Anda di halaman 1dari 28

DADA DASAR

ELEKTRONIKA

MODUL TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF


SMKN NGADIROJO
PENDAHULUAN

Sistem kelistrikan pada kendaraan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
sistem-sistem penting yang menunjang kerja dari suatu kendaraan. Sistem kelistrikan digunakan baik
pada sistem yang menunjang kerja mesin maupun sistem yang menunjang kebutuhan- kebutuhan
lain yang ada pada chasis dan bodi pada kendaraan. Dewasa ini sistem kelistrikan pada kendaraan
tidak bisa lepas dari sistem elektronik yang berkembang semakin pesat. Sistem pengaturan secara
elektronik sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan lagi.

Sistem kelistrikan pada kendaraan memerlukan pengontrolan-pengontrolan khusus agar


kerja sistem kelistrikan menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu contoh misalnya pada
sistem pengisian baterai. Sistem ini mensyaratkan tegangan output yang stabil sehingga baterai
dapat terisi tanpa mengalami kelebihan tegangan meskipun putaran mesin naik dan turun.
Pengontrolan tegangan pada sistem ini dilakukan secara elektromagnetis dan mekanis pada bagian
regulator. Dalam perkembangannya, regulator dengan kerja magnetis dan elektronis dapat
digantikan dengan rangkaian elektronika yang lebih sederhana dan ringan dengan kerja pengaturan
yang lebih baik.

Contoh lain lagi misalnya pada sistem pengapian, yang selalu membutuhkan proses
pemutusan dan penyambungan arus pada kumparan primer koil secara cepat. Gerakan mekanis
yang bekerja sebagai pemutus arus pada sistem itu memiliki kelemahan-kelemahan. Pada sistem
yang lebih modern, kerja pemutus arus tersebut dilaksanakan oleh transistor yang bekerja secara
elektronis memutus dan menghubungkan arus pada kumparan primer koil dengan cepat dan dapat
mengatasi kekurangan yang dimiliki oleh kontak pemutus atau platina (lihat pada bab sistem
pengapian).

Perkembangan bidang elektronika yang semakin pesat terutama yang diterapkan pada
sistem kelistrikan pada kendaraan, perlu diikuti dan dipelajari. Pada bab ini akan diperkenalkan
dasar-dasar elektronika meliputi komponen elektronika, cara kerja komponen elektronik, penggunaan
komponen elektronik pada kendaraan, dan pengukuran komponen elektronik.
BAB I
KOMPONEN PASIF

Komponen pasif dalam bidang elektronika merupakan komponen yang dengan sendirinya tidak dapat
membangkitkan tegangan atau arus. Yang termasuk komponen pasif di antaranya adalah resistor,
kapasitor, dan induktor.

A. RESISTOR
Resistor merupakan komponen yang berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan dalam rangkaian-
rangkaian elektronik. Spesifikasi suatu resistor umumnya meliputi nilai resistansi (dalam ohm, kilo
ohm, mega ohm), nilai ketepatan atau toleransi (yaitu penyimpangan nilai maksimum yang diijinkan
dari nilai yang tertera), rating daya (yang harus sama dengan atau lebih besar dari disipasi daya
maksimumnya).
Salah satu penunjukkan nilai resistor adalah dengan kode warna. Ada dua metode pengkodean
yang umumnya digunakan, yaitu kode warna dengan empat cincin warna dan kode warna dengan
lima cincin warna.

 Membaca Nilai Resistor


Nilai warna dari kode warna pada resistor ditunjukkan pada tabel berikut.
Kode Warna Kode Angka Faktor Pengali Toleransi
Hitam 0 1
Coklat 1 10 1%
Merah 2 100 2%
Orange 3 1000
Kuning 4 10000
Hijau 5 100000
Biru 6 1000000
Ungu 7 10000000
Abu-abu 8 100000000
Putih 9 1000000000
Emas 0,1 5%
Perak 0,01 10%
Tak berwarna - 20%
Contoh resistor dengan menggunakan empat cincin warna.

Nilai resistansi resistor tersebut adalah sebagai berikut.


Warna pertama : coklat =1
Warna kedua : hijau =5
Warna ketiga : merah = dikalikan 100
Warna keempat : emas = tolerasi 5%
Besarnya resistansi: 15 x 100 = 1500 ohm / 1,5 kilo ohm dengan toleransi ± 5% atau
5% x 1500 = 75 ohm.
Jadi nilai resistansi resistor dengan kode warna tersebut adalah 1,5 kΩ ±75Ω.

Contoh resistor dengan menggunakan lima cincin warna.

Nilai resistansi resistor tersebut adalah sebagai berikut.


Warna pertama : coklat =1
Warna kedua : hijau =5
Warna ketiga : hitam =0
Warna keempat : hitam = dikalikan 1
Warna kelima : perak = tolerasi 10%
Besarnya resistansi : 150 x 1 = 150 ohm dengan toleransi ± 10% atau10% x 150
= 15 ohm. Jadi nilai resistansi resistor dengan kode warna tersebut adalah 150 Ω ± 15Ω.

