MASYARAKAT
ANALISIS SITUASI KESEHATAN PADA KAWASAN BANTARAN
SUNGAI CITARUM
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Adi Pratama
Nufus Dwianita
Agisa Hasna Zhafinah
Rizka Wulan Sari
Angga Rahmadani
Nurul Awaliah Armin
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya serta
shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
karena dengan segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini berisi materi uraian tentang analisis situasi kesehatan
pada kawasan bantaran Sungai Citarum dan disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat pada program studi Profesi Apoteker.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini.
2. Ibu Dra. Rr. Sulistyaningsih, M.Kes., Apt selaku dosen pengampuh mata
kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Teman-teman profesi apoteker Universitas Padjadjaran Tahun 2016
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Farmasi. Akhir kata, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................. 2
BAB II ISI
2.1 Kondisi Geografis .............................................................. 3
2.2 Demografi Penduduk ......................................................... 5
2.3 Analisis Situasi ................................................................... 9
2.3.1 Kebiasaan Penduduk Sekitar Sungai ........................ 9
2.3.1.1 Kebiasaan Penduduk Berkaitan dengan
Kesehatan ............................................................... 11
2.3.1.2 Kebiasaan Penduduk Berkaitan dengan
Lingkungan ............................................................ 12
2.3.2 Penyakit yang Sering Terjadi dan Proses
Penyebaran ................................................................ 15
2.4 Penyebab Penyakit ............................................................. 17
iii
3.2 Upaya Promosi Kesehatan Diri dan Lingkungan ............... 22
3.2.1 Promosi Kesehatan Diri ............................................ 22
3.2.2 Promosi Kesehatan Lingkungan ............................... 28
3.3 Organisasi Penggerak dan Sumber Daya yang
Dimanfaatkan ..................................................................... 33
3.4 Analisis Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat .......... 33
3.5 Pemantauan dan Evaluasi Promosi Kesehatan ................... 34
3.5.1 Pemantauan Promosi Kesehatan ............................... 34
3.5.2 Evaluasi Promosi Kesehatan ..................................... 35
SIMPULAN ............................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 38
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sungai Citarum yang tercemar memberikan dampak yang lebih buruk saat
terjadinya banjir. Lingkungan yang tidak sehat akan mempengaruhi kualitas hidup
masyarakat di sekitarnya menjadi tidak sehat dan masyarakat akan lebih rentan
terkena penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukannya sosialisasi dan tindakan
tindakan untuk mengatasi masalah lingkungan dan kesehatan tersebut agar
kualitas hidup masyarakat disekitar Sungai Citarum dapat meningkat.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kondisi geografis dan demografi penduduk Sungai Citarum.
2. Memahami analisis situasi tentang kesehatan dan lingkungan dari
penduduk terutama disekitar kawasan Sungai Citarum.
3. Memberikan solusi dan tindakan yang tepat untuk mengatasi
permasalahan lingkungan dan kesehatan.
1.4 Manfaat
Kajian dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan tentang analisis kesehatan pada kawasan bantaran sungai khususnya
Sungai Citarum. Sehingga dapat dijadikan data tambahan ataupun solusi dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar bantaran sungai khususnya
Sungai Citarum.
2
BAB II
ISI
Panjang aliran sungai ini sekitar 300 km. Hulu Citarum dianggap berawal
dari lereng Gunung Wayang, di tenggara Kota Bandung, di wilayah Desa
Cibeureum, Kertasari, Bandung. Ada tujuh mata air yang menyatu di suatu danau
buatan bernama Situ Cisanti di wilayah Kabupaten Bandung. Namun demikian,
berbagai anak sungai dari kabupaten bertetangga juga menyatukan alirannya ke Ci
Tarum, seperti Ci Kapundung dan Ci Beet. Aliran kemudian mengarah ke arah
barat, melewati Majalaya dan Dayeuhkolot, lalu berbelok ke arah barat laut dan
utara, menjadi perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat,
melewati Kabupaten Purwakarta, dan terakhir Kabupaten Karawang (batas dengan
Kabupaten Bekasi). Sungai ini bermuara di Ujung Karawang.
3
d. Kecamatan Margahayu di sebelah Barat.
Secara Geografis daerah Dayeuhkolot ini merupakan daerah yang
strategis, hanya berjarak 10 km dari pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat
dengan jarak tempuh kurang dari satu jam, dan 15 km dari pusat Pemerintahan
Kabupaten Bandung dengan jarak tempuh sekitar satu jam. Jarak terjauh antara
pusat kota Kecamatan Dayeuhkolot dengan Desa terjauh berjarak 5 km dengan
jarak tempuh 30 menit.
Dari aspek aksesibilitas cukup padat karena merupakan salah satu pintu
gerbang antara Kota Bandung dengan wilayah Bandung bagian Selatan. Selain
strategis secara Geografis, ternyata wilayahDayeuhkolot juga strategis dalam hal
ekonomis karena merupakan salah satu kecamatan penyangga antara pusat kota
dengan daerah sekitarnya. Dayeuhkolot merupakan salah satu sentral Industri di
wilayah Bandung, sehingga wilayah tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi
warga sekitar untuk datang dan bekerja di daerah tersebut.
Luas kecamatan Dayeuhkolot sebesar 1.125 Ha dengan rincian Desa
Cangkuang Kulon seluas 243,7 Ha, Desa Cangkuang Wetan seluas 209,7 Ha,
Desa Citeureup seluas 203 Ha, Desa Dayeuhkolot seluas 102,5 Ha, Desa
Sukapura seluas 159,1 Ha dan Kelurahan Pasawahan seluas 207,2 Ha.
4
Desa Citeureup merupakan bagian dari Kecamatan Dayeuhkolot, dan
berbatasan dengan Kecamatan Baleendah,Bojongsoang dan Kecamatan Banjaran.
5
Kecamatan Dayeuhkolot kepadatan penduduk sebesar 90,42 jiwa/km2 atau
tergolong tingkat kepadatan yang kurang padat.
a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
Berdasarkan rekapitulasi data monografi Kecamatan Dayeuhkolot,
penduduk
dapat dikelompokkan berdasarkan usia, yang tampak pada tabel jumlah penduduk
berdasarkan usia sebagai berikut:
6
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
Kecamatan
Dayeuhkolot didominasi oleh tamatan perguruan tinggi, yaitu sebanyak 22.755
jiwa atau sekitar 22,37% dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Banyaknya
lulusan perguruan tinggi di lokasi penelitian, hal tersebut menandakan bahwa
penduduk di Kecamatan Dayeuhkolot telah sadar akan pendidikan selain itu di
lokasi tersebut dan di wilayah sekitarnya memang terdapat beberapa Universitas.
Tamatan SMP dan SMA menempati urutan ke dua dan tiga, tamat SMP
sebanyak 22.713 jiwa atau 22,33% dan tamatan SMA sejumlah 22.266 atau
21,89%.
Banyaknya tamatan SMP dan SMA yang tinggal di kecamatan Dayeuhkolot lebih
dikarenakan kebanyakan industri di wilayah Kecamatan Dayeuhkolot memang
mensyaratkan bagi pekerjanya memiliki pendidikan minimal setingkat SMP atau
SMA.
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya di Kecamatan
Dayeuhkolot dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
7
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa penduduk Kecamatan Dayeuhkolot
sangat didominasi oleh para buruh industri, yaitu sebanyak 30.110 jiwa atau
43,96% dari keseluruhan penduduk Kecamatan Dayeuhkolot. Hal tersebut
dikarenakan Kecamatan Dayeuhkolot terdapat kawasan Industri yang menyerap
banyak tenaga kerja sehingga wajar jika sebagian besar penduduknya bekerja
pada sektor industri. Kemudian selanjutnya disusul oleh para pedagang, sebanyak
9.746 atau mencapai 14,23%, hal tersebut lebih dikarenakan banyaknya para
perkerja industri sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk lainnya
untuk berdagang sehingga bermunculan pusat-pusat perbelanjaan dan pasar
dadakan di sekitaran industri.
8
2.3 Analisis Situasi
2.3.1 Kebiasaan Penduduk Sekitar Sungai
Sungai dijadikan tempat pembuangan sampah. Perkembangan kota ,desa
dan penduduk di wilayah Bandung memang membuat pemerintah daerah
kewalahan terutama dalam mengurus sampah. Masyarakat terutama masyarakat
miskin masih dikenakan iuran sampah sehingga mereka membuang sampah
dimana saja. Bagi mereka yang tinggal dekat dengan sungai atau saluran, sampah
akan dibuang langsung ke sungai atau saluran. Beberapa pasar tradisional,
lokasinya berada dekat dengan aliran sungai sehingga memudahkan oknum
membuang sampah ke sungai. Bahan sisa rajutan yang dibuang ke sungai,
sebagian tenggelam tetapi bagian lain melayang dalam air dan menangkap tanah
sedimen sehingga mempercepat terjadinya pendangkalan sungai.
9
dengan tempat pekerjaan dan sarana kota lainnya. Andai saja daerah bantaran
sungai tidak diberi fasilitas listrik, jalan bahkan ijin mendirikan bangunan, lokasi
tersebut akan tetap menjadi lahan sawah atau kebun. Mahalnya harga lahan juga
membuat oknum mencari cara untuk menambah luas lahannya yaitu dengan cara
menanam cerucuk bambu pada badan sungai di musim kemarau, kemudian lahan
tersebut di isi buangan sampah, tanah dll. Hal ini juga dilakukan oleh pabrik-
pabrik yang berlokasi di bantaran sungai sehingga mengakibatkan di tempat-
tempat tertentu terjadi penyempitan sungai yang pada musim hujan akan
mengakibatkan banjir.
10
telah dibentuk sesuai dengan rencana, kemudian ditanami dengan jagung,
singkong atau sayuran. Pada musim hujan, parit - parit tersebut kemudian terisi
sedimen dan setiap tahun semakin tinggi. Membuat bendung tanpa ijin. Pada
musim kemarau, debit sungai Citarum sangat kecil, demikian pula kondisi anak-
anak sungainya. Petani yang memerlukan air kemudian membendung sungai
secara tradisional dengan cerucuk bambu untuk meninggikan muka air agar
mudah dipompa ke sawah. Jadi pada musim kemarau air yang mengalir ke waduk
Saguling bukanlah air yang berasal dari pegunungan karena air tersebut sudah
dibendung dan dipompa oleh industri dan petani. Air yang mengalir ke waduk
Saguling adalah air limbah rumah tangga dan industri yang sangat kotor dan
berbau busuk. Memasuki musim hujan bendung tersebut tidak dibongkar karena
petani akan memerlukannya lagi pada musim kemarau berikutnya. Menurut
mereka menaikkan sedikit muka air dengan membendungnya tidak akan
mengakibatkan banjir. Tetapi bendung-bendung tersebut akan mengakibatkan
sedimentasi pada bagian hulunya. Jika sungai menjadi dangkal, akan dibuat
bendung baru dan akibatnya sungai yang telah dinormalisasi akan menjadi
dangkal.
11
tubuh. Dampaknya sangat cepat, misalnya mereka kulitnya sensitif bisa jadi gatal
gatal atau merah merah. Beberapa bahkan ada yang disertai dengan kulit kering
seperti pecah-pecah. Selain itu, yang paling berbahaya bagi mereka yang
mengonsumsi air tersebut adalah dalam jangka panjang, kandungan logam akan
mengendap di dalam tubuh. Endapan zat tersebut yang nantinya akan
menimbulkan penyakit-penyakit di dalam tubuh seperti kanker.
12
penduduk, kadang-kadang terjadi rembesan air dari bawah tanah dan berbau
busuk. Bangunan IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah) yang terdapat di jalan
Cisirung, bertujuan agar semua limbah pabrik di kawasan Dayeuh Kolot diolah di
IPAL tersebut sebelum dialirkan ke sungai Citarum.
Setiap musim hujan, jika terjadi banjir di sungai Citarum, akan ada berita
jutaan ikan mati di waduk Saguling yang berakibat pemilik keramba rugi puluhan
juta rupiah. Ada ahli yang mengatakan peristiwa ini terjadi karena pembalikan
arus sehingga ikan-ikan menjadi mabuk dan kemudian mati. Bagaimana jika
ternyata matinya jutaan ikan-ikan di waduk Saguling tersebut karena banyaknya
limbah yang mengalir ke danau tersebut pada saat banjir, karena banjir akan
menggelontar sungai yang pada musim kemarau dipenuhi limbah.
13
Cikeruh, Cimande, Cikijing dan Citarik menjadi kurang besar untuk mengalirkan
debit dari hulu. Pada masa lalu hal ini tidak bermasalah. Selain karena debit dari
hulu yang tidak besar karena kawasan hulu masih berhutam juga karena debit dari
hulu banyak berkurang karena digunakan untuk mengairi persawahan atau
tertampung di kolam-kolam.
Hutan tanaman keras berubah menjadi lahan kebun sayur Perubahan tata
guna lahan di kawasan hulu merupakan salah satu penyebab tingginya erosi dan
mengakibatkan tingginya sedimentasi pada sungai Citarum. Tanaman keras yang
kemudian diganti menjadi tanaman sayuran tanpa terrasering akan mengakibatkan
tingkat erosi yang tinggi dan lumpur akan mengalir ke sungai Citarum.
Kesimpulan dari tulisan ini adalah diperlukan kebijakan yang segera dan
komperhensif dari hulu ke hilir untuk mengembalikan fungsi sungai Citarum dan
anak-anak sungainya agar bermanfaat bagi semua pihak. Keberadaan pabrik untuk
meningkatkat PAD (Pendapatan Asli Daerah) , meningkatkan ekspor dan
menampung tenaga kerja memang tidak terbantahkan. Tetapi jika kerusakan alam
dan sosial ternyata sangat besar dan tidak sebanding dengan keuntungan tadi,
harus ada yang berani mengambil keputusan untuk memperbaiki kondisi ini. Jika
pabrik sudah bisa dikendalikan agar tidak membuang limbahnya ke sungai, maka
akan lebih mudah untuk mendidik masyarakat untuk berbuat hal yang sama.
14
Dampak akibat terjadinya Land Subsidence Dampak akibat terjadinya
Land Subsidence yang paling dirasakan adalah pada saat banjir, genangan menjadi
semakin tinggi dan kawasan yang tergenang semakin luas. Jika awalnya yang
tergenang hanya perkampungan penduduk, sekarang yang tergenang sudah
meliputi pabrik, jalan Raya dan fasilitas umum lainnya.
Tingkat kerugian sangat tinggi karena banyak pabrik yang tidak bisa
beroperasi karena mesin-mesin terendam dan butuh waktu lama untuk perbaikan.
Selain itu akan terjadi kekeringan pada sawah-sawah di sekitarnya karena over
drain. Juga pada muara anak-anak sungai harus dibangun ground sill agar anak-
anak sungai tidak mengalami gradasi yang mengakibatkan longsor pada
tebingnya, karena perubahan gradien sungai.
15
napas, nyeri dada, dll. ISPA mudah menyebar di tempat yang banyak
orang, misalnya di tempat pengungsian korban banjir.
4. Penyakit leptospirosis. Leptospirosis (demam banjir) disebabkan bakteri
leptospira menginfeksi manusia melalui kontak dengan air atau tanah
masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir mata atau luka lecet. Bakteri
Leptospira ini bisa bertahan di dalam air selama 28 hari. Penyakit ini
termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan. Di
Indonesia, hewan penular terutama adalah tikus, melalui kotoran dan air
kencingnya yang bercampur dengan air banjir. Seseorang yang memiliki
luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur
dengan kotoran atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira,
berpotensi terinfeksi dan jatuh sakit.
5. Demam berdarah. Saat musim hujan, terjadi peningkatan tempat
perindukan nyamuk aedes aegypti, karena banyak sampah seperti kaleng
bekas, ban bekas, dan tempat-tempat tertentu terisi air sehingga
menimbulkan genangan, tempat berkembang biak nyamuk tersebut.
Banjir membawa kotoran seperti sampah, air got, atau septik tank.
Kondisi ini menyebabkan mikroorganisme patogen mudah berkembang biak.
Tidak jarang banjir juga menimbulkan Keadaan Luar Biasa (KLB). Kondisi
basah juga tidak nyaman bagi tubuh sehingga dapat menurunkan kondisi tubuh
dan daya tahan terhadap stres karena terbatasnya akses terhadap sandang,
pangan, dan papan. Selain itu, banjir memberikan dampak seperti tidak dapat
tersalurkannya air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
rusaknya saluran air bersih dan air kotor, pengungsian, pencemaran
lingkungan, meningkatkan masalah kesehatan terutama diare, penyakit kulit,
dan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk. Masalah kesehatan tampaknya
tidak berkurang seiring dengan menyurutnya banjir, justru pada saat banjir
mulai surut, jumlah masyarakat yang terjangkit penyakit semakin bertambah.
Hal ini terjadi karena upaya dalam penanggulangan banjir yang selama ini
dilakukan lebih difokuskan pada penyediaan bangunan fisik pengendali banjir
16
untuk mengurangi dampak bencana saja, tetapi kurang untuk memperhatikan
masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh banjir itu sendiri.
17
dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit dan lingkungan. Tahap
inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease) merupakan tahap dimana bibit
penyakit sudah masuk ke dalam tubuh inang (host) dan gejala penyakit belum
tampak. Tahap timbulnya gejala penyakit dan terakhir tahap terjadinya
kecacatan apabila penyakit yang ada tidak dapat tertolong dan menimbulkan
gejala sisa. Gejala yang sering dikeluhkan para korban banjir adalah batuk,
demam, dan disertai sesak napas sampai nyeri di dada.
Penyakit leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut Leptospira.
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis, karena ditularkan melalui
hewan/binatang. Di Indonesia hewan penular terutama adalah tikus melalui
kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan terutama saat terjadi banjir,
maka tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar
menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia dimana
kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut.
Seseorang yang mempunyai luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang
sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri
lepstopira, maka orang tersebut berpotensi dapat terinfeksi dan akan menjadi
jatuh sakit. Gejala yang sering terjadi adalah sakit dengan gejala panas tiba-
tiba, sakit kepala dan menggigil
Pada saat musim hujan, biasanya akan terjadi peningkatan tempat
perindukan aedes aegypti, yaitu nyamuk penular penyakit demam berdarah.
Hal itu karena saat musim hujan banyak sampah, misalnya kaleng bekas, ban
bekas serta tempat-tempat tertentu yang terisi air dan terjadi genangan untuk
beberapa waktu. Genangan air itulah akhirnya menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk tersebut. Dengan peningkatan populasi nyamuk sebagai
penular penyakit, maka risiko terjadinya penularan juga semakin meningkat.
Ciri-ciri spesifik dari gejala DBD, yaitu demam tinggi hingga mencapai 41
derajat celsius, sakit kepala, nyeri sendi, otot, dan tulang, hingga rasa sakit di
belakang mata, kulit muncul bintil-bintil merah, mimisan.
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
9. Mengelola stres
10. Bermain sambil belajar
11. Penyediaan media KIE
Manfaat dari melakukan PHBS dalam kedaruratan adalah :
- Tiap orang dapat menjaga kesehatannya
- Masyarakat mampu mengupayakan agar lingkungan tetap sehat
- Masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
- Anak dapat terlindungi dari kekerasan dan stres
- Setiap ada masalah dapat diatasi segera
20
e. Transportasi, berupa sewa sarana transportasi darat, air, udara, dan
untuk pengiriman air bersih, pengiriman peralatan dan bahan yang
diperlukan dalam penyediaan air bersih, dan peralatan sanitasi ke
lokasi penampungan.
3. Memenuhi kebutuhan pangan meliputi :
a. Pengadaan pangan, berupa makanan siap saji dan penyediaan bahan
makanan, yang dimaksud dengan makanan siap saji adalah seperti nasi
bungkus, roti, makanan kemasan kaleng, dan sejenisnya. Dalam
penyediaan pangan perlu diperhatikan keperluan pangan khusus untuk
bayi, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia, yang dimaksud dengan
pangan adalah makanan dan bahan pangan untuk korban bencana dan
tim penolong.
b. Pengadaan dapur umum, berupa dapur lapangan siap pakai, alat dan
bahan pembuatan dapur umum seperti batu bata, semen, tenda, dan
perlengkapan dapur umum lainnya, termasuk didalamnya adalah
pengadaan perlengkapan makan darurat.
c. Bantuan uang lauk pauk bagi korban bencana yang tempat tinggalnya
rusak berat selama dalam status keadaan darurat bencana.
d. Transportasi untuk distribusi bantuan pangan, berupa sewa sarana
transportasi darat, air, udara. Sarana transportasi tersebut diperlukan
untuk pengiriman pangan dari tempat lain ke lokasi kejadian, maupun
dari dapur umum ke tempat pengungsian dan atau tempat terisolir,
termasuk pengiriman alat dan bahan pengadan dapur umum.
4. Memenuhi kebutuhan sandang meliputi:
a. Pengadaan sandang, berupa pakaian umum dewasa dan anak,
perlengkapan sandang bayi, keperluan tidur, dan perlengkapan khusus
wanita dewasa, yang dimaksud dengan pakaian umum dewasa dan
anak antara lain celana, daster, kaos, seragam dan sepatu anak sekolah,
dan sejenisnya, yang dimaksud dengan sandang bayi antara lain popok,
bedongan, selendang, selimut bayi, kelambu untuk bayi dan
sejenisnya, yang dimaksud dengan keperluan tidur antara lain kain
21
sarung, kain, selimut, piyarna, dan sejenisnya, yang dimaksud dengan
perkengkapan khusus wanita dewasa adalah pembalut wanita dan
sejenisnya.
b. Transportasi untuk distribusi bantuan sandang, berupa sewa sarana
transportasi darat, air, udara. Sarana transportasi tersebut diperlukan
untuk pengiriman bantuan sandang dari tempat lain ke lokasi kejadian.
c. Bantuan sewa/kontrak rumah/hunian sementara bagi pengungsi.
22
Dengan terus memberikan ASI pada bayi terutama usia 0-6 bulan,
maka bayi akan cenderung lebih kebal terhadap penyakit dan alergi
serta lebih terjamin kebersihannya. Bayi berusia >6 bulan dapat
diberikan makanan lain selain ASI seperti bubur, buah pisang, biskuit
bayi, dll. Pemberian ASI rutin pada bayi dapat mencegah penyakit
yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Pemberian susu formula pada kondisi darurat justru dapat
menyebabkan bayi mengalami diare karena lingkungan yang tidak
bersih serta fasilitas (air bersih, bahan bakar, dan alat masak) yang
terbatas.
- Edukasi untuk tidak merokok di tempat pengungsian
Tempat pengungsian biasanya memilki suasana yang lembab, panas,
dan padat karena semua korban berkumpul di sana. Jika tetap merokok
maka dapat dipastikan akan mengganggu lingkungan dan
memperburuk kesehatan korban lainnya
- Pentingnya makan makanan bergizi
Keterbatasan pangan mungkin terjadi dalam kondisi gawat darurat,
namun konsumsi makanan bergizi tetap perlu diusahakan terutama
untuk ibu hamil dan anak. Pemenuhan gizi dan asupan air minum yang
cukup akan meningkat kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya
malnutrisi.
Upaya ini diharapkan dapat mencegah kejadia lima penyakit penyebab
kematian terbanyak saat keadaan darurat dan bencana adalah diare, ISPA,
measles, malnutrisi, dan malaria (pada daerah endemik). Kepadatan
penduduk, sanitasi dan higiene yang buruk, air minum yang terkontaminasi,
banyaknya tempat perkembangbiakan nyamuk merupakan faktor risiko
lingkungan terjadinya beberapa penyakit tersebut (Wisner & Adams, 2002).
23
setelah bermain di tempat yang kotor. Kegiatan ini efektif untuk mencegah
terjangkitnya penyakit diare, kolera, disentri, thypus, cacingan, penyakit
kulit, influenza, dan flu burung. Dalam upaya promosi kesehatannya, akan
dilakukan dalam bentuk seminar untuk menginfokan pentingnya kegiatan
ini dan simulasi langsung terutama melibatkan anak-anak.
24
Selain itu dapat pula dilakukan praktek pembuatan saringan pasir
sederhana untuk antisipasi terbatasnya persediaan air bersih yang dapat
digunakan
25
diolah menjadi pupuk kompos yang bila dikelola dengan baik pun
dapat memberikan keuntungan ekonomi.
- Buang air besar/kecil di jamban
Idealnya setiap rumah memiliki jamban sendiri, namun kenyataanya
terdapat jamban bersama yang biasa digunakan beberapa kepala
keluarga. Selain itu jika terjadi bencana banjir, maka keberadaan
jamban darurat di tempat pengungsian memang akan terbatas, namun
kebersihannya harus selalu terjaga karena akan dipakai oleh banyak
orang. Masyarakat harus diedukasi agar tidak sembarangan buang air
terutama di sungai karena akan mengundang datangnya lalat, kecoa,
tikus yang menularkan penyakit diare, kolera, disentri, thypus, dan
cacingan. Selain itu, tindakan ini akan mengurangi pencemaran air
sungai sedikit demi sedikit hingga nantinya air sungai dapat digunakan
kembali. Upaya yang dapat dilakukan untuk memelihara jamban sehat
adalah :
1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak tergenang air
2. Bersihkan jamban secara teratur dan pastikan lubang jamban selalu
dalam keadaan bersih
3. Tidak terlihat kotoran dan binatang seperti tikus dan kecoa
4. Tersedia alat pembersih dan cairan pembunuh kuman
5. Tersedia air untuk membilas dan sudah diberi abate untuk
mencegah tumbuhnya jentik nyamuk
6. Jarak anatar sumur dengan jamban lebih dari 10 meter
- Kebersihan rumah dan fasilitas umum pasca banjir
Setelah banjir surut, sebaiknya rumah dan fasilitas umum yang
tergenang banjir segera dibersihkan dari sisa air dan lumpur serta
menggunakan cairan antiseptik. Setelah itu keringkan barang-barang
seperti kasur dan pakaian agar tidak tumbuh jamur.
5. Pengelolaan Stres
26
Dalam kedaruratan, baik orang dewasa maupun anak-anak dapat
mengalami stres. Untuk itu para pengungsi korban banjir perlu didukung
dan didampingi dalam mengatasi stresnya. Mereka pun harus diarahkan
untuk dapat menerima keadaan, tetap bersyukur, nyaman di pengungsian,
dan mendorong mengikuti kegiatan positif. Kegiatan positif yang dapat
dilakukan adalah :
- Membuat kelompok pengajian atau kelompok ibadah lainnya
- Membuat kelompok piket memasak atau kebersihan
- Membuat kelompok bermain untuk anak- anak. Kegiatan ini dapat
menjadi ajang bermain sambil belajar bagi anak meskipun tidak bisa
bersekolah dikarenakan banjir. Selain itu, dapat mengurangi resiko
anak bermain di tempat yang kotor.
