Dulu jika ada yang bertanya, apa yang tidak bisa dibeli oleh uang? Kita bisa
menjawab udara. Sayangnya, kini udara tak gratis lagi. Di Australia telah
dibangun bar oksigen instan untuk pertama kalinya. O2 Bar Oxygen Station yang
dibuka di Darling Harbour, Sydney, ini menawarkan 15 aroma menarik untuk
dihirup 15 menit sekali. Pembeli akan mendapatkan udara yang mengandung 90
persen oksigen di setiap wangi aromatiknya. Di dalam udara kita hanya tersisa
21 persen oksigen, sedangkan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi akan dapat
menciptakan sensasi segar, energi meningkat, dan stres menghilang.
Khasiatnya, konsentrasi menjadi lebih besar, meningkatkan memori dan kinerja
atletik. Bar oksigen telah meraih sukses besar di luar negeri, khususnya AS,
Jepang, dan kota-kota besar, memberikan pelarian masyarakat kota dari polusi,
alergi, dan debu yang menjadi satu dengan udara. Untuk yang ingin awet muda,
kandungan oksigen tinggi juga digunakan untuk anti penuaan lho!
Judul artikel : 20 Menit Di Luar Ruangan Sama Segarnya Dengan Minum
Kopi
Peneliti menemukan ketika orang kelelahan di meja kantor ada cara untuk
menyegarkan badan tanpa harus minum kopi. Berjalanlah ke luar ruangan untuk
menghirup udara terbuka karena alam punya efek seperti kafein yang membuat
orang kembali segar.
Ketika mengantuk atau kehilangan energi, kopi menjadi pilihan agar tubuh
kembali segar. Tapi sebenarnya tak perlu melulu mencari kopi, dengan keluar
dari ruangan dan menghirup udara segar 20 menit sama efeknya seperti minum
secangkir kopi.
Berada di alam terbuka selama 20 menit sama diketahui dapat meningkatkan
kesegaran tubuh manusia. Khasiat tersebut setara dengan meminum segelas
kopi.
Udara terbuka di luar ruangan tak ubahnya seperti kafein yang diserap ke dalam
tubuh manusia. Hal ini diungkapkan oleh peneliti dari University of Rochester,
New York.
"Alam adalah bahan bakar bagi tubuh dan jiwa manusia, orang akan lebih segar
dengan berada di luar ruangan," kata Richard Ryan seperti diberitakan oleh
Telegraph.
Menurut Richard, seringkali seseorang merasa lebih segar setelah meminum
secangkir kopi. "Padahal, ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan suntikan
yakni terhubung dengan alam," kata Ryan.
Para peneliti melakukan analisa terhadap sekira 537 orang mahasiswa. Keseluruh
mahasiswa tersebut dibagi ke dalam dua kelompok yang pertama di dalam
ruangan sedangkan kelompok kedua dibebaskan di udara terbuka, yakni dekat
dengan sungai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan merasa lebih energik ketika
membayangkan dirinya berada di luar ruangan dan mengalami peningkatan
vitalitas ketika hanya 20 menit di udara terbuka.
"Orang-orang yang memiliki vitalitas besar tidak hanya memiliki banyak energi
tapi juga fisiknya lebih tahan terhadap penyakit," kata Professor Richard.
Dia menyarankan agar orang lebih banyak menghabiskan waktu di alam untuk
kesehatannya karena alam memiliki hubungan yang alami dengan makhluk
hidup.
Para peneliti menemukan bahwa level energi kelompok yang berada di luar
ruangan lebih tinggi ketimbang di dalam ruangan.
Ryan menambahkan orang dengan vitalitas tinggi tidak hanya memiliki energi
untuk mengerjakan sesuatu, Mereka juga akan lebih tahan terhadap penyakit.
"Salah satu jalur untuk menjaga kesehatan adalah dengan meluangkan banyak
waktu di alam terbuka," kata Ryan.
Dalam temuan yang telah dipublikasikan oleh Journal of Environmental
Psychology itu, disebutkan ikatan antara alam dan tubuh manusia membuat
seseorang merasa lebih hidup ketika menghirup udara segar.
orang baru merasakan nikmatnya udara bersih apabila fungsi udara yang
normal mulai terasa menurun kualitasnya.
Tercemarnya udara ada yang diakibatkan oleh aktivitas manusia
(antropogenik), ada pula yang dikarenakan gejala alam. Penebangan
pohon adalah salah satu contoh antropogenik. Yang lain, yang juga
memiliki kontribusi pada pencemaran adalah meningkatnya jumlah
penduduk, karena pasti akan berakibat pada meningkatnya kebutuhan
hidup manusia seperti perumahan, perkantoran, dan pertokoan yang pasti
akan memakan lahan-lahan natural seperti sawah dan ruang-ruang hijau.