 Model Resistor
a. Resistor dengan nilai tetap
Yang banyak digunakan adalah resistor tipe gulungan kawat, dan resistor karbon. Resistor
kumparan kawat terbuat dari kawat yang mempunyai nilai resistansi tertentu yang
digulungkan pada suatu inti isolator. Resistor jenis karbon banyak digunakan pada
rangkaian elektronik.
Resistor tipe gulungan kawat dan tipe karbon

b. Resistor tipe nilai beringkat


Mempunyai dua nilai resistansi atau lebih. Resistor dengan nilai resistansi yang berbeda
dihubungkan ke terminal yang berbeda di dalam suatu saklar. Jika saklar posisinya
dipindahkan, nilai resistansi yang berbeda akan bekerja pada rangkaian kelistrikan.
Biasanya resistor ini digunakan pada pemanas, saklar motor penggerak kipas dan lain-lain.

Resistor tipe bertingkat

Resistor tipe ini ada beberapa macam, yaitu reostat, potensiometer, termistor, dan resistor
peka cahaya (light depend resistor, LDR). Reostat biasanya digunakan untuk saklar lampu
kepala untuk mengatur tingkat terangnya panel penerangan. Potensiometer mempunyai tiga
terminal yaitu dua terminal pada ujung potensiometer dan satu terminal pada bagian kontak
geser (siliding contact). Dengan memutar poros potensiometer, nilai resistansinya bisa
bertambah atau berkurang.

Reostat
Resistor lain yang termasuk resistor variable adalah termistor atau resistor peka suhu, dan
LDR atau resistor peka cahaya. Resistansi termistor akan berubah-ubah jika terkena suhu.
Resistor ini ada dua jenis, yaitu NTC (negative temperature coeficient) dan PTC (positive
temperature coeficient). Resistor NTC nilainya akan makin kecil jika temperatur yang
mengenainya semakin tinggi, sedangkan pada PTC nilai resistansinya akan naik jika
temperatur yang mengenainya semakin tinggi.

B. KAPASITOR (KONDENSOR)
Kapasitor adalah komponen yang dapat digunakan untuk menyimpan muatan listrik yang pada
keadaan tertentu muatan tersebut dapat dikeluarkan lagi. Jika kapasitor dihubungkan dengan suatu
sumber tegangan, maka muatan listrik akan tersimpan pada kapasitor tersebut. Besarnya tegangan
yang ada pada kapasitor sama dengan besarnya tegangan sumber.

Kapasitor
Efek penerapan tegangan pada kapasitor

Perhatikan gambar di atas, jika kapasitor dirangkaikan dengan sebuah saklar dan sumber
tangangan tetapi saklar dalam keadaan terbuka, maka tidak ada arus yang mengalir sehingga tidak
akan ada muatan pada kapasitor. Jika saklar ditutup, arus mengalir ke kapasitor dan elektron yang
berada di plat positif akan mengalir ke terminal positif baterai sehingga plat bagian atas akan
bermuatan positif. Muatan-muatan positif pada plat bagian bawah akan mengalir ke terminal negatif
baterai sehingga plat bagian bawah mempunyai banyak elektron atau bermuatan negatif. Pada
kondisi ini terdapat banyak elektron yang sudah pindah sehingga beda potensial yang ada di antara
kedua plat tersebut sama dengan yang ada pada baterai. Dalam keadaan ini kapasitor dikatakan
bermuatan dan akan terbentuk medan listrik di dalam ruang di antara kedua plat tersebut.

Jika kemudian saklar dibuka kembali, maka plat positif akan mengalami kekurangan elektron
sementara plat negatif akan mengalami kelebihan elektron. Karena tidak ada penghantar yang
dapat menghubungkan kedua plat tersebut, maka kapasitor akan tetap bermuatan dan beda
potensial akan selalu ada pada kedua plat kapasitor tersebut. Namun dalam kenyataannya, muatan
yang tersimpan akan berkurang sedikit demi sedikit karena adanya resistansi bocor (leakage
resistance) di dalam kapasitor. Muatan yang dapat disimpan di dalam medan listrik antara plat-plat
kapasitor sebanding dengan tegangan yang diberikan dan kapasitas kapasitor.
BAB II
KOMPONEN AKTIF

Komponen- komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor dan banyak digunakan
pada sistem kelistrikan kendaraan adalah dioda, transistor, dan thyristor. Berikut dijelaskan masing-
masing komponen tersebut.

A. DIODA
Prinsip dioda adalah arus dapat dengan mudah mengalir dari kaki anoda ke kaki katoda, namun jika
arus dialirkan dari katoda ke anoda arus tersebut akan diblok (tidak dapat mengalir).

Sambungan PN, simbol dioda dan bentuk dioda

Apabila saklar ditutup, dioda dapat menghantarkan arus. Jika pada rangkaian dioda tersebut
dipasang sebuah lampu, maka lampu akan menyala.

