NPM : 260110130121
TUGAS PENDAHULUAN 9
1. Jelaskan mekanisme kerja obat sedative-hipnotik golongan benzosiazepin dan
barbiturate dan berikan paling sedikit 6 contoh obat masing-masing!
MEKANISME KERJA BENZODIAZEPIN
hipoalbumin pada cirrhosis hepatis dan chronic renal disease akan meningkatkan efek
obat ini (Medication, 2009).
Benzodiazepine menurunkan degradasi adenosine dengan menghambat
transportasi nukleosida. Adenosine penting dalam regulasi fungsi jantung (penurunan
kebutuhan oksigen jantung melalui penurunan detak jantung dan meningkatkan
oksigenase melalui vasodilatasi arteri koroner) dan semua fungsi fisiologi proteksi
jantung (Medication, 2009).
Contoh obat : alprazolam, klordiazepoksid, klonazepam, klorazepat, diazepam,
lorazepam, yang termasuk ansiolitik. Kemudian quazepam, midazolam, estazolam,
flurazepam, temazepam, dan triazolam yang termasuk golongan hipnotik (Medication,
2009).
MEKANISME KERJA BARBITURATE
Barbiturat menyerang tempat ikatan tertentu pada reseptor GABA A sehingga
kanal klorida terbuka lebih lama yang membuat klorida lebih banyak masuk sehingga
menyebabkan hiperpolarisasi dan pengurangan sensitivitas sel-sel GABA. Dimana
barbiturat merupakan kelanjutan efek terapi. Disini, barbiturat adalah agonis dari
GABA yang bekerja mirip dengan GABA sehingga ketika terjadi hiperpolarisasi maka
tidak terjadi depolarisasi sehingga tidak terjadi potensial aksi dan terjadinya anastesi
(Budiarti, 2009).
Ketika anastesi telah berlangsung, perlu diperhatikan dalam penggunaan
barbiturat. Sebab, barbiturat merupakan obat yang distribusinya luas. Karena seperti
yang kita ketahui bahwa tahap-tahap anatesi ada empat tingkatan dan yang paling
fatal adalah pada tingkat keempat dimana dapat terjadi koma bahkan kematian pada
pasien (Budiarti, 2009).
Contoh obat : amobarbital, fenobarbital, pentobarbital, sekobarbital, dan
thiopental, metoheksital (Budiarti, 2009).
2. Amfetamin dan Kafein merupakan salah satu obat yang merangsang SSP, terangkan
bagaimana mekanisme kerjanya!
a. Amfetamin menghambat MAO, merangsang pelepasan neurotransmitter di
postsinaps menjadi lebih banyak. Amfetamin bekerja merangsang susunan saraf
pusat melepaskan katekolamin (epineprin, norepineprin, dan dopamin) dalam
sinaps pusat dan menghambat dengan meningkatkan rilis neurotransmiter
entecholamin, termasuk dopamin. Sehingga neurotransmiter tetap berada dalam
sinaps dengan konsentrasi lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dari
biasanya. Semua sistem saraf akan berpengaruh terhadap perangsangan yang
diberikan (Kotsasi, 2013).
Efek klinis amfetamin akan muncul dalam waktu 2-4 jam setelah penggunaan.
Senyawa ini memiliki waktu paruh 4-24 jam dan dieksresikan melalui urin
sebanyak 30% dalam bentuk metabolit. Metabolit amfetamin terdiri dari phidroksiamfetamin,
p-hidroksinorepedrin,
dan
penilaseton.
Karena
waktu
paruhnya yang pendek menyebabkan efek dari obat ini relatif cepat dan dapat
segera terekskresikan, hal ini menjadi salah satu kesulitan tersendiri untuk
pengujian terhadap pengguna, bila pengujian dilakukan lebih dari 24 jam jumlah
metabolit sekunder yang di terdapat pada urin menjadi sangat sedikit dan tidak
dapat lagi dideteksi dengan KIT (Kotsasi, 2013).
b. Kafein terdapat pada daun teh, permen coklat, cocoa dan paling banyak terdapat
pada
kopi.
Mekanismenya
didasari
oleh
peningkatan
cAMP sehingga
2013.
Obat-obat
Sedatif-Hipnotika.
Tersedia
online
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31382/4/Chapter%20II.pdf
di
[diakses
F.
2013.
Amfetamin.
Tersedia
online
di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38703/5/Chapter%20I.pdf . [diakses
pada tanggal 11Mai 2015].
Medication,
Health
Services.
2009.
Benzodiazepines.
Tersedia
online
di
http://www.google.co.id/url?sa=1&ved=0CBsQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.dhi.health.nsw.gov.au%2FArticleDocuments
%2F1729%2FBenzodiazepines_Indonesian2013.pdf. [diakses pada tanggal 11 Mai
2015].