Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI KASUS

Asma Pada Kehamilan

Disusun Oleh

Abia Nebula
1102011002

Pembimbing

dr. Muhammad Syarif, Sp. OG

KEPANITERAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD PASAR REBO JAKARTA

BAB 1
PENDAHULUAN

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Dwi Indah Puspita
Umur
: 29 tahun
Tanggal lahir
: 12 Maret 19
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: S1
Nama suami
: Tn. Syahr yani

II.

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis
Keluhan Utama
: Pasien merasa begah dan sulit tidur
Keluhan tambahan
:-

III.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke Poli Kebidanan RSUD Pasar Rebo pada tanggal 6 Juni 2015. OS
mengaku bahwa saat ini sedang hamil anak ke-2 yang berusia 32 minggu. OS
mengeluh rasa begah pada perut dan sulit tidur 2 hari SMRS
Mual, muntah & pusing (-)
Awalnya pada saat melahirkan anak pertama tahun 2012, OS menjalani operasi
sesar atas indikasi Asma.

IV.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Riwayat Asma (+)
Riwayat Sesar 2 tahun lalu a/i asma
Riwayat DM (-)
Riwayat HT (-)
Riwayat alergi obat (-)

V.

RIWAYAT OBSTETRI
Paritas
: G2P1A0 BSC
HPHT
:14-09-2014
HPL
:29-06-2015
Usia Kehamilan: 32 minggu

VI.

RIWAYAT PERSALINAN

NO

Jenis

Usia

Jenis

Kehamilan

Kehamilan

persalinan

1.

Laki-laki

Aterm

SC

Hamil ini

VII.

Penolong

Usia anak

Dokter

2,5 tahun

RIWAYAT MENSTRUASI
Haid pertama : Usia 12 tahun
Siklus haid

: Teratur

Lama haid

: 8-9 hari

VIII. RIWAYAT KONTRASEPSI


Tidak
IX.

STATUS GENERALIS
Keadaan
Umum
Baik

Kesadaran

Tekanan

Frekuensi

Respiratory Suhu

Darah

Nadi
80x/mnt

Rate
20x/mnt

Compos
Mentis

37

110/80
mmHg

X.

PEMERIKSAAN FISIK

1.
2.
3.
4.
5. Thorax
a. Paru-paru

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis +/+ Sklera ikterik -/Leher : Trakea berada ditengah, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Payudara : Dalam batas normal

Inspeksi

: Bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris dalam

keadaan statis dan dinamis


Palpasi : Fremitus taktil dan vocal kanan dan kiri simetris, tidak teraba massa
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi: Vesikuler+/+, rhonki -/-, wheezing -/b.

Jantung:

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat


Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)
6. Abdomen
- Buncit
- Bising usus (+)
7. Genitalia: Tidak tampak adanya kelainan
8. Ekstremitas: Akral Hangat +/+, Edema -/-

XI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan USG

XII.

Diagnosis
G2P1A0 hamil 32 minggu riwayat BSC dengan asma
XIII. Penatalaksanaan
Rencana SC

XIV. Prognosis
Quo ad vitam

: Ad bonam

Quo ad functionam

: Ad bonam

Quo ad sanationam

: Ad bonam

XV.

ANALISA KASUS
Pada kasus ini pasien merupakan seorang wanita berusia 29 tahun dengan
diagnosis G2P1AO hamil 32 minggu dengan riwayat asma dan bekas caesar.
Berdasarkan kepustakaan, sering terdapat gangguan pulmonal yang terjadi pada