Apabila polaritas sumber tegangan dibalik, dioda tidak menghantarkan arus listrik. Jika pada
rangkaian dioda tersebut dipasang sebuah lampu, maka lampu tidak akan menyala karena arus
tidak dapat mengalir melalui dioda.
Kerja dioda yang hanya dapat dialiri arus dari satu arah saja dapat difungsikan sebagai penyearah
arus atau untuk mengubah arus bolak balik (AC, alternating current) menjadi arus searah (DC, direct
current). Penyearahan arus bolak balik menjadi arus searah dikategorikan menjadi dua, yaitu
penyearahan setengah gelombang, dan penyearahan gelombang penuh. Rangkaian penyearahan
setengah gelombang ditunjukkan pada gambar di bawah.

Penyearahan setengah gelombang

Penyearahan gelombang penuh


Macam Model Dioda lain
1. Dioda Zener
Dioda zener pada prinsipnya sama dengan dioda PN lainnya tetapi dibuat untuk dapat
mengalirkan arus dengan arah tegangan bias mundur tanpa menyebabkan kerusakan pada
dioda zener tersebut. Arus dapat mengalir apabila tegangan mundur yang diberikan mencapai
atau melebihi tegangan kerja dioda zener yang sudah ditentukan. Dioda zener digunakan untuk
menstabilkan tegangan sehingga output tegangan tetap stabil.

Saat dioda zener dibiaskan ke arah maju, maka akan bereaksi seperti saklar tertutup dan dapat
mengalirkan arus seperti pada dioda biasa. Namun demikian, dioda zener memiliki keunikan
yaitu dapat mengalirkan arus listrik dari arah yang berlawanan (bias mundur), sehingga agak
berbeda dengan dioda biasa. Dioda zener dapat mengalirkan arus listrik dari arah balik dengan
tegangan bervariasi. Besar tegangan yang ingin dialirkan secara terbalik tergantung jenis zener
dioda yang dipakai. Beberapa tipe tegangan arah balik tersebut adalah: 2.4V, 5.1V, 6.0V, 9.1V,
12.V, dan sebagainya. Pada bagian ujung dengan simbol garis miring, saat diberikan tegangan
yang meningkat, arus listrik yang mengalir pun akan meningkat. Aliran kecil arus balik ini dapat
mengalir sampai dioda mencapai titik breakdown. Titik breakdown dioda zener dapat
mempertahankan tegangan secara tetap meskipun tegangan yang bekerja padanya naik-turun.
Karena itu, dioda zener dapat dipakai untuk menstabilkan tegangan.
2. Photo dioda
Dioda jenis ini adalah dioda yang bila tingkat cahaya yang mengenainya berubah, arus listrik
yang dapat mengalir sesuai dengan banyaknya cahaya. Arus listrik akan mengalir bila ada
cahaya mengenai permukaan sambungan PN. Bila ada cahaya mengenai dioda tersebut,
secara spontan elektron dan hole diaktifkan oleh energi cahaya dari luar dengan ion positive (+)
pada sisi N dan ion negative (-) pada sisi P sehingga terjadi aliran arus. Dioda tersebut
digunakan pada rangkaian yang diterapkan pada daerah yang cahayanya berubah-ubah. Bila
tegangan yang diberikan tetap konstan, arus listrik mengalir pada rangkaian sesuai dengan
kekuatan cahaya yang diterima oleh photo dioda. Photo dioda dihubungkan dengan arah balik
seperti pada rangkaian di bawah. Bila cahaya menyinari photo dioda, maka arus akan mengalir
dari baterai melalui diode sehingga lampu menyala.
3. LED (Light emitting dioda)
Dioda ini mengeluarkan cahaya sebagai akibat dari mengalirnya arus listrik. Sisi anoda diberi
tegangan (+) dan sisi katoda diberi tegangan ( -) searah dioda sambungan PN. Karakteristiknya
diode ini adalah lebih tahan lama dan pemakaian tenaga listrik lebih rendah dibanding dengan
lampu pijar, responnya lebih cepat, menyala walau hanya dengan tegangan 2-3 V, pemakaian
daya rendah (sekitar 0.05 W), respon perubahan ON dan OFF cepat (dengan satuan seper
sejuta detik), berbagai warna penyalaan seperti, merah, hijau, kuning dan lain-lain.

Pada sirkuit di atas, bila switch tertutup maka arus listrik mengalir kemudian LED menyala.
Penggunaan resistor adalah untuk menurunkan tegangan yang diberikan pada LED.

B. TRANSISTOR
Transistor kependekan dari tranfer dan resistor, yang berarti pengubahan tahanan atau menjadikan
bahan yang bukan penghantar menjadi penghantar pada keadaan tertentu. Transistor merupakan
komponen semikonduktor yang dapat berfungsi sebagai penguat sinyal dan saklar elektronik.
Transistor terdiri dari dua tipe yaitu tipe PNP dan NPN.
1. Prinsip kerja transistor tipe NPN
Apabila kaki basis transistor NPN dihubungkan dengan positif baterai, kaki kolektornya
dihubungkan dengan terminal positif baterai yang lain dan kaki emitornya dihubungkan dengan
negatif baterai, maka jika saklar dihubungkan arus akan mengalir dari baterai ke kaki basis
transistor (IB), kemudian ke emitor, terus ke negatif baterai. Aliran arus basis ini menyebabkan
transistor menjadi aktif sehingga kaki kolektor dan emitornya terhubung. Arus yang lebih besar
akan mengalir dari baterai ke kolektor (IC), ke emitor, kemudian ke negatif baterai.

