Anda di halaman 1dari 64

TUGAS MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT DI DAERAH


SEKITAR PT. SEMEN PADANG

Disusun oleh :

Stefanie Audina 260112160506


M.A.W. Khairurrijal 260112160548
Lala Feberia 260112160550
Angelika Rianti 260112160584
Resa Handayani 260112160602

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke Dzat Illahi Rabbi Allah SWT
yang telah memberikan kesehatan, kesempatan dan kemampuan kepada kami
untuk menyusun tugas makalah ilmu kesehatan masyarakat ini. Adapun judul
makalah ialah Analisis Kesehatan Masyarakat di Daerah Sekitar PT. Semen
Padang
Keberhasilan berawal dari sebuah kinerja nyata yang produktif, kreatif, dan
inovatif. Semua ini dapat berjalan dengan baik dengan panduan dan rencana yang
telah kami tulis dengan memenuhi 4 pilar farmasi yaitu promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif. Inti dari semuanya adalah untuk menurunkan prevalensi
penyakit ISPA pada khususnya serta penyakit lainnya demi meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di daerah sekitar PT. Semen Padang. Maka dari itu
dibutuhkan suatu tindakan pencegahan dan penanganan demi meningkatkan
kesadaran kesehatan berupa penyuluhan dan promosi kesehatan tentang ISPA.
Kami sadar bahwa dalam menganalisis kesehatan masyarakat di daerah
sekitar PT. Semen Padang ini masih terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
kesempurnaan dan terciptanya masyarakat yang sehat di daerah sekitar PT. Semen
Padang.
Akhirnya kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam memberikan masukan, ide, dan tenaga, sehingga tersusunnya
Analisis Kesehatan Masyarakat di Daerah Sekitar PT. Semen Padang ini.

Jatinangor, 3 Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii
DAFTAR GRAFIK................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Prioritas Masalah 2
1.4 Tujuan 3
1.5 Manfaat 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Geografis 4
2.2 Sejarah... 6
2.3 Analisis Demografi 7
2.3.1 Jumlah Penduduk 7
2.3.2 Pertumbuhan Penduduk .. 8
2.3.3 Struktur Umur . 8
2.3.4 Mobilitas Penduduk 9
2.3.5 Mata Pencaharian ... 10
2.4 Analisis Derajat Kesehatan 11
2.4.1 Angka Kematian (Mortalitas) . 11
2.4.2 Angka Kesakitan (Morbiditas) 12
2.4.3 Kondisi Fisik dan Lingkungan 17
2.4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk . 18
2.4.5 Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Lubuk
Kilangan . 20
2.4.6 Perilaku Kesehatan . 22

3
2.5 Sekilas Permasalahan Limbah di Lingkungan Pabrik
Semen 25
2.6 Penyakit-Penyakit Akibat Limbah di Lingkungan Pabrik
Semen 28
2.6.1 Pengertian ISPA . 29
2.6.2 Epidemiologi ISPA . 29
2.6.3 Klasifiaksi ISPA . 29
2.6.4 Tanda dan Gejala ISPA .. 30
2.6.5 Etiologi ISPA .. 31
2.6.6 Patogenesis ISPA 32
2.6.7 Faktor Resiko ISPA 34
BAB III. PROMOSI KESEHATAN .. 35
3.1 Rancangan Kegiatan Untuk Meningkatkan Kesehatan
Masyarakat Kelurahan Indarung 35
3.1.1 Penyuluhan dan Promosi Kesehatan ... 35
3.1.2 Penghijauan Indarung di Sekitar PT. Semen
Padang 40
3.1.3 Keluhan Kepada Industri 41
3.2 Rencana Program Kerja . 42
3.2.1 Pendahuluan ... 42
3.2.2 Tujuan Kegiatan . 42
3.2.3 Output . 43
3.2.4 Nama dan Bentuk Kegiatan 43
3.2.5 Pelaksanaan Kegiatan . 44
3.2.6 Sasaran Kegiatan 44
3.2.7 Susunan Kegiatan .. 44
3.2.8 Evaluasi .. 46
3.2.9 Susunan Kepanitiaan .. 46
3.2.10 Estimasi Biaya 47
BAB IV PENUTUP . 48
4.1 Kesimpulan 48

4
4.2 Saran .. 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN.. 52

5
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur 9


Tabel 2.2 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan dan Buah-Buahan 10
Tabel 2.3 Populasi Ternak Menurut Jenisnya 11
Tabel 2.4 10 Penyebab Kematian Terbanyak di Kota Padang Tahun 2013.. 12
Tabel 2.5 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2013 15
Tabel 2.6 Jumlah Kunjungan Penyakit Tidak Menular Tahun 2014 16
Tabel 2.7 Jenis Penggunaan Lahan di Daerah Lubuk Kilangan. 17
Tabel 2.8 Jumlah Sekolah Menurut Tingkat per Kelurahan 19
Tabel 2.9 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Lubuk Kilangan 20
Tabel 2.10 Hasil Pencapaian PROMKES Tahun 2009... 22
Tabel 2.11 Hasil Pencapaian Program KIA Tahun 2009 24
Tabel 2.12 Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Kecamatan Lubuk
Kilangan Menurut 10 Penyakit Terbanyak tahun 2015. 24

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Wilayah Kelurahan Indarung...............................................................4


Gambar 2.2 Peta Kecamatan Lubuk Kilangan..........................................................5
Gambar 2.3 Jumlah Penduduk dan Rata-Rata Tahun 2013-2015.........................8
Gambar 2.4 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kelurahan Tahun 2015......9
Gambar 2.5 Kasus ISPA di Daerah Lubuk Kilangan..............................................14
Gambar 3.1 Analisis SWOT Mengenai Penyuluhan ..... 39

vii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Lubuk Kilangan


Semester 1 2010.. 13
Grafik 2 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun
2011.... 15
Grafik 3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Lubuk Kilangan.. 21

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecamatan Lubuk Kilangan memiliki luas daerah 85,99 Km2 yang terdiri
dari 7 kelurahan. Kelurahan Indarung merupakan kelurahan terbesar di
Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas daerah 52,1 Km2 yang memiliki jumlah
penduduk kedua terbesar yaitu sebanyak 11.219 jiwa. Mayoritas penduduk di
Kelurahan Indarung adalah petani jagung, padi, dan ubi kayu. Selain itu, sebagian
penduduk adalah sebagai peternak sapi potong, kerbau, kambing, dan domba
(Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2016).
Kelurahan Indarung memiliki kekayaan alam berupa batu kapur di Bukit
Karang Putih. Kandungan batu kapur ini digunakan sebagai bahan baku di industri
semen yaitu PT. Semen Padang. PT. Semen Padang disetujui beroperasi pada
tahun 1913 dengan kapasitas 22.900 ton per tahun dan pada tahun 2015
mengalami peningkatan menjadi 6,8 juta ton per tahun.
Berdirinya PT. Semen Padang memberikan dampak positif dan negatif bagi
masyarakat dan lingkungan Kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan.
Dampak positifnya anatara lain, menjadi sumber pendapatan bagi negara,
pemerintah daerah, dan pemilik saham serta menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat sekitar PT. Semen Padang. Namun ada pula dampak negatif dari
adanya PT. Semen Padang, yaitu meningkatkan suhu udara, kebisingan yang
ditimbulkan oleh mesin-mesin pabrik, dan permasalahan tanah akibat
penambangan tanah liat yang menyebabkan penurunan kualitas dari segi
kesuburan tanah. Dengan seiring waktu kapasitas penampungan air di dalam tanah
akan berkurang, sehingga akan mempengaruhi kuantitas air sungai. Selain itu
aktivitas PT. Semen Padang seperti seperti saat proses pengadaan bahan baku,
proses pembakaran dan selama distribusi bahan baku ke pabrik menghasilkan
debu semen sehingga menimbulkan pencemaran udara.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 1


Pencemaran udara oleh debu semen menyebabkan permasalahan terhadap
kebersihan tempat tinggal, pekarangan masyarakat, sarana dan prasarana, serta
kesehatan masyarakat sekitar PT. Semen Padang. Menurut Fadli dkk (2016) asap
dan debu yang dihasilkan oleh pabrik diperkirakan dapat menyebabkan keluhan di
saluran pernapasan seperti batuk-batuk dan sesak napas, serta ISPA.
Di Kecamatan Lubuk Kilangan pada semester pertama tahun 2010 hingga
2014, ISPA merupakan penyakit terbanyak yaitu 51 % dari total pasien yang
berkunjung ke balai pengobatan. Kematian seringkali disebabkan karena penderita
datang berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit dan kurang gizi
(Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diatas, masalah yang dapat diidentifikasi


adalah sebagai berikut:
1. Pencemaran udara oleh debu yang disebabkan oleh kegiatan produksi
semen seperti dari pengadaan bahan baku, proses pembakaran dan selama
distribusi bahan baku ke pabrik menimbulkan penyakit seperti ISPA,
batuk, asma, dan sesak napas.
2. Penurunan kualitas kesuburan tanah dan akibat penambangan tanah liat
dan batu kapur serta limbah industri.

1.3 Prioritas Masalah

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi maka dapat ditentukan


prioritas masalah yang ingin dibahas yaitu masalah tentang limbah yang
menyebabkan permasalahan kesehatan berupa penyakit ISPA sebagai penyakit
dengan prevalensi tertinggi.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 2


1.4 Tujuan

Tujuan dilakukan analisis kesehatan ini adalah untuk menurunkan


prevalensi penyakit ISPA dan melakukan upaya-upaya untuk mencegah
peningkatan pencemaran udara berdasarkan 4 kerangka yaitu promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.

