DENGAN TBC
Dosen Pengampu : Walin, SST, M Kes
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pramita Nindi A.
Ranis Komala
Restu Pamuji
Rosmayanti Dewi
Syafira Fadillah B.
Wuri Handayani
Yeni Rizqillah M.
P17420212115
P17420212116
P17420212117
P17420212118
P17420212119
P17420212120
P17420212121
II C
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pemilik segala puji dan penolong
hamba-hamba-Nya. Berkat rahmat dan karunia-Nya yang tidak pernah terputus sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Asuhan keperawatan pada annak
dengan TBC tepat pada waktunya dan tanpa halangan yang berarti.
Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc. selaku direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
2. Ibu Munjiati, S.Kep, Ns, MH. Selaku Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto.
3. Ibu Walin, SST, M.Kes. selaku Sekretaris Prodi Keperawatan Purwokerto.
4. Ibu Hartati, S.Kep, Ns, MM. selaku Ketua Bidang Kemahasiswaan Prodi
Keperawatan Purwokerto.
5.
Ibu Walin, SSiT, M Kes. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Keperawatan
Anak.
6. Bapak, Ibu, serta keluarga tercinta yang selalu mendoakan, dan memberikan
dukungan secara moral, material dan spiritual.
7. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bekerja sama dalam pembuatan
makalah ini.
8. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembentukan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
kepada para pembaca. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan makalah ini.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu.
Purwokerto,
Januari 2014
Penulis
A. PENGERTIAN
Proses metabolisme merupakan karakteristik seluruh sel hidup di dalam tubuh. Proses
ini memerlukan suplai O2 yang konstan bagi setiap selnya dan sekaligus mampu membuang
produk metaboliknya : misalnya CO2 istilah respirasi tidak hanya di tujukan pada bernapas
tetapi juga pada pertukaran gas antara atmosfer darah dan sel tubuh.
Secara umum fungsi saluran pernapasan adalah sebagai berikut :
a. Pertukaran gas dalam proses respirasi seluler
2) Area respirasi yaitu pada alveolus yang merupakan unit fungsional dimana pada area
ini terjadi pertukaran gas.
Paru-paru di dalam rongga thorax yang dipisahkan oleh jantung, setiap paru
dilapis oleh suatu membran serous yang disebut dengan pleura viceral sementara
dinding thorax dilapisi oleh pleura parietale diantara kedua lapisan tersebut terdapat
rongga yang berisi cairan surfaktan yang berfungsi untuk mencegah gesekan kedua
lapisan pleura saat proses respirasi.
Adanya mycobacterium tuberkulosa ini akan membuat suatu lesi tuberkel yang
melekat pada paru maupun pleuranya ukuran lesi ini bisa bermacam-macam ada yang
sampai 1-2 cm dan sangat khas, biasanya menyerang bagian apeks paru dan biasanya
dapat menyebar ke daerah lobus tengah ataupun bawah tergantung dari keadaan
penderitanya.
C. ETIOLOGI
1. Penyebab
Penyebab dari tuberkulosis adalah mikobakterium tuberkulosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron.
Spesies lain kuman ini yang dapat memberikan infeksi pada manusia adalah
Mikobakterium boviss, Mikobakterium kansal, Mikobakterium intracellulare,
sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap enzim dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat bertahan hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan
dingin. Hal ini terjadi karena kuman dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini
kuman bangkit kembali dan menjadi tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman
hidup sebagai parasit intrasellulare yakni dalam sitoplasma makrofag yang semula
memfagositosis malah kemudian disenanginya karena banyak mengandumg lipid.
Sifat kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian yang lain. Sehingga sebagian
apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
2. Faktor Predisposisi
Menurut Timby faktor predisposisi tuberkulosis adalah :
pada jalan napas atau paru-paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersinkan oleh
makrofag keluar dari cabang trakhea bronkhial beserta gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap dijaringan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Kuman yang bersarang dijaringan paru-paru akan membentuk
sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer. Sarang primer ini dapat
terjadi dibagian mana saja dari paru-paru. Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis regional). Sarang, limfangitis lokal
limfadenitis regional akan membentuk kompleks primer.