kehamilan. Asma umum terjadi pada wanita muda dan sering ditemukan selama
kehamilan.
Pada tahun 2012, pasien melahirkan anak secara caesar atas indikasi asma.
Dari kepustakaan didapat pada penyakit ringan 13 pasien mengalami ekserbasi
asma dan 2,3 persen memerlukan perawatan inap. Wanita dengan penyakit berat
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami ekserbasi asma selama kehamilan.
Dari anamnesis pada pasien dapat diperinci hal berikut; melihat faktor umum
pada pasien termasuk rentang umur yang sering ditemukan pada kehamilan.
Pasien juga mempunyai riwayat caesar pada kehamilan anak pertama atas indikasi
asma. Keputusan rencana untuk caesar dipilih karena ketika penyempitan jalan
nafas memburuk, terjadi peningkatan defek ventilasi-perfusi, dan terjadi
hipoksemia arterial. Pada obstruksi berat, ventilasi menjadi terganggu karena
kelelahan menyebabkan retensi cO2 dini. Akibat hiperventilasi, hal ini awalnya
hanya dapat dilihat sebagai kembalinya PCO2 ke kisaran normal. Dengan
berlanjutnya obstruksi, gagal nafas terjadi akibat kelelahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

PENDAHULUAN
Sejumlah gangguan paru akut

dan kronik terjadi selama kehamilan.

Gangguan tersering adalah asma, yang mengenai hingga 4% wanita. Bersamaan


dengan penumonia, gangguan ini berperan pada hampir 10% perawatan rumah
sakit.

Asma umum terjadi pada wanita muda dan sering ditemukan selama
kehamilan. Prevalensi asma meningkat secara stabil di berbagai negara dimulai
dengan pertengahan 1970. Menurut fabta (2009) dan National center for Health
Statitics (2007) hampir 8% populasi umum mengalami asma. Selain itu, Namazy
dan Scahtz (2005) melaporkan bahwa prevalensi pada wanita hamil terlihat
meningkat.1
II.

PATOFISIOLOGI
Asma merupakan gangguan jalan nafas inflamatori kronik dengan

komponen herediter mayor. Peningkatan responsivitas jalan nafas dan inflamasi


subakut yang persisten dengan gen kromosom 5,11 dan 12 yang meliputi
kumpulan gen sitokin, gen reseptor B-adrenergik dan glukokortikoid, dan gen
reseptor antigen sel-T. Ada stimulan alergik lingkungan yang harus dihindari oleh
individu yang rentan, seperti influenze atau asap rokok. 2
Tanda-tanda khas asma adalah obstruksi jalan nafas yang reversibel akibat
kontraksi otot polos pada bronkus, kongesti vaskular, mukus yan kental, dan
edema mukosa. Terdapat inflamasi jalan nafas dan peningkatan responsivitas
terhadap beberapa stimulan meliputi iritan, infeksi virus, aspirin, udara dingin dan
olahraga. Inflamasi disebabkan oleh respons sel mast, eusinofil, limfosit dan sel
bronkus. Sejumlah mediator inflamasi oleh sel tersebut dan sel lainnya yang
meliputi histamin, leukoprotien, prostlagandin, sitokin dan banyak lainnya. IgE
juga berperan penting dalam patofisiologi. 3

III.

Perjalanan Klinis
Variasi manifestasi asma menimbulkan klasifikasi sederhana yang

mempertimbangkan keparahan serta awitan dan durasi gejala. Dengan obstruksi


bronkus persisten atau memburuk, hipoksia akan rentan terjadi. Hipoksia awalnya

terkompensasi dengan baik oleh hiperventilasi, pO2 arterial normal, pCO2


menurun, dan hasilnya adalah alkalosis respiratorik.4
Ketika penyempitan jalan nafas memburuk, terjadi peningkatan defek
ventilasi-perfusi, dan terjadi hipoksemia arterial. Pada obstruksi berat, ventilasi
menjadi terganggu karena kelelahan menyebabkan retensi cO2 dini. Akibat
hiperventilasi, hal ini awalnya hanya dapat dilihat sebagai kembalinya PCO 2 ke
kisaran normal. Dengan berlanjutnya obstruksi, gagal nafas terjadi akibat
kelelahan.4
Meskipun perubahan ini biasanya reversibel dan dapat ditoleransi dengan
baik oleh individu sehat yang tidak hamil, bahkan stadium awal asma dapat
berbahaya pada wanita hamil dan janinya. Hal ini karena kapasitas residu
fungsional yang lebih kecil dan peningkatan pintas efektif yang menyebabkan
wanita lebih rentan terhadap hipoksia dan hipoksemia.4

IV.

