Pendahuluan
Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan seperti
tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil.
Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan
konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas,
karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai
insulator. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya
resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon .
Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus
yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau
dilambangkan dengan simbol (Omega).
Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di
kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk
memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan
Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA
(Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1. berikut :
Dasar Elektronika - 1
Nilai
Faktor
Pengali
Hitam
Coklat
10
1%
Merah
100
2%
Jingga
1.000
Kuning
10.000
Hijau
100.000
Biru
106
Violet
107
Abu-abu
108
Putih
109
Emas
0.1
5%
Perak
0.01
10%
Tanpa warna
20%
Toleransi
Dasar Elektronika - 2
tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah
gelang toleransi.
Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini
memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya.
Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor
ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai
satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari tabel-1
diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama
dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga
adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah
100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tsb adalah nilai satuan x
faktor pengali atau 47 x 100 = 4,7 K dan toleransinya adalah 5%.
Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu
rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan
dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar P = I2.R watt.
Semakin besar ukuran fisik suatu resistor dapat menunjukkan semakin besar
kemampuan disipasi daya resistor tersebut.
Tegangan
Resistansi
tinggi
Resistansi
Rendah
Arus
Dasar Elektronika - 3
Cincin 1
Cincin 5
Cincin-Cincin
Warna 1, 2, 3
Hitam
0
Coklat
1
Merah
2
Jingga
3
Kuning
4
Hijau
5
Biru
6
Ungu
7
Abu-Abu
8
Putih
9
2
Cincin-Cincin
Warna 4
Dikalikan Dengan
Perak
0,01
Emas
0,1
Hitam
1
Coklat 10
Merah 100
Jingga 1000
Kuning 10000
Hijau
100000
Biru
1000000
5
Cincin-Cincin
Warna 5
Toleransi
Coklat
1%
Merah
2%
Emas
5%
Perak
10%
Kosong
20%
1000000 2%
258 M 2%
Gambar 1-2. Kode Warna Resistor
1.3. P.T.C (Positive Temperature Coefficient)
Gambar
Resistansi
disamping
memperlihatkan
semacam
ini
dikatakan
sebagai
memiliki
memiliki karakteristik seperti PTC. Resistansi dari bahan konduktor akan mengecil
dengan kenaikan suhu dan karenanya disebut koefisien suhu negatif (negative
temperature coefficient/NTC).
Dasar Elektronika - 4
R t R 0 (1 t t 2 t 3 )
. (a)
dimana : , , = konstanta
R0
= resistansi pada 00 C
menjadi :
R t R 0 (1 t ) ................. (b)
R0
dimana :
= koefisien suhu
Suhu
00C
t0C
Resistansi
NTC.
atau
0
-t C
-t0C
Suhu
Gambar 1-4. Karakteristik, Simbol dan Gambar NTC
Dasar Elektronika - 5
Termistor NTC yang tipikal memiliki resistansi yang berubah-ubah mulai dari beberapa
ratus atau beberapa ribu ohm pada 250C hingga beberapa puluh atau beberapa ratus ohm
pada 1000C
Termistor PTC umumnya memiliki karakteristik resistansi suhu yang tetap
berbentuk datar (biasanya pada suhu sekitar 100 ) untuk kisaran 0 0C hingga sekitar
750C. Diatas kisaran ini dan pada suhu kritis (biasanya pada kisaran 80 0C hingga
1200C) resistansi termistor melonjak sangat cepat hingga mencapai bahkan melampaui
Resistansi
nilai 10 k .
+t C
Suhu
Gambar 1-5. Karakteristik, Simbol dan Bentuk PTC
Termistor PTC biasanya digunakan untuk proteksi arus lebih. Pada kondisi
terdapat gangguan arus akan melampaui nilai ambang batas dengan selisih yg besar
sehingga termistor mulai mengalami pemanasan diri, resistansi akan naik dengan cepat.
Nilai-nilai yang tipikal dari arus ambang dan arus jatuh masing-masing adalah 200 mA
dan 8 mA untuk alat yang memiliki resistansi nominal sebesar 25 pada suhu 250C.
1.5. Resistor Peka Cahaya (LDR)
Resistor peka cahaya /LDR (Light Dependent Resistor) memanfaatkan bahan
semikon-duktor yang karakteristik listriknya berubah-ubah sesuai dengan cahaya yang
diterima. Dua jenis bahan semikonduktor yang digunakan dalam pembuatan LDR
adalah Kadnium Sulfida (CdS) dan Kadnium Selenida (CdSe). Bahan-bahan ini paling
sensitif terhadap cahaya dalam spektrum tampak, dengan puncaknya 0,6 mikrometer
untuk CdS dan 0,75 mikrometer untuk CdSe.
Dasar Elektronika - 6
Resistansi
Intensitas Cahaya
Gambar 1-6. Karakteristik dan Simbol LDR
1.6. Resistor Peka Tegangan (VDR)
Resistansi dari suatu resistor peka tegangan (voltage dependent resistor/VDR)
jatuh dengan sangat cepat ketika tegangan yang bekerja padanya melampaui suatu
tegangan nominal, baik ke arah membesar ataupun mengecil. Dalam operasi normal,
arus yang mengalir melalui VDR dapat diabaikan besarnya, tetapi ketika resistansinya
jatuh, arus akan menjadi besar dan energi dalam jumlah yang signifikan akan terserap.
Arus
atau
Tegangan
Gambar 1-7. Karakteristik dan Simbol VDR
Dasar Elektronika - 7
2.1. Pendahuluan
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik.
Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu
bahan dielektrik.
Dielektrik
Elektroda
Elektroda
................................(2.1)
................................(2.2)
Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan :
Tabel 2-1
Konstanta K Bahan Dielektrik
Udara vakum
k=1
Aluminium oksida
k=8
Keramik
k = 100 - 1000
Gelas
k=8
Polyethylene
k=3
Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farads adalah sangat besar sekali.
Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6 F), nF (10-9 F) dan pF
(10-12 F). Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran
sebuah kapasitor. Misalnya 0,047uF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh lain
0,1nF sama dengan 100pF.
2.3. Jenis-Jenis Kapasitansi
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk
lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic
dan electrochemical.
2.3.1. Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan
dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang popular
serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran
pF sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan
frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah bahan-bahan
material seperti polyester (polyethylene terephthalate) atau dikenal dengan sebutan
Dasar Elektronika - 9
Anoda
Metal
Katoda
Larutan Electrolyte
Dasar Elektronika - 10
digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah
adalah Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium
ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang
kapasitansinya besar. Contoh : 100F, 470F, 4700F dan lain-lain, yang sering juga
disebut : Kapasitor Elco.
Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga yang
padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang menjadi
elektroda negatifnya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida.
Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun
menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu
kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus
bocor yang sangat kecil, jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi
relatif mahal.
2.3.3. Kapasitor Electrochemical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor
jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu adalah kapasitor
yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage
current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam pengembangan
untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk
applikasi mobil elektrik dan telepon selular.
2.4. Macam dan Penggunaan Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen pasif elektronika yang sering dipakai didalam
merancang suatu sistem yang berfungsi untuk mengeblok arus DC, Filter, dan
penyimpan energi listrik. Didalamnya 2 buah pelat elektroda yang saling berhadapan
dan dipisahkan oleh sebuah insulator. Sedangkan bahan yang digunakan sebagai
insulator dinamakan dielektrik. Ketika kapasitor diberikan tegangan DC maka energi
listrik disimpan pada tiap elektrodanya. Selama kapasitor melakukan pengisian, arus
mengalir. Aliran arus tersebut akan berhenti bila kapasitor telah penuh. Yang
membedakan tiap - tiap kapasitor adalah dielektriknya. Berikut ini adalah jenis jenis
kapasitor yang banyak dijual dipasaran.
Dasar Elektronika - 11
sampai
terbalik.
Bila
polaritasnya
kebanyakan
menggunakan
digunakan
sinyal
analog.
untuk
sistem
yang
Contoh
aplikasi
yang
digunakan untuk rangkaian analog, karena dapat mengubah bentuk sinyal. Jenis ini
tidak mempunyai polaritas dan hanya tersedia dengan nilai kapasitor yang sangat kecil
dibandingkan dengan kedua kapasitor diatas. Dan mempunyai tegangan hingga 15 kV
DC.