1.5 Manfaat

Manfaat dari analisis kesehatan ini adalah diharapkan dapat menurunkan


penderita penyakit ISPA, masyarakat yang sehat dapat terhindar dari penyakit
ISPA yang di akibatkan oleh debu dari PT. Semen Padang dan dapat dijadikan
salah satu acuan program kerja lingkungan daerah setempat.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geografis
Kecamatan lubuk kilangan merupakan salah satu kecamatan diantara 11
kecamatan yang ada di Kota Padang. Kecamatan Lubuk Kilangan terletak di
bagian timur Kota Padang yang berbatasan dengan Kabupaten Solok. Secara
geografis, Lubuk Kilangan terletak antara 0 58 4 LS dan 100 21 11 BT,
ketinggian 25 1.853 M dpl, dengan luas wilayah 85,99 km2. Secara topografi,
Kecamatan Lubuk Kilangan terletak pada daerah dataran tinggi, dengan
ketinggian 1.853 meter dari permukaan laut dengan rata-rata curah hujan 384,80
mm/bulan dan temperature 28,5 C 31,5 C (BPS, 2016).

Gambar 2.1. Wilayah Kelurahan Indarung

Secara administrasi Kecamatan Lubuk Kilangan terdiri atas 7 kelurahan,


dengan luas wilayah tercatat sekitar 85,99 Km2, dari tujuh kelurahan yang ada,
Kelurahan Indarung merupakan kelurahan terluas dengan luas 52,1 km2 atau 61 %
dari luas Kecamatan Lubuk Kilangan, dan Kelurahan Beringin merupakan
kelurahan terkecil dengan luas 1,65 km2 atau 2% dari luas Kecamatan Lubuk

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 4


Kilangan. Sementara itu, Kelurahan Bandar Buat yang merupakan pusat kegiatan
warga Kecamatan Lubuk Kilangan memiliki luas 2,87 km2 (BPS, 2016).

Gambar 2.2. Peta Kecamatan Lubuk Kilangan

Jarak tempuh masing-masing kelurahan terhadap ibu kota kecamatan


relatif berbeda. Untuk kelurahan yang terjauh dari ibu kota kecamatan adalah
Kelurahan Batu Gadang dengan jarak tempuh sekitar 8 km dan jarak
kelurahannya ke kantor walikota sekitar 23 km. Sedangkan kelurahan yang
terdekat dengan ibu kota kecamatan yaitu Kelurahan Koto Lalang, memiliki jarak
tempuh ke ibu kota kecamatan sekitar 1 Km kemudian jarak tempuh dari
kelurahan ke kantor walikota sekitar 11 Km (BPS, 2016).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 5


2.2 Sejarah
Sebelum didirikannya pabrik semen PT. Semen Padang, para warga
diperkerjakan untuk membuka jalan tepatnya di Simpang Tugu Indarung saat ini.
Pada siang hari, ketika para pekerja berisirahat di bawah pohon yang rimbun
bernama Batang Indarung. Sejak saat itu, para pekerja yang akan istirahat makan
siang selalu berkata yo mari awak bataduah dan makan di bawah batang
Indaruang. Sejak saat itu, maka berkembanglah kata-kata Kampuang Indaruang
dan sesuai dengan bahasa Indonesia dikenal dengan nama Kampung Indarung
(BPS,2012).
Pada tahun 1896 seorang perwira Belanda yang berkebangsaan Jerman
yang bernama Ir. Carl Christophus Lau tertarik dengan batu-batuan yang ada di
bukit Karang Putih dan Bukit Ngalau. Batu-batuan itu dikirim ke Belanda dan
hasil penelitian menunjukkan bahwa batu-batuan tersebut dapat dijadikan bahan
baku semen. Pada tanggal 25 Januari 1907 Ir. Carl Christophus Lau mengajukan
permohonan kepada Hindia Belanda untuk mendirikan pabrik semen di Indarung,
pada tanggal 16 Agustus 1907 permohonan itu disetujui (Ferlisa R, 2008).
Untuk melanjutkan usahanya, Lau menghimpun kerja sama dengan
beberapa perusahaan seperti Fa. Gebroeders Veth, Fa. Dunlop, Fa. Yarman &
Soon serta pihak swasta lainnya, sehingga pada tanggal 18 Maret 1910 berdirilah
NV Nederlandesch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) dengan
akte notaris Johanes Piede Smidth di Amsterdam sebagai pabrik semen tertua di
Indonesia. Pabrik yang berlokasi lebih kurang 15 Km dari pusat Kota Padang ini
mulai beroperasi pada tahun 1913 dengan kapasitas 22.900 ton pertahun dan pada
tahun 1939 pernah mencapai produk tertinggi 172.000 ton (Ferlisa R, 2008).
Ketika Jepang menguasai Indonesia tahun 1942 sampai 1945 pabrik semen
ini diambil alih oleh Manajemen Asano Cement Jepang. Ketika proklamasi
kemerdekaan pada 1945, pabrik ini diambil alih oleh karyawan Indonesia dan
selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia dengan nama
Kilang Semen Indarung (Ferlisa R, 2008).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 6


Perkembangan selanjutnya, perusahaan melakukan peningkatan kapasitas
produksi dengan optimalisasi Indarung I dan pembangunan pabrik baru Indarung
II, III A, III B, III C, maka mulai 1 Januari 1994 kapasitas terpasang meningkat
menjadi 3.720.000 ton semen per tahun. Pabrik Indarung sebagai pabrik tertua
yang menggunakan proses basah sekarang tidak dioperasikan lagi mengingat
efisiensi dan langkanya suku cadang peralatannya, akan tetapi masih tetap dirawat
dengan baik.
Pabrik Indarung II dibangun pada tahun 1977 dan selesai pada tahun 1980.
Setelah itu berturut-turut dibangun Pabrik Indarung III A (1981-1983) dan
Indarung III B (selesai tahun 1987). Pabrik Indarung III C dibangun oleh PT.
Semen Padang pada tahun 1994 (Ferlisa R, 2008).
Kemudian dalam perkembangannya Pabrik Indarung III A akhirnya
dinamakan Pabrik Indarung III sedang Pabrik Indarung III B dan III C yang
menggunakan satu Kiln yang sama diberi nama Pabrik Indarung IV. Dengan
diresmikannya Pabrik Indarung V pada tanggal 16 Desember 1998 maka kapasitas
produksi meningkat menjadi 5.240.000 ton semen per tahun (Ferlisa R, 2008).

2.3 Analisis Demografi


2.3.1 Jumlah Penduduk
Penduduk memiliki peranan yang besar dalam menjalankan roda
kehidupan masyarakat jika diimbangi dengan sumber daya alam yang memadai.
Jumlah penduduk suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor kelahiran,
kematian dan migrasi/perpindahan penduduk (BPS, 2016).
Selama 3 tahun terakhir, jumlah penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan
mengalami peningkatan, dari 51.846 jiwa pada tahun 2013 menjadi 52.757 jiwa
pada tahun 2014 dan 53.651 jiwa pada tahun 2015 dengan rata-rata pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Lubuk Kilangan dari tahun 2013-2015 yakni 0.84 persen
(BPS, 2016).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 7


Gambar 2.3. Jumlah Penduduk dan Rata-Rata Tahun 2013-2015

2.3.2 Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhannya selalu cenderung bertambah, jika tidak diimbangi dengan
persebaran penduduk yang tidak merata dan laju pertumbuhan yang tak
terkendali. Kepadatan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk di
suatu daerah dengan luas wilayah daerah tersebut dalam satu kilometer persegi.
Pada tahun 2015, kepadatan penduduk di Kecamatan Lubuk Kilangan sekitar 624
jiwa/Km2. Dari 7 kelurahan di Kecamatan Lubuk Kilangan, Kelurahan Bandar
Buat merupakan kelurahan yang terpadat jumlah penduduknya dengan rata-rata
kepadatan penduduk 2.426 jiwa/Km2. Hal ini dapat disebabkan karena Kelurahan
Bandar Buat merupakan pusat kegiatan masyarakat baik kegiatan perdagangan
maupun kegiatan ekonomi lainnya. Sedangkan kelurahan yang paling jarang
penduduknya yakni Kelurahan Indarung dengan kepadatan penduduk 217
jiwa/Km2. Padahal tercatat wilayah Kelurahan Indarung lebih luas daripada
kelurahan lainnya yakni 52,10 Km2, dimungkinkan karena wilayah kawasan
hutan dan kawasan industri di Indarung lebih banyak dibandingkan kawasan
tempat tinggal (BPS, 2016).

2.3.3 Struktur Umur


Jumlah penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan pada tahun 2015 menurut
jenis kelamin per kelurahan, dimana penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan penduduk perempuan. Penyebaran penduduk setiap kelurahan dapat
dilihat pada tabel berikut (BPS, 2016):

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 8


Gambar 2.4. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kelurahan Tahun 2015

Perbandingan (sex ratio) penduduk laki-laki dan perempuan yakni 101,5


artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Dalam
artian penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Pada tabel
2.1, dapat dilihat komposisi penduduk menurut kelompok umur. Pada tahun 2015,
lebih dari separuh penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan berada pada kelompok
umur produktif atau sebesar 67,5 % (36.219 orang) (BPS, 2016).
Tabel 2.1. Penduduk Menurut Kelompok Umur

2.3.4 Mobilitas Penduduk


Sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan
adalah di bidang pertanian baik bapak maupun ibu dengan jenis pekerjaan sebagai
tenaga pertanian, status umumnya sebagai buruh, tempat melakukan pekerjaan di
rumah dan sebagian besar tidak memiliki pekerjaan sampingan. Setiap hari
penduduknya di pagi hari pergi bertani dan sore harinya kembali ke tempat

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 9


tinggalnya. Penduduk memanfaatkan luas lahan menjadi tegal/ladang sampai
3.436 Ha dan lahan sawah 581 Ha, bahkan pada tahun 2015 mencapai 1583 Ha.
Selain itu, sebagian penduduk adalah sebagai peternak sapi potong, kerbau,
kambing, dan domba (Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2016).

