Anda di halaman 1dari 6

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

MENJADI MASYARAKAT ANTARBUDAYA

Oleh:
Dewa Putu Artajaya
1205315016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Komunikasi antarbudaya terjadi ketika dua orang yang berbeda kebudayaan melakukan
aktivitas komunikasi atau berinteraksi. Proses komunikasi tersebut jarang berjalan mulus,
kebanyakan komunikasi antarbudaya mengalami hambatan yang memungkinkan terjadinya
kesalah pahaman antara kedua belah pihak yang melakukan aktivitas komunikasi. Dalam
kebanyakan situasi, biasanya orang yang berkomunikasi antarbudaya tersebut menggunakan
bahasa yang berbeda, tetapi bahasa dapat dipelajari dan masalah komunikasi yang lebih besar
terjadi dalam komunikasi baik verbal maupun nonverbal. Kadang-kadang kita juga merasa
tidak nyaman dalam budaya lain karena kita merasa bahwa ada sesuatu yang salah dan sangat
sulit bagi kita untuk mengetahui dengan pasti mengapa kita merasa tidak nyaman.
Dewasa ini, pengetahuan mengenai kebudayaan-kebudayaan asing, baik itu melalui
kontak langsung maupun tidak langsung melalui media massa merupakan pengalaman umum
yang semakin banyak. Namun demikian, ketidaktahuan umum akan adanya perbedaanperbedaan antara perilaku komunikasi kita sendiri dengan perilaku mereka dengan
kebudayaan asing telah membaut orang awam berpikiran bahwa ucapan ucapan atau jargon
- jargon yang mereka utarakan adalah sesuatu yang universal.
Pada kenyataannya, hanya sedikit saja yang mempunyai makna universal khususnya
adalah tertawa, tersenyum, tanda marah, dan menangis. Karena itulah, orang cenderung
beranggapan bahwa bila mereka berada dalam suatu kebudayaan yang berbeda di mana
mereka tidak mengerti bahasanya mereka mengira bisa berbicara dengan sekedar mengetahui
ucapan ucapan di kebudayaan mereka sendiri. Namun karena manusia memiliki pengalaman hidup yang berbeda di dalam kebudayaan yang berbeda, ia akan menginterpretasikan
secara berbeda pula tanda-tanda dan simbol-simbol yang sama (Bennet, Milton J., 1998).
Masalah komunikasi yang diangkat dalam tulisan kali ini adalah masalah komunikasi
antarbudaya yang dilakukan oleh masyarakat dusun Perampas desa Banjar dengan
masyarakat desa Banyuseri dalam kesehariannya masyarakat ini sering mengalami hambatan
dalam berkomunikasi antarbudaya.

PEMBAHASAN
A. Hambatan masyarakat Dusun Perampas Desa Banjar dengan masyarakat Desa
Banyuseri melakukan komunikasi antarbudaya
Hambatan- Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya terjadi karena alasan yang
bermacam-macam karena komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan sebagai
pengirim dan penerima secara berganti-ganti maka hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi
karena beberapa hal.
Dalam kasus kali ini dibahas mengenai hambatan komunikasi yang

dialami oleh

masyarakat dusun Perampas desa Banjar dengan masyarakat desa Banyuseri yang berbeda
kebudayaan. Analisis ini akan dilakukan berDasarkan pengalaman penulis sebagai
masyarakat dusun Perampas desa Banjar yang melakukan komunikasi antarbudaya dengan
masyarakat desa Banyuseri saat penulis duduk di bangku Sekolah Dasar.
Masyarakat dusun Perampas desa Banjar kebanyakan warganya adalah masyarakat yang
memiliki Khasta Brahmana, Kesatria dan Weisya hanya sebagian kecil masyarakatnya
berkhasta Sudra sehinga komunikasi yang mereka lakukan menggunakan bahasa Sor Singgih.
Karena adatnya di dusun Perampas seperti itu sudah dari turun temurun. Sedangkan
masyarakat desa Banyuseri tidak mengenal adanya istilah Khasta sehingga dalam
kesehariannya mereka menggunakan bahasa yang terdengar kasar oleh masyarakat yang
menganut khasta di dusun Perampas desa Banjar. Hal ini menimbulkan peluang besar untuk
terjadinya hambatan dalam berkomunikasi antarbudaya.
Hambatan komunikasi antarbudaya yang penulis alami berikut penulis ceritakan. Ketika
penulis berusia enam tahun empat bulan penulis mendaftar di Sekolah Dasar Negeri Satu
Banyuseri dan penulis

diterima sebagai Siswa Sekolah Dasar kelas satu. Hari pertma

memulai sekolah penulis merasa asing dengan kata-kata yang temen -teman penulis
sampaikan kepada penulis seperti : cai, nani, naskeleng, barang bangke dan lain lain yang
penulis tidak apal betul . dalam keseharian penulis tidak pernah di ucapi kata-kata seperti
itu dilingkungan penulis. Akhirnya penulis merasa tersinggung dan penulis menyampaikan
permasalahan itu kepada orang tua penulis. Karena penulis merasa tersinggung maka penulis
memilih untuk pindah sekolah ke Sekolah Dasar Negeri Enam Banjar. Berarti penulis dalam
hal ini mengalami hambatan komunikasi antarbudaya yaitu etnosentrisme dimana teman
teman penulis merasa bahwa yang mereka ucapkan kepada penulis adalah kata-kata yang
universal bagi penulis padahal penulis merasa asing dengan kata-kata seperti itu.
3