2.4.4. Multilayer Ceramic Capacitor (MLCC)
Bahan material untuk kapasitor ini sama dengan jenis kapasitor keramik,
bedanya
terdapat
menyusun die
pada
lek
jumlah
lapisan
yang
Dasar Elektronika - 13
kecil atau sama dengan 100KHz. Pada gambar disamping ditunjukkan kapasitor
polypropylene dengan toleransi 1%.
2.4.7. Kapasitor Mika
Jenis ini menggunakan mika sebagai bahan dielektriknya. Kapasitor mika
mempunyai tingkat kestabilan yang bagus, karena temperatur koefisiennya rendah.
Karena
frekuensi
karakteristiknya
sangat
yang menggunakan
frekuensi beberapa
ratus KHz. Komponen ini mempunyai 2 warna untuk elektrodanya, yaitu: merah dan
abu abu. Untuk yang merah elektrodanya terbuat dari tembaga sedangkan warna abu
abu terbuat dari kertas alumunium.
2.4.9. Electric Double Capacitor (Super Capacitor)
Jenis kapasitor ini bahan dielektriknya sama dengan kapasitor elektrolit. Tetapi
bedanya adalah ukuran kapasitornya lebih besar
dibandingkan kapasitor elektrolit yang
telah
samping,
Dasar Elektronika - 14
berada
diatasnya.
Didalam
pemutaran
diharapkan
Dasar Elektronika - 15
Tabel 2-2
Nilai Kondensator Kertas
Warna Nomor Faktor Perkalian Toleransi Voltage maksimum
Hitam
20%
Coklat
101
100V
Merah
102
250V
Jingga
103
250V
Kuning
104
400V
Hijau
105
400V
Biru
630V
Ungu
630V
Abu-abu
630V
Putih
10%
630V
menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali
sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000
dan seterusnya. Misalnya pada kapasitor keramik tertulis 104, maka kapasitansinya
adalah 10 x 10.000 = 100.000pF atau = 100nF. Misalnya tertulis 222, artinya kapasitas
kapasitor tersebut adalah : 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.
Selain dari kapasitansi ada beberapa karakteristik penting lainnya yang perlu
diperhatikan. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik pembuat
didalam datasheet. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi penting tersebut.
2.5.1. Tegangan Kerja (working voltage)
Dasar Elektronika - 16
Simbol
PPM per
Co
Faktor Pengali
Toleransi Koefisien
Koefisien Suhu
Suhu
Simbol
Pengali
Simbol
PPM per
Co
0.0
-1
+/-30
0.3
-10
+/-60
0.9
-100
+/-120
1.0
-1000
+/-250
1.5
-10000
+/-500
Dasar Elektronika - 17
Tabel 2-4
Kode Karakteristik Kapasitor Kelas II Dan III
Suhu Kerja
Suhu Kerja
Minimum
Maksimum
Toleransi Kapasitansi
Simbol
Co
Simbol
Co
Simbol
Persen
+10
+45
+/- 1.0%
-30
+65
+/- 1.5%
-55
+85
+/- 2.2%
+105
+/- 3.3%
+125
+/- 4.7%
+150
+/- 7.5%
+200
+/- 10.0%
+/- 15.0%
+/- 22.0%
+22% / -33%
+22% / -56%
+22% / -82%
2.5.3. Toleransi
Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya. Tabel
diatas menyajikan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf tertentu. Dengan
table di atas pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya
tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka
kapasitasinya adalah 100nF dengan toleransi 15%.
Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara
o
Dasar Elektronika - 18
ESR
IR
ESR
= Capacitance
ESR
= Inductance
IR
= Insulation Resistance
Jika tidak diberi beban, semestinya kapasitor dapat menyimpan muatan selama-
lamanya. Namun dari model di atas, diketahui ada resitansi dielektrik IR(Insulation
Resistance) yang paralel terhadap kapasitor. Insulation resistance (IR) ini sangat besar
(MOhm). Konsekuensinya tentu saja arus bocor (DCL) sangat kecil (uA).
Untuk
mendapatkan kapasitansi yang besar diperlukan permukaan elektroda yang luas, tetapi
ini akan menyebabkan resistansi dielektrik makin kecil. Karena besar IR selalu
berbanding terbalik dengan kapasitansi (C), karakteristik resistansi dielektrik ini biasa
juga disajikan dengan besaran RC (IR x C) yang satuannya ohm-farads atau megaohmmicro farads.
2.5.5. Dissipation Factor (DF) dan Impedansi (Z)
Dissipation Factor adalah besar persentasi rugi-rugi (losses) kapasitansi jika
kapasitor bekerja pada aplikasi frekuensi. Besaran ini menjadi faktor yang
diperhitungkan misalnya pada aplikasi motor phasa, rangkaian ballast, tuner dll. Dari
model rangkaian kapasitor digambarkan adanya resistansi seri (ESR) dan induktansi
(L). Pabrik pembuat biasanya menyertakan data DF dalam persen. Rugi-rugi (losses)
itu didefenisikan sebagai ESR yang besarnya adalah persentasi dari impedansi kapasitor
Xc.(gambar 2.3 dan 2.4). Secara matematis di tulis sebagai berikut :
Dasar Elektronika - 19
Dari penjelasan di atas dapat dihitung besar total impedansi (Z total) kapasitor :
iC
dv
dt
1
i dt , dimana i dt q
C
Sedangkan : Q = C.V
Konstanta kesebandingan C menyatakan sifat penyimpanan muatan dari elemen tersebut
dan dinamakan : Kapasitans Elemen
Contoh :
Sebuah tegangan berubah dengan kecepatan tetap dari 10 V hingga 50 V dalam periode
waktu 0,1 s, jika tegangan ini diberikan kepada sebuah kapasitor sebesar 22 F.
Tentukanlah arus yang akan mengalir.
Jawab :
i C.
perubahan tegangan
50 10
22.10 6 x
8,8.10 3 8,8 mA
waktu
0,1
P V.I V.C
dv
.........watt
dt
W pdt C.V
dv
1
.dt C.Vdv Cdv 2 CV 2 .......joule
dt
2
Dasar Elektronika - 21
XC
1
.. satuan
2f .c
sehingga :
-
+Q
Va
Vb
+
+
+
+
+
+
-Q
Q
Vab
1
, maka beda potensial antara plat adalah :
o
Vab E.L
Q.L
, sehingga kapasitansi kapasitor plat paralel dalam ruang hampa
o .A
adalah :
Q
Q
Vab Q.L
o .A
Q.
o .A o .A
Q.L
L
o .A
L
dimana :
A
C
L
o (n 1).A
L
Contoh :
Sebuah kapasitor terdiri dari enam plat yang masing-masing luas permukaannya 20 cm2
dipisahkan oleh sebuah dielektrik dan ketebalan 0,2mm. Tentukanlah kapasitansi dari
kapasitor tersebut.4
Jawab :
o (n 1).A
L
8,854.10 12 (6 1).20.10 4
0,2.10
442,7 pF
+Q ++ ++
Vab=V
C1
-Q__ __
c
+Q ++ ++
-Q
__ __
C2
Q
C1
Vac=V1
Vac V1
Vbc=V1
1
1
Vab V1 V2 Q
C1 C 2
V 1
1
Q C1 C 2 1 1 1
C C1 C 2
Q C.V
, Vbc V2
Q
C2
1 1 1
C 2F
C 6 3
Vac V1
Q 36
Q 36
6Volt , Vbc V2
12Volt
C1 6
C2 3
Dasar Elektronika - 23
C1
Q1
__ __
Q2 ++ ++
Q2
__ __
C2
Q1 = C1.V dan Q2 = C2 .V
Muatan total Q yang diberikan
sumber adalah :
Q = Q1+ Q2 = V(C1+ C2)
dan :
C1 C 2
V
C C1 C 2
Q
V
Contoh :
Gambar dibawah ini hitung x bila Ceq = 10 F
Jawab :
n
5F
B
10F
20F
1
1 1
C eq n 20
1 1 1
n 20F
10 n 20
5F + 10F + x = 20F
x=5F
Dasar Elektronika - 24
3.1. Pendahuluan
Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika ? Ini cara yang efektif
untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga
diberi aliran listrik, maka di sekeliling kawat tembaga akan terbentuk medan listrik.
Dengan aturan tangan kanan dapat diketahui arah medan listrik terhadap arah arus
listrik. Caranya sederhana yaitu dengan mengacungkan jari jempol tangan kanan
sedangkan keempat jari lain menggenggam. Arah jempol adalah arah arus dan arah ke
empat jari lain adalah arah medan listrik yang mengitarinya.
