Nama
NPM
Abdurahman Ridho
260110130120Pembahasan,
Alat-Bahan, Prosedur,
Teori Dasar, Daftar
Pustaka
260110130121Data Pengamatan,
Perhitungan, Tujuan,
Prinsip, Pembahasan
Simpulan, Editor
Mega Hijriawati
Pembagian Tugas
(Shintya)
(Benedictus)
yang
lebih
kecil
dengan
cara
menambahkan pelarutnya.
= Konsentrasi awal
= Volume awal
= Konsentrasi campuran
= Volume pencampuran
(Tjay, 2002).
2. Potensi Antibiotika
Kekuatan suatu antibiotikadalam menghambat atau membunuh
pertumbuhan mikroba. Satuannya dalam IUmg (iu=international unit)atau
g/mg (DepKes RI, 1995).
3. Zona Hambat
Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukan
sensitifitas bakteri terhadap zat anti bakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa
semakin tebar diameter zona tambatan yang terbentuk bakteri tersebut
semakin sansitif (Pelczar, 1998).
4. Teknik Aseptis
Teknik aseptis adalah usaha mempertahankan objek agar bebas dari
mikroorganisme (Rakhmawati dan Anna, 2013).
5. Metode Lempeng
Metode penentuan angka lempeng total digunakan untuk
menentukan jumlah total mikroorganisma aerob dan anaerob (psikrofilik,
mesofilik dan termofilik) (Zaenab, 2004).
III.
Teori Dasar
Zat antibiotika adalah zat-zat yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang
memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman. Turunan
zat tersebut yang dibuat secara semisintetik, termasuk dalam kelompok ini,
begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri lazimnya disebut
antibiotika (Tjay, 2002).
Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi
mikroba pada tubuh manusia. Sedangkan yang disebut dengan antibiotika
adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya
dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh
atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Munaf, 1994).
Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab
infeksi pada manusia, harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi
mungkin. Artinya, antibiotika tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk
mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia. Antibiotika adalah obat
yang sangat ampuh dan sangat bermanfaat jika digunakan secara benar.
Namun,
jika
digunakan
tidak
semestinya
antibiotika
justru
akan
ditanah.
Bacilus
subtilis
mempunyai
kemampuan
untuk
Rifampisin
dosis
600
mg/hari
pada
manusia
dapat
macam
konsentrasi,
kemudian
masing-masing
konsentrasi
Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Beaker Glass
Cawan Petri
Erlenmeyer
Inkubator
Jangka Sorong
Kapas
Koran
Korek Api
9. Labu Ukur
10. Mikropipet
11. Perforator
12. Pipet Volume
13. Rak Tabung
14. Spirtus
15. Tabung Reaksi
4.2 Bahan
1. Aquadest Steril
2. Desinfektan
3. Nutrient Agar
4. Larutan
Rimpafisin
5. Suspensi
Bacillus subtilis
6.
2. Cawan Petri
11.
6. Kapas
12.
7.
3. Erlenmeyer
7. Koran
13.
8.
4. Inkubator
9.
10.
5. Jangka sorong
Antibiotika
14.
15.
16.
17.
Bakteri
18.
19.
8. Korek api
20.
11. Perforator
23.
12. Pipet volum
24.
9. Labu ukur
13. Spirtus
21.
10. Mikro pipet
22.
25.
14. Tabung reaksi
26.
27.
28.
V. Prosedur
29.
VI.
Data Perhitungan
1. Konsentrasi Rifampisin dalam labu ukur
32.
33.
34.
35.
2. Dosis Rifampisin
-
Dosis Tinggi
Dosis Menengah =
= 100 mg /100 mL
= 100000 g / 100 mL
= 1000 g/mL
= 1000 g/ 1000 L
= 50 g / 50 L
- Dosis Rendah
=
3. Pengenceran konsentrasi untuk larutan baku
a. Dosis Tinggi = 50g/mL
36. 1000 g/mL x 0,5 mL = 50 g/mL x V2
37.
38.
V2
= 10 mL
Aquadest yang ditambahkan = 0,9 mL
VII.
48.
49.
50.
b. Dosis Menengah = 25g/mL
1000 g/mL x 5 mL
= 25 g/mL x V
51.
52.
V2
= 10 mL
53.
Aquadest yang ditambahkan = 5 mL
c. Dosis Rendah = 1,25g/mL
54.
1000 g/mL x 0,5 mL = 50 g/mL x V2
55.
V2
= 10 mL
56. Aquadest yang ditambahkan = 0,9 mL
57.
Data Pengamatan
1. Larutan Baku
59. Bak
58.
61. Bak
60.
Ting
C
78.
C
91.
C
67.
68.
79.
80.
81.
92.
93.
94.
69.
82.
95.
Ren
gah
66.
64.
Ten
gi
65.
63. Bak
62.
dah
70.
71.
72.
83.
84.
85.
96.
97.
98.
73.
74.
75.
76.
77.
86.
87.
88.
89.
90.
99.
100.
101.
102.
103.
1,6
1,4
1,5
1,5
2. Larutan Standar
105. Sta
104.
107. Sta
106.
ndar
C
124.
C
137.
C
Ren
gah
dah
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
1,8
1,8
1,8
1,8
1,5
1,5
1,5
1,5
1,4
1,4
1,4
1,4
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
1,9
1,8
1,8
1,83
1,8
1,7
1,7
1,73
1,5
1,5
1,4
1,53
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
1,9
1,9
1,9
1,9
1,8
1,8
1,8
1,8
1,5
1,4
1,5
1,53
3. Data Perhitungan
151. Larutan
150.
C
110.
ndar
Ten
gi
111.
108.
ndar
Ting
109. Sta
Baku
152. Larutan
(mm)
Sampel
(mm)
154.
155.
156.
157.
158.
159.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
160.
I
195.
196.
Perhitungan Potensi
Log dosis
= log (dosis tinggi/dosis tengah)
197.
= log 2
199.
200.
201.
VIII.
Pembahasan
203.Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan potensi antibiotika
dengan tujuan untuk mengetahui besarnya potensi sampel terhadap
antibiotika. Suatu antibiotik akan menghambat pertumbuhan atau
membunuh bakteri pada konsentrasi tertentu. Dalam percobaan kali ini,
pengujian dilakukan dengan metode penetapan dengan lempeng silinder,
yaitu metode yang menggunakan perforator untuk membuat lubang pada
media agar yang berisi biakan bakteri pada cawan petri. Pada lubang
tersebut akan diisikan larutan antibiotik rifampisin yang akan diujikan
sesuai dengan konsentrasi tertentu.
204.Potensi yang dapat ditentukan dengan mengukur zona bening pada
media agar yang dihasilkan dari penghambatan oleh antibiotik. Bakteri
yang digunakan dalam pengujian harus merupakan biakan murni. Biakan
murni adalah bakteri yang diambil dari alam secara langsung kemudian
dibiakan, bukan dari bakteri yang diisolasi dari laboratorium klinis seperti
dari sampel darah, feses, atau urin.
205.Antibiotik yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
Rifampisin dan bakteri yang digunakan adalah Bacillus subtilis. Sebelum
memulai praktikum, dilakukan perencanaan pengenceran dan perhitungan
konsentrasi. Penentuan dosis dilakukan berdasarkan data di Farmakope
Indonesia. Pada Farmakope tertulis dosis yang digunakan dalam uji
potensi adalah sebesar 5,0 g/ml. . Pada pecobaan kali ini, dosis tinggi yang
digunakan adalah 50 g/mL, dosis tengah dengan konsentrasi 25 g/mL
dan dosis rendah dengan konsentrasi 12,5 g/mL dengan menggunakan
pelarut steril yaitu aquadest streril. Alasan penggunaan aquadest ini adalah
mendapatkan hasil yang akurat dan agar tidak terdapat mikroorganisme
yang dapat mengganggu hasil pada larutan antibiotika. Pengenceran
antibiotika dibuat dengan beragam variasi dosis atau konsentrasi.
Penggunaan beragam variasi ini adalah untuk mengetahui konsentrasi
terendah dari Rimpafisin agar dapat membunuh bakteri. Setelah itu
disiapkan inokulum yaitu dengan memasukkan 0,2 ml suspensi bakteri ke
dalam nutrien agar (setiap 20 ml). Pembuatan agar yang nantinya akan
kekuatan
hasil
potensi
yang
terukur
kerena
tanpa
yang lebih tinggi dari sediaan baku. Kesalahan dapat terjadi diantaranya
karena :
1. Pengenceran yang tidak tepat.
2. Perhitungan yang salah.
3. Prosedur kerja yang kurang aseptis.
215.
IX.
Simpulan
216. Besarnya potensi sampel antibiotika dapat ditentukan yaitu sebesar
112,2% terhadap antibiotika standar. Karena potensi menurut farmakope
haruslah 95% - 105%, berarti antibiotik sampel tidak memenuhi syarat untuk
dapat diedarkan di pasaran.
217.
218.
225.
Rifampisin.
Tersedia
online
di
http://ejournal.unsrat-.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/4368.pdf
[Diakses pada Mei 2015].
226.
Kampung
terhadap
Jumlah
Escherichia
coli.
Tersedia
online
di
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14688&val=974 [Diakses
9 Mei 2015].
227.
Tersedia
online
di
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/-
handle/123456789/1291-4/MAGFIRAH%20JURNAL.pdf?sequence=1
[Diakses 9 Mei 2015].
229.
Jakarta: EGC.
230.
Rakhmawati,
Anna.
2013.
Teknik
aseptis.
Tersedia
Online
di
232.
Setiabudy, Rianto dan Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Terapi.
Tersedia
online
di
http://download.portalgaruda.org/article.php?