Selama dua tahun penulis bersekolah di Sekolah Dasar Enam Banjar penulis tidak
mengalami hambatan berkomunikasi karena kebudayaan di sekolah Dasar enam Banjar
sejalan dengan budaya di lingkungan penulis tinggal. Ketika penulis menginjak bangku
sekolah Dasar kelas tiga penulis merasa jarak antara rumah penulis dengan sekolah Dasar
terlalu jauh yang ketika itu ditempuh dengan berjalan kaki. Akhirnya penulis memutuskan
untuk pindah sekolah ke Sekolah Dasar yang penulis dulu tinggalkan akibat hambatan
berkomunikasi antarbudaya.
Dengan dengan mengambil resiko kejadian dua tahun lalu yang penulis alami kembali
akan terulang penulis siap untuk bersekolah di Sekolah Dasar satu Banyuseri. Benar saja
kata-kata itu masi dengan fasihnya mereka utarakan kepada penulis dengan sabar penulis
coba memahami apa yang mereka sampaikan kepada penulis akhirnya penulis terbiasa
dengan kata-kata yang teman-teman penulis sampaikan kepada penulis.
Tetapi permasalahan baru muncul ketika penulis berkomunikasi dengan teman teman
penulis menggunakan bahasa yang penulis pergunakan dalam kehidupan penulis sehari-hari
dirumah. Teman-teman penulis kurang memahami kata-kata yang penulis sampaikan seperti:
tiang, ngajeng, numbas, nggih, dan kata-kata lain yang penulis tidak ingat betul berarti
penulis sebagai masyarakat dusun Perampas desa Banjar dan teman-teman penulis sebagai
masyarakat desa Banyuseri telah gagal melakukan komunikasi antarbudaya. Beberapa bulan
kemudian penulis dan teman-teman penulis saling memahami bahasa yang digunakan dalam
berkomunisasi hal tersebut terjadi karena seringnya penulis dan teman-teman penulis
melakukan komunikasi serta adanya pemahaman dari orang tua penulis. Berarti dalam hal ini
penulis telah mampu melakukan akulturasi bahasa dalam hal komunikasi antarbudaya.
Sehingga tidak terjadi lagi kesalah pahaman antara penulis sebagai masyarakat dusun
Perampas dan teman-teman penulis sebagai masyarakat desa Banyuseri akibat hambatan
bahasa dan etnosentrisme.

PENUTUP
A. Simpulan
Hambatan komunikasi antarbudaya yang dialami penulis dalam hal ini sebagai
masyarakat dusun Perampas desa Banjar dengan teman-teman Sekolah Dasar Satu Banyuseri
selaku masyarakat desa Banyuseri adalah dalam hal ketidak sepahaman bahasa dan juga
masih adanya paham etnosentrisme diantara kedua belah pihak yang melakuakan komunikasi
antarbudaya. Ketidak pahaman ini mengakibatkan terjadinya hambatan dalam melakukan
komunikasi antarbudaya antara penulis dengan teman-teman penulis. Tetapi seiring dengan
bergulirnya waktu dan seringnya melakukan komunikasi serta adanya pemahaman
komunikasi yang dilakukan oleh orang tua penulis mengakibatkan adanya akulturasi dalam
berbahasa pada saat berkomunikasi antara penulis sebagai masyarakat dusun Perampas desa
Banjar dengan teman-teman penulis selaku masyarakat desa Banyuseri.
B. Saran
Perlu adanya pemahaman komunikasi antarbudaya kepada semua lapisan masyarakat
sehingga tidak terjadi kesalah pahaman atau hambatan dalam berkomunikasi yang berbeda
latar belakang kebudayaan.
C.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber:
WahyuniDwi, pengertian komunikasi diakses pada tanggal 3 Mei 2015 dari link:
https://idadwiw.wordpress.com/2011/12/18/pengertian-komunikasi/
Wikipedia, komunikasi antarbudaya diakses pada tanggal 3 Mei 2015 dari link:
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya
Wiki pedia, akulturasi, diakses pada tanggal 3 Mei 2015 dari link:
http://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi
VirmantoHendra, Pengertian/ Definisi Etnosentrisme dan Penjelasannya diakses pada tanggal 3
Mei 2015 dari link: http://hendravirmanto.blogspot.com/2014/12/pengertian-definisietnosentrisme-dan.html

Anda mungkin juga menyukai