= B.A
Lalu bagaimana jika kawat tembaga itu dililitkan membentuk koil atau
kumparan. Jika kumparan tersebut dialiri listrik maka tiap lilitan akan saling
menginduksi satu dengan yang lainnya. Medan listrik yang terbentuk akan segaris dan
Dasar Elektronika - 25
saling menguatkan. Komponen yang seperti inilah yang dikenal dengan induktor
selenoid. Dari buku fisika dan teori medan yang ada, dibuktikan bahwa induktor adalah
komponen yang dapat menyimpan energi magnetik. Energi ini direpresentasikan dengan
adanya tegangan emf (electromotive force) jika induktor dialiri listrik.
Secara matematis tegangan emf ditulis :
......................... (3.2)
Jika dibandingkan dengan rumus hukum Ohm V = I.R, maka kelihatan ada
kesamaan rumus. Jika R disebut resistansi dari resistor dan V adalah besar tegangan
jepit jika resistor dialiri listrik sebesar I. Maka L adalah induktansi dari induktor dan E
adalah tegangan yang timbul jika induktor dilairi listrik. Tegangan emf di sini adalah
respon terhadap perubahan arus fungsi dari waktu terlihat dari rumus di/dt. Sedangkan
bilangan negatif sesuai dengan hukum Lenz yang mengatakan efek induksi cenderung
melawan perubahan yang menyebabkannya. Hubungan antara emf dan arus inilah yang
disebut dengan induktansi, dan satuan yang digunakan adalah (H) Henry. Induktor
disebut self-induced.
Arus listrik yang melewati kabel, jalur-jalur PCB dalam suatu rangkaian
berpotensi untuk menghasilkan medan induksi. Ini yang sering menjadi pertimbangan
dalam mendesain PCB supaya bebas dari efek induktansi terutama jika multilayer.
Tegangan emf akan menjadi penting saat perubahan arusnya fluktuatif. Efek emf
menjadi signifikan pada sebuah induktor, karena perubahan arus yang melewati tiap
lilitan akan saling menginduksi. Ini yang dimaksud dengan self-induced. Secara
matematis induktansi pada suatu induktor dengan jumlah lilitan sebanyak N adalah
akumulasi flux magnet untuk tiap arus yang melewatinya, sehingga :
.................................................. (3.3)
Fungsi utama dari induktor di dalam suatu rangkaian adalah untuk melawan
fluktuasi arus yang melewatinya. Aplikasinya pada rangkaian D.C salah satunya adalah
untuk menghasilkan tegangan dc yang konstan terhadap fluktuasi beban arus. Pada
aplikasi rangkaian ac, salah satu gunanya adalah bisa untuk meredam perubahan
fluktuasi arus yang tidak dinginkan. Akan lebih banyak lagi fungsi dari induktor yang
bisa diaplikasikan pada rangkaian filter, tuner dan sebagainya.
Dari pemahaman fisika, elektron yang bergerak akan menimbulkan medan
elektrik di sekitarnya. Dari bentuk kumparan, persegi empat, setengah lingkaran
ataupun lingkaran penuh, jika dialiri listrik akan menghasilkan medan listrik yang
berbeda. Penampang induktor biasanya berbentuk lingkaran, sehingga diketahui besar
medan listrik di titik tengah lingkaran adalah :
........................ (3.4)
Jika dikembangkan, n adalah jumlah lilitan N relatif terhadap panjang induktor l. Secara
matematis lilitan permeternya dapat ditulis :
n=
........................ (3.5)
yang
tergantung dari bahan inti (core) dr induktor. Untuk induktor tanpa inti
(air winding) = 1.
permeability
Jika rumus-rumus di atas di subsitusikan maka rumus induktansi (rumus 3.3) dapat
ditulis menjadi :
L =
0N 2A
... (3.6)
Dasar Elektronika - 27
Inilah rumus untuk menghitung nilai induktansi dari sebuah induktor. Rumus ini
bisa dibolak-balik untuk menghitung jumlah lilitan induktor jika nilai induktansinya
sudah ditentukan.
N
A
l
3.2. Toroid
Ada satu jenis induktor yang kita kenal dengan nama toroid. Jika biasanya
induktor berbentuk silinder memanjang, maka toroid berbentuk lingkaran. Biasanya
selalu menggunakan inti besi (core) yang juga berbentuk lingkaran seperti kue donat
(gambar 3.4).
l=2r
. (3.7)
Dasar Elektronika - 28
L=
0N 2A
. (3.7)
2 pr
Dasar Elektronika - 29
Tabel 3-1
Data Material Ferit
Dasar Elektronika - 30
Rumus untuk menghitung jumlah lilitan yang diperlukan untuk mendapatkan nilai
induktansi yang diinginkan adalah :
(3.9)
Misalnya digunakan ferit toroida T50-1, maka dari table diketahui nilai AL = 100.
Maka untuk mendapatkan induktor sebesar 4 H diperlukan lilitan sebanyak : N
20
lilitan
Rumus ini sebenarnya diperoleh dari rumus dasar perhitungan induktansi
dimana induktansi L berbanding lurus dengan kuadrat jumlah lilitan N 2. Indeks AL
umumnya sudah baku dibuat oleh pabrikan sesuai dengan dimensi dan permeability
bahan feritnya.
Misalnya abu-abu, hitam, merah, biru atau kuning. Sebenarnya lapisan ini bukan hanya
sekedar warna yang membedakan permeability, tetapi berfungsi juga sebagai pelapis
atau isolator. Biasanya pabrikan menjelaskan berapa nilai tegangan kerja untuk toroida
tersebut.
Contoh bahan ferit toroida di atas umumnya memiliki permeability yang kecil.
Karena bahan ferit yang demikian terbuat hanya dari bubuk besi (iron power). Banyak
juga ferit toroid dibuat dengan nilai permeability yang besar. Bahan ferit tipe ini
terbuat dari campuran bubuk besi dengan bubuk logam lain. Misalnya ferit toroida
FT50-77 memiliki indeks AL = 1100.
3.4. Pembuatan Induktor
Untuk membuat induktor biasanya tidak diperlukan kawat tembaga yang sangat
panjang. Paling yang diperlukan hanya puluhan sentimeter saja, sehingga efek resistansi
bahan kawat tembaga dapat diabaikan. Ada banyak kawat tembaga yang bisa
digunakan. Untuk pemakaian yang profesional di pasar dapat dijumpai kawat tembaga
dengan standar AWG (American Wire Gauge). Standar ini tergantung dari diameter
kawat, resistansi dan sebagainya. Misalnya kawat tembaga AWG32 berdiameter kirakira 0.3mm, AWG22 berdiameter 0.7mm ataupun AWG20 yang berdiameter kira-kira
0.8mm. Biasanya yang digunakan adalah kawat tembaga tunggal dan memiliki isolasi.
Kawat tembaga yang digunakan bisa berdiameter berapa saja, yang pasti harus
lebih kecil dibandingkan diameter penampang induktor. Terkadang pada prakteknya
untuk membuat induktor sendiri harus coba-coba dan toleransi induktansinya cukup
Dasar Elektronika - 31
besar. Untuk mendapatkan nilai induktansi yang akurat ada efek kapasitif dan resistif
yang harus diperhitungkan. Karena ternyata arus yang melewati kawat tembaga hanya
dipermukaan saja. Ini yang dikenal dengan istilah ekef kulit (skin effect). Ada satu tip
untuk membuat induktor yang baik, terutama induktor berbentuk silinder.
Untuk memperoleh nilai Q yang optimal panjang induktor sebaiknya tidak
lebih dari 2 kali diameter penampangnya. Untuk toroid usahakan lilitannya merata dan
rapat.
Dasar Elektronika - 32
14P
(a)
Atom Silikon (2-8-4)
32P
(b)
Atom Germanium (2-8-18-
4)
Gambar 4-2. Gambar Atom Dalam 2 Dimensi
Atom Silikon (gb.4.2a) mempunyai 14 proton dalam intinya yang terbagi atas :
2 elektron bergerakpada orbit pertama
8 elektron pada orbit kedua
Dasar Elektronika - 33
Maka semua jari-jari antara r1 dan r2 terlarang, karena elektron tidak dapat tetap dalam
orbit stabil.
Karena bersifat sebagai gelombang, elektron hanya dapat cocok ke dalam orbit
dimana sekelilingnya sama dengan panjang gelombang elektron atau beberapa
kelipatannya. (Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam 1
perioda).