Droplet nuklei
PATHWAY
Limfangitis lokal regional
limfangitis
Kompleks primer
Perkontinuitatum
Komplikasi menyebar
Bronkogen
Limfogen
Hematogen
1. TB Primer
Komplek Primer
Komplikasi paru dan alat lain (sistemik)
2. TB Post Primer
Re infeksi endogen (karena daya tahan tubuh turun, kuman yang indolen aktif
kembali)
Re infeksi eksogen
Komplek Primer :
Di paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah radang yang
disebut afek/fokus primer dari Gohn. Basil akan menjalar melalui saluran limfe dan
terjadi limfangitis dan akan terjadi limfadenitis regional. Pada lobus atas paru akan
terjadi pada kelenjar limfe pada trakheal, sedangkan pada lobus bawah akan terjadi
pada kelenjar limfe hiler.
Komplikasi Paru dan alat lain
Dapat terjadi penyebaran secara limfogen hematogen akan terjadi TB milier,
meningitis TB, bronkogenik, pleuritis, peritonitis, perikarditis, TB tulang dan sendi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
0 5 mm
negative
5 9 mm
meragukan
10 - 10 mm
positif
Pernah TBc
Anak KEP atau TBc berat, morbili, varicella, pertusis, difteri, tifoid, obat
kortikosteroid, vaksin polio.
2. Pemeriksaan radiografik
Gambaran TBC milier berupa bercak-bercak halus tersebar merata pada seluruh
lapangan paru. Gambaran radiology lain yang sering menyertai TBC paru adalah
penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio
lusen dipinggir paru atau pleura).
3. Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis dapat
dipastikan. Kriteria sputum BTA positip adalah sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman BTA pada satu sediaan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a.
positif jika indurasi lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5
mm pada anak dengan gizi buruk.
b. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa
kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc.
c.
Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA di dapatkan (+) pada anak, dilakukan dari bilasan lambung
karena sulitnya menggunakan hasil dahak. Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR
(Polymerase Chain Reaction), Bactec, ELISA, PAP dan Mycodots masih belum
banyak dipakai dalam klinis praktis.
5. Pemeriksaan Radiologis
Toraks photo didapatkan antara lain :
I.PENATALAKSANAAN
a.
Farmakologi / Medis
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari per oral,
diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif
ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-20/kgBB/hari per oral,
lama pemberian 18-24 bulan
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35
mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
b.
J.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberkulosis paru adalah :
1.
2.
Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-mula
keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau limfonodi.
3.
Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari
limponodi subkranial.
4.
Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi primer yang
tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis tuberkulosa dapat terjadi beberapa
tahun setelah infeksi primer, bila robekan satu atau lebih tuberkel subependimal
menegeluarkan basil tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
5.
Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis cenderung
menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis tuberculosa berkembang menjadi
penyakit Pott, dimana penghancuran corpus vertebra menyebabkan gibbus dan
kifosis.
K. PENCEGAHAN
CARA PENULARAN
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh
yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Perbedaan TB pada anak dengan TB dewasa
1. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah
apeks dan infra klavikuler.
2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa
pembesaran kelenjar limfe regional.
3. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis.
4. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang.
Pengkajian
fokus pengkajian wawancara kepada keluarga meliputi :
a.
b.
c.
Pernapasan
Batuk produktif atau non produktif, napas pendek, riwayat tuberkulosis atau
terpajan pada individu terinfeksi.
d.
2.
Pemeriksaan fisik
Menurut Tucker, Canabbio, Paquette, pemeriksaan fisik pada pasien dengan
tuberkulosis :
a.
b.
c.
Nodus limfa membengkak dan nyeri dada, demam rendah atau sakit panas akut.
d.
Krakles diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek, bunyi napas
tidak normal (ronkhi, mengi), pengembangan pernapasan tidak simetris, perkusi
pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau perubahan pleural).
e.
3.
Pemeriksaan penunjang
Menurut Soeparman dan Waspadji, pemeriksaan penunjang pada tuberkulosis adalah :
a.
Darah
Pada tuberkulosis akan didapatkan leukosit yang sedikit meninggi dengan
diferensiasi kekiri, jumlah limfosit masih dibawah normal, laju endap darah mulai
meninggi.
b.
Sputum
Pada pemeriksaan sputum BTA positif bila ditemukan minimal 3 batang kuman
BTA pada satu sediaan, atau 5000 kuman dalam ml sputum.
c.
Foto thorak
Gambaran foto thorak yang menunjang diagnosa tuberkulosis adalah :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah.
2) Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular).
3) Adanya kavitas.
4) Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
5) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
6) Bayangan milier.
d.
Tes tuberkulin
Biasanya dipakai Manthoux yaitu dengan menyuntikan 0,1 cc tuberkulin Purified
Protein Derivate (PPD) interkutan berkekuatan 5 Intermediate Strength (TU).
Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikan akan timbul reaksi berupa indurasi
kemerahan yang terdiri atas infiltrat limfosit yaitu persenyawaan antara reaksi
antibodi seluler dan antigen tuberkulin. Pada bayi atau anak hasilnya dengan
diameter 2 mm atau lebih besar. Hasil tes manthoux dibagi dalam :
1)
2)
Indurasi 6-9 mm
Manthoux positif = golongan normal sensitifitas, peranan antibodi humoral
masih menonjol.
3)
Indurasi 10-15 mm
Manthoux positif = golongan normal sensitifitas, peranan kedua antibodi
seimbang.
4)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Bersihan
jalan
nafas
tidak
efektif
3.
4.
C. INTERVENSI
No
1.
Diagnosa
NOC (Tujuan dan Indikator)
Bersihan jalan nafas NOC : Respiratory status : Airway NIC
NIC (Intervensi)
: Airway Management
tidak
efektif Patency
berhubungan
spasme bronkus.
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi
R : Melonggarkan saluran
pernafasan
b. Identifikasi
pemasangan
pasien
alat
perlunya
jalan
nafas
buatan
R : Membantu pernafasan pasien
c. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu.
R : Membantu mengeluarkan
sekret
d. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
R : Membantu mengeluarkan
Indicator skala:
1.
2.
3.
4.
5.
2
Gangguan pertukaran
gas berhubungan
dengan spasme
bronkus
sekret
e. Monitor status respirasi dan O2.
R : Mengetahui status pernafasan
pasien
memaksimalkan ventilasi
R : Melonggarkan saluran
perlu
R : Membantu mengeluarkan
3)
sekret
- Tidak terdapat kelemahan (skala 4)
c. Keluarkan secret dengan batuk
- Sianosis tidak ada (skala 4)
atau suction
- Saturasi oksigen dalam batas normal
R : Membantu mengeluarkan
(skala 4)
sekret
- TTV dalam rentang normal (skala 4)
d. Auskultasi suara napas, catat
Indicator skala:
1.
2.
3.
4.
5.
bila
perlu
R : Membantu mengembangkan
jalan nafas
f. Atur intake
untuk
cairan
mengoptimalan keseimbangan
R : Menyeimbangkan cairan
tubuh
g. Monitor respirasi dan status O2
R
:
Mengetahui
status
pernafasan pasien
Ketidakseimbangan
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia
NIC
: Manajemen Nutrisi
diprogramkan.
R : Menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh.
b. Catat intake dan output
R : mengukur kecukupan nutrisi
dalam tubuh
c. Anjurkan makan dalam porsi
kecil tapi sering
R : Mengurangi kerja lambung
d. Anjurkan untuk menghindari
makanan yang berlemak
R : menghindari rangsang yang
berlebihan
e. Kolaborasi pemberian obat anti
emetik
yang
diprogramkan
Resiko infeksi
berhubungan dengan
menurun
baru.
R :menghindari infeksi pada
pasien
Tidak terjadi infeksi (skala 4)
2. Gunakan teknik aseptik pada
Kebutuhan nutrisi terpenuhi (skala 4)
Tidak tampak tanda infeksi(skala 4)
setiap tindakan invasif.
Menunjukkan perilaku hidup sehat
R :menghindari penularan
(skala 4)
Indicator skala:
1.
2.
3.
4.
5.
nosokomial.
3. Cuci tangan sebelum
meberikan tindakan.
R : menghilangkan organisme
yang merusak rantai transmisi
infeksi
4. Anjurkan pasien metode
pencegah terpapar terhadap
lingkungan yang patogen.
R :memutuskan transmisi
penyebaran virus
5. Kumpulkan spesimen untuk tes
lab sesuai order.
R :mengecek nilai normal dari
spesimen yang diamil
6. Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order
R :mencegah infeksi pada
pasien.
D. EVALUASI
1.
2.
3.
4.
E. KESIMPULAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh mikobakterium
tuberkulosis yaitu sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan
tebal 0,3-0,6 mikron. Biasanya ditandai dengan demam, tidak ada nafsu makan (anoreksia),
penurunan berat badan, nyeri dada (jika infiltrasi sudah ke pleura), sesak napas, jika infiltrasi
sudah setengah bagian paru. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa, yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi yaitu penyakit paru primer pogresif, efusi pleura,
perikarditis, meningitis, tuberkulosis tulang.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit buku
Kedokteran EGC.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Penyakit Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif., et all.2005. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta :
Media Acculapius.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA Definisi dan klasifikasi 20052006. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson, Judith, et all. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9. Jakarta : EGC.