Efek Kehamilan Pada Asma


Pada tinjauannya terhadap 6 studi prospektif pada lebih dari 2.000 wanita

hamil , Gluck melaporkan bahawa sekitar sepertiga masing-masing membaik,


tidak berubah atau sangat memburuk. Pasa sebuah studi oleh Scahtz dkk (2003),
keparahan pada awal berkolerasi dengan morbiditas asma selama kehamilan.
Pada penyakit ringan 13 pasien mengalami ekserbasi dan 2,3 persen memerlukan
perawatan inap. Wanita dengan penyakit berat memiliki kemungkinan lebih besar
mengalami ekserbasi selama kehamilan. 5

Dari tinjauan ilmiah beberapa studi terkini, dikatakan bahwa kecuali bila
terdapat penyakit berat, hasil akhir kehamilan secara umum sangat baik. Pada
beberapa penilitian terdapat sedikit peningkatan insiden pre eklampsi, persalinan
kurang bula, nayi dengan bayi lahir rendah, kematian perinatal. Pada laporan
lainnya, menemukan peningkatan insiden solusio plasenta dan peningkatan
ketuban pecah dini.

Sekitar 20% wanita dengan asma ringan dan sedang

dilaporkan mengalami ekserbasi intrapartum. Risiko ekserbasi 18x lipat pasca


kelahiran caesar dibandingkan pelahiran per vaginam. 1
Komplikasi yang mengancam nyawa dari status asmatikus meliputi
kelelahan otot dengan henti nafas, pneumotoraks, cor pulmonale akut dan aritmia
jantung. Angka mortalitas martenal dan perinatal juga meningkat bermakna bila
ventilasi mekanik dibutuhkan.

Tabel 1. Klasifikasi Keparahan Asma4


Komponen
Gejala

Ringan
>2 hari/minggu, tidak

Sedang
Setiap hari

Berat
Sepanjang hari

>1minggu, tidak

Sering, >7x/minggu

setiap hari
Bangun pada

3-4 x/bulan

malam hari

setiap malam

Agonis-B kerja

>2 hari/mimggu

cepat untuk gejala

Tetapi tidak >1x/hari

Gangguan terhadap

Keterbatasan ringan

Setiap hari

Beberapa kali setiap


hari

Beberapa

Sangat terbatas

aktivitas normal
Fungsi Paru

keterbatasan
Normal

antara

eksterbasi
FEV1

Prediksi >80%

Prediksi 60-80%

Prediksi <60%

FEV1/FVC

Normal

Normal

Penurunan >5%

*FEV= Forced Expiratory Volume


*FVC= Vital Capacity

V.

EFEK PADA JANIN


Dengan kontrol asma yang baik, hasil akhir perinatal biasanya juga baik.

Respons janin terhadap hiposkia maternal adalah penurunan aliran darah


umbilikus, peningkatan resistensi vaskular sistemik dan pulmonal, dan penurunn
keluaran jantung. Insiden gangguan perkembangan janin meningkat dengan
keparahan asma. Kenyataannya bahwa fetus dapat mengalami gangguan serius
akibat keparahan asma yang meningkat menekankan tatalaksana agresif.
Pemantauan respons janin, sebagai efek, merupakan indikator status maternal. 5
Kemungkinan efek samping pada fetus atau efek teatogen obat yang
diberikan untuk mengontrol asma tidak berbahaya.

VI.

Manajemen asma kronik

Panduan manajemen terkini dari Working Group on Asthma and Preganancy


meliputi:6
1. Edukasi pasienmanajemen asma secara umum dan efeknya pada kehamilan
2. Faktor pencetus dan lingkungan

3. Penilaian objektif fungsi paru dan kesejahteraan janin (monitor dengan PEFR
atau FEV)
4. Terapi farmakologis.
Dengan kombinasi dan dosis yang sesuai untuk memberikan kontrol dasar dan
terapi ekserbasi
Secara umum, wanita dengan asma sedang hingga berat harus mengukur dan
mencatat baik FEV maupun PEFR-nya dua kali sehari. FEV idealnya >80% yang
diprediksikan. Untuk PEFR, nilai yang diprediksikan beriksar dari 380 sampai
550 L/menit. Setiap wanita memiliki nilai dasar masing-masing, dan penyesuaian
terapi dapat digunakan dengan menggunakan data ini. 7
Terapi

bergantung

pada

keparahan

penyakit.