4.2. Level Energi
Orbit ketiga
Orbit kedua
Orbit kesatu
R3
R2
R3
R2
R1
R1
Pusat Inti
Inti
Dasar Elektronika - 34
Energi diperlukan untuk memindahkan elektron dari orbit yang kecil ke orbit yg
lebih besar, dikarenakan untuk mengatasi penarikan oleh inti. Oleh sebab itu makin
besar orbit elektron, makin besar energi potensialnya berkenaan dg inti. Makin tinggi
level energi, makin besar energi elektron dan makin besar orbitnya.
Jika ada energi luar seperti panas, cahaya atau radiasi lainnya menumbuk
atom, ini akan dapat mengangkat elektron ke level energi yang lebih tinggi (orbit yang
lebih besar), dengan demikian diperoleh atom sedang dlm keadaan eksitasi. Keadaan ini
tidak bertahan lama, krn elektron segera jatuh kembali ke level energi semula. Pada saat
elektron jatuh, akan memberikan kembali energi yang diperoleh kedalam bentuk panas,
cahaya atau radiasi lainnya.
Energi
Energi
Energi
r3
Pita Valensi
r2
Pita Kedua
r1
Pita Pertama
(-273 C). Semua elektron yang bergerak dalam orbit pertama mempunyai level energi
Dasar Elektronika - 35
yang sedikit berbeda, karena tidak ada dua yang benar-benar terlihat mempunyai
lingkungan muatan yang sama.
Karena ada bermilyard-milyard elektron orbit pertama, level energi yang sedikit
berbeda tsb membentuk kelompok atau pita. Demikian juga bermilyard-milyard orbit
kedua, semua dengan level energi yang sedikit berbeda, membentuk pita energi kedua.
4.4. Kristal Silikon Pada Suhu Nol Mutlak
Energi
Logam
Logam
Silikon Murni
(a)
r4
Pita Konduksi
r3
Pita Valensi
r2
Pita Kedua
r1
Pita Pertama
(b)
Dasar Elektronika - 36
(a)
r4
Pita Konduksi
r3
Pita Valensi
r2
Pita Kedua
r1
Pita Pertama
(b)
Dasar Elektronika - 37
Atom yang bervalensi 4 (Ge dan Si) didoping dengan atom yang bervalensi 5 atau
atom pentavalent (arsenikum, phospor, antimon) akan terjadi kelebihan elektron yg
merupakan elektron bebas. Dg memanaskan suhu yg tinggi maka akan terjadi
penyesuaian diri dari dua atom yang berbeda valensi, sehingga akan terbentuk sebagai
semikonduktor jenis-N dimana elektron sebagai pembawa mayoritas dan hole sebagai
pembawa minoritas. Atom pentavalent kerapkali disebut atom donor, karena menghasilkan elektron pita konduksi.
Elektron lebih
Atom
Silikon
Atom
Silikon
Atom
Penta
valent
Atom
Silikon
Atom
Silikon
Dasar Elektronika - 38
HOLE
Atom
Silikon
Atom
Silikon
Atom
Trivalent
Atom
Silikon
Atom
Silikon
5. 1. Pendahuluan
Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor.
Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga komponen turunan lainnya
yg unik.
Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah
saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi
adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan
struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.
5. 2. Sambungan dan Bias Pada Dioda
Gambar 5.1 adalah ilustrasi di atas menunjukkan sambungan P-N dengan sedikit
porsi kecil yang disebut lapisan deplesi (deplection layer), dimana terdapat
keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak
terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat
elektron-elektron yg siap untuk bebas.
Pada gambar 5.2, jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan
potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta
akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P,
maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole
Dasar Elektronika - 39
dari P menuju N. Kalau mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi
aliran listrik dari sisi P ke sisi N.
Dasar Elektronika - 40
adalah diatas 0,7 volt. Kira-kira 0,2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat dari
bahan Germanium.
Bahan
PIV
IF
maks
IR
maks
Aplikasi
Dasar Elektronika - 41
1N148
1N914
AA113
OA47
OA91
1N4001
1N5404
BY127
5.3.1.
Silikon
Silikon
Germanium
Germanium
Germanium
Silikon
Silikon
Silikon
100 Volt
100 Volt
60 Volt
25 Volt
115 Volt
50 Volt
400 Volt
1250 Volt
75 mA
75 mA
10 mA
110 mA
50 mA
1 Amp
3 Amp
1 Amp
25 nA
25 nA
200 A
100 A
275 A
10 A
10 A
10 A
Serba guna
Serba guna
Detektor RF
Detektor Sinyal
Serba guna
Rectifier teg. rendah
Rectifier teg. tinggi
Rectifier teg. tinggi
Dari sifat dioda yang ada memungkinkan dioda untuk digunakan sebagai kapasitor
yang dikendalikan oleh tegangan. Dioda yang secara khusus dibuat untuk
memanfaatkan efek ini (yang menghasilkan perubahan kapasitansi yang relatif besar
untuk perubahan tegangan yang kecil pada tegangan mundur/reverse) dikenal sebagai
dioda kapasitansi variabel atau varaktor. Dioda jenis ini digunakan (seringkali
berpasangan) untuk penala (tuning) pada pesawat penerima dan televisi, karakteristik
umum dari dioda varaktor ini dapat dilihat pada gambar 5.5.
Kapasitansi (pF)
Anoda
80
40
20
10
Katoda
5
0
-2
-4
-6
-8
-10
Dasar Elektronika - 42
Di datasheet ada zener yang memiliki tegangan V Z sebesar 1.5 volt, 3.5 volt dan
sebagainya.
A
B
C
D
Huruf Pertama
Huruf Kedua
Huruf Ketiga
Bahan Semikonduktor
Aplikasi
Arti
Germanium
Silikon
Arsenida, gallium
Fotodioda
A
B
E
P
Q
T
Y
Z
Dioda Zener memiliki sebuah huruf tambahan (muncul setelah angka) yang
menandakan toleransi dari tegangan zener :
A = 1%
B = 2%
C = 5%
D = 10%
Contoh :
AA113
BB105
Dasar Elektronika - 43
5.3.3. LED
LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda (gb.5.7), merupakan komponen
yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED merupakan produk temuan lain setelah
dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi
belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang
sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi
panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien
jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi
cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai adalah
Gambar 5-7. Simbol LED galium, arsenic dan phosporus. Jenis
doping
yang
berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula. Pada saat ini warna-warna
cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah, kuning dan hijau. Pada dasarnya
semua warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien.
Dalam memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum
dan disipasi daya-nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam,
ada yang persegi empat, bulat dan lonjong. Sudut penglihatan bagi LED bundar
umumnya berada dalam daerah 200 hingga 400, sedangkan untuk jenis persegi panjang
mencapai sekitar 1000.
Dasar Elektronika - 44
Tegangan kerja dari LED adalah sekitar 1,6 V dan mengkonsumsi arus sebesar
10 mA. LED dapat dihubungkan baik dengan sumber listrik DC maupun AC, dimana
bila dihubungkan dengan sumber listrik AC, ia akan berkedip ( kecepatan kedip
bergantung frekwensi sumber ). Agar LED dapat dihubungkan dengan sumber listrik
sebesar 12 V, pd rangkaiannya harus dipasang sebuah resistor secara seri. LED banyak
digunakan sebagai lampu indikator pada sirkuit elektronika, karena hanya mengkonsumsi daya yang kecil sehingga tidak mengganggu kerja sistem.
Untuk membatasi arus maju LED pada nilai yang sesuai, umumnya perlu
menambahkan sebuah resistor tetap yang dihubungkan secara seri dengan indikator
LED. Nilai resistor dapat dihitung dengan rumus :
V VF
I
6.1. Umum
Perangkat elektronika pada umumnya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct
current) yang stabil agar didapat hasil yang baik. Baterai atau accu adalah sumber catu
daya DC yang paling baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih
besar, sumber dari baterai tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber
bolak-balik AC (alternating current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu
diperlukan suatu perangkat catu daya yang dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada
bab ini akan dibahas prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier mulai dari
rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang teregulasi.
6.2. Penyearah (Rectifier)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar
6.1 berikut ini. Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala
listrik pada kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan
sekundernya.
Dasar Elektronika - 45
D1
VAC
R1
T1
Gambar 6-1. Rangkaian Penyearah Sederhana
Pada rangkaian ini, dioda berperan untuk hanya meneruskan tegangan positif ke
beban RL. Ini yang disebut dengan penyearah setengah gelombang (half wave). Untuk
mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) diperlukan transformator dengan
center tap (CT) seperti pada gambar 6.2.
