Anda di halaman 1dari 3

Faktor Pembentuk Akhlaq

Manusia sebagai makhluk yang istimewa mempunyai kelebihan dan kekurangan bukan hanya
berbeda dengan makhluk lainnya, tetapi juga antar makhluk itu sendiri mempunyai perbedaan
baik fisik maupun mental.
Yang membedakan terletak pada akal budinya,dapat tertawa,mempunyai bahasa dan
kebudayaan, mempunyai kekuasaan untuk menundukkan binatang, bertanggung jawab, dan
berilmu pengetahuan.
QS.Al-Isra:70

Sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam(manusia), kami angkat mereka


di daratan dan di lautan, kami beri mereka rizqi yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka daripada kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna.

QS.Al-Anam:165

Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa di bumi dan sebagian kamu ditinggikan
Allah beberapa tingkat dari yang lain, karena Allah hendak menguji kamu dengan
yang diberikan-Nya kepada kamu.

Manusia sebagai pelaku akhlaq itu sendiri dan faktor-faktor kemanusiannya itu
menentukan kesanggupan bekerja mencetak amal kebaikan itu sendiri dicetak
oleh berbagai faktor kondisi dan situasinya. Sesuai firman Allah:
Masing-masing orang bekerja menurut ukuran keadaannya, dan Tuhan kalian lebih
mengetahui siapa yang paling betul jalannya. (Al-Isra:84)
Contoh
Orang yang kuat mental dan tajam pikirannya dapat bekerja lebih banyak, sedangkan
manusia yang tumpul otaknya, lemah mental dan fisiknya kesanggupan berbuatnya
menjadi berkurang.
Berlaku dermawan adalah suatu kebaikan, tetapi kesanggupan itu hanya
dimungkinkan untuk oleh orang yang hanya memiliki harta memadai(hartawan)
Menjadi petugas keamanan untuk melindungi masyarakat adalah perbuatan yang baik
tetapi, tugas itu tidak dapat dilaksanakan oleh orang yangmemiliki fisik lemah.
Faktor utama:

1. Faktor dari dalam (internal) : yakni sifat-sifat bawaan atau yang dibawa sejak lahir.
2. Faktor dari luar (eksternal) : pengaruh yang terjadi di luar diri manusia karena adanya
suatu aksi dan interaksi
Instink (naluri)

Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan suatu
pembawaan asli. Dalam bahasa Arab disebut garizah atau fithrah dan dalam
bahasa inggris disebut instinct.

Ada yang mendefinisikan naluri ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu tanpa
didahului latihan perbuatan itu.
Macam-macam naluri menurut ahli psikologi:

1. Naluri makan : Begitu lahir manusia telah membawa suatu hasrat makan tanpa di
dorong oleh orang lain.
2. Naluri berjodoh : Laki-laki menginginkan wanita dan wanita menginginkan laki-laki
sesuai QS.Ali-imran:14
3. Naluri keibu-bapakan : Tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya.
4. Naluri berjuang : Tabiat manusia yang cenderung mempertahankan diri dari gangguan
dan tantangan
5. Naluri ber-Tuhan : Tabiat manusia mencari dan merindukan Penciptanya yang
mengatur dan memberikan nikmat kepada-Nya
6. Naluri itu laksana Pedang bermata dua dapat merusak diri sendiri dan dapat juga
mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya. Hal ini tergantung cara
penyalurannya.
Naluri dapat menjerumuskan seseorang kepada kehinaan (degradasi) karena kesalahan
dalam menyalurkannya, tetapi juga dapat mengangkat pribadi ke tingkat kemuliaan
(sublimasi) jika disalurkan kepada jalan yang baik. Contoh :

Naluri makan contohnya jika diperturutkan begitu saja dengan makan apa saja tanpa
batas sesuai dengan panggilan hawa nafsu, maka pastilah akan merusak diri sendiri.
Islam mengajarkan untuk memakan makanan yang halal dan baik (QS.AlBaqarah:168)

Naluri berjodoh, jika diperturutkan begitu saja, dapat menyeret kepada kehinaan dan
kerendahan, misalnya kebebasan sex, pelacuran, homosexual, lesbian, dan
sebagainya. Tetap agama juga tidak menghendaki agar nafsu sex itu dibinasakan
dengan menganiaya diri sendiri. Naluri berjodoh itu perlu disalurkan melalui jalan
yang halal dan suci yakni pernikahan sesuai ajaran syariah islam.

Naluri berjuang, jika salah arah dapat menjadikan manusia tersebut menjadi bandit
yang selalu ingin mencari lawan untuk berkelahi, tetapi jika instink disublimin, maka
orang yang memiliki naluri berjuang yang kuat dapat menjadi pahlawan kebenaran
yang gagah perkasa.

Anda mungkin juga menyukai