Kerja transistor tipe NPN

2. Prinsip kerja transistor tipe PNP


Apabila kaki basis transistor PNP dihubungkan dengan negatif baterai (melalui saklar, lihat
gambar di bawah) dan emitornya dihubungkan dengan positif baterai, kaki kolektornya
dihubungkan dengan terminal negatif baterai yang lain dan kaki emitornya dihubungkan dengan
positif baterai, maka jika saklar dihubungkan arus akan mengalir dari baterai ke kaki emitor
transistor, kemudian ke basis, terus ke negatif baterai melalui saklar. Aliran arus basis ini
menyebabkan transistor menjadi aktif sehingga kaki emitor dan kolektornya terhubung. Arus
yang lebih besar akan mengalir dari baterai ke emitor, ke kolektor, kemudian ke negatif baterai.

Kerja transistor tipe PNP

3. Fungsi saklar pada transistor


Berdasarkan penjelasan di atas, maka jika ada arus mengalir dari basis ke emitor atau dari
emitor ke basis, maka transistor akan ON dan dapat menyebabkan arus yang besar mengalir
melalui transistor tersebut. Dengan karakteristik tersebut maka transistor dapat digunakan untuk
menghidupkan atau mematikan suatu rangkaian listrik. Prinsip kerja transistor sebagai saklar ini
mirip dengan fungsi saklar pada sebuah relai.

Contoh terapan : PNP

Apabila saklar dalam keadaan terbuka, maka tidak ada arus yang mengalir ke kaki basis
sehingga transistor tidak bekerja. Jika saklar ditutup, maka arus akan mengalir dari baterai ke
kaki basis, kemudian ke kaki emitor dan ke massa (negatif baterai). Aliran arus ke kaki basis ini
menyebabkan transistor ON atau bekerja sehingga kaki kolektor dan emitor transistor tersebut
terhubung. Arus yang lebih besar akan mengalir dari baterai, ke lampu, ke kaki kolektor, ke
emitor, kemudian ke massa. Akibatnya, lampu menyala.

Contoh terapan : NPN


Apabila saklar dalam keadaan terbuka, maka tidak ada arus yang mengalir ke kaki basis
sehingga transistor tidak bekerja. Jika saklar ditutup, maka arus akan mengalir dari baterai ke
kaki emitor, ke basis, kemudian ke massa (negatif baterai). Aliran arus ke B ini menyebabkan
transistor ON atau bekerja sehingga kaki emitor dan kolektor transistor tersebut terhubung. Arus
yang lebih besar akan mengalir dari baterai, ke lampu, ke kaki emitor, ke kolektor, kemudian ke
massa. Akibatnya, lampu menyala.

C. THERMISTOR
Thermistor (disebut NTC dan PTC) adalah resistor yang nilainya dapat berubah jika terkena panas.
Karakteristik NTC (negative temperature coefficient) adalah jika temperature naik, maka nilai
tahanannya semakin kecil. Tegangan bias transistor NPN akan tergantung pada nilai tahanan
thermistor NTC. Dari rangkaian tersebut (a), bila temperatur naik maka tahanan NTC tersebut akan
turun sehingga tegangan antara basis dan emitor turun. Jika tegangan basis tidak mencapai
tegangan batas minimum, maka transistor tidak ON dan lampu tidak menyala. Apabila temperatur
yang mengenai NTC turun, maka tahanan NTC akan bertambah besar sehingga tegangan pada
kaki basis transistor naik dan transistor menjadi ON. Arus dari baterai akan mengalir melalui lampu,
kaki kolektor, emitor, kemudian ke massa sehingga lampu menyala. Jika PTC dipasangkan (gambar
b), kerja rangkaian akan berbalikan yaitu jika temperatur naik maka tahanannya naik sehingga
transistor ON dan lampu menyala. Jika temperatur turun, tahanan turun dan transistor menjadi OFF
sehingga lampu padam.

(a) (b)
Contoh penggunaan NTC dan PTC pada rangkaian
PTC (Positive Temperature Coefficient) merupakan resistor yang nilai tahanannya dapat berubah
jika terkena panas. Karakteristiknya adalah jika temperature naik, maka nilai tahanannya juga akan
naik. Rangkaian di bawah ini memperlihatkan contoh penggunaan PTC pada sistem kelistrikan.
Apabila saklar di-ON-kan, arus dari baterai akan mengalir ke lampu, termistor, saklar, kemudian ke
massa sehingga lampu menyala. Apabila arus yang mengalir berlebihan, maka panas akibat arus
tersebut akan mempengaruhi thermistor sehingga tahanannya akan naik. Naiknya nilai tahanan ini
akan menyebabkan berkurangnya arus yang mengalir sehingga tidak akan terjadi arus yang
berlebihan pada rangkaian ini.

