Anda di halaman 1dari 14

Laporan kasus

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN


SEMENTARA

Oleh :
Tirzha Paparang
130 141 01 116

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2014

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Humiyang
Umur
: 41 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir
: Sangihe, 24 Agustus 1972
Status perkawinan
: Kawin
Pendidikan terakhir
: SD
Pekerjaan
: Petani
Suku / Bangsa
: Sangihe / Indonesia
Agama
: Kristen Protestan
Alamat sekarang
: Tanah Putih, Likupang
Tanggal MRS
: 26 Juni 2014
Cara MRS
: Pasien diantar oleh keluarga
Tanggal pemeriksaan
: 27 Juni 2014
Tempat pemeriksaan
: IGD Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD jiwa RS Prof DR. V.L. Ratumbuysang pada tanggal

26 Juni 2014 dengan keluhan Bicara kacau.


II.

RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh dari :
Alloanamnesis dengan istri pasien yaitu Ny Deitje 39 tahun
Rekam medik
A. Keluhan utama :
Pasien Berbicara Kacau
B. Riwayat gangguan sekarang
Keluarga mengatakan bahwa pasien bicara kacau sejak dua hari yang lalu.
Awalnya, 2 hari yang lalu pasien sedang makan siang bersama keluarganya rumah,
tiba-tiba pasien terdiam dan murung, ketika ditanya pasien sudah mulai berbicara
tidak nyambung. merasa lemah kemudian tiba-tiba urat di kepala terasa seperti
bergerak dan nyeri. Kemudian keluarga berniat membawanya ke RS Prof. Dr.V. L.
Ratumbuysang untuk diperiksa. Keluarga mengalami kesulitan saat akan membawa
pasien ke Rumah Sakit, karena pasien menolak untuk diajak pergi dan marah-marah
dengan alasan yang tidak jelas. Keluarga mengatakan pasien juga mengalami
halusinasi visual, karena pasien sering melihat seseorang atau sesuatu yang tidak
dilihat oleh keluarganya. Beberapa bulan yang lalu pasien pernah mengalami masalah
dengan teman-temannya dengan suku yang sama, tetapi menurut keluarga masalah
tersebut telah selesai.Pasien sering menyebutkan 2 nama orang temannya secara tibatiba
Riwayat gangguan sebelumnya.
2

1. Riwayat gangguan psikiatri


Pasien tidak pernah konsultasi ke bagian Psikiatri sebelumnya.
2. Riwayat gangguan medis umum
Pasien mengalami Asam urat sejak 6 bulan yang lalu yang membuat pasien tidak
dapat bekerja selama 1 bulan. Satu minggu yang lalu, kepala pasien pernah
terbentur. Pasien baru pertama kali dirawat di RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
pada tahun ini.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak menggunakan obat-obatan lainnya selain dari obat yang diberikan
untukasam urat. Pasien merokok dan minum alcohol sampai saat ini.
III.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Prenatal dan Antenatal
Pasien merupakan anak ke tujuh dari tujuh bersaudara. Keadaan kelahiran
pasien, pasien lahir normal dibantu oleh bidan dengan berat badan tidak diketahui,
tidak kuning, tidak biru dan tidak ditemukan kelainan dan cacat bawaan.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 Tahun)
Tumbuh kembang pasien sama dengan anak lainnya. Pada usia

1 tahun pasien

mulai belajar bebicara dan belajar berjalan sendiri. Saat kecil pasien memiliki
kepribadian yang ramah dan senang bermain. Pasien mendapat ASI hingga umur 2
tahun dan tidak terdapat masalah dalam makan. Pasien diasuh oleh kedua orang tua
dan kakak.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 Tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Pasien pertama masuk
SD umur 6 tahun sampai tamat dan tidak pernah tinggal kelas. Pasien bersekolah di
SD Tanah putih. Pada awal masuk SD ketika diantar oleh ibunya pasien tenang dan
tidak menangis.
Di sekolah pasien adalah pribadi yang mudah bergaul dengan teman-teman
sebayanya. Mereka pergi ke sekolah bersama-sama dengan jalan kaki karena sekolah
mereka jaraknya cukup dekat dengan rumah. Sepulang sekolah pasien sering bermain
bersama teman-temannya.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP setelah lulus SD
dikarenakan masalah biaya. Pasien merupakan pribadi yang pandai bergaul dengan
teman-temannya.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan

Pasien menamatkan sekolah sampai SD. Pasien tidak melanjutkan ke jenjang


berikutnya karena masalah ekonomi.
b. Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Kristen Protestan dan cukup sering mengikuti ibadah dan
c.

kegiatan yang dilaksanakan oleh gereja.