Padahal ruang hijau yang di dalamnya terdapat berbagai tanaman keras,
seperti pohon mahoni atau pohon asem, mempunyai fungsi mengurangi
polusi udara, sumber O2, serta mengurangi kebisingan. Tetapi begitulah,
karena kebutuhan manusia, maka mau tidak mau tanaman keras pun
ditebang. Sementara penggantian dengan tanaman hias bukan sebagai
sebuah solusi yang memadai, karena tanaman hias tidak tahan terhadap
polusi udara, selain kurang mampu mengurangi kebisingan.
Pada sisi lain, semakin banyak jumlah kendaraan bermotor dan semakin
tua usia pembuatannya, maka perannya sebagai faktor pencemar juga
semakin tinggi. Selain padatnya jumlah kendaraan bermotor, pencemaran
juga diakibatkan dari fungsi knalpot yang menurun. Misalnya knalpot
dibuka secara berlebihan sehingga menimbulkan kebisingan dan
mengganggu kenyamanan selain membuang emisi yang tinggi.
Sementara selain meredam kebisingan, fungsi knalpot juga mengurangi
emisi CO2. Sistem knalpot yang dibuka secara berlebihan ini biasa kita
saksikan pada kendaraan jenis bajaj bila kita berkunjung ke Jakarta. Bisa
dibayangkan betapa bisingnya Jakarta jika dalam setiap hari 14.600 unit
bajaj beroperasi.
Jika di Jakarta dan Medan pencemaran udara lebih banyak dikarenakan
faktor kendaraan bermotor, maka di Kalimantan dan Sumatera, kebakaran
hutan dan pembakaran sampah memberi kontribusi yang cukup tinggi,
terutama sejak tahun 1997. Selain disebabkan padatnya kendaraan
bermotor dan kebakaran hutan, kegiatan industri dan pembangkit listrik
juga memberi kontribusi pada pencemaran yang semakin hari semakin
meningkat.
Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menghadapi sumbersumber pencemaran yang begitu banyaknya di Indonesia. Di antara upaya
tersebut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mendirikan stasiun
pemantauan pencemaran. Sebanyak 30 stasiun yang sudah dibangun
untuk memantau pengukuran konsentrasi debu, 26 stasiun untuk
memantau keasaman air hujan yang meliputi pengukuran PH, daya hantar
listrik, dan komposisi kimia air hujan.
Sementara di Jakarta didirikan sebuah stasiun pemantau yang lebih
lengkap untuk mendeteksi konsentrasi SO2, NO2, O3, dan aerosol. Ada
satu lagi stasiun di Bukit Kototabang, Sumatera Barat, yang berfungsi
sebagai Global Atmosphere Watch (GAW), pemantau perkembangan
pencemaran untuk tingkat atmosfer bumi secara menyeluruh.
Selain BMG, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) juga melakukan
langkah yang sama. KLH di 10 kota, yakni Jakarta, Bandung, Denpasar,
Medan, Jambi, Palangkaraya, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, dan
Surabaya, membangun pengukuran yang berkesinambungan melalui
jaringan Air Quality Monitoring System (AQMS), sistem pemantauan
kualitas udara.
Dari sistem ini nantinya akan terdeteksi antara lain, unsur debu yang
berukuran 10 mikron atau lebih kecil (PM10), CO, SO2, NO2, dan O3. Data
yang terpantau dari kesepuluh stasiun itu selanjutnya akan diolah menjadi
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Nah, dari ISPU inilah akan
terdeteksi seberapa parah udara kita (telah) tercemar.
Apa sebenarnya yang menjadi problem utama pencemaran udara? PP No
41 tahun 1999 menyebutkan, Setiap usaha dan atau kegiatan yang
mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, merupakan sumber pencemaran. Dari
definisi ini sebenarnya pencemaran lebih banyak dilakukan oleh aktivitas
manusia dibandingkan dengan aktivitas gejala alam. Kelakuan manusia
dalam melakukan pencemaran ini disebabkan faktor minimnya
pengetahuan, kecerobohan, dan ketidaksadaran manusia dalam
menggunakan energi dan arti penting udara yang sehat dan bersih.
Secara klasik, sebenarnya masalah pencemaran udara bisa diatasi dengan
jalan penanaman pohon mahoni dan pohon Asem, atau tanaman
penghijauan lainnya di tepi jalan, boulevard, atau di tengah kota,
disamping juga menciptakan teknologi yang mampu mencegah
pencemaran udara. Namun yang lebih penting adalah bagaimana pihak
pemerintah mengeluarkan dan menyebarluaskan berbagai peraturan dan
kebijakan untuk mengatur, menciptakan dan membangun kondisi yang
dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan strategi pengendalian
pencemaran udara.