Rangkaian dengan menggunakan PTC

D. PHOTOCONDUCTIVE CELL (LDR)


Nilai tahanan komponen ini akan berubah -ubah (bertambah atau berkurang) sesuai dengan tingkat
cahaya yang diterimanya. Karakteristiknya adalah bila tingkat keterangan cahaya tinggi maka
tahanannya akan turun dan tahanan akan naik apabila cahayanya redup. Contoh penggunaan LDR
ditunjukkan pada rangkaian di bawah. Jika CDS mendapat cahaya yang terang, maka tahanannya
akan kecil sehingga arus dari baterai akan mengalir ke CDS dan tegangan pada basis TR2 akan
naik. Hal ini menyebabkan TR2 menjadi ON sehingga kolektor TR2 langsung terhubung dengan
massa yang menyebabkan tegangan pada basis TR1 rendah (mendekati nol) sehingga transistor
TR1 menjadi OFF. Pada kondisi ini lampu padam.

Rangkaian dengan menggunakan LDR


Apabila cahaya yang mengenai LDR (CDS) redup, maka tahanannya akan naik sehingga tegangan
pada basis TR2 menjadi kecil. Hal ini menyebabkan TR2 menjadi OFF sehingga kaki kolektornya
tidak terhubung dengan massa. Oleh karena itu, tegangan pada basis transistor TR1 menjadi naik
yang mengakibatkan TR1 menjadi ON sehingga kaki kolektornya terhubung langsung dengan
massa. Akibatnya, arus dari baterai akan mengalir melalui lampu kemudian ke massa melalui
transistor TR1. Aliran arus ke lampu ini menyebabkan lampu menyala. Jadi, jika cahaya terang
mengenai rangkaian di atas, maka lampu akan padam dan jika cahaya redup maka lampu akan
menyala.

E. THYRISTOR
Thyristor berasal dari kata thyratron dan transistor. Thyristor identik dengan thiratron. Pada
dasarnya thiristor merupakan susunan dioda empat lapis seperti digambarkan di bawah ini dengan
tambahan satu kaki yang disebut gerbang. Thiristor mempunyai tiga buah kaki yang disebut kaki
anoda (A), kaki katoda (K), dan kaki gerbang (G, gate). Kaki G adalah kaki untuk memberikan arus
untuk memicu kerja thiristor.
Dalam praktiknya, anoda dihubungkan dengan positif sumber tegangan dan katoda dihubungkan
dengan negatif. Jika kaki G diberi tegangan pemicu yang melebihi tegangan kerja (breakdown)
SCR, maka arus akan mengalir ke kaki G sehingga SCR bekerja atau menghantarkan arus dari
anoda ke katoda.
BAB III
PENGGUNAAN KOMPONEN ELEKTRONIKA PADA KELISTRIKAN KENDARAAN

Komponen-komponen elektronika banyak digunakan pada sistem kelistrikan pada kendaraan. Beberapa
penggunaan komponen-komponen elektronik dalam bidang kelistrikan kendaraan dijelaskan sebagai
berikut.

A. PENGGUNAAN RESISTOR
Penggunaan resistor pada rangkaian kelistrikan otomotif sangat beragam. Beberapa contoh
penggunaannya adalah sebagai berikut.
1. Resistor dipasang pada regulator tipe konvensional untuk menurunkan arus dan tegangan
yang masuk ke kumparan rotor pada alternator sehingga medan magnet yang dihasilkan
oleh kumparan rotor (rotor coil) dapat diatur (sistem pengisian)
2. Resistor dipasang pada koil sistem pengapian. Resistor ini dipasang untuk mengurangi
tahanan kumparan primer koil. Tahanan rangkaian primer sekitar 3 ohm dengan rincian 1,5
ohm tahanan resistor dan 1,5 ohm tahanan dari gulungan primer koil.
3. Resistor digunakan pada rangkaian elektronik yang banyak digunakan pada sistem
kelistrikan misalnya pada sistem pengapian elektronik, sistem pengisian dengan regulator
elektronik, flasher elektronik, dan lain-lain.
4. Resistor variabel pada sistem EFI digunakan untuk pengukur jumlah udara (air flow meter)
yang masuk ke mesin.

Air Flow Meter


5. Resistor variabel pada sistem EFI digunakan untuk sensor posisi katup gas (trhottle
position sensor, TPS) agar ECU (electronic control unit) dapat mengetahui seberapa dalam
pengemudi menginjak pedal gas, dan penggunaan-penggunaan lainnya.