Riwayat Psikoseksual
Pasien sudah mempunyai pasangan hidup dan memiliki dua orang anak,
yang pertama merupakan anak angkat berjenis kelamin laki-laki berumur 17
tahun dan yng kedua merupakan anak kandung berjenis kelamin laki-laki
berumur 16 tahun. Hubungan keluarga pasien terjalin harmonis dan penuh kasih

baik suami-istri dan anak.


d. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dan usia pernikahan sudah berjalan selama 17 tahun.
Pasien menikah atas pilihan sendiri. Hubungan dengan istri baik-baik saja.
e. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja di kebun kelapa sebagai petani.
f. Aktivitas Sosial
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan istri dan anak. Pasien
merupakan seorang yang mudah bergaul dan terbuka tentang msalah yang
dihadapinya. Orang-orang di sekitar pasien memperlakukan pasien dengan baik.
Pasien juga sering berkumpul dengan tetangga-tetangganya untuk bercerita setiap
sore.
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat pelanggaran hukum.
h. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal di rumah sendiri. Bentuk rumah papan sederhana. Terdiri dari
2 kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, dan WC. Perabotan rumah
seadanya, televisi, meja, lemari, kursi. Sirkulasi udara baik karena pasien sering
membuka jendela.
i. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara. Pasien memiliki tiga orang
saudara laki-laki dan tiga orang saudara perempuan. Dari masa kecil sampai
dewasa, pasien merupakan anak kesayangan dari kedua orangtuanya karena
pasien merupakan anak yang paling bungsu. Hubungan antar keluarga baik. Sifat
ayah pasien tidak pendiam tapi cukup aktif, sedangkan ibu pasien lebih aktif dari
ayahnya. Pasien merupakan golongan ekonomi menengah kebawah. Hubungan
keluarga antara ayah ibu serta kakak beradik baik. Saat pasien mengalami
bicara kacau, pasien masih bisa mengenali anggota keluarganya, hanya kalau
diajak bicara tidak nyambung.
4

j. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Menurut keluarga pasien sadara bahwa dia sedang mengalami gangguan
jiwa. Tetapi, persepsi yang sebenarnya tidak bisa dipastikan karena pasien
berbicara kacaua dan tidak nyambung saat diajak bicara.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

17 tahun

16 tahun

(anak angkat)
Keterangan :
Laki-laki

Perempuan :
Penderita
IV.

PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS


A. Deskripsi umum
1) Penampilan
Seorang laki-laki, penampilan sesuai dengan usia (usia 40-an), kulit sawo matang,
penampilan kurang rapi menggunakan kaos dan celana jins panjang, dan rambut
pendek dan tidak disisir rapi. Ekspresi wajah normal.
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien berbaring dengan tidak tenang,sehingga perlu diikat.
Pasien tidak dapat merespon saat diucapkan salam, pasien tidak dapat menjawab
pertanyaan mengenai identitas dirinya dan pasien juga tidak dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan lainnya. Kontak mata pasien tidak fokus dan perhatian


pasien mudah terpengaruh oleh sekitar.
3) Sikap terhadap pemeriksa
Pasien tidak kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan.
B. Mood dan Afek
1) Mood
: hipertimia
2) Afek
: Labil
3) Kesesuaian : Sesuai afek
C. Karakteristik bicara
Kualitas

: Artikulasi jelas, volume keras dan intonasi tidak jelas. Pasien


merespon saat dipanggil namanya.

Kuantitas
: Menjawab tidak sesuai pertanyaan.
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa.
D. Gangguan persepsi
Halusinasi visual
E. Pikiran
1) Arus pikiran : inkoheren, menjawab tidak sesuai pertanyaan.
2) Isi pikir : Kemiskinan isi pikir
F. Kesadaran dan fungsi kognitif
1) Tingkat kesadaran : compos mentis
Orientasi
- Orientasi waktu
: Baik. Pasien dapat membedakan siang dan malam
- Orientasi tempat
: Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS
- Orientasi orang
:Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang disekitarnya
Daya konsentrasi
: Distraktibilitas
Perhatian
: Pada saat wawancara pasien tidak mampu
memusatkan perhatian dan mudah teralih.
2) Daya ingat :
- Jangka panjang :Tidak terganggu. Pasien dapat menyebutkan nama anggota
-

keluarganya.
Jangka pendek :Tidak dievaluasi. Pada saat pemeriksaan pasien tidak

kooperatif.
:Tidak dievaluasi. Pada saat pemeriksaan pasien tidak

Segera

kooperatif.
3) Kemampuan baca dan tulis
Tidak dievaluasi karena pasien tidak kooperatif..
4) Daya nilai
Daya nilai sosial : Terganggu
Uji daya nilai
: Terganggu
Penilaian realitas : Terganggu
5) Kemampuan menolong diri sendiri
Terganggu. Makan dan minum pasien berkurang dan juga tidak terawat
kebersihannya.