D1
R1
VAC
T1
D2
Dasar Elektronika - 46
1N4001
D1
VAC
C1
R1
T1
Gambar 6-3 : Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Dg Filter
C
Gambar 6.3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter
kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang
tegangan keluarnya bisa menjadi rata.
Gambar 6.4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian
penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis
lurus dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu
oleh tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial
sesuai dengan sifat pengosongan kapasitor.
Vout
VM
b
Vr
VDC
VL
c
a
t
T
Tp
Gambar 6-4. Bentuk Gelombang Dengan Filter Kapasitor
Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus I yang mengalir ke beban R.
Jika arus I = 0 (tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal.
Namun jika beban arus semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam.
Tegangan yang keluar akan berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang
besarnya adalah :
Vr = VM -VL
....... (6.1)
Dasar Elektronika - 47
........... (6.3)
.... (6.4)
........ (6.5)
sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (6.4) dapat diperoleh persamaan yang lebih
sederhana :
.... (6.6)
Vr = VM(T/RC)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara
beban arus I dan nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif
untuk mendapatkan nilai tengangan ripple yang diinginkan.
.... (6.7)
Vr = I .T/C
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple
akan semakin besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan
semakin kecil.
Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang
sinus dari jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala
listrik 50Hz, maka T = Tp = 1/f = 1/50 = 0,02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah
gelombang. Untuk penyearah gelombang penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua
kali lipat, sehingga T = 1/2 Tp = 0,01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan
kapasitor pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang
tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar 6.5 berikut ini.
Diode Bridge
VAC
T1
C1
R1
Dasar Elektronika - 48
D4
D1
D2
D3
Pada setengah siklus positif, titik A akan lebih positif terhadap titik B, dalam
kondisi ini diode D1 dan D2 akan menghantar sementara D3 dan D4 tidak menghantar.
Sebaliknya pada setengah siklus negatif, titik B menjadi positif terhadap titik A, dalam
kondisi ini D3 dan D4 akan menghantar, sedangkan D1 dan D2 tidak menghantar.
Sebagai contoh, kita mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu
jala-jala listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0,5 A. Berapa nilai kapasitor
yang diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari
0,75 Vpp. Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh :
C = I.T/Vr = (0,5) (0,01)/0,75 = 6600 uF.
Dasar Elektronika - 49
VIN
D1
Output
teregulasi = VZ
RL
VZ VIN
RL
R L RS
R S maks R L IN 1
VZ
Daya yang terdisipasi pada dioda zener adalah PZ I Z .VZ , sehingga nilai minimum
bagi RS dapat ditentukan dari kondisi tanpa beban pada saat :
Dasar Elektronika - 50
R S min
sehingga : R S min
VIN VZ VIN VZ
PZmaks
IZ
VZ
(VIN VZ ).VZ
PZmaks
PZmaks
dimana PZmaks adalah rating disipasi daya maksimum bagi dioda zener.
7.1. Pendahuluan
Apabila kita mendoping semikonduktor untuk mendapatkan kristal NPN atau
kristal PNP , maka kristal ini disebut Transistor Junction. Daerah N mempunyai
banyak sekali elektron pita konduksi dan daerah P mempunyai banyak sekali hole.
Dasar Elektronika - 51
Dasar Elektronika - 52
Kolektor
Basis
B
Basis
B
E Emitor
E Emitor
Kolektor
B
E
C +
B
PNP
NPN
E ++
(b)
(c)
Dasar Elektronika - 53
Basis
Emiter
(a)
Basis
Kolektor
Emiter
Kolektor
(b)
Dasar Elektronika - 54
+
C
B
+
B
p
Ib
Ie
I cbo
C
Ic
Dasar Elektronika - 55
Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan memberikan
bias seperti pada Gambar (gb.7.4) berikut. Dalam hal ini yang disebut perpindahan arus
adalah arus hole.
E
+
B
n
Ib
V EE
V CC
IB
VC
VE
VCE
VBE
VCB
: arus basis
: tegangan kolektor
: tegangan emitor
: tegangan jepit kolektor-emitor
: tegangan jepit basis-emitor
: tegangan jepit kolektor-basis
Dasar Elektronika - 56
Perlu diingat, walaupun tidak ada perbedaan pada doping bahan pembuat emitor dan
kolektor, namun pada prakteknya emitor dan kolektor tidak dapat dibalik.
E
IE = IC + IB
........(7.1)
Persamaan (7.1) tersebut mengatakan arus emiter IE adalah jumlah dari arus
kolektor IC dengan arus basis IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau disebutkan IB
<< IC, maka dapat di nyatakan :
IE = IC
..........(7.2)
Alpha ( )
Pada tabel data transistor (databook) sering dijumpai spesikikasi
dc = IC/IE
..........(7.3)
Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor. Karena besar arus
kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka idealnya besar
adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada memiliki
dc
dc kurang lebih
Beta ( )
Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus basis.
= IC/IB
Dengan kata lain,
......... (7.4)
adalah
penguatan arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di databook
transistor dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika dalam
merencanakan rangkaiannya.
Misalnya jika suatu transistor diketahui besar
= 200 jika
x IB = 200 x 0.1mA = 20 mA
Dari rumusan ini lebih terlihat defenisi penguatan arus transistor, yaitu arus basis yang
kecil menjadi arus kolektor yang lebih besar.
Dasar Elektronika - 58
IB = (VBB - VBE) / RB
......... (7.5)
VBE adalah tegangan jepit dioda junction basis-emitor. Arus hanya akan mengalir jika
tegangan antara basis-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB mulai aktif mengalir
pada saat nilai VBE tertentu.
Dasar Elektronika - 59
IC
0,7
VBE
200. Yang digunakan adalah transistor yang dibuat dari bahan silikon.
Rangkaian-01
Rangkaian - 01
IB = (VBB - VBE) / RB
= (2V 0,7V) / 100 K = 13 uA
Dengan
IC =
Dasar Elektronika - 60
Saturasi
IC
Cut off
Aktif
Breakdown
IB = 50 A
4
IB = 40A
3
IB = 30A
2
IB = 20A
1
IB = 10A
40 V
1V
VCE
................. (7.6)
................. (7.7)
Dasar Elektronika - 61
IHIGH = 400 A
VCE
=50.
gate) dengan arus output high = 400 A dan diketahui tegangan forward LED, V LED =
2.4 volt. Berapakah seharusnya resistansi RL yang dipakai ?.
Jawab :
IC = .IB = 50 . 400 A = 20 mA
Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat transistor cut-off. Tegangan
VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan aproksimasi ini sudah cukup untuk rangkaian
ini.
RL = (VCC - VLED - VCE) / IC
= (5 - 2.4 - 0)V / 20 mA
= 2.6V / 20 mA = 130 Ohm
Dasar Elektronika - 62
VCC
VBB
dc atau hFE
Dasar Elektronika - 63
RC
RB
C
B
VO
Vi
Dasar Elektronika - 64
RB
C
B
E
Vi
RE
VO
Dasar Elektronika - 65
RB
E
Vi
RE
VO
yang benar-benar sama, jika berlainan maka kondisi kerja transistor akan berubah.
Untuk memperoleh transistor yang benar-benar sama sulit. Kesulitan itu dapat diatasi
dengan rangkaian transistor yang distabilkan.
Nilai dari sebenarnya bergantung juga pada suhu, apabila rangkaian transistor
tidak distabilkan maka perubahan suhu akan mengubah nilai . Perubahan ini dapat
membuat sinyal keluaran menjadi cacat. Guna memperoleh stabilitas pada rangkaian
dapat ditambahkan sebuah resistor dalam rangkaian emitor (gb 7.16), proses stabilitas
akan terjadi sebagai berikut :
Dasar Elektronika - 66
+VCC
RC
RB
C
B
CK
CK
RE
VRE
Apabila kuat arus IC cenderung naik, maka naik pula tegangan pada RE.
Kenaikkan tegangan pada RE membuat potensial di terminal atas RE bertambah
positif.
Pemasangan RE akan mengecilkan sinyal keluaran, hal ini dapat diatasi dengan
memberikan kondensator pada RE.
CARA II :
+VCC
RC
CK
RB
C
B
CK
Cara ini disebut sebagai self bias, sebab potensial yang diperlukan untuk basis
dapat diperoleh dengan sendirinya. Potensial untuk basis tidak diambil dari terminal
baterai VCC melainkan diambil dari kolektor. Jika transistor menjadi panas maka IC
Dasar Elektronika - 67
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11
VCE (Volt)
Dasar Elektronika - 68
IC
VC E VC C
RC RC
Ic (mA)
VC C
RC
IB = 60 A
6
5
Q1
4
Q
3
2
Cutoff /Titik sumbat
1
IB = 0 A
Q2
VCE
12
VCC
Gambar 7-18. Kurva Garis Beban DC
6
Dalam merancang suatu penguat perlu digunakan yang dinamakan Garis Beban,
krn garis beban ini menyatakan semua titik operasi yang mungkin. Perpotongan dari
garis beban dengan arus basis adalah titik operasi dari pd transistor. Perpotongan
vertikal adalah pada VCC/RC. Perpotongan horizontal adalah VCC.
Titik dimana garis beban memotong kurva IB = 0 disebut Cutoff, sehingga VCE =
VCC = 12 Volt dan IC = 0, maka titik Q berada di Q2.
Titik dimana perpotongan garis beban dan kurva I B saturasi disebut :
Penjenuhan, dimana IB = Ibsat dan IC adalah maksimum, maka titik Q berada di Q1 ini
adalah harga maksimum yang dapat dihasilkan oleh rangkaian.
Semua titik operasi antara titik sumbat dan penjenuhan adalah daerah aktif dari
transistor. Dalam daerah aktif, dioda emitor dibias forward dan dioda kolektor dibias
reverse. Pada umumnya seorang perancang akan memilih komponen yang menghasil-
Dasar Elektronika - 69
kan titik operasi disekitar titik tengah dari garis beban DC. Titik ini disebut sebagai titik
tenang (quiescent), karena operasi pada titik ini berlangsung tanpa sinyal masukan AC.
7.11. Prategangan Pembagi Tegangan (Voltage Diveder)
+ VCC
R1
RC
VCE
R2
RE
R2, sehingga
VE
dengan
menggunakan teorema
0V
Gambar 7-19
Bias Pembagi Tegangan
V2
R2
.VCC dimana hukum Kirchhoff memberikan :
R1 R2
Ve V2 VBE
Ini menyatakan tegangan pada resistor emitor sama dengan tegangan pada R 2 dikurangi
dengan jatuh tegangan VBE, sehingga :
IE
V2 VBE
RE
Untuk tegangan kolektor ke tanah VC sama dengan tegangan catu dikurangi jatuh
tegangan pada resistor kolektor, maka : VC VCC I C .RC
sedangkan tegangan emitor ke tanah adalah : V E I E .RE , dengan menganggap
bahwa I C I E , maka tegangan kolektor ke emitor adalah :
VCE VC V E VCC I C RC I E RE
VCC I C ( RC RE )
Dasar Elektronika - 70
Rangkaian transistor yang linier adalah rangkaian yang selalu beroperasi dalam
daerah aktif dan tidak pernah dipaksa memasuki daerah jenuh/saturasi. Dalam operasi
linier ini, lazimnya sumber DC akan mengatur kedudukan Q disekitar pertengahan garis
beban.
IC
VCC
RC RE
Q
VCC
VCE
+ VCC
VCC
RC
RC
RC
Pertanahan
RB
RE
VEE
RB
RB
RE
RE
VEE
VEE
(a)
(b)
IE
(c)
Dasar Elektronika - 71
IE
V EE
RE
IC(sat)
VCC VEE
RC RE
DC terbuka
A
B
dan
VTH
AC hubung singkat
(a)
(b)
yang rumit. Demikian juga resistansi R L mungkin sebuah resistor tunggal atau yang
lainnya, yang penting kita tahu bahwa arus AC mengalir melalui resistansi total R TH +
RL. Seperti kita tahu dari teori rangkaian dasar, bahwa arus AC dalam rangkaian RC
loop tunggal sama dengan :
V
R
2
X C2
dimana : R = RTH + RL
....................(7.8)
Arus AC maksimum mengalir jika XC jauh lebih besar dari R. Dengan perkataan lain,
kapasitor mengkopel sinyal dengan tepat dari A ke B jika : X C R .
7.12.4. Ukuran Kapasitor
Ukuran darti kapasitor tergantung pada frekwensi terendah yang dicoba untuk
mengkopelnya karena XC bertambah jika frekwensi berkurang. Dengan menggunakan
aturan rule berikut :
....................(7.9)
T RC
0 ,05 10 4 .C
0 ,05
C 4 5 F
10
Sehingga dapat dikatakan bahwa kapasitansi ukuran ini akan melakukan tuga
mengkopel dengan baik semua frekwensi diatas 20 Hz. Atau aturan lain yang digunakan
secara luas adalah menjaga XC lebih kecil dari sepersepuluh R.
Secara ideal kapasitor tampak terbuka untuk arus DC. Karena alasan ini dapat
dipikirkan sebuah kapasitor kopling seperti pada gambar 7.22b. Kapasitor bekerja
seperti sebuah saklar yang terbuka terhadap arus DC, tetapi dihubung singkat terhadap
arus AC. Kerja yang berbda ini memungkinkan didapatkan sinyal AC dari satu tingkat
ke tingkat lainnya tanpa mengganggu pembiasan DC dari tiap tingkat.
Dasar Elektronika - 73
7.12.5. Pentanahan AC
Kapasitor bypass serupa dengan kapasitor kopling, bedanya pada kapasitor
bypass mengkopel titik yang tidak ke titik yang ditanahkan serpeti pada gambar 7.23a.
VTH dan RTH mungkin sebuah sumber tunggal dan resistor atau mungkin sebuah
rangkaian Thevenin. Bagi kapasitor, hal ini tak jadi soal dan hanya melihat resistansi
total RTH.
RTH
VTH
XC
RTH
Teg. AC nol
VTH
Bypass
(a)
Pentanahan
AC
XC
(b)
6 k
10 Hz to 50kHz
VTH
2 k
3 k
Theveninkan
24 k
12 k
8 k
Paralelkan
(a)
(b)
Gambar 7-24
Dasar Elektronika - 74
Jawab :
RTH
6.3
24.12 288
2k dan R P
8k
6 3
24 12 36
10
0,1s , oleh
T RC
0,01 10 4 C
C
0,01
10 4
10 F
Dasar Elektronika - 75
+ VCC
+ VCC
R1
RS
R1
RC
Kopling
RC
IE
RL
Kopling
RE
R2
RE
R2
Bypass
(a)
(b)
RS
ie
R1
RC
RL
R2
Pentanahan AC
(c)
Dasar Elektronika - 76
8.1. Pendahuluan
Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti pintu' dan singkatan
dari Thyratron dan Transistor. Dinamakan demikian barangkali karena sifat dari
komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk
melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain :
PUT (programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor ), GTO
(gate turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Berikut ini, akan dijelaskan adalah
komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan SCR (silicon controlled
rectifier), TRIAC dan DIAC, dan bagaimana prinsip kerja serta aplikasinya.
8.2. Struktur Thyristor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang
dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor
lebih banyak digunakan sebagai saklar (switch) dari pada sebagai penguat arus atau
tegangan seperti halnya transistor.
Dasar Elektronika - 77
junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah seperti pada gambar 8-1b. Ini tidak
lain adalah dua buah transistor PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing
kolektor dan basis. Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur
thyristor ini dapat diperlihatkan seperti pada gambar 8-2 yang berikut ini.
A
e
Q1
c
c
b
Q2
e
K
Rangkaian
transistor yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan arus di bagian tengah.
Dimana diketahui bahwa Ic =
Ib,
basis.
Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada basis transistor Q2, maka
akan ada arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus
basis Ib pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada pada arus kolektor
transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tidak lain adalah arus basis bagi transistor Q2.
Demikian seterusnya sehingga makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian
tengah akan mengecil dan hilang, sehingga yang tertinggal hanyalah lapisan P dan N
dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian tidak lain adalah struktur
dioda PN (anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa
thyristor dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda
seperti layaknya sebuah dioda.
Dasar Elektronika - 78
P
N
P
N
Dasar Elektronika - 79
IL
IH
I G3 I G2 IG1
IG=0
VAK
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR
mencapai titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus I g yang dapat
menyebabkan tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan
Dasar Elektronika - 80
beberapa arus Ig dan korelasinya terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR,
arus trigger gate ini sering ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar
ada ditunjukkan juga arus Ih yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON.
Jadi agar SCR tetap ON maka arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di
atas parameter ini.
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON.
Pada kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON,
walaupun tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk
membuat SCR menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda turun dibawah
arus Ih (holding current). Pada gambar 8-5 kurva I-V SCR, jika arus forward berada
dibawah titik Ih, maka SCR kembali pada keadaan OFF. Berapa besar arus holding ini,
umumnya ada di dalam datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan menurunkan
tegangan anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya
tidak cocok digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan untuk
aplikasi-aplikasi tegangan AC, dimana SCR bisa OFF pada saat gelombang tegangan
AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT. Parameter ini adalah
tegangan trigger pada gate yang menyebabkan SCR ON. Kalau dilihat dari model
thyristor pada gambar 8-2, tegangan ini adalah tegangan Vbe pada transistor Q2. VGT
seperti halnya Vbe, besarnya kira-kira 0.7 volt. Seperti contoh rangkaian gambar-6
berikut ini sebuah SCR diketahui memiliki IGT = 10 mA dan VGT = 0.7 volt. Maka dapat
dihitung tegangan Vin yang diperlukan agar SCR ini ON adalah sebesar :
Vin = Vr + VGT = IGT (R) + VGT = 4.9 volt
VSS
LOAD
VIN
IGT
SCR
VGT
Gate
Katoda
Dasar Elektronika - 82
10 K
IGT
VGT
C
VBO
9.1. Pendahuluan
Transistor efek medan (FET / Field Effect Transistor) adalah alat semikonduktor yang operasinya bergantung pada pengendalian arus oleh medan listrik yang
dihasilkan lewat aplikasi suatu tegangan input ke terminal gerbang. Medan listrik ini
mengontrol lebar saluran tempat terjadinya konduksi antara jalur pembuangan dan
sumber. FET merupakan transistor kutub tunggal, dimana untuk bekerjanya dia hanya
memerlukan pembawa mayoritas.
Ada dua type transistor efek medan, yaitu :
n
Gerbang
VDD
Gerbang
Gerbang
Source
Gambar 9-1
(a). Bagian dari JFET
(b). JFET gerbang Ganda
(c). JFET gerbang tunggal
Dasar Elektronika - 84
Pada gambar 9.1.a menunjukkan bagian dari suatu JFET. Ujung yang bawah
disebut sumber (source) dan ujung yang atas disebut drain (drain), potongan
semikonduktor antara sumber dan drain merupakan kanal (channel), dalam gambar
9.1.a digunakan bahanN pembawa mayoritasnya adalah elektron pita konduksi.
Dengan melekatkan dua daerah p pada sisi kanal, akan diperoleh JFET kanal-n
seperti pada gambar 9.1.b. Tiap-tiap daerah-p disebut sebuag gerbang (gate). Jika
pembuat menghubung-kan suatu kawat luar yang terpisah ke tiap gerbang, maka disebut
sebuah JFET gerbang ganda.
Suatu JFET gerbang tunggal hanya mempunyai satu kawat penghubung gerbang
luar seperti ditunjukkan pada gambar 1.c. Jika menggunakan simbol ini, perlu diingat
bahwa kedua daerah-p mempunyai potensial yang sama karena dihubungkan dibagian
dalam.
Tabel 9-1
Perbedaan Jfet Dan Transistor Bipolar
JFET
TRANSISTOR BIPOLAR
1.
2.
3.
4.
5.
Drain
n
ID
n
Gate
VGG
hampa udara/
lapisan defleksi
VDD
VGG
VDD
n
S
Source
Gambar 9-2
(a). Bias Normal JFET / Bias Negatif
(b). Lapisan Pengosongan
Dasar Elektronika - 85
Gambar 9.2.a menunjukkan polaritas normal untuk bias suatu JFET kanal-n.
Caranya adalah menggunakan tegangan negatif antara gerbang dan sumber, ini disebut :
membias reverse/bias negatif. Dari gambar 9.2.b, elektron yang mengalir dari source
menuju drain harus melewati lapisan deplesi. Di sini lapisan deplesi berfungsi semacan
keran air. Banyaknya elektron yang mengalir dari source menuju drain tergantung dari
ketebalan lapisan deplesi. Lapisan deplesi bisa menyempit, melebar atau membuka
tergantung dari tegangan gate terhadap source.
Jika gate semakin negatif terhadap source, maka lapisan deplesi akan semakin
menebal. Lapisan deplesi bisa saja menutup seluruh kanal transistor bahkan dapat
menyentuh drain dan source. Ketika keadaan ini terjadi, tidak ada arus yang dapat
mengalir atau sangat kecil sekali. Jadi jika tegangan gate semakin negatif terhadap
source (tegangan bias negatif) maka semakin kecil arus yang bisa melewati kanal drain
dan source.
Karena gerbang dibias reverse, arus yang mengalir dalam penghubung gerbang
hanyalah suatu arus yang kecil yang dapat diabaikan. Untuk pendekatan pertama, arus
gerbang adalah nol. Nama efek medan dihubungkan dengan lapisan-lapisan
pengosongan disekitar tiap sambungan p-n. Pada gambar 9.2.b menunjukkan lapisanlapisan pengosongan tersebut. Arus dari sumber (source) ke drain (drain) harus mengalir
melalui kanal sempit antara lapisan-lapisan pengosongan. Ukuran dari lapisan-lapisan
pengosongan tersebut menentukan lebar dari saluran konduksi. Makin negatif tegangan
gerbang (gate semakin negatif terhadap source), saluran konduksi menjadi semakin
sempit, karena lapisan-lapisan pengosongan satu sama lain menjadi lebih dekat. Jadi
jika tegangan gate semakin negatif terhadap source maka semakin kecil arus yang bisa
melewati kanal drain dan source.
mengendalikan arus antara sourse dan drain. Makin negatif tegangan gerbang, arusnya
makin kecil.
Atau dengan perkataan lain pada gambar 9.2.b, pada pertemuan ini
terjadi lapisan hampa, lapisan ini merintangi arus yang melalui kanal dengan
mengurangi lebar efektif kanal sehingga akan menaikkan resistansi kanal. Lapisan
hampa ini dapat dilebarkan, sehingga merintangi arus lebih besar, shg dengan
mengubah tegangan VGG pada gerbang, arus ID dapat diubah-ubah.
Jika misalnya tegangan gate dari nilai negatif perlahanlahan dinaikkan sampai
sama dengan tegangan Source (gb.9.2b). Ternyata lapisan deplesi mengecil hingga
sampai suatu saat terdapat celah sempit. Arus elektron mulai mengalir melalui celah
sempit ini dan terjadilah konduksi Drain dan Source. Arus yang terjadi pada keadaan ini
Dasar Elektronika - 86
adalah arus maksimum yang dapat mengalir berapapun tegangan drain terhadap source.
Hal ini karena celah lapisan deplesi sudah maksimum tidak bisa lebih lebar lagi.
Tegangan gate tidak bisa dinaikkan menjadi positif, karena kalau nilainya positif maka
gate-source tidak lain hanya sebagai dioda. Karena tegangan bias yang negatif, maka
arus gate yang disebut IG akan sangat kecil sekali.
Dapat dimengerti resistansi input (input impedance) gate akan sangat besar.
Impedansi input transistor FET umumnya bisa mencapai satuan M. Sebuah transistor
JFET diketahui arus gate 2 nA pada saat tegangan reverse gate 4 V, maka dari hukum
Ohm dapat dihitung resistansi input transistor ini adalah : Rin = 4V/2nA = 2000 M
9.2.2. Simbol Skematis
D
D
p
n
Gerbang
Gerbang
n
p
(a)
(b)
Dasar Elektronika - 87
IDSS
IDSS
VDS
VP
Daerah aktif
VDS
VP
V DS (max)
Gambar 9-4
(a) Tegangan Gerbang nol / Hubung Singkat
(b) Arus drain gerbang hubung singkat
(c) Tegangan Pinchoff
Gambar 9.4.a menunjukkan suatu JFET dengan tegangan bias normal. Arus
konvensional akan mengalir melalui kanal dari drain ke source.
Seperti telah diketahui bahwa untuk operasi normal gerbang dibias reverse.
Disini ada kasus khusus dari tegangan gerbang nol. Dengan perkataan lain kita dapat
mengurangi VGS menjadi nol seperti pada gambar 9.4.a, kasus ini disebut kondisi
gerbang dihubung singkat.
Gambar 9.4.b adalah grafik dari arus drain terhadap tegangan drain untuk
kondisi gerbang yang dihubung singkat, dapat dilihat similaritas dengan kurva suatu
kolektor. Arus drain mula-mula naik dengan cepat, tetapi kemudian mendatar. Dalam
daerah antara Vp dan VDS(maks) arus drain hampir konstan.
Jika tegangan drain terlalu besar, JFET breakdown seperti ditunjukkan pada
gambar 4.b. Dalam daerah ini JFET bekerja sebagai sumber arus, sehingga :
antara
lapisan-lapisan
pengosongan
cenderung
untuk
membatasi
arus.
Dasar Elektronika - 88
Penambahan lebih lanjut dalam tegangan drain hanya akan mengakibatkan sedikit
penambahan dalam arus drain, inilah sebabnya arus drain dalam daerah aktif hampir
konstan (gambar 9.4.b).
JFET berlaku sebagai sumber arus konstan sampai pada tengangan tertentu yang
disebut VDS(max). Tegangan maksimum ini disebut breakdown voltage dimana arus tibatiba menjadi tidak terhingga. Tentu transistor tidaklah dimaksudkan untuk bekerja
sampai daerah breakdown. Daerah antara VP dan VDS(max) disebut daerah active (active
region). Sedangkan 0 volt sampai tegangan Vp disebut daerah Ohmic (Ohmic region).
9.2.5. Daerah Ohmic
Pada tegangan VDS antara 0 volt sampai tegangan pinchoff VP = 4 volt, arus ID
menaik dengan kemiringan yang tetap. Daerah ini disebut daerah Ohmic. Tentu sudah
maklum bahwa daerah Ohmic ini tidak lain adalah resistansi drain-source dan termasuk
celah kanal diantara lapisan deplesi. Ketika bekerja pada daerah ohmic, JFET berlaku
seperti resistor dan dapat diketahui besar resistansinya adalah : RDS = Vp/IDSS.
RDS disebut ohmic resistance, sebagai contoh di dataseet diketahui VP = 4V dan
IDSS = 10 mA, maka dapat diketahui : RDS = 4V/10mA = 400 Ohm
9.2.6. Tegangan Cutoff Gate
ID
VP
10 mA
VGS = 0
VGS = - 1
5,62 mA
VGS = - 2
2,5 mA
V GS = - 4
VGS = - 3
0,625 mA
4
15
30
VDS
Dari contoh kurva drain di atas terlihat beberapa garis-garis kurva untuk
beberapa tegangan VGS yang berbeda. Pertama adalah kurva paling atas dimana IDSS
=10 mA dan kondisi ini tercapai jika VGS = 0 dan perhatikan juga tegangan pinchoff VP
= 4V. Kemudian kurva berikutnya adalah VGS = -1V lalu VGS = -2V dan seterusnya.
Jika VGS semakin kecil terlihat arus ID juga semakin kecil.
Perhatikan kurva yang paling bawah dimana VGS = - 4V. Pada kurva ternyata
arus ID sangat kecil sekali dan hampir nol. Tegangan ini dinamakan tegangan cutoff
gate-source (gate source cutoff voltage) yang ditulis sebagai VGS(off). Pada saat ini
lapisan deplesi sudah bersingungan satu sama lain, sehingga arus yang bisa melewati
kecil sekali atau hampir nol.
Bukan suatu kebetulan bahwa kenyataannya bahwa VGS(off) = -4V dan VP = 4V.
Ternyata memang pada saat demikian lapisan deplesi bersentuhan atau hampir
bersentuhan.
Maka di datasheet biasanya hanya ada satu besaran yang tertera VGS(off) atau VP.
Oleh karena sudah diketahui hubungan persamaan : VGS(off) = - VP
9.2.7. Pabrikasi Jfet
Kalau sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana struktur JFET secara teoritis,
maka gambar 9.6 berikut adalah bagaimana sebenarnya transistor JFET-n dibuat.
Dasar Elektronika - 90
deplesi telah menutup kanal. Selanjutnya jika tegangan gate dinaikkan sama dengan
tegangan source, arus akan mengalir. Karena lapisan deplesi muali membuka. Sampai di
sini prinsip kerja transistor MOSFET depletion-mode tidak berbeda dengan transistor
JFET.
Karena gate yang terisolasi, tegangan kerja VGS boleh positif. Jika VGS semakin
positif, arus elektron yang mengalir dapat semakin besar. Di sini letak perbedaannya
dengan JFET, transistor MOSFET depletion-mode bisa bekerja sampai tegangan gate
positif.
9.3.2. Pabrikasi Mosfet Depletion - Mode
Dari kurva (gb.9.9) ini terlihat jelas bahwa transistor MOSFET depletion-mode
dapat bekerja (ON) mulai dari tegangan VGS negatif sampai positif. Terdapat dua daerah
kerja, yang pertama adalah daerah ohmic dimana resistansi drain-source adalah fungsi
dari : RDS(on) = VDS/IDS
Jika tegangan VGS tetap dan VDS terus dinaikkan, transistor selanjutnya akan
berada pada daerah saturasi. Jika keadaan ini tercapai, arus IDS adalah konstan. Tentu
saja ada tegangan VGS(max), yang diperbolehkan. Karena jika lebih dari tegangan ini
akan dapat merusak isolasi gate yang tipis alias merusak transistor itu sendiri.
9.3.4. Mosfet Enhancement- Mode
Jenis transistor MOSFET yang kedua adalah MOSFET enhancement-mode.
Transistor ini adalah evolusi jenius berikutnya setelah penemuan MOSFET depletionmode. Gate terbuat dari metal aluminium dan terisolasi oleh lapisan SiO 2 sama seperti
transistor MOSFET depletion-mode. Perbedaan struktur yang mendasar adalah, subtrat
pada transistor MOSFET enhancement-mode sekarang dibuat sampai menyentuh gate,
seperti terlihat pada gambar berikut ini. Lalu bagaimana elektron dapat mengalir ?.
Dasar Elektronika - 93
subtrat yang berbatasan dengan gate. Elektron akan terus menumpuk dan tidak dapat
mengalir menuju gate karena terisolasi oleh bahan insulator SiO2 (kaca).
Jika tegangan gate cukup positif, maka tumpukan elektron akan menyebab-kan
terbentuknya semacam lapisan n yang negatif dan seketika itulah arus drain dan source
dapat mengalir. Lapisan yang terbentuk ini disebut dengan istilah inversion layer
(lapisan dengan tipe yang berbalikan). Di sini karena subtratnya tipe p, maka lapisan
inversion yg terbentuk adalah bermuatan negatif atau tipe n.
Tentu ada tegangan minimum dimana lapisan inversion n mulai terbentuk.
Tegangan minimum ini disebut tegangan threshold VGS(th). Tegangan VGS(th) oleh
pabrik pembuat tertera di dalam datasheet.
Di sini letak perbedaan utama prinsip kerja transitor MOSFET enhancementmode dibandingkan dengan JFET. Jika pada tegangan VGS = 0 , transistor JFET sudah
bekerja atau ON, maka transistor MOSFET enhancement-mode masih OFF. Dikatakan
bahwa JFET adalah
komponen normally ON dan MOSFET adalah komponen normally OFF.
9.3.5. Pabrikasi Mosfet Enhancement-Mode
Transistor MOSFET enhacement mode dalam beberapa literatur disebut juga
dengan nama E-MOSFET.
Dasar Elektronika - 94
positif. Garis kurva paling bawah adalah garis kurva dimana transistor mulai ON.
Tegangan VGS pada garis kurva ini disebut tegangan threshold VGS(th).
(a)
(b)
Gambar 13
Simbol MOSFET, (a) Kanal-n (b) Kanal-p
Dasar Elektronika - 95
Kedua simbol di atas dapat digunakan untuk mengambarkan D-MOSFET maupun EMOSFET.
9.3.8. NMOS dan PMOS
Transistor MOSFET dalam berbagai referensi disingkat dengan nama transistor
MOS. Dua jenis tipe n atau p dibedakan dengan nama NMOS dan PMOS.
Simbol untuk menggambarkan MOS tipe depletion-mode dibedakan dengan tipe
enhancement-mode. Pembedaan ini perlu untuk rangkaian-rangkaian rumit yang terdiri
dari kedua jenis transistor tersebut.
Dasar Elektronika - 96
atau kaki-kakinya di hubung singkat untuk menghindari tegangan statik ini. Transistor
MOS yang mahal karena RDS(on) yang kecil, biasanya dilengkapi dengan zener
didalamnya. Zener diantara gate dan source ini berfungsi sebagai proteksi tegangan
yang berlebih. Walapun zener ini sebenarnya akan menurunkan impedansi input gate,
namun cukup seimbang antara performance dan harganya itu.
Dasar Elektronika - 98
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dasar Elektronika - 99