Regimen

yang

direkomendasikan untuk tatalaksana pasien rawat jalan adalah

Tabel 2. Tahapan terapi asma kronik selama kehamilan8


Tingkat Keparahan

Tahapan Terapi
Inhalasi B agonis bila perlu

Intermiten Ringan
Inhalasi kortikosteroid dosis rendah
Persisten ringan

Alternatif

cromolyn,

antagonis

interleutrien, atau teofilin


Inhalasi kortkosteroid dosis rendah dan B
Persisten sedang

agonis jenis lama atau inhalasi steroid


Alternatif : inhalasi steroid dosis rendah
Inhalasi kortikosetoid dosis tinggi dan B

Persisten berat

agonis long acting & steroid oral bila perlu


Alternatif : Inhalasi kortikosteroid dosis
tinggi dan theopyline dan steroid oral

VI.STATUS ASMATIKUS DAN GAGAL NAFAS

Asma berat dengan jenis apapun yang tidak memberikan respons setelah
30-6o menit dengan terapi intensif disebut status asmatikus. Kortikostroid dosis
stress diberikan pada setiap wanita yang diberikan terapi steroid sistemik dalam 4
minggu sebelumnya. Dosis umumnya adalah hidrokortison 100 mg yang
diberikan secara intravena setiap 8 jam selama persalinan dan untuk 8 jam setelah
lahiran. PEFR dan FEV1 harus ditentukan pada saat masuk perawatan, dan
pengukuran serial dilakukan saat terjadi pengembangan gejala. 8
Oksitosin atau prostaglandin E1 atau E2 digunakan untuk pematangan
serviks dan induksi. Narkotika pelepasan-non histamin seperti fentanil dapat
dijadikan pilihan untuk membantu persalinan, dan analgesia epidural merupakan
pilihan ideal. Untuk kehamilan dengan pembedahan, analgesia konduksi dapat
dipilih karena intubasi trakea dapat memicu bronkospasme berat. Pendarahan
pasca partum diterapi dengan oksitosin atau prostaglanding E2.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, Levano, Obstetri Williams. Vol 2. Jakarta: EGC;2013. Chapter 46,


Gangguan pulmonal; p1050-1051
2. Gooskens J, Jonges M, Claas ed, et al : Maternal morbidity and perinatal outcomes
among pregnant women with respiratory hospitilazations during influenza season. Am
J Obstet Gynecol 2010;p175
3. Strunk RC, Bloomberg GR:Omalizumab for asthma. N engl J Med 354
(24);2009.p2689-2892
4. National Institutes of health National Hearth, Lung and Blood institut, National
Asthma Education Program. 2010. http//www.nhlbi.nih.gov/about/naepp/. Retrieved
august 30.2010
5. Blais L, Beauchnse MF, Malo RE et al: Use of inhaled corticosteroids during the first
trimester of pregnancy and the risk of congenital malformations among woman with
asma. Thorax 62 (4). 2011. P579-581
6. National Institues of Health, National Asthma Education and Prevention Program.
Working group report on managing asthma during pregnancy. Recommendations for
pharmacologic

treatment

update

2010.

Available

at:

http//www.nhlbi.nih.gov/health/prof/lung/asthma/astpreg_full.pdf Accesed June 30,


2010.
7. Donbrowski MP, Schatz M, Wise R, et al. Asthma during pregnancy. Obstet Gynecol
2011. 103:p5-7
8. Wallen B: The safety of asthma medicatons during pregnancy. Expert Opin Drug Saf
2013. p6:15

Anda mungkin juga menyukai