6) Tilikan
Derajat III (menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya)
Pasien inkoheren dalam diajak berbicara, tetapi menurut keluarga, pasien sadar
bahwa dia memiliki gangguan kejiwaan.
7) Taraf dapat dipercaya
Wawancara terhadap keluarga dapat dipercaya. Saat mewawancara pasien,
terkdang pasien masi menjawab pertanyaa hanya dengan satu kata, kemudian
berbicara kacaul kembali, sehingga beberapa hal masih perlu konfirmasi dengan
keluarga pasien.
V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status internus
Keadaan umum

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda vital

: T : 110/80 mmHg, N :82 /m, R : 22x/m, S : 36,5C

Kepala

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-

Thoraks

: Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen

: Datar, lemas, peristaltik (+) normal, Hepar/Lien : Tidak teraba

Ekstremitas

: Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat

B. Status Neurologikus
GCS

: E4M6V5

TRM

: Tidak ada

Mata

: Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+

Pemeriksaan Nervus Kranialis :


a. Nervus Olfaktorius (N.I) : tidak dilakukan evaluasi
b. Nervus Optikus (N.II) : tidak dilakukan evaluasi
c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens
(N.VI) : selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki
gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan
ke kanan). Selain itu, bola mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan
atas-bawah
d. Nervus Trigeminus (N.V) : selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien
simetris.
e. Nervus Facialis (N.VII) : selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien
simetris
7

f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII) :Pasien memalingkan wajah ke arah sumber


suara. Dari sini disimpulkan bahwa N. VIII pasien tidak terganggu
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX) : tidak dilakukan evaluasi
h. Nervus Vagus (N.X) : tidak dilakukan evaluasi
i. Nervus Aksesorius (N.XI) : selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien
dapat menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa
fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal
j. Nervus Hipoglosus (N.XII) : tidak dilakukan evaluasi
Sindrom Ekstrapiramidal: tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal
C. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin : Diperiksa di laboratorium Prokita pada tanggal 26 Juni 2014 dengan
hasil sebagai berikut :
Na 139 mmol/L, K 3.3 mmol/L, Cl 90 mmol/L, SGOT 26 U/L, SGPT 37 U/L, Ureum
71.3 mg/dl, Kreatinin 2.59 mg/dl, Asam urat 10.2

mg/dl,Hb 11,2 g/dl, Leukosit 8.7

103/mm3, Trombosit 375000/mm3.


CT scan : belum dilakukan
VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis (secara alloanamnesis dan beberapa data diperoleh dari rekam

medik) didapatkan pasien laki-laki berumur 41 tahun, pendidikan terakhir SD, telah menikah
dan memiliki 2 orang anak dimana anak pertamanya merupakan anak angkat. Pasien bekerja
sebagai petani kelapa, agama Kristen Protestan, alamat tempat tinggal di Tanah putih,
Likupang. Keluhan saat ini berbicara kacau sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sebelumnya.Pasien tidak pernah konsultasi ke bagian Psikiatri
sebelumnya.Pasien mengalami Asam urat sejak 6 bulan yang lalu yang membuat pasien tidak
dapat bekerja selama 1 bulan. Satu minggu yang lalu, kepala pasien pernah terbentur. Pasien
baru pertama kali dirawat di RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pada tahun ini.Pasien tidak
menggunakan obat-obatan lainnya selain dari obat yang diberikan untukasam urat. Pasien
merokok dan minum alcohol sampai saat ini.
Hubungan pasien dengan keluarga sangat baik Pasien adalah anak ketujuh dari tujuh
bersaudara. Dari masa kecil sampai dewasa, pasien merupakan anak kesayangan dari kedua
orangtuanya karena pasien merupakan anak yang paling bungsu. Saat pasien mengalami
bicara kacau, pasien masih bisa mengenali anggota keluarganya, hanya kalau diajak bicara
tidak nyambung.
8

Pada pemeriksaan status mental pasien berpenampilan sesuai dengan usianya,


berpakaian sesuai. Selama wawancara pasien sedang berbaring dan bersikap tidak kooperatif
dalam menjawab setiap pertanyaan, artikulasi jelas, volume keras dan intonasi tidak jelas,
serta dapat melakukan kontak mata dengan pemeriksa walaupun hanya sesaat.
Pada wawancara didapatkan suasana mood hipertimia dan afek labil dan serasi serta
sesuai afek terdapat gangguan bicara. Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi visual.
Arus pikiran inkoheren dan menjawab tidak sesuai pertanyaan. Ditemukan adanya
kemiskinan

isi pikir, dimana penderita tidak menjawab sesuai pertanyaan dan sering

berbicara sendiri tanpa tujuan yang jelas. Kesadaran kompos mentis dan terdapat gangguan
kognitif. Penilaian realitas terganggu. Tingkat tilikan derajat III yakni menyalahkan faktor
lain sebagai penyebab penyakitnya. Pasien inkoheren dalam diajak berbicara, tetapi menurut
keluarga, pasien sadar bahwa dia memiliki gangguan kejiwaan.