27
berikan ASI - Untuk bayi, ada oralit, beri obat
lebih sering berikan ASI gunakan air merah atau
- Kompres lebih sering matang, air betadine
dengan air biasa - Menjauh kelapa, air - Jika ada
- Gunakan obat dari sumber tajin, kuah koreng,
sesuai petunjuk asap sayur tutupi
- Jika demam tak - Untuk anak - Terus dengan kain
kunjung > 1 tahun berikan ASI bersih
membaik, rujuk dapat diberi untuk bayi - Usahakan
ke tenaga campuran - Untuk bayi mandi secara
kesehatan madu atau dan balita teratur dan
- Untuk daerah kecap dapat memakai
endemis manis mengkonsu sabun
malaria, balita dengan msi obat zinc - Ganti
harus tidur jeruk nipis selama 10 pakaian jika
dengan kelambu hari berturut- basah atau
anti nyamuk turut kotor
28
6) Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat
banjir lainnya
7) Membuat sumur resapan
8) Merevisi tata ruang propinsi maupun kota secara terkoordinasi dan
terintegrasi
9) Mengendalikan perkembangan lingkungan dan pengembangan daerah
hulu
10) Membuat penampungan air berteknologi tinggi
11) Menerapkan pengelolaan sungai terpadu berdasarkan satuan wilayah
sungai (SWS) dan memberdayakan kelembagaan pengelolaan SWS
12) Membangun fasilitas pengolah limbah dan sampa
13) Mereboisasi kota dan daerah hulu
14) Mendirikan Posko banjir di wilayah RT/ RW.
15) Melakukan perencanaan pada sanitasi lingkungan, seperti pendalaman
sungai yang telah dangkal dan pelebaran sungai dan pengolahan tinja
16) Melakukan pelatihan untuk mengelola water sanitasi, penjernihan air
bersih dan air minum, pembuatan WC darurat , dll
17) Melakukan mitigasi pada lingkungan yang rawan tercemar dan rawan
terjadi bencana akibat kerusakan lingkungan
18) Melakukan usaha reboisasi, terutama di wilayah rawan bencana longsor
19) Melakukan pengelolaan sampah dan limbah industri maupun rumah
tangga
20) Melakukan pengelolaan dan pengontrolan penggunaan pestisida oleh para
petani yang merugikan lingkungan dan manusia
21) Melakukan pengukuran terhadap kadar oksigen, karbon dioksida, dan zat
zat toksik di air
22) Melakukan pembangunan berkelanjutan sangat krusial dalam kerangka
mitigasi yang sukses terhadap perubahan iklim yang tejadi
23) Melakukan pelatihan cara mengelola sampah, sehingga warga tidak
membuang sampah ke sungai, dengan cara mendaur ulang sampah yang
ada.
29
Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil bahan sampahnya
untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk
membangkitkan listik. Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan
akan dijelaskan dibawah.
1. Pengolahan kembali secara fisik.
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya
botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali.
Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa
di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil
lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan
menurut jenis bahannya.
2. Pengolahan biologi
Pengkomposan.
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan
istilah pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk
dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah
Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah
organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan
di kantong khusus untuk di komposkan.
Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara
30
mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan
panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau
memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah
dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan
pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di
wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah
sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa
dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan
sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi
dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi
material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon
monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik
dan uap.
Saat Bencana dilakukan :
1) Pemberitahuan dini kepada masyarakat tentang kondisi cuaca
2) Menempatkan petugas pada pos-pos pengamatan
3) Menyiapkan sarana penanggulangan, termasuk bahan banjiran
4) Mengevakuasi dan mengungsikan penduduk ke daerah aman, sesuai
yang telah direncanakan dengan memanfaatkan seluruh komponen
masyarakat, TNI, Polri, Satlak PBP, Satkorlak PBP, Badan SAR
Nasional (Basarnas), dan Karang Taruna
5) Memberikan bantuan pangan, pakaian, dan peralatan kebutuhan
lainnya, serta pelayanan kesehatan darurat kepada korban bencana
6) Mendata lokasi dan jumlah korban bencana.
7) Melakukan pengkajian cepat untuk menentukan tingkat kerusakan sistem
persediaan air masyarakat dan SPAL serta produksi, tempat penyimpanan,
dan jaringan distribusi makanan
8) Menentukan kapasitas operasional yang tersisa untuk melaksanakan
layanan dasar kesehatan lingkungan
9) Melakukan pembangunan penampungan sementara dan pos dapur umum
31
10) Melakukan pengelolaan dan penyediaan air bersih dan air minum untuk
para korban bencana
11) Membangun MCK darurat di tempat pengungsian
12) Melakukan penjernihan kembali sumber air yang telah tercemar
13) Melakukan pengelolaan sanitasi di tempat pengungsian
14) Menyediakan fasilitas dasar cuci tangan
15) Memastikan bahwa terdapat kecukupan jumlah air minum yang aman,
kecukupan fasilitas sanitasi dasar, pembuangan ekskreta, limbah cair, dan
limbah padat; dan penampungan yang cukup
16) Melaksanakan upaya perlindungan makanan, membentuk atau
melanjutkan upaya pengendalian vektor dan mempromosikan personal
hygiene
17) Menerapkan pemilahan sampah organik dan non organik dan menerapkan
teknik 3R di sumber dan TPS
18) Musnahkan tempat perkembangbiakan vektor dengan mengeringkan
dan/atau menimbun kolam, empang, dan rawa-rawa, melakukan gerakan
3M, dll.