Throttle Position Sensor

B. PENGGUNAAN KAPASITOR
Penggunaan kapasitor pada rangkaian kelistrikan otomotif juga sangat beragam. Beberapa
penggunaannya adalah sebagai berikut.
1. Sebagai perata arus pada rangkaian penyearah pada sistem pengisian. Biasanya kapasitor
pada alternator dipasang pada terminal B alternator dan massa.
2. Sebagai kopel atau penghubung antar penguat yang pertama ke penguat berikutnya, sebagai
by pass untuk mencegah arus bolak-balik dan menerima arus searah yang berfungsi sebagai
filter untuk menyaring frekuensi tinggi dan meneruskan frekuensi rendah. Penerapan kapasitor
ini banyak terdapat pada rangkaian elektronik pada sistem kelistrikan kendaraan.
3. Sebagai komponen utama kerja sistem pengapian CDI (capasitive discharge ignition) atau
sistem pengapian yang bekerja berdasarkan pembuangan muatan kapasitor. Secara khusus
penjelasan ini diberikan pada bab sistem pengapian.
4. Sebagai komponen untuk mencegah loncatan bunga api pada kontak pemutus (breaker point)
pada sistem pengapian konvensional. Kapasitor pada sistem pengapian ini berfungsi untuk
menyerap energy listrik yang dihasilkan saat terjadinya induksi diri pada kumparan primer koil
dan dibuang kembali muatannya saat kontak pemutus tertutup, dan masih banyak lagi
penggunaan kapasitor dalam sistem kelistrikan lainnya.

C. PENGGUNAAN DIODA
Penggunaan dioda pada rangkaian kelistrikan kendaraan sangat banyak. Beberapa di antaranya
dijelaskan sebagai berikut.
1. Penyearah pada sistem pengisian. Tegangan AC yang dihasilkan oleh stator coil diubah
menjadi tegangan DC oleh dioda.
2. Dioda dipasang pada relay untuk menetralisir tegangan induksi diri. Saat power transistor On,
kumparan pada relay menjadi electromagnet sehingga kontak terhubung dan arus dapat
mengalir ke motor. Bila power transistor off, arus yang mengalir ke kumparan pada relai akan
terputus dengan cepat.

Terputusnya arus tersebut mengakibatkan medan magnet yang sebelumnya terbentuk hilang
dengan cepat sehingga akan timbul tegangan induksi diri pada kumparan relai ini. Tegangan
induksi diri yang dibangkitkan ini cukup tinggi sehingga dapat merusak transistor. Untuk itu
dipasang sebuah dioda agar tegangan tinggi yang dihasilkan tidak mengalir dari titik A ke titik B
melainkan dinetralisir melalui diode ke titik C

D. PENGGUNAAN DIODA ZENER


Zener dioda adalah suatu alat yang dapat digunakan sebagai regulator (pengatur) tegangan.
Beberapa penggunaan dioda zener yang banyak dipakai di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Sebagai penstabil tegangan, seperti ditunjukkan pada rangkaian di bawah. Jika tegangan
breakdown dioda zener pada rangkaian adalah 12 V, maka suplai tegangan kontroler melalui
kondensor tidak akan melebihi 12 V. Bila tegangan melebihi 12 V maka akan dialihkan ke
ground melalui dioda zener sehingga tegangan yang ke kontroler akan selalu stabil 12 V.
2. Mendeteksi kelebihan tegangan yang masuk ke baterai pada sistem pengisian dengan
mengaktifkan dan menonaktifkan TR2 sehingga output sistem pengisian menjadi stabil.
Penjelasan secara lengkap bagian ini dapat dilihat pada bab sistem pengisian tentang dasar
kerja regulator IC.

3. Penstabil tegangan pada sistem pengapian elektronik. Pada gambar di bawah, dioda zener
dipasang untuk menstabilkan tegangan yang masuk ke lampu (GA) pada sistem pengapian
tersebut. Penstabilan tegangan tersebut dimaksudkan agar tingkat intensitas cahaya yang
dihasilkan GA tetap stabil sehingga kerja phototransistor juga stabil karena cahaya yang
diterimanya juga stabil.
E. PENGGUNAAN TRANSISTOR
Penggunaan transistor pada rangkaian kelistrikan kendaraan sangat banyak. Beberapa di antaranya
dijelaskan sebagai berikut.
1. Sebagai pengganti kontak point pada regulator tipe konvensional. Transistor pada regulator
elektronik sistem pengisian digunakan sebagai pemutus atau penghubung arus ke kumparan
rotor pada alternator. Kerja ON dan OFF transistor ini untuk mengatur medan magnet pada
kumparan tersebut.
2. Sebagai power transistor pada sistem pengapian. Transistor digunakan sebagai pemutus dan
penghubung (saklar) arus pada kumparan primer koil pengganti kontak pemutus pada sistem
pengapian konvensional.
3. Sebagai penguat sinyal. Sinyal tegangan yang dihasilkan oleh pototransistor yang lemah
dikuatkan lagi oleh beberapa transistor lainnya sehingga power transistor dapat aktif dan tidak
aktif tergantung dari sinyal yang telah dikuatkan tersebut.
4. Sebagai rangkaian flip-flop atau multi vibrator pada rangkaian sistem pengapian CDI (capasitive
discharge ignition).