VII.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Gangguan Psikotik Akut dan sementara (F 23)
Aksis II : Tidak ada diagnosis (Z 03.2)
Aksis III : Chronic Kidney disease dan Hiperurisemia
Aksis IV : Masalah pekerjaan.
Aksis V : GAF Scale Current 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungisi

VIII.

PROBLEM
A. Organobiologi
B. Psikologi
C. Lingkungan dan sosial ekonomi

: Hiperurisemia
: bicara kacau, halusinasi visual, tilikan derajat III
: dari segi ekonomi keluarga pasien memiliki

pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak ada kesulitan
dalam interaksi di lingkungan dan sosial.
IX.
PERENCANAAN TERAPI
A. Psikofarmaka
Haloperidol 5 mg 2x1 tablet/hari.
Merlopam 2 mg 2x2 tablet/hari.
Lodomer 1 gr IMM
Valdimex 1 gr Im
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial
Terhadap pasien :
1) Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul,
serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.

2) Memberikan dukungan kepada pasien untuk meningkatkan rasa percaya diri,


perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
3) Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak

kendur.
Terhadap keluarga
1) Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga.
2) Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya peran
keluarga pada perjalanan penyakit.
3) Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap pasien
dan mengawasi pasien dalam minum obat
4) Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga
mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa memberikan
dukungan selama masa pengobatan.

X.

XI.

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam

: dubia
: dubia
: dubia

EDUKASI
Edukasi kepada keluarga pasien agar mengawasi pasien sehingga pasien mengonsumsi
obatnya dengan teratur. Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Memberikan pengertian kepada keluarga akan
pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit.
XI.

DISKUSI
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Berdasakan anamnesis pada

penderita ditemukan adanya gangguan psikologis yang secara klinis bermakna. Penderita
menunjukkkan suatu gejala yang memperlihatkan gangguan psikotik yaitu bicara kacau,
halusinasi visual. Berdasarkan PPDGJ-III, pedoman diagnostik untuk Gangguan Psikotik
Akut dan sementara, Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas
yang diberikan dengan ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang
dipakai ialah: (a) onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka watu gejalagejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan
pekerjaan sehari-hari tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas)

10

sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok. (b) adanya sindrom yang kas. (c)
adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada). (d) tanpa diketahui berapa lama
gangguan akan berlangsung. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi
kriteria episode manik atau episode depresif walaupun perubhana emosional dan gejala-gejala
afektif individual dapat menonjol dari waktu ke watu. Tidak ada penyebab organik seperti
trauma kapitis, delirium atau demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan
alkohol atau obat-obatan. Sesuai dengan

PPDGJ III pasien ini dikategorikan dengan

Gangguan Psikotik akut dan sementara Waham (F 23)


Pada pasien ini diberikan Haloperidol 5 mg 2x1 tablet/hari, Merlopan 2 mg 2x2
tablet/hari,Lodomer 1 gr IMM,valdimex 1 gr Im. Haloperidol, dapat digunakan sebagai anti
psikosis dan anti mania. Lodomer juga termasuk dalam golongan haloperidol .Dalam kasus
ini Haloperidol diberikan sebagai anti psikosis untuk mengatasi gejala positif dan negatif
yang ada pada pasien. Selain itu, Haloperidol juga memiliki efek sedatif sehingga dapat
mangatasi gangguan tidur pada pasien. Haloperidol dapat menimbulkan efek samping berupa
gejala ekstrapiramidal (tremor, bradikinesia, rigiditas), Merlopan dan valdimex merupakan
obat golongan benzodiazepin yang merupakan obat anti-anxietas yang bereaksi dengan
reseptornya (benzodiazepine receptor) akan mengreinforce the inhibitory action of GABAergic neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda. Pasien diberikan obat merlopan
karena hasil laboratorium pasien menunjukkan hiperurisemia, sehingga yang aling aman
untuk pasien-pasien dengan kelaianan fungsi hati atau ginjal. Obat ini memiliki efeksamping
sedasi dan juga relaksasi otat.
Pada pasien ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal ini diberikan
melalui edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek
samping yang dapat muncul, dan pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi dimana diberikan
pengertian bahwa peran keluarga dekat sangat penting dalam memotivasi agar pasien tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur.
Prognosis penderita ini yaitu dubia, karena gejala yang timbul masih dalam fase akut
dan pasien segