1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Cara memasukkan sampel : membuat terlebih dulu larutan sampel, kalo sampelnya padatan maka di
treatment dulu, kalo bisa hanya pakai asam tanpa pemanasan, maka larutkan saring dan ukur
Kalo ngga bisa pakai pemanasan biasa : gunakan macrowave, oven, atau harus di abukan dulu, dll.
Intinya buat semua logam terlarut sempurna kedalam pelarut yang digunakan. Tapi jangan pernah : ketika
melarutkan dengan asam langsung di ukur menggunakan alat AES/ AAS karena ketika di ukur, sampel akan
disedot oleh nebulizer menggunakan pipa, menyebabkan pipa rusak karena paparan asam dari sampel. Jadi
untuk mengukurnya maka sampel yang sudah di asamkan, diencerkan dulu dengan air agar tidak terlalu
asam.
Caranya :
Cair => spray=> kering => dibuat menjadi gas => difolatilisasi, dibawa gasnya ke ICP tor
Sampel solid= miripnya dengan grafik furnance, yang elektrotermal. Perbedaannya adalah klo
grafikfurnance, funginya adalah mulai pengeringan, pengabuan, folatilisasi langsung atomisasi,
Tapi untuk solid sampel yang di ICP tidak melakukan proses atomisasi , hanya sampai menjadi gas, nanti
gasnya di bawa oleh argon naik ke ICP tor, dan yang melakukan atomisasi adalah ICP bukan grafikfurnance.
Graphic furnance di ICP fungsinya hanya membuat analit menjadi gas. Jadi nanti gasnya di bawa oleh argon
naik ke atas.
Posisi dariICP tor terbagi menjadi 2
1. Axial = ICP tor tidur (untuk ICP MS, umumnya ICP tornya seperti ini.
2. Radial = ICP tor berdiri (umumnya ICP OES)
Ini hanya memperlihatkan diposisi mana analit mengalami eksitasi, dan dimana sebenernya ita melihat
garis2 emisinya, ada daerah esitasi di bagian bawah, dan daerah obserfasi didaerah agak keatas.
Suhu yang paling panas adah tempat atom-aom mengalami ionisasi
Kelebihan ICP :
1. Suhu lebih tinggi dari flame, klo fle 3000-5000 C, kalo plsma ICP: 8000-10000 K. karena suhu lebih
tinggi maka atomisasi & eksitasinya pasti lebih bagus.
2. Reaksi kimianya relative tidak ada interferensi
3. Karena menggunakan gas inert dari argn maka kemungkinan adanya oksidasi analit tidak ada
4. Untuk kurva kalibrasi bisa sampai o,1 ppb
Sample = > nebulizer => plasma/ atomizer => deektor => data output
Sampel preparasi dari padat menjadi cair, kalo sudah menjadi larutan yang siap dianalisis, maka dimasukkan
ke nebulizer, mengalami nebulisasi dari cairan dikonfersi menjadi aerosol kemudian mengalami desolvasi
dan folatilisasi, ketika sudah membentuk gas, maka akan di atomisasi. Kemudian di eksitasi. Kemudian
kembali kekeadaan dasar dan spectrum energinya ditangkap oleh monokromator dan diteruskan kedetektor.
Klo AAS, berhenti di atomisasi.
Aplikasinya :;
1. ICP dapat mengukur > 70 logam dalam waktu < 2 menit.
2. Bisa menggunakan berbagai macam sampel (batu, darah)
2
3. Krugiannya : metode AES/ ICP/flame AE, tidak bisa mengetahui bentuk oksidasi (chemical from)
dari logam, jadi kalo fe dapat di deteksi, tapi kalo mendeteksi fe 2+/ fe3+ tidak bisa menggunakan
metode ini, gunakan metode voltametri/ potensiometri.
4. Halogen dan karbon tidak bisa ditentukan
5. Metupakan metode destruktif, karena sampel yang sudah digunakan tidak mungkin bisa kembali lagi
DCP (Direct current plasma)
Menggunakan elektroda (ada katoda dan anoda), katoda dari tungsten dan anoda dari grapite . bentuknya
seperti Y terbalik. Ketika alat dinyalakan, maka aka nada pergerakan electron dari anoda ke katoda,
pergerakan electron menyebabkan ionisasi dari argon, menjadi Ar + + e- , karena mengalirkan argon terusmenerus maka plasma akan muncul. Kemudian mengalami eksitasi dan diukur.
Keuntungan ICP
1.
Keuntungan DCP
1. Maintenance alat lebih mahal karena menggunakan elektroda yang harus diganti setelah
menggunakan 5 x
2. Garis emisinya relative lebih sedikit disbanding ICP
3. Snsitifitasnya lebih rendah , jadi kalo punya sampel dengan konsentrasi rendah gunakan ICP bukan
DCP
4. Argon yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan ICP => Lebih murah
5. Jarang dijual,
Intrumen terbagi 2:
1. Sequential ( scanning)
Mengukur 1 logam, kemudian mengukur logam berikutnya dalam sampel yang sama. (butuh waktu
yang lama kalo ngukur banyak logam) (butuh sampel dengan volume yang lebih banyak kalo ngukur
banyak logam), hanya memiliki 1 detektor
2. Multi-channel instruments
Dalam 1 waktu mengukur banyak logam, karena detektornya ada sebanyak 60. Rowland circle
instrument & Echelle polychromator instrument.
AES larutan mengalami nebulisasi menjadi aerosol => desolfasi => folatolisasi => atomisasi => eksitasi.
Menggunakan light sores, atomizer = flame & plasma