PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan pola hidup dan tingkat kesehatan masyarakat di era global ini
menyebabkan pola penyakit berubah. Dari penyakit infeksi dan rawan gizi, ke
penyakit-penyakit degeneratif. WHO memperkirakan pada tahun 2020, penyakit
degeneratif akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di
dunia. Diantaranya adalah penyakit kardiovaskuler (jantung dan stroke) dan akibat
kematian yang ditimbulkannya (WHO, 2002).
Insiden stroke di dunia adalah 9.000.000 kasus per tahun.
prevalensi adalah sebesar 30.700.000.
Dengan
penyebab kematian terbesar ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker.
Insiden stroke di Amerika Serikat lebih dari 700.000 tiap tahun dan meninggal
lebih dari 160.000 tiap tahunnya. Berarti setiap menit ada 1 orang menderita
stroke dan hampir 20 orang akan meninggal tiap jam (WHO, 2004), (Nasution,
2007).
Indonesia diperkirakan setiap tahun terdapat 500.000 penduduk yang
terkena serangan stroke, sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya
cacat ringan maupun berat (Yayasan Stroke Indonesia, 2013).
Hasil Riset
Sulawesi Tenggara dan didapatkan data jumlah pasien stroke yang dirawat inap
pada tahun 2009, jumlah penderita stroke sebesar 260 kasus dengan angka
kematian 77 jiwa (29%). Pada tahun 2010, jumlah penderita stroke 280 kasus
dengan angka kematian 59 jiwa (21%). Pada tahun 2011, jumlah penderita stroke
meningkat menjadi 413 kasus dengan angka kematian 155 jiwa (37%) (Profil
RSU Provinsi Sulawesi Tenggara, 2011).
Risiko stroke meningkat seiring dengan berat dan banyaknya faktor risiko
(Misbach dkk., 2004). Hasil penelitian Paul Coverdell National Acute Stroke
Registry Surveillance 20052007 mendapatkan bahwa faktor risiko kejadian
stroke terbanyak adalah riwayat hipertensi (72,7%), riwayat hiperlipidemia
(33,8%), riwayat stroke atau TIA sebelumnya (30,9%), riwayat diabetes melitus
(28,2%), riwayat infark miokard atau riwayat penyakit jantung koroner (24,7%),
perokok (17,7%), dan riwayat fibrilasi atrial(15,1%). (Sugianto, 2011).
Diabetes Melitus merupakan salah satu faktor risiko yang dapat di
modifikasi. Pada seseorang dengan diabetes mellitus, resiko terjadinya stroke
meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Dari hasil
penelitian di 28 Rumah Sakit, diabetes mellitus di Indonesia didapatkan sebesar
17,3%. (Misbach,2013),(Nastiti, 2011)
Pada studi Framingham dalam Japardi (2002) didapatkan bahwa merokok
merupakan faktor yang signifikan untuk kejadian stroke infark aterotrombotik pada
alkohol
yang
banyak
(dose-response
relationship)
dengan
perdarahan
intraserebral. Estimasi risiko relatif pada peminum alkohol dan bukan peminum
alkohol adalah, untuk peminum ringan sebesar 2,1 kali; peminum sedang sebesar
2,4 kali dan peminum berat sebesar 4,0 kali. Para ahli memperkirakan, efek
peminum alkohol berat pada stroke berdarah dimediasi oleh peningkatan tekanan
darah. Dari hasil di 28 rumah sakit di Indonesia, peminum alkohol didapatkan
dalam jumlah kecil, yaitu 1,4%. (Misbach, 2013)
Adanya faktor risiko stroke, membuktikan bahwa stroke adalah suatu
penyakit yang dapat diramalkan sebelumnya dan bukan merupakan suatu hal yang
terjadi begitu saja. Penelitian epidemiologis juga membuktikan bahwa
pengendalian faktor risiko dapat menurunkan risiko seseorang untuk menderita
stroke. (Rambe, 2006).
Maka berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Analisis Faktor Risiko kejadian stroke di Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah diabetes melitus merupakan faktor risiko kejadian stroke di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013?
2. Apakah merokok