Pasca Bencana dilakukan :
1) Pengelolaan pembersihan tempat penampungan sementara (pengungsian)
2) Melakukan pengelolaan pada penjernihan sumber air yang tercemar
3) Melakukan penutupan/penguburan bekasbekas MCK untuk menghindari
tersebarnya vektor penyakit
4) Membangun kembali sarana pelayanan kesehatan seperti MCK, sumber air
bersih, sumber air minum, dll
5) Pengolahan limbah industri maupun limbah rumah tangga, limbah cair,
limbah padat, dll dengan teknologi tepat guna
6) Melakukan pengelolaan terhadap pemakaman massal yang jauh dari
pemukiman dan sumber air dengan kedalaman yang lebih dari 2 meter
untuk menghindari tersebarnya vektor penyakit
7) Melakukan reboisasi, terasiring, pemulihan tanah tercemar, dll
8) Melakukan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim yang terjadi
32
9) Melakukan rehabilitasi AMDAL dan SPAL sederhana
10) Melakukan pengelolaan sampah misalnya dengan komposting dan biogas
33
- Adanya keberadaan pihak lain yang memiliki kepentingan yang sama
sehingga dapat diajak kerja sama, seperti dinas kesehatan, PMI, SAR,
dll.
- Tingginya frekuensi terjadinya banjir sehingga masyarakat diharapkan
akan antusias dengan promosi kesehatan ini
3. Weakness
- Sumber dana yang terbatas
- Sulit menentukan waktu pelaksanaan promosi kesehatan
4. Threat
- Jarak lokasi yang cukup jauh
- Pengajuan izin kegiatan cukup rumit
34
Jangkauan target mengaplikasikan pengetahuan
materi Dampak
Bentuk kegiatan yang Apakah sasaran terhadap
dilakukan merasakan manfaat lingkungan
Sumber daya yang
digunakan
35
1) Menentukan tujuan penilaian
2) Menentukan bagian mana yang dinilai
3) Menetapkan standar dan indikator
4) Menentukan cara penilaian
5) Melakukan pengukuran
6) Membandingkan hasil dengan standar
7) Menetapkan kesimpulan
Ada tiga aspek yang perlu dinilai untuk mengetahui apakan mencapai
indikator keberhasilan atau tidak, yaitu aspek knowledge (pengetahuan), attitude
(sikap), psikomotorik (praktik). Cara penilaiannya sendiri dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya :
- Tes tulis untuk mengukur aspek pengetahuan. Contoh, pre-test dan
post-test sebelum dan sesudah pemberian materi promosi kesehatan
- Penentuan skala sikap untuk mengukur aspek sikap. Contoh, skala
sikap setuju/menerima dengan tidak setuju/menolak
- Intensitas praktik dan kesesuaiannya dengan materi. Contoh, apakah
kegiatan cuci tangan pakai sabun sudah rutin dilakukan dan sesuai
dengan pedoman yang ada
Masing-masing aspek memiliki indikator keberhasilan sendiri. Secara umum,
suatu kegiatan promosi kesehatan dikatakan berhasil jika peserta dapat :
Memahami pesan atau materi yang disampaikan
Sikapnya baik (menerima/setuju)
Mengaplikasikan materi yang didapat di kehidupan sehari-hari
SIMPULAN
36
Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat yang melintasi Kota
dan Kabupaten Bandung dengan tingkat kepadatan penduduk yang kurang padat.
Namun, dengan persentase terbanyak sekitar 31,7% penduduk berada pada usia
produktif. Kebanyakan penduduk juga berprofesi sebagai buruh industri. Jika
dilihat dari kebiasaan penduduk disekitar sungai, penduduk masih kurang peduli
terhadap lingkungannya, hal yang masih dilakukan penduduk disekitar Sungai
Citarum seperti membuang sampah, membangun rumah, pengambilan material,
bertanam dibantaran sungai. Dilihat dari aspek kesehatan, masih banyak penduduk
Citarum menggunakan air sungai untuk pemakaian sehari hari seperti mandi atau
mengaliri persawahan mereka. Air yang sudah tercemar tersebut dapat
menimbulkan masalah kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut seperti penanggulangan bencana oleh pememerintah,
melakukan promkes tentang kesehatan diri dan lingkungan agar tercapainya
lingkungan Sungai Citarum yang bersih, berkualitas baik dan sehat.
37
DAFTAR PUSTAKA
38