F. PENGGUNAAN THYRISTOR
Beberapa penggunaan thyristor (SCR, silicon controlled rectifier) dalam rangkaian kelistrikan
kendaraan dijelaskan sebagai berikut.
1. Sebagai saklar untuk membuang muatan kapasitor pada sistem pengapian CDI. Apabila kaki G
thiristor pada rangkaian di bawah mendapat arus, maka thyristor akan bekerja sehingga anoda
dan katoda terhubung. Muatan listrik yang tersimpan di dalam kapasitor akan dengan cepat
dikeluarkan melalui thiristor.

2. Sebagai pengatur kecepatan motor. Dengan pengaturan arus G pada thyristor, maka arus yang
dapat dialirkan pada kaki anoda dan ke katoda juga akan bervariasi sehingga motor listrik yang
dipasang pada rangkaian tersebut akan dapat diatur kecepatannya.
G. PENGGUNAAN THERMISTOR
Beberapa penggunaan termistor dalam rangkaian kelistrikan kendaraan dijelaskan sebagai berikut.
1. Sebagai sensor temperatur air pendingin (ECT, engine coolant temperature sensor). Pada
mesin dengan sistem bahan bakar injeksi (EFI), temperatur air pendingin dideteksi oleh
termistor sebagai salah satu masukan kepada electronic control unit (ECU) atau electronic
control module (ECM) untuk menentukan jumlah bahan bakar yang sesuai untuk disemprotkan

2. Sebagai sensor temperatur udara masuk (intake air temperature,IAT) ke dalam saluran masuk
(intake manifold). Sensor ini mendeteksi suhu udara yang masuk ke intake manifold pada mesin
dengan sistem bahan bakar injeksi.
H. PENGGUNAAN LED
Dioda yang dapat memancarkan cahaya (LED) pada sistem kelistrikan digunakan sebagai sumber
cahaya pada alat pengukur jumlah udara yang masuk pada sistem EFI model Karman Vortex
(Karman Vortex Air Flow Meter). LED ini menghasilkan cahaya dan cahayanya ditangkap oleh
pototransistor. Variasi aliran udara masuk akan menghasilkan frekuensi sistem Karman vortex yang
kemudian dapat dibaca oleh ECU.

I. PENGGUNAAN PHOTOTRANSISTOR
Penggunaan phototransistor dalam rangkaian kelistrikan otomotif di antaranya adalah pada sistem
pengapian model iluminasi (dengan sensor cahaya). Sebagai sensor cahaya yang digunakan untuk
memicu kerja transistor power. Penggunaan lain dari transistor jenis ini adalah sebagai sensor
cahaya untuk mengetahui jumlah udara yang masuk ke dalam intake manifold.
BAB IV
PENGUKURAN KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA

A. PENGUKURAN RESISTOR
Dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai resistansi resistor yang diukur. Di samping untuk
mengetahui nilai resistansinya, pengukuran ini juga dapat mengetahui apakah resistor tersebut
masih baik atau sudah rusak dengan membandingkan nilai yang terukur dengan nilai yang tertera
pada badan resistor dengan memperhatikan toleransi resistor tersebut.
1. Posisikan selektor multitester pada skala Ohm, sesuaikan skala yang digunakan dengan
besarnya resistansi yang akan diukur (selektor diposisikan pada skala terdekat di atas nilai
resistansi yang akan diukur).
2. Jika menggunakan multitester analog, hubungkan kaki positif dan negatif baterai, lihat
penunjukkan jarum. Jika jarum tidak menunjuk nol, set tombol kalibrasi Ohm sampai jarum
menunjuk nol ohm (jika multitesternya digital, maka langsung pada langkah ke tiga).
3. Ukur resistor seperti ditunjukkan pada gambar di bawah.

4. Baca penunjukkan jarum pada multitester. Jika jarum tidak bergerak, berarti resistor putus. Jika
jarum menunjuk harga resistansi sesuai dengan nilai atau masih masuk dalam toleransi
resistor, berarti resistor masih baik.
5. Jika nilai resistansi resistor yang akan diukur tidak diketahui, dapat dilakukan dengan memilih
skala dari yang terbesar dulu. Jika hasil penunjukkan tidak dapat dibaca atau ketelitiannya
kurang, turunkan skalanya sampai mendapatkan hasil yang pembacaanya jelas. Jangan lupa
mengkalibrasi ke posisi nol setiap memindah posisi selektor pada skala ohm tertentu.
6. Perlu diingat, saat pengukuran resistansi tidak boleh ada tegangan yang bekerja pada
komponen yang akan diukur tahanannya untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan
tidak merusak alat ukur. Kaki-kaki alat ukur dapat dibolak-balik saat melakukan pengukuran dan
tidak mempengaruhi hasil pembacaan.
B. PENGUJIAN DIODA
Dioda hanya dapat dialiri arus dari satu arah saja. Dengan karakteristik tersebut, maka dengan
melakukan pengukuran dapat diketahui kondisi dioda tersebut.
 Memeriksa dioda menggunakan Digital Multi-Meter
1. Posisikan selektor pada skala ohm atau pada skala khusus untuk pengukuran dioda jika
pada multitester tersebut terdapat simbol dioda.
2. Tempelkan kaki warna merah tester ke kaki anoda dan kaki hitamnya ke katoda dari dioda.
3. Baca hasil pengukurannya. Harga resistansi yang ditampilkan harus kecil.