2.3.5 Mata Pencaharian

Tabel 2.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan dan Buah-Buahan
(Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2016)
Uraian 2014 2015
Tanaman Pangan
1. Padi Sawah
Luas Panen (Ha) 1282 1583
Produksi (Ton) 6987 7804
Buah-buahan
1. Pisang
Luas Panen (Ha) 3,12 0,83
Produksi (Ton) 262 25,80
2. Nanas
Luas Panen (Ha) 4,80 0,01
Produksi (Ton) 0,06 0,40
3. Sawo
Luas Panen (Ha) 1,55 1,21
Produksi (Ton) 1,66 9,60
4. Rambutan
Luas Panen (Ha) 8,68 3,12
Produksi (Ton) 3 30

Penduduk Lubuk Kilangan sebagian besar bermata pencaharian sebagai


petani. Padi hasil panen di Kecamatan Lubuk Kilangan mengalami kenaikan
sebesar 11,69%, yaitu pada tahun 2015 sebanyak 7804 ton dengan luas panen
1.583 Ha, pada tahun 2014 sebanyak 6987 ton dengan luas panen 1.282 Ha.
Kecamatan Lubuk Kilangan juga memiliki produksi buah-buahan seperti pisang,
nanas, sawo dan rambutan (Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2016).
Produksi buah-buahan mengalami penurunan dari tahun 2014.
Menurunnya luas panen dan produksi ini dimungkinkan disebabkan oleh semakin

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 10


sempitnya lahan pertanian dan pengalihan fungsi lahan di Kecamatan Lubuk
Kilangan. Produksi padi sawah buah-buahan dapat di lihat pada tabel 2.2 (Badan
Pusat Statistik Kota Padang, 2016).
Tabel 2.3. Populasi Ternak Menurut Jenisnya
(Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2016)

J Jumla
enis Ternak h
ternak
Disamping pertanian, di Lubuk SKilangan juga adanya masyarakat yang
a 2265
melakukan kegiatan beternak, seperti beternak sapi potong, kerbau, kambing
35 dan
p
domba. Populasi ternak menurut jenis pemotongannya
i 2920
dapat dilihat pada tabel
15
2.3. Ternak tersebut diusahakan oleh masyarakat untuk menunjang perekonomian
p -
keluarga mereka (Badan Pusat Statistik Kota Padang, 2016).
o
t
2.4 Analisis Derajat Kesehatan
o
2.4.1 Angka Kematian (Mortalitas) n
g
Untuk tahun 2013, penyebab kematian terbanyak adalah ketuaan, kondisi
ini sama dengan tahun 2011, sementara K tahun 2012 ini penyebab kematian
e
terbanyak adalah penyakit jantung danr disusul penyakit hipertensi. Sejumlah
perilaku seperti mengkonsumsi makananb siap saji (fast food) yang mengandung
kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan amerokok, minuman beralkohol, kerja
u
berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia
terutama di perkotaan. Padahal kesemua K perilaku tersebut dapat merupakan
faktor-faktor penyebab penyakit jantung a dan stroke. 10 Penyebab kematian
m
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
b
i
n
g

D
ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT o 11
m
b
a
Babi
Tabel 2.4. 10 Penyebab Kematian Terbanyak di Kota Padang Tahun 2013
No Penyebab Penyakit Perempuan Laki-Laki
1 Ketuaan/Lansia 66 65
2 Jantung 70 29
3 Hipertensi 46 37
4 Diabetes Melitus 36 46
5 Stroke 43 37
6 TB paru 22 7
7 KLL 17 9
8 Aspexia 14 8
9 Demam Tinggi 6 11
10 Asma Br 11 5

2.4.2 Angka Kesakitan (Morbiditas)

Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun


prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam
penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Kota Padang,
2013).
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya, 40 % - 60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan. Di Kecamatan Lubuk Kilangan pada semester
pertama tahun 2010, ISPA merupakan penyakit terbanyak yaitu 51 % dari total
pasien yang berkunjung ke balai pengobatan. Kematian seringkali disebabkan
karena penderita datang berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit
dan kurang gizi (Puskesmas Lubuk Kilangan, 2010).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 12


Grafik 1. 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Lubuk Kilangan Semester I 2010

Beberapa ISPA dapat menyebabkan KLB dengan angka mortalitas dan


morbiditas yang tinggi, sehingga menyebabkan kondisi darurat pada kesehatan
masyarakat dan menjadi masalah Internasional. Langkah-langkah perlindungan
lainnya diindikasikan untuk ISPA yang berpotensi menjadi KLB seperti SARS,
flu burung pada manusia, atau patogen lain yang belum diketahui pola
penyebarannya (Puskesmas Lubuk Kilangan, 2010).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 13


Gambar 2.5. Kasus ISPA di Daerah Lubuk Kilangan

Di daerah Lubuk Kilangan banyak terdapat industri seperti PT. Semen


Padang dan terdapat jalan raya yang dilalui kendaraan-kendaraan pabrik yang
menghasilkan asap pabrik dan asap kendaraan yang mempengaruhi kejadian ISPA
di Lubuk Kilangan.
Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan tentang penyakit
terbanyak yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2011.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 14


10 PENYAKIT TERBANYAK PUSKESMAS LUBUK
KILANGAN TAHUN 2011

801
1

1646 1383 1296 1286 77 614 548


1264 7 547

Grafik 2. 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2011

Dari grafik diatas penyakit menular berbasis lingkungan yang paling


tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan pada tahun 2011 yaitu penyakit ISPA.
Berdasarkan laporan Puskesmas, penyakit yang paling banyak di Kota
Padang tahun 2012 adalah ISPA, diikuti oleh penyakit kulit infeksi dan gastritis.
Untuk tahun 2013 penyakit paling banyak di Kota Padang masih ISPA, yaitu
sebanyak 91.225 kasus diikuti rematik dan alergi kulit. Pola 10 penyakit
terbanyak tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2013
(Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013).
No Penyakit Jumlah %
1 ISPA 91.225 10,2
2 Gastritis/Tukak Lambung 17.813 9,7
3 Penyakit kulit infeksi 14.466 8,9
4 Infeksi lain pada saluran nafas 12.600 7,6
5 Pulpa dan jaringan periapikal 12.458 6,9
6 Alergi kulit 11.471 4,3
7 Demam tidak diketahui sebabnya 8.506 4,0
8 Hipertensi 7.630 3,2
9 Diare 8.062 3,1
10 Jaringan gusi/Prodental 4.554 2,1
Total 188.785 100

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 15


Dari data kunjungan 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Lubuk Kilangan
pada tahun 2014, hipertensi merupakan penyakit nomor 2 terbanyak, sedangkan
untuk angka kunjungan penyakit tidak menular, hipertensi merupakan penyakit
terbanyak dengan angka kunjungan sebesar 2188 pasien (Puskesmas Lubuk
Kilangan, 2014). Masalah yang ditemukan pada kasus hipertensi adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi, rendahnya kepatuhan
(compliance) pasien terhadap pengobatan hipertensi, dan potensi besarnya pasien
yang belum didiagnosis hipertensi (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013).
Jumlah kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) di Puskesmas Lubuk
Kilangan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Jumlah Kunjungan Penyakit Tidak Menular Tahun 2014
(Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014)
Jumlah
No Jenis Penyakit Total
Laki-laki Perempuan
1 Hipertensi 701 1487 2188
2 Rematik 695 1339
3 Gastritis 655 1324
4 Diabetes mellitus 20 62
5 Asma 167 181
6 Kelainan refraksi 107 142
7 Cephalgia 72 154
8 Vertigo 80 134
9 Penyakit Jantung 59 55

Berdasarkan tabel diatas, penyakit tidak menular terbanyak diderita oleh warga
Kecamatan Lubuk Kilangan adalah hipertensi.
Berdasarkan laporan pemantauan status gizi balita di Puskesmas Lubuk
Kilangan Kota Padang tahun 2014, dari 291 orang balita yang ditimbang menurut
BB/U, diketahui gizi buruk sebanyak 10 orang (3,44%), gizi kurang sebanyak 54
orang (18,56%), dan gizi baik sebanyak 222 (76,3%) (Puskesmas Lubuk
Kilangan, 2014).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 16


2.4.3 Kondisi Fisik dan Lingkungan

Tabel 2.7. Jenis Penggunaan Lahan di Daerah Lubuk Kilangan


No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)
1 Tegal/Kebun/Ladang/Huma 3.436
2 Hutan negara 3.062
3 Hutan rakyat 669
4 Lain-lain 646
5 Lahan sawah 581
6 Pekarangan/rumah dan bangunan 205

Salah satu perusahan yang memberikan tingkat pendapatan yang tinggi


terhadap Kota Padang adalah pabrik PT Semen Padang. Pabrik yang terletak
200 m diatas permukaan laut dan terletak sekitar 15 km dari pusat Kota Padang.
Dilihat dari jarak PT. Semen Padang yang cukup jauh dari pusat Kota Padang
mengakibatkan kemungkinan besar hanya di wilayah Indarung tepatnya di
Kecamatan Lubuk Kilangan yang merasakan limbah atau polusi udara akibat dari
proses produksi (Sulastri, 2012).
Jika dilihat dari segi estetikanya atau keindahan daerah tersebut kita bisa
sama-sama bisa menilai begitu sangat berbedanya kawasan di kecamatan ini
dengan kecamatan lainnya yang ada di Kota Padang, debu yang bertebaran di
jalanan, taman yang di tebali debu, yang pastinya tidak indah jika dipandang oleh
mata. Di sisi lain pertikel debu yang bertebangan jika menempel di tanaman maka
akan menghalangi proses fotositensis pada tanaman, sehingga ini juga akan
membuat pertumbuhan tanaman terganggu. Ini terlihat di beberapa kawasan di
Indarung bahwasanya pekarangan rumah masyarakat baik yang ditanamai
tanaman hias, tanaman obat-obatan, dan sayur-sayuran banyak yang terkena debu
aktifitas PT.Semen Padang (Sulastri, 2012).
Masyarakat berpandapat bahwa sarana prasarana yang ada di Kelurahan
Indarung seperti kantor kelurahan, jalan, sarana pendidikan, tempat ibadah telah
kotor akibat aktifitas PT.Semen Padang. Dampak aktifitas PT.Semen Padang

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 17


mengganggu kebersihan rumah warga, bahkan debu dari aktifitas PT.Semen
Padang telah sampai masuk kedalam rumah warga. Dampak aktifitas PT.Semen
Padang terhadap pekarangan masyarakat telah membuat tanaman pekarangan
warga menjadi berdebu atau kotor, ini terlihat dari kondisi tanaman di pekerangan
warga yang banyak ditebali debu, dan masyarakat juga berpendapat pertumbuhan
tanaman, dan keindahan tanaman masyarakat telah terganggu oleh aktifitas
PT.Semen Padang (Sulastri, 2012).
Pengaruh debu terhadap material di kawasan perumahan sekitar lokasi
pabrik PT. Semen Padang mengakibatkan atap rumah yang bocor, lantai dan kaca
rumah sulit dibersihkan, tanaman yang rusak bahkan mati, jalanan licin karena
dipenuhi debu, pagar rumah dan talang hujan yang cepat rusak, kendaraan yang
diparkir di luar yang lengket dengan debu, perabotan rumah tangga cepat rusak,
cat rumah yang cepat pudar, kain yang dijemur di luar rumah timbul bintik-bintik
hitam, dan saluran drainase atau got yang mengeras akibat debu sehingga
tersumbat (Bachtiar, dan Rani, 2016). Hal ini disesuaikan dengan referensi yang
menyebutkan bahwa debu yang dihasilkan industri semen dapat berpengaruh
terhadap lingkungan dan manusia (Khairiah dkk, 2012). Jadi, dapat disimpulkan
bahwa debu dari aktivitas pabrik PT. Semen Padang berpengaruh terhadap
lingkungan khususnya pada kondisi material yang dimiliki oleh masyarakat.

2.4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk


Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku
Minang, juga ada suku lainnya, yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang
dianut masyarakatnya adalah Islam (43.451 jiwa) dan Kristen serta Katolik (80
Jiwa).
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, maka di
Kecamatan Lubuk Kilangan tersedianya sarana pendidikan yang tersebar pada
setiap kelurahan, seperti terlihat pada tabel 2.8. Ketersediaan fasilitas pendidikan
di Kecamatan Lubuk Kilangan terdiri dari sarana pendidikan dasar (SD), SLTP,
SLTA, dan SMK.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 18


Tabel 2.8. Jumlah Sekolah Menurut Tingkat per Kelurahan
No. Kelurahan SD SLTP SLTA SMK Jumlah
1 Tarantang 1 1 - - 2
2 Beringin 1 - - - 1
3 Batu Gadang 2 - 1 - 3
4 Indarung 6 1 2 1 10
5 Padang Besi 4 - - - 4
6 Koto Lalang 3 - - - 3
7 Bandar Buat 6 3 - - 9
Jumalah 23 5 3 1 32

Pada jenjang pendidikan SD/sederajat pada tahun 2015 di Kecamatan


Lubuk Kilangan masih sama dengan tahun sebelumnya, terdapat 23 unit SD
terdiri atas 2 SD swasta dan 21 SD Negeri. Sekolah tersebut tersebar dan terpusat
di Kelurahan Bandar Buat dan Kelurahan Indarung, yakni masing-masing tercatat
6 Sekolah. Pada jenjang pendidikan SLTP/ sederajat pada tahun 2015 di
Kecamatan Lubuk Kilangan terdapat 5 unit SLTP terdiri atas 2 SLTP swasta dan
3 SLTP Negeri di Kelurahan Bandar Buat. Pada jenjang pendidikan SLTA/
sederajat pada tahun 2015 di Kecamatan Lubuk Kilangan terdapat 3 unit SLTA
terdiri atas 1 SLTA Negeri, 1 SLTA swasta dan 1 SMK Swasta (BPS Kota
Padang, 2016).
Kecamatan Lubuk Kilangan adalah salah satu kecamatan di Kota Padang
yang terletak di pingggiran bagian Timur. Daerah ini merupakan kawasan
pemukiman dan industri . Industri besar yang ada yaitu PT. Semen Padang dan
PT. Sumatex Subur. Meskipun lokasi ini berada di kawasan perkotaan, usaha
pertanian masih dominan. Kegiatan pertanian dicirikan dengan luas garapan relatif
sempit dan umumnya dalam bentuk sawah. Lahan kering berupa lahan
pekarangan dan perkebunan campuran dengan topografi berbukit. Letak lokasi
sekitar 10 km dari pusat kota. Aksesibilitas Lokasi, berupa sarana dan prasarana
transportasi cukup memadai sehingga memudahkan dalam pemasaran produk
usaha ekonomi termasuk hasil pertanian. Jalan dalam kelurahan kondisinya cukup
baik dan dilalui oleh sarana transportasi yang cukup memadai.
Dengan adanya PT. Semen Padang maupun PT. Sumatex Subur
diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat terutama

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 19


disekitar pabrik tersebut. Selain sebagai petani, masyarakat di Kecamatan Lubuk
Kilangan sebagian bermata pencaharian sebagai pegawai negeri, swasta, buruh,
dan peternak (Hosen, 2006).

2.4.5 Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Lubuk Kilangan


Salah satu aspek penting kesejahteraan masyarakat adalah pembangunan
di bidang kesehatan, karena kesehatan merupakan persoalan masyarakat selama
hidup. Oleh karena itu, pembangunan sarana dan prasarana kesehatan sangatlah
penting demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas kehidupan
masyarakat yang bersih dan sehat.
Kelurahan Indarung merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang. Menurut Badan Pusat Statistik Kota
Padang pada tahun 2016, jumlah sarana kesehatan yang berada di Kecamatan
Lubuk Kilangan ditunjukan pada tabel 2.9.
Tabel 2.9. Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Lubuk Kilangan
No. Kelurahan Puskesmas Pustu Posyandu Klinik
(unit) (unit) (unit) (unit)
1 Tarantang - - 2 -
2 Beringin - 1 2 -
3 Batu Gadang - 1 5 -
4 Indarung - 1 9 2
5 Padang Besi - - 6 -
6 Kota Lalang - 1 7 -
7 Bandar Buat 1 - 12 4
Jumlah 1 4 43 6

Pada tabel terlihat jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Lubuk Kilangan


yaitu 1 Puskesmas, 4 Puskesmas Pembantu, 43 Posyandu, dan 6 Klinik. Untuk
Kelurahan Indarung sendiri memiliki 1 Puskesmas Pembatu, 9 Posyandu, dan 2
Klinik. Setiap sarana kesehatan tersebut dilengkapi dengan tenaga medis yang
siap melayani masyarakat. Tenaga medis yang terdapat pada puskesmas
Kecamatan Lubuk Kilangan pada umumnya perempuan, mulai dari tingkat dokter
sampai perawat seperti terlihat pada grafik 3.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 20


Grafik 3. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Lubuk Kilangan
Puskesmas pembantu adalah (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang
berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil (KMK RI,
2009). Adapun tugas dari paramedis di Puskesmas pembantu Kecamatan Lubuk
Kilangan dalam mengendalikan ISPA, sebagai berikut :
Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk
yang ada.
Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA
tertentu seperti pneumoni berat.
Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.
Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.
Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas
sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari,
oleh, dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait (Depkes RI, 2006).
Tujuan dari posyandu diantaranya:
Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematin ibu (ibu hamil),
melahikan dan nifas.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 21


Membudayakan NKBS
Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya
masyarakat sehat sejahtera.
Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga dan gerakan
ekonomi keluarga sejahtera.

2.4.6 Perilaku Kesehatan


A. Rendahnya partisipasi masyarakat ke posyandu
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun
2009, pencapaian D/S di posyandu bayi masih rendah di banding target
yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang. Jumlah sasaran
yang ditetapkan DKK adalah sebesar 904 bayi (65%), sedangkan angka
pencapaian D/S bayi di Puskesmas Lubuk Kilanga tahun 2009 adalah 555
bayi (565). Dari data didapatkan kesenjangan sebesar 9%.

Tabel 2.10. Hasil Pencapaian PROMKES Tahun 2009


Pencapaian Kesenjangan
No. Uraian Target (%)
(%) (%)
1 D/S 56 65 -9
2 Penyuluhan dalam 96 100 -4
gedung
3 Penyuluhan luar 93 100 -7
gedung
4 Pembentukan desa 4 kel 7 kel -3 kel
siaga
5 Posyandu aktif 41 (100%) 41 (100%) -
6 Posyandu lansia 11 buah 7 buah +4
aktif
7 Kader aktif 87 90 -3
8 Jumlah toga 28 - -
9 Jumlah POD - - -

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 22


B. Masih rendahnya pencapaian target pemberian ASI ekslusif di Puskesmas
Lubuk Kilangan
Pada tahun 2009, dari laporan tahunan bagian KIA di Puskesmas
Lubuk Kilangan, didapatkan angka pemberian ASI eksklusif yang rendah,
yakni hanya 66,2% sedangkan target pemberian ASI eksklusif adalah
100%. Dari data tersebut didapatkan kesenjangan sebanyak 33,8%.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Oktavianis tahun 2016, bahwa
dari 88 responden terdapat 46 ibu (52,3%) yang tidak memberikan ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Kota Padang tahun
2016. Walaupun terjadi peningkatan pemberian ASI eksklusif, namun
masih jauh dari target pemberian ASI eksklusif yang ditetapkan yaitu
100%.
Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif tidak mendapatkan
kandungan nutrisi dalam ASI secara penuh sehingga kekebalan tubuhnya
akan lebih rendah yang berdampak akan lebih mudah terserang penyakit.
Dimana hal ini akan mempengaruhi status gizi balita. Sebagian besar ibu
tidak mengetahui waktu yang tepat dalam pemberian ASI eksklusif.
Beberapa juga berpendapat bahwa pemberian ASI juga bisa ditambah
dengan memberi air putih dan makanan yang lain seperti pisang.
Sedangkan balita yang tidak mendapatkan ASI eksklusif dengan status gizi
balita yang baik dikarenakan selain ASI eksklusif balita juga diberikan
makanan tambahan lain yang memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan
oleh anak (Oktavianis, 2016).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 23


Tabel 2.11. Hasil Pencapaian Program KIA Tahun 2009
No. Kinerja Sasaran Target Hasil % Kesenjangan
(%) (%)
1 ANC 995 968 97,2 + 2,2%
K1 995 95 897 90,1 + 0,1%
K4 994 90 199 20
2 RESTI 995 20 773 85,5 +1,5%
3 Neonatus 904 84 826 87,4 +2,4%
4 Persalinan 945 85 2701 149,3
5 Ibu 1088 100 110 6,1
menyusui
6 ASI 1088 100 721 66,2 33,8%
Eksklusif

C. Masih tingginya angka kejadian ISPA di Puskesmas Lubuk Kilangan.


Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun
2009, jumlah penderita ISPA di BP dan KIA masih merupakan penyakit
terbanyak. Dalam laporan tahunan Puskesmas tahun 2009, angka kejadian
ISPA di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah 2901. Namun dari data BPS
tahun 2015 angka kejadian ISPA adalah 2107. Dibandingkan dengan tahun
2009 ISPA di Kecamatan Lubuk Kilangan sudah menurun, walaupun tidak
turun secara signifikan.
Tabel 2.12. Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Kecamatan Lubuk Kilangan
Menurut 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2015
No. Jenis Penyakit Jumlah
1 ISPA 2.107
2 Hipertensi 406
3 Rematik 569
4 Gasritis 711
5 Common Cold 223
6 Penyakit Pulpa dan Jaringan -
7 Diabetes Mellitus 189
8 Penyakit Infeksi Kulit -
9 Asma Bronchial -
10 Kelainan Refreksi 354
Jumlah 4.559

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 24


2.5 Sekilas Permasalahan Limbah di Lingkungan Pabrik Semen
Industri semen merupakan salah satu penyumbang polutan yang cukup
besar pada pencemaran udara seperti emisi gas dan partikel debu. Paparan dan
dampak dari industri semen ini bila melampaui nilai ambang batas yang
ditentukan oleh MNLH dan Kep.Bapedal, akan membawa dampak potensial bagi
kesehatan, baik pekerja maupun masyarakat sekitar, yaitu dampak tingkat
kebisingan serta getaran mekanik dari rangkaian proses poduksi semen.
Disamping itu, dalam proses produksi industri semen juga memberikan dampak
fisik secara langsung baik pada pekerja dan masyarakat
PT. Semen Padang merupakan salah satu perusahaan semen terbesar di
Indonesia yang melakukan dua kegiatan, yaitu penambangan dan produksi semen.
Produksi semen yang dilakukan PT. Semen Padang saat ini mencapai 6.000.000
ton/tahun yang dihasilkan dari empat pabrik yang ada. Produksi semen yang besar
akan berdampak pada jumlah emisi yang dihasilkan. Besarnya jumlah material
yang diemisikan dari kegiatan produksi akan berdampak negatif bagi lingkungan
seperti hujan asam, gangguan pernapasan dan menambah kerak pada atap
bangunan atau perumahan (Biro K3LH, 2013).
Udara adalah media pencemar untuk limbah gas atau asap yang diproduksi
pabrik. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2,
H2 dan Jain-lain. Penambahan gas atau asap ke dalam udara melampaui
kandungan alami akibat kegiatan manusia, akan menurunkan kualitas udara.
1. CO (Karbon Monoksida)
Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan
bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran
yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin
yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk
meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai
perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah
kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon
monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 25


katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan
penggunaan bahan bakar.
2. Nitrogen Dioksida (NO2)
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi
dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari
kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari).
Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-
binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Percobaan dengan
pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia
mengakibatkan kesulitan dalam bernapas.
3. Sulfur Oksida (SOx)
Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen
sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur
trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama
polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar
5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada
kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama
terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem
pernapasan kadiovaskular.
4. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan
membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang
banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk
dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel
kanker.
5. Partikulat Debu (TSP)
Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan
partikulat udara yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap
di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 26


dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu saluran pernapasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Debu yang
dihasilkan oleh kegiatan industri semen terdiri dari debu yang dihasilkan pada
waktu pengadaan bahan baku, asap selama proses pembakaran, dan debu yang
dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik serta bahan jadi ke luar
pabrik, termasuk pengantongannya.
Pada tahun 2014, Yuliando (2014) melakukan pengukuran konsentrasi
partikulat khususnya Total Suspended Particulate (TSP), di kawasan sekitar PT.
Semen Padang. Hasil yang diperoleh berupa lokasi yang memiliki konsentrasi
TSP yang tinggi sebesar 338,77 g/Nm selama 24 jam yaitu perumahan UNAND
Blok D Gadut. Perumahan ini merupakan perumahan yang terletak di sekitar
lokasi pabrik PT. Semen Padang. Konsentrasi tersebut berada di atas baku mutu
udara seperti yang terdapat pada PP RI No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, untuk parameter TSP dengan baku mutu sebesar 230 g/Nm.
Dari data Puskesmas Kecamatan Lubuk Kilangan bahwa untuk kategori 10
penyakit terbanyak pada kawasan perumahan sekitar lokasi pabrik PT. Semen
Padang pada bulan Mei tahun 2014 yang waktunya sama dengan saat
dilakukannya pengukuran kualitas udara untuk parameter TSP adalah penyakit
ISPA. Batuk, flu, alergi dan sesak napas tergolong kepada penyakit ISPA. Data 10
penyakit terbanyak juga diambil dari Puskesmas Kecamatan Pauh yang daerahnya
tidak terpapar oleh debu dari aktivitas pabrik PT. Semen Padang (sebagai
pembanding) pada bulan Mei tahun 2014 juga diperoleh ISPA merupakan
penyakit terbanyak pada bulan tersebut. Jika data 10 penyakit terbanyak dari
Puskesmas Kecamatan Lubuk Kilangan tersebut dibandingkan dengan data dari
Puskesmas Kecamatan Pauh, maka dapat disimpulkan pada bulan Mei tahun 2014
memang penyakit ISPA yang sering terjadi. Hal ini berarti bahwa penyebab
penyakit ISPA yang dialami masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar lokasi
pabrik PT. Semen Padang tidak hanya berasal dari pengaruh debu pabrik PT.
Semen Padang saja tetapi, juga disebabkan oleh aspek lingkungan yang lainnya

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 27


seperti suhu udara yang tidak stabil (musim pancaroba) dan disebabkan oleh virus
(Bachtiar dan Rani, 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar dan Rani tahun 2016,
bahwa pengaruh debu terhadap material di kawasan perumahan sekitar lokasi PT.
Semen Padang dapat mengakibatkan atap rumah yang bocor, lantai dan kaca
rumah sulit dibersihkan, tanaman yang rusak bahkan mati, jalanan licin karena
dipenuhi debu, pagar rumah dan talang hujan yang cepat rusak, kendaraan yang
diparkir di luar lengket dengan debu, perabotan rumah tangga cepat rusak, cat
rumah yang cepat pudar, kain yag dijemur di luar rumah timbul bintik-bintik
hitam, dan saluran drainase atau got yang mengeras akibat debu sehingga
tersumbat. Hal ini disesuaikan dengan referensi yang menyebutkan bahwa debu
yang dihasilkan industry semen dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan
manusia (Khairiah dkk, 2012). Debu dari aktivitas pabrik PT. Semen Padang
berpengaruh terhadap lingkungan khususnya pada kondisi material yang dimiliki
oleh masyarakat.

2.6 Penyakit-Penyakit Akibat Limbah di Lingkungan Pabrik Semen


Limbah gas atau debu yang melampaui nilai ambang batas akan
menyebabkan polusi udara dari pabrik semen. Sehingga akan memiliki dampak
negatif bagi kesehatan maupun lingkungan hidup yang berada disekitar pabrik
semen. Adapun dampak negative bagi kesehatan manusia yaitu : (Meo,2003)
a. Iritasi pada kulit, hal ini dapat terjadi akibat sifat semen yang abrasive kontak
dengan kulit. Prosesnya pun bisa secara langsung maupun tidak langsung
(terlindung maupun oleh keringat).
b. Alergi, hal ini dapat terjadi bergantung pada tingkat kesensitifan seseorang,
alergi yang dapat timbul akibat debu semen diantaranya: bersin-bersin, susah
bernapas bagi penderita asma, gatal-gatal.
c. Iritasi pada mata, hal ini dapat terjadi tergantung pada banyaknya paparan debu,
iritasi yang timbul mulai gangguan mata merah sampai cidera mata serius.
d. Gangguan pernapasan, hal-hal yang bisa menjadi faktor penyebab diantaranya
saat mengosongkan kantong semen sehingga debu semen terhirup. Saat megaduk,

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 28


menghaluskan atau memotong material campuran semen juga dapat melepaskan
sejumlah debu semen. Untuk jangka pendek dapat menimbulkan iritasi pada
saluran pernapasan, sedangkan untuk jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan pernapasan. Salah satu penyakit dari gangguan pernapasan adalah
ISPA.

2.6.1 Pengertian ISPA


Definisi penyakit ISPA menurut World Health Organization (WHO)
adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa
gejala atau infeksi ringan sampai penyakit parah dan mematikan, tergantung pada
pathogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor pejamu. Pengertian ISPA
adalah penyakit Saluran pernapasan akut dengan perhatian khusus pada radang
paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan
sering menempati urutan pertama angka kesakitan balita (Widoyono, 2008).

2.6.2 Epidemiologi ISPA


Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk dan
pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per
tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek
sebanyak 3-6 kali setahun. Penyakit pneumonia di negara berkembang,
merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia
kurang dari dua bulan. Dari survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986
diketahui bahwa morbiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,4% dan pada
balita sebesar 40,6%, sedangkan angka mortalitas pada bayi akibat pneumonia
sebesar 24% dan pada balita sebesar 36% (Widoyono, 2008).

2.6.3. Klasifikasi ISPA


Widoyono mengklasifikasikan penyakit ISPA terdiri dari :
a. Bukan pneumonia

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 29


Mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan
gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan
dinding dada bagian bawah kearah dalam. Contohnya adalah common cold,
faringitis, tonsillitis, dan otitis.
b. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan
oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja yang dapat mengakibatkan
pasien meninggal dunia (Misnadiarly, 2008).
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas. Diagnosis
gejala ini berdasarkan umur. Batas frekuensi napas cepat pada anak berusia dua
bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 sampai <5
tahun adalah 40 kali per menit.
c. Pneumonia berat
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai sesak
napas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam (chest indrawing)
pada anak berusia dua bulan sampai <5 tahun. Untuk anak berusia <2 bulan,
diagnosis pneumonia berat ditandai adanya napas cepat yaitu frekuensi
pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam (severe chest indrawing).

2.6.4. Tanda dan Gejala ISPA


Tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
1. Batuk.
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal
pada waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 30


b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Pernapasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang
dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur
satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernapasan dengan menghitung
jumlah tarikan napas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan
arloji.
2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Bibir atau kulit membiru.
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas.
3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4. Pernapasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.
6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7. Tenggorokan berwarna merah.
2.6.5 Etiologi ISPA
Menurut Widoyono tahun 2008 etiologi penyakit ISPA terdiri dari : Bakteri
: Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus
pyogenes,Staphylococcus aureus, Haemophillus influenzae, dan lain-lain.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 31


Virus : influenza, adenovirus, sitomegavirus.
Jamur : Aspergilus sp, Candida albicans, Histoplasma, dan lain-lain.
Aspirasi : makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)
biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian,
mainan plastik kecil, dan lain-lain).
ISPA yang disebabkan oleh bakteri adalah infeksi pernapasan umum yang
disebabkan oleh organisme seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Chlamydia spp., dan Mycoplasma pneumoniae. Bakteri adalah
penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah, dan Streptococcus
pneumoniae di banyak negara merupakan penyebab paling umum pneumonia
yang didapat dari luar rumah sakit yang disebabkan oleh bakteri (WHO, 2007).
Sampai saat ini telah dikenal lebih dari 100 jenis virus penyebab ISPA.
Infeksi virus memberikan gambaran klinik yang khas akan tetapi sebaliknya
beberapa jenis virus bersama-sama dapat pula memberikan gambaran yang
hampir sama. ISPA yang disebabkan oleh virus, wanita lebih rentan bila
dibandingkan dengan pria, namun waktu menstruasi mereka lebih tahan (Hood
Alsagaff dan H. Abdul Mukty, 2006).

2.6.6 Patogenesis ISPA


Menurut Hood Alsagaff dan H. Abdul Mukty, saluran pernapasan selama
hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan
sistem ketahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernapasan terhadap
infeksi maupun partikel gas yang ada di udara tergantung pada 3 unsur alamai
yang terdapat pada orang sehat, yaitu:
a. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.
b. Makrofag alveoli
c. Antibodi
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi
pada saluran napas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak, akibat infeksi yang
terdahulu. Hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak
silia adalah :

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 32


a. Asap rokok dan gas SO2, polutan utama dalam pencemaran udara
b. Sindroma imotil
c. Pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25% atau lebih)
Makrofag banyak terdapat di alveol dan akan dimobilisasi ke tempat lain
bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag
membunuh materi, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.
Antibodi setempat yang ada pada saluran pernapasan ialah IgA. Antibodi
ini banyak didapatkan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti yang sering terjadi pada anak.
Mereka dengan defisiensi IgA akan mengalami hal yang serupa dengan penderita
yang mengalami immunodefisiensi lain, seperti penderita yang mendapat terapi
sitostatik atau radiasi, penderita dengan neoplasma yang ganas dan lain-lain
(immuno compromised host).
Gambaran klinik radang yang disebabkan oleh infeksi sangat tergantung
pada :
a. Karakteristik inokulum, meliputi ukuran aerosol, jumlah dan tingkat virulensi
jasad renik yang masuk.
b. Daya tahan tubuh, tergantung pada utuhnya sel epitel mukosa, gerak mukosilia,
makrofag alveol dan IgA.
c. Umur, mempunyai pengaruh besar. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi akan
memberikan gambaran klinik yang lebih jelek bila dibandingkan dengan orang
dewasa.
Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi yaitu :
a. Melalui aerosol yang lembut, terutama oleh karena batuk.
b. Melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin.
c. Melalui kontak langsung/ tidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad
renik (hand to hand transmission).
Pada infeksi virus, transmisi harus diawali dengan penyebaran virus ke
daerah sekitar terutama melalui bajan sekresi hidung. Virus yang menyebabkan
ISPA terdapat 10-100 kali lebih banyak didalam mukosa hidung daripada mukosa

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 33


faring. Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium dan penelitian lapangan,
diperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya kontak hand to hand merupakan modus
yang terbesar bila dibandingkan dengan cara penularan aerogen (yang semula
banyak diduga sebagai penyebab utama).

2.6.7. Faktor Resiko ISPA


Orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia dimana pneumonia
merupakan salah satu klasifikasi dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut menurut
Misnadiarly lain :
a) Peminum alkohol.
b) Perokok.
c) Penderita diabetes mellitus.
d) Penderita gagal jantung.
e) Penderita penyakit paru bostruktif menahun (PPOK).
f) Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker menerima
organ cangkokan).
g) Gangguan sistem kekebalan karena penyakit tertentu (misalnya penerima organ
cangkokan).
h) Gangguan sistem kekebalan karena penyakitnya (misalnya penderita AIDS).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 34


BAB III

PROMOSI KESEHATAN

3.1 Rancangan Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat


Kelurahan Indarung
Program penanggulangan dampak dari debu semen hasil produksi industri
dapat dilakukan dengan program dari industri dan non-industri. Program dari
industri dilakukan untuk mencegah peningkatan dari limbah debu semen tersebut.
Sedangkan program non-industri terdiri dari program pemerintah dan non-
pemerintah.
Perangkat pemerintah tersebut terdiri dari kelurahan, pemerintah pusat,
dan perangkat pemerintah lainnya, sedangkan non-pemerintah seperti Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM). Perancangan kegiatan ini berfungsi untuk
mengetahui persepsi warga Kelurahan Indarung dalam penananganan masalah
debu semen. Berikut ini adalah kegiatan yang dapat diterapkan dalam pencegahan
debu semen hasil produksi semen di Kelurahan Indarung.

3.1.1 Penyuluhan dan Promosi Kesehatan


Debu semen dapat memicu penyakit ISPA, untuk menurunkan tingkat
kejadian ISPA maka dilakukan penyuluhan dan promosi kesehatan. Tujuan
promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesadaran
masyarakat di Kelurahan Indarung. Penyuluhan dilakukan dengan simulasi
langsung serta melalui media. Penyuluhan sebagai promosi kesehatan terdiri dari:
a. Penyuluhan dan simulasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat
(Kemenkes, 2016).

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 35


Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan
penyakit ISPA, karena perilaku tidak bersih dan sehat akan menimbulkan
berbagai penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan
rumah sehat, desa sehat dan lingkungan sehat. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan
dan menjaga kesehatan seluruh seluruh anggota keluarga. Semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Keluarga yang melaksanakan
PHBS maka setiap rumah tangga akan meningkat kesehatannya dan tidak mudah
sakit. Rumah tangga yang sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota
keluarga. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya
yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi
seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan
anggota rumah.
Setiap anggota keluarga harus mencuci tangan dengan menggunakan air
bersih dan sabun antara lain yaitu air yang tidak bersih banyak mengandung
kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman bserpindah ke
tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa
menimbulkan penyakit. Sedangkan sabun dapat membersihkan kotoran dan
membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di
tangan. Jadi manfaat mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat mencegah
penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus, kecacingan, penyakit kulit,
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute
Respiratory Syndrome/SARS.

b. Penyuluhan penyakit ISPA


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Debu semen hasil produksi dari pabrik semen merupakan polusi yang
dapat memicu ISPA (Kemenkes, 2012). Menurut penelitian sebelumnya, adanya
pengaruh kadar debu terhadap ISPA yang bisa berdampak kepada pekerja

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 36


(Vitasasmiari, 2013; Sholihah, dkk, 2008; Rahayu, 2013; Hafsari dkk, 2015).
ISPA yang disebabkan oleh debu semen dapat mengendap dan mengakibatkan
udema mukosa dinding saluran pernapasan sehingga memicu terjadinya
penyempitan saluran pernapasan. Penderita ISPA dapat menularkan penyakitnya
melalui udara, sehingga dapat diperhatikan gejala yang timbul, diantaranya:
Hidung tersumbat atau berair.
Para-paru terasa terhambat.
Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit.
Kerap merasa kelelahan.
Tubuh merasa sakit.
Apabila ISPA bertambah parah maka akan muncul gejala yang lebih
serius, yaitu :
Kesulitan bernapas.
Demam tinggi dan menggigil.
Tingkat oksigen dalam darah rendah.
Kesadaran yang menurun dan bahkan pingsan.
Penanganan farmakoterapi ISPA menggunakan antibiotik sesuai
dengan kriteria ISPA itu sendiri (Sumarmo et al., 2002). Selain penggunaan
antibiotik, terapi penunjang juga dapat diberikan pada penderita ISPA yaitu
analgesik-antipirerik, antihistamin, kortikosteroid, dekongestan, bronkodilator,
dan mukolitik (Depkes, 2006).
Selain menggunakan obat dapat digunakan penanganan dengan
etnofarmasi diantaranya menggunakan kayu manis (cinnamomum bermanii)
famili Lauraceae dan Gambir (Uncaria gambier) digunakan sebagai obat
batuk.
Beberapa pola hidup higienis yang bisa dilakukan sebagai tindakan
pencegahan penyakit ISPA adalah:
Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat
umum.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 37


Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata, agar
terlindung dari penyebaran virus dan bakteri.
Perbanyak mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin terutama
vitamin C. Vitamin sangat membantu dalam meningkatkan dan menjaga
sistem kekebalan tubuh.
Hindari merokok.
Ketika bersin, pastikan ditutup dengan tisu atau tangan. Hal ini dilakukan
untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menular kepada orang
lain (WHO, 2007).
Pencegahan ISPA (Depkes RI, 2002):
1. Menjaga kesehatan gizi agar terhindar dari penyakit ISPA dengan cara
mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna, banyak minum air putih,
olahraga yang teratur, serta istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh
yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin meningkat sehingga
dapat mencegah penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak
mudah terserang virus atau bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan yaitu dengan membuat
ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi
yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup
asap atau debu yang bisa menyebabkan ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara agar tetap segar dan sehat bagi
manusia.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. ISPA yang
disebabkan oleh virus dan bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang
telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke
dalam tubuh.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 38


Gambar 3.1 Analisis SWOT Mengenai Penyuluhan

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 39


c. Penyediaan obat-obatan dan alat pelindung diri
Penyediaan obat-obatan dan masker di Kelurahan Indarung perlu
ditingkatkan karena besarnya dampak resiko ISPA akibat debu semen PT.
Semen Padang, menimbulkan penyakit lain seperti batuk, asma. Maka
diperlukan obat-obat untuk mengobati penyakit ISPA serta pencegahan agar
tidak terapapar langsung dengan debu semen menggunakan alat pelindung diri
seperti masker.

3.1.2 Penghijauan Indarung di Sekitar PT. Semen Padang


Penghijauan adalah upaya pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan
kondisi lahan agar lingkungan memiliki kondisi alam yang baik sehingga nyaman
untuk penghuninya. Dampak dari adanya industri PT. Semen Padang dapat
mengurangi kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
Perubahan ini dari segi waktu akan meluas ke arah menurunnya kapasitas
penampungan air yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap kuantitas
air sungai. Penghijauan dilakukan bertujuan untuk menghijaukan lahan disekitar
area pabrik agar menghasilkan lahan yang bermanfaat untuk menampung
kapasitas air. Dengan cara penanaman pohon di sekitar pemukiman dan lahan
yang ada di Indarung, berikut adalah beberapa manfaat penghijauan:
Manfaat secara hidrologis
Manfaat penghijauan yang pertama adalah mampu menjaga
keseimbangan sistem air dialam, dengan adanya banyak pohon yang ditanam
itu berarti kita sedang mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor. Akar
pohon sangat bermanfaat dalam menjaga kestabilan air dalam tanah.
Manfaat secara higienis
Penghijauan sangat bermanfaat sebagai penyaring udara dimana
semakin banyak pohon akan menyerap karbon dioksida serta menghasilkan
oksigen yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk bernapas. Selain itu pohon
dapat menyerap berbagai jenis racun yang ada di udara. Selain itu akar-akar
pohon mampu menyerap dan menyaring air di dalam tanah.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 40


Manfaat secara ekologis
Dan penghijauan mampu menjaga lingkungan menjadi lebih asri,
nyaman serta menjadi tempat tinggal yang layak bagi tanaman dan hewan
didalamnya. Dengan begitu alam pun akan selaras dan menghasilkan apa
yang dibutuhkan oleh manusia.
Manfaat secara klimatologis
Manfaat klimatologis dimana penghijauan bisa berguna untuk
mencegah polusi dan pemanasan global yang sudah terjadi di dunia ini.
Tingkat karbon dioksida yang cukup tinggi dalam dunia ini mengurangi
jumlah oksigen. Sedangkan pohon atau tumbuhan menghasilkan oksigen
yang berguna untuk kehidupan di bumi.

3.1.3 Keluhan Kepada Industri


Debu semen yang dihasilkan oleh PT. Semen Padang akan terus dihasilkan
bila tidak ditangani penurunan produksi debu semen dengan teknologi tertentu.
Teknologi yang dapat digunakan ialah dust precipitator.
Penanganan debu semen tersebut perlu dilakukan dari industri tersebut,
sebab bila dilakukan penanganan terhadap ISPA namun pemicu ISPA dari
lingkungan tersebut tetap ada, maka akan terjadi insiden berulang terhadap ISPA.
Oleh karena itu, tokoh masyarakat dapat melakukan tindakan keluhan
kepada industri semen tersebut. Keluhan dapat berupa lisan dan tulisan. Keluhan
lisan dapat disampaikan dengan cara langsung kepada petugas penerima
pengaduan dan/atau melalui telepon. Pengadu perlu mengisi formulir isian
pengaduan sesuai format di lampiran Peraturan Menteri No. 09 Tahun 2010.
Keluhan berupa terlulis dapat disampaikan dengan surat, surat elektronik,
faksmile, layanan pesan singkat, dan/atau cara lain sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 41


3.2 Rencana Program Kerja

PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


KELURAHAN INDARUNG UNTUK MENJADI DESA BEBAS ISPA
TAHUN 2018

3.2.1 Pendahuluan
Kecamatan Lubuk Kilangan terletak di bagian timur Kota Padang yang
berbatasan dengan Kabupaten Solok. Secara geografis, Lubuk Kilangan terletak
antara 0 58 4 LS dan 100 21 11 BT, ketinggian 25 1.853 m dpl, dengan luas
wilayah 85,99 km2. Kelurahan Indarung memiliki kekayaan alam berupa batu
kapur di Bukit Karang Putih. Kandungan batu kapur ini digunakan sebagai bahan
baku di industri semen. Dengan berdirinya PT. Semen Padang akan memberikan
dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan lingkungan. Dampak negatif dari
adanya PT. Semen Padang, yaitu pencemaran udara oleh debu semen yang
disebabkan oleh kegiatan produksi semen seperti dari pengadaan bahan baku,
proses pembakaran dan selama distribusi bahan baku ke pabrik. Selain itu
meningkatkan suhu udara, kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin-mesin pabrik
dan permasalahan tanah. Pencemaran udara berupa debu menyebabkan
permasalahan terhadap kesehatan masyarakat sekitar pabrik semen. Asap dan
debu yang dihasilkan oleh pabrik diperkirakan dapat menyebabkan keluhan di
saluran pernapasan seperti batuk-batuk dan sesak napas. Maka dari itu
dibutuhkan suatu tindakan pencegahan dan penanganan demi meningkatkan
kesadaran kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit melalui penyuluhan
dan promosi kesehatan tentang ISPA.

3.2.2 Tujuan Kegiatan


Tujuan umum:
Kegiatan ini bertujuan masyarakat mengetahui dan memahami kondisi
lingkungan polusi yang tercemar agar tidak terserang ISPA serta melakukan
upaya penanganan dan pencegahan ISPA Kelurahan Indarung dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 42


Tujuan khusus:
1. Mampu menyebutkan pengertian dari ISPA
2. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari seseorang yang
terinfeksi saluran pernapasan akut
3. Dapat menyebutkan upaya pencegahan dari ISPA
4. Mengetahui kegunaan dari alat pelindung diri yaitu masker serta
waktu menggunakan
5. Mengetahui cara mencuci tangan yang baik sesuai PHBS

3.2.3 Output
1. Masyarakat Kelurahan Indarung mampu menyebutkan pengertian dari
ISPA
2. Masyarakat Kelurahan Indarung mengetahui dan memahami penyebab
ISPA
3. Masyarakat Kelurahan Indarung mengetahui dan memahami tanda dan
gejala penderita ISPA
4. Masyarakat Kelurahan Indarung lebih peduli terhadap penanganan dan
pencegahan ISPA akibat debu semen.
5. Masyarakat mengetahui cara serta waktu penggunaan masker sebagai
alat pelindung diri.
6. Masyrakat mengetahui cara mencuci tangan yang baik sesuai PHBS.

3.2.4 Nama dan Bentuk Kegiatan


1. Penyuluhan dan promosi kesehatan
a. Pengertian ISPA
b. Penyebab ISPA
c. Tanda dan gejala ISPA
d. Upaya pencegahan ISPA
e. Penatalaksanaan ISPA
f. Cara mencuci tangan yang baik sesuai PHBS

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 43


3.2.5 Pelaksanaan Kegiatan
Penyuluhan dan promosi kesehatan
Waktu : selama bulan Mei 2018
Tempat : Balai Kelurahan Indarung

3.2.6 Sasaran Kegiatan


Warga Kelurahan Indarung khusunya warga yang tinggal pada
kawasan industri PT. Semen Padang.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 44


3.2.7 Susunan Kegiatan

Waktu Kegiatan Respon Penanggung


Jawab

10 Pendahuluan
menit
a. Menyampaikan salam a. Membalas salam Ketua
pelaksana
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan

c. Kontrak waktu c. Memberi respon

d. Tes awal d. menjawab


25 a. Menjelaskan pengertian dan Kadiv acara
menit penyebab dari ISPA, tanda
a. mendengar dan
gejala dari ISPA, upaya
menyimak
pencegahan dan pengobatan
b. mengajukan pertanyaan
dari ISPA (Pemateri 1)
c. mendengarkan
b. Menjelaskan perilaku hidup
bersih dan sehat dan cara
mencuci tangan yang baik
(Pemateri 2)

c. Memberikan kesempatan
bertanya

d. Menjawab pertanyaan

5 menit Penutup Kadiv acara

a. Tes akhir a. menjawab

b. Menyimpulkan hasil b. aktif bersama


penyuluhan menyimpulkan

c. Memberi salam penutup c. membalas salam

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 45


3.2.8 Evaluasi

Evaluasi persiapan

a) Materi sudah siap dan dipelajari minimal 1 hari sebelum penyuluhan


b) Media sudah siap 3 hari sebelum penyuluhan
c) Undangan untuk kepala keluarga dan kepala desa sudah disampaikan 2
hari sebelum kegiatan

