duguet, 1994).