4. Balikkan dioda sehingga kaki merah tester dihubungkan dengan kaki katoda dan kaki hitam
tester ke anoda. Hasilnya menunjukkan tahanan yang sangat besar atau tak terhingga.
5. Jika pengukuran menunjukkan seperti hasil pada langkah 3 dan 4, maka dioda dalam
kondisi baik.
6. Jika hasil pengukuran pada langkah 3 menunjukkan tahanan kecil, dan langkah 4 juga
menunjukkan tahanan kecil, berarti dioda sudah bocor atau hubung singkat.
7. Jika hasil pengukuran pada langkah 3 menunjukkan tahanan sangat besar/tak terhingga,
dan langkah 4 juga menunjukkan tahanan sangat besar/tak terhingga, berarti dioda putus.
 Memeriksa dioda menggunakan multitester analog
1. Posisikan selektor pada skala ohm atau pada skala khusus untuk pengukuran dioda jika
pada multitester tersebut terdapat simbol dioda.
2. Tempelkan kaki warna merah tester ke kaki katoda dan kaki hitamnya ke anoda dari dioda.
3. Baca hasil pengukurannya. Harga resistansi yang ditampilkan harus kecil.
4. Balikkan dioda sehingga kaki merah tester dihubungkan dengan kaki anoda dan kaki hitam
tester ke katoda. Hasilnya menunjukkan tahanan yang sangat besar atau tak terhingga.
5. Jika pengukuran menunjukkan seperti hasil pada langkah 3 dan 4, maka dioda dalam
kondisi baik.
6. Jika hasil pengukuran pada langkah 3 menunjukkan tahanan kecil, dan langkah 4 juga
menunjukkan tahanan kecil, berarti dioda sudah bocor atau hubung singkat.
7. Jika hasil pengukuran pada langkah 3 menunjukkan tahanan sangat besar atau tak
terhingga, dan langkah 4 juga menunjukkan tahanan sangat besar atau tak terhingga juga,
berarti dioda sudah putus.

C. PENGUJIAN TRANSISTOR
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengukur transistor dengan multitester digital adalah
sebagai berikut.
Transistor PNP

1. Posisikan selektor pada simbol dioda atau pada skala ohm.


2. Hubungkan kaki hitam multitester ke kaki basis transistor, sedangkan kaki merah multitester ke
kaki kolektor, kemudian ke kaki emitor.
3. Jika multitester menunjuk hubungan antara kaki basis dengan kolektor dan dengan emitor
berarti transistor dalam kondisi baik. Jika pada salah satu atau kedua pengukuran tersebut tidak
ada hubungan berarti transistor sudah rusak (putus).
4. Balikan polaritas alat ukur, tempatkan kaki merah multitester ke kaki basis transistor dan kaki
hitam multitester ke kaki kolektor, kemudian ke kaki emitor.
5. Jika multitester menunjukan tidak ada hubungan antara kaki basis dengan kolektor dan dengan
emitor, berarti transistor dalam kondisi baik. Jika pada salah satu atau kedua pengukuran
tersebut menunjukkan adanya hubungan berarti transistor sudah rusak atau bocor.
6. Terakhir, tes hubungan antara kolektor dan emitor. Transistor yang baik tidak menunjukkan
hubungan antara kedua kaki tersebut. Jika terdapat hubungan berarti transistor hubung singkat.

Transistor NPN
1. Posisikan selektor pada simbol dioda atau pada skala ohm.
2. Hubungkan kaki merah multitester ke kaki basis transistor, sedangkan kaki hitam multitester ke
kaki kolektor, kemudian ke kaki emitor.
3. Jika multitester menunjuk hubungan antara kaki basis dengan kolektor dan dengan emitor
berarti transistor dalam kondisi baik. Jika pada salah satu atau kedua pengukuran tersebut tidak
ada hubungan berarti transistor sudah rusak (putus).

4. Balikan polaritas alat ukur, tempatkan kaki hitam multitester ke kaki basis transistor dan kaki
merah multitester ke kaki kolektor, kemudian ke kaki emitor.
5. Jika multitester menunjukan tidak ada hubungan antara kaki basis dengan kolektor dan dengan
emitor, berarti transistor dalam kondisi baik. Jika pada salah satu atau kedua pengukuran
tersebut menunjukkan adanya hubungan berarti transistor sudah rusak atau bocor.
6. Terakhir, tes hubungan antara emitor dan kolektor. Transistor yang baik tidak menunjukkan
hubungan antara kedua kaki tersebut. Jika terdapat hubungan berarti transistor hubung singkat.

Anda mungkin juga menyukai