Evaluasi proses

a) Masayarakat memeperhatikan penjelasan penyaji


b) Masyarakat aktif bertanya
c) Media dapat digunakan secara efektif

Evaluasi hasil

a) Menyebutkan kembali pengertian ISPA


b) Menyebutkan kembali penyebab ISPA
c) Menyebutkan kembali tanda dan gejala ISPA
d) Menyebutkan kembali upaya pencegahan ISPA
e) Menyebutkan kembali penatalaksanaan ISPA
f) Mempraktikan cara mencuci tangan sesuai PHBS

3.2.9 Susunan Kepanitiaan

Penanggung Jawab : Dra. Rr. Sulistianingsih, M.Kes, Apt


Ketua : M.A.W. Khairurrijal, S. Far
Sekretaris : Lala Febria, S. Farm
Bendahara : Angelika Rianti, S.Farm
Sie Acara : Resa Handayani S.Farm
Sie Humas : Stefanie Audina, S.Farm
Bekerja sama dengan tenaga kesehatan, aparat tatanan rumah tangga,
karang taruna yang berada di Kelurahan Indarung.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 46


3.2.10 Estimasi Biaya
Rencana Pemasukan:

Rektorat Universitas Padjadjaran = Rp 500.000

Fakultas Farmasi Universitas Padjadajran = Rp 600.000

Donatur = RP 400.000

Total pemasukan = Rp 1.500.000

Rencana Pengeluaran :

NO URAIAN RINCIAN JUMLAH


BELANJA PEGAWAI
1. Honor pembicara 2 2 orang x Rp 100.000 Rp 200.000
2. Kader dari Puskesmas/ tenaga 10 orang x Rp 30.000 Rp. 300.000
kesehatan/tokoh masyarakat
3. Aparat 1 orang x Rp 20.000 Rp 20.000
BELANJA BARANG / ATK
1. Bingkisan 2 buah x Rp 77.500 Rp 155.000
2. Battery Energizer 1 buah x Rp 11.000 Rp 11.000
3. Banner 1 buah x Rp 100.000 Rp 100.000
4. Lefleat 70 lembar x Rp 1000 Rp 70.000
BELANJA LAINNYA
1. Air mineral gelas 1 dus x Rp 14.000 Rp 14.000
2 Snack kotak 70 kotak x Rp 9.000 Rp 630.000
Total Rp 1.500.000

SALDO
PEMASUKAN Rp. 1.500.000
PENGELUARAN Rp. 1.500.000 -
Rp. 0

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 47


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Secara geografis wilayah Kelurahan Indarung sebagian besar
merupakan kawasan industri semen sehingga memicu terjadinya ISPA.
2. Kondisi kesehatan masyarakat Kelurahan Indarung dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan yang buruk seperti polusi debu semen serta
keadaan gizi yang buruk, beberapa penyakit yang muncul akibat polusi
debu semen yaitu ISPA. Angka morbiditas dan mortalitas yang terjadi
juga terbilang cukup tinggi.
3. Program kesehatan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Kelurahan Indarung adalah dengan mengadakan
promosi kesehatan dan pembedayaan masyarakat Kelurahan Indarung
melalui penyuluhan dan leaflet.

4.2. Saran
1. Bagi masyarakat yang tinggal di Kelurahan Indarung Kota Padang
agar lebih aktif menjaga kesehatan lingkungan yang bersih dengan
cara membersihkan halaman rumah, menyirami halaman rumah
dengan air agar mengurangi polusi udara yang terhirup oleh
pernapasan.
2. Bagi masyarakat agar menggunakan masker saat keluar rumah.
3. Bagi pemerintah setempat agar melaksanakan program pemberantasan
gangguan ISPA secara rutin di lingkungan sekitar maupun kelurahan
setempat serta mengkoordinasi pemeriksaan gangguan ISPA secara
berkala dan menekan penularan penyakit gangguan ISPA.
4. Bagi industri semen agar dapat menangani debu semen hasil produksi
menggunakan dust precipitator.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 48


Daftar Pustaka
Alsagaff, H & Mukti, A. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
Bachtiar, Vera Surtia dan Rani, Safitri Sanggar. 2016. Analisis Debu Respirable
Terhadap Masyarakat Di Kawasan Perumahan Sekitar Lokasi Pabrik Pt.
Semen. Jurnal Teknik Lingkungan Unand 13(1) : 1-9.
Badan Pusat Statistik Kota Padang. 2016. Satistik Daerah Kecamatan Lubuk
Kilangan. BPS Kota Padang. Kota Padang.
Badan Pusat Statistik. 2012. Lubuk Kilangan dalam Angka (Lubuk Kilangan In
Figures). Badan Pusat Statistik Kota Padang. Padang.
Biro K3LH. 2013. Nuansa Pagi Bulan Agustus 2013. Padang: PT Semen Padang
Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernapasan
Akut.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2013. Profil Kesehatan Tahun 2013. Dinas
Kesehatan Kota Padang. Kota Padang.
Ferlisa R. 2008. Persepsi Pekerja di Unit Produksi II/III terhadap Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Semen Padang Indarung.
Universitas Indonesia. Depok.
Hafsari, D. Ramadhian, M. R., Saftarina, F. 2015. Debu Batu Bara dan Kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pekerja Pertambangan Batu Bara.
Majority Vol. 4 (9). 35-41.
Hosen, N. 2006. Potensi Pengembangan Ternak Sapi pada Kawaan Perkotaan
(Studi Kasus pada Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang). Prosiding
Peternakan, hal 216-222
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta.
Khairiah, Ashar, T. dan Santi, D.N. 2012. Analisis Konsentrasi Debu dan
Keluhan Kesehatan Pada Masyarakat di Sekitar Pabrik Semen di
Desa Kuala Indah Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara tahun

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 49


2012. Medan: USU Press.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 50


Maryunani, A. 2013. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.
Meo, S.A. 2003. Chest Radiological Findings in Pakistani Cement Factory
Workers. Saudi Medical Journal Vol. (3): 287-290.
http://www.smj.org.sa/DetailArticle.asp%3FArticleId%3D1198.
Minadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta.
Oktavianis. 2016. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Dengan Status Gizi Pada
Balita di Puskesmas Lubuk Kilangan. Jurnal Human care. Volume 1 No.3
Tahun 2016.
Puskesmas Lubuk Kilangan. 2014. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan
2014. Padang: Puskesmas Lubuk Kilangan.
Puskesmas Lubuk Kilangan. 2010. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan
2010. Padang: Puskesmas Lubuk Kilangan.
Puskesmas Lubuk Kilangan. 2011. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan
2011. Padang: Puskesmas Lubuk Kilangan.
Rahayu, N. S. 2013. Hubungan anatra Kadar Debu Batu Bara Total dan Terhirup
serta Karakteristik Individu dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja di
Lokasi Coal yard PLTU X Jepara. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=73822&fal=4700.
Sholihah, Q., Khairiyati, L., Setiyaningrum, R. 2008. Pajanan Debu Batu Bara
dan Gangguan Pernapasan pada Pekerja Lapangan Tambang Batu Bara.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 (2). 1-8
Sulastri, Rina. 2012. Persepsi Masyarakat Tentang Dampak Aktifitas PT.Semen
Padang Di Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Kota
Padang. Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Vitasasmiari, E. 2013. Pengaruh Kadar Debu Batu Bara terhadap Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) pada Tenaga Kerja di Unit Boiler PT. Indo
Acidatama Tbk. Kemiri Kebakkramat Karanganyar. Surakarta:
Universitas Muhammadyah Surakarta.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 50


Widiyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, PenUlaran, Pencegahan, &
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.
WHO. 2007. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas
pelayanan kesehatan. Indonesia.
Yuliando, D.T. 2014. Pemetaan Konsentrasi Total Suspended Particulate (TSP)
dan Konsentrasi Logam Ca, Si, Al, Fe, Na di Udara Ambien
Kawasan Barat PT. Semen Padang dan Sekitarnya. Padang: Tugas
Akhir Teknik Lingkungan Universitas Andalas.

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 51


LAMPIRAN

Lampiran 1. CONTOH SURAT KELUHAN


Kepada Yth.
Bapak/Ibu Camat
Kec. Lubuk Kilangan
di tempat
Perihal : Aspirasi dan Pengaduan Masyarakat
Dengan Hormat,
Salam sejahtera untuk kita semua, seiring doa semoga kita semua selalu
sehat waalfiat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT dalam melaksanakan
tugas dan aktivitas keseharian kita. Aamiin.
Sehubungan dengan limbah produksi semen berupa debu semen dari PT.
Semen Padang Kelurahan Indarung yang dapat menyebabkan penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Kami sebagai tokoh masyarakat tidak keberatan
dengan keberadaan PT. Semen Padang, namun debu semen padang tersebut terus
memicu penyakit ISPA yang dibuktikan tingginya prevalensi ISPA di Kelurahan
Indarung sebagai penyakit terbanyak.
Kami meminta kerjasama dari pihak industri PT. Semen Padang untuk
melakukan kewajiban di bidang lingkungan hidup dan memantau ketat dampak
yang dihasilkan dalam kegiatan operasional sehari-hari. Penanganan debu semen
telah dilakukan sebelumnya oleh industri semen lainnya dengan menggunakan
dust precipitator. Oleh karena itu diharapkan PT. Semen Padang dapat mengikuti
penggunaan dust precipitator sebagai upaya untuk mengurangi debu semen yang
dihasilkan demi mengurangi kejadian ISPA di Kelurahan Indarung dan
menciptakan masyarakat yang sehat.
Demikian aspirasi kami saya sampaikan. Semoga aspirasi ini mendapatkan
solusi dan tindakan dari DPRD Kec. Lubuk Kilangan.
Terima Kasih.

PENGADU

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 52


Lampiran 2. LEAFLET ISPA

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 53


Lampiran 3. LEAFLET PHBS

LAMPIRAN 3

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 54


Lampiran 4. BANNER

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT 55

Anda mungkin juga menyukai