Selain itu, peran masyarakat untuk mengatur dirinya sendiri juga sangat
diperlukan. Harapannya, peran aktif pemerintah dan masyarakat pada
akhirnya bisa mengubah perilaku manusia dalam memahami akan arti
penting udara bersih, dengan mempraktikkan penggunaan energi yang
tidak memberi dampak pencemaran udara. Sehingga kelak udara bersih
tak lagi tersisih ke pegunungan dan desa-desa, tetapi juga tetap tersedia
di kota-kota besar. Semoga saja.
DEFINISI UDARA
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi.Komposis campuran gas tersebut tidak selalu konsistan. Komponen yang
konsentrasinya selalu bervariasi adalah air dalam bentuk uap H2O dan karbon dioksida
(CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu.
Tabel 1. Komposisi Udara Kering dan Bersih
Komponen
Nirogen
Formula
N2
Persen volume
78,08
Ppm
780. 800
Oksigen
O2
20,95
209. 500
Argon
Ar
0,934
9. 340
Karbon diokside
CO2
0,0314
314
Neon
Ne
0,00182
18
Helium
He
0,000524
Metana
CH4
0,0002
Kripton
Kr
0,000114
Dari semua penyebab polusi udara yang ada, emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang
pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 85 persen. Hal ini diakibatkan oleh
laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi. Sebagian besar kendaraan
bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang
memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik (misalnya kadar
timbal yang tinggi). Kebakaran hutan dan industri juga turut berperan.
air permukaan, Merusak tanaman, Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah
sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan, serta Bersifat korosif sehingga
merusak material dan bangunan.
Meningkatkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC,
metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer
dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Pemanasan global sendiri akan berakibat
pada; Pencairan es di kutub, Perubahan iklim regional dan global, Perubahan siklus hidup
flora dan fauna.
Kerusakan lapisan ozon. Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km)
merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di
stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju
penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk
lubang-lubang pada lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri
tidak terfilter dan dapat mengakibatkankanker kulit serta penyakit pada tanaman.
Penghijauan
pengganti
dan
reboisasi
atau
penanaman
kembali
pohon-pohon
Referensi:
http://io.ppi-jepang.org/10/09.htm
http://fbifm.com/fbi-news/10-fbi-inside-news/222-siaga-satu-untuk-polusiudara-di-indonesia.html
Gambar: 202.146.5.33/photos/KESEHATAN/asap%20hitam.jpg
Pencemaran Udara
Published On Friday, December 07, 2007
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya
dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara
dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.Pencemar udara dibedakan
menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi
pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida
adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari
pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah
sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini
pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan
hubungannya dengan pemanasan global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer
semakin meningkat.
Kegiatan manusia
Transportasi
Industri
Pembangkit listrik
Sumber alami
Gunung berapi
Rawa-rawa
Kebakaran hutan
Sumber-sumber lain
Transportasi amonia
Kebocoran tangki klor
Jenis-jenis pencemar
Karbon monoksida
Oksida nitrogen
Oksida sulfur
CFC
Hidrokarbon
Ozon
Partikulat
Dampak
Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis
pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas,
sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat
pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan
akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa
zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan
kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada
tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah
di tahun 2015.
Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam.
Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2
dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak
dari hujan asam ini antara lain:
pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Farchan mengakui, kondisi ini disebabkan pesatnya pembangunan fisik akibat pertumbuhan
penduduk. Untuk itu, Pemerintah Kota Semarang telah merancang Peraturan Daerah tentang
RTH yang memuat sistem zonasi yang membatasi pembangunan dan mempertahankan RTH
di perkotaan. "Namun, hingga kini, perda tersebut masih belum disetujui oleh Pemprov
Jateng," ucap Farchan.
Guru Besar Program Studi Magister Hukum Unika Soegijapranata Agnes Widanti
mengatakan, perda mengenai RTH seharusnya segera diberlakukan untuk menghentikan alih
fungsi lahan yang tidak terkendali, seperti penebangan hutan karet untuk menjadi perumahan
di Mijen.
Untuk itu, dia menyayangkan jika Perda RTH tersebut tidak dapat segera diterapkan karena
tertahan oleh Pemprov Jateng. "Hal ini membuktikan ketidakpekaan pemerintah dalam
menangani masalah tata ruang," ucapnya.
Djoko Suwarno dari Lembaga Lingkungan Manusia dan Bangunan (LMB) Unika
Soegijapranata menambahkan, berkurangnya RTH di sebuah kota dapat berdampak pada
meningkatnya pencemaran udara, ketersediaan air tanah menurun, dan suhu meningkat. "Hal
ini juga memengaruhi keamanan dan kenyamanan kota," katanya.
Kepala Bidang Penataan Ruang Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jateng Dharma Gunadi
mengatakan, pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan seharusnya tidak diberikan
izin. Hal ini membutuhkan kesadaran dari para pemegang kebijakan untuk kepentingan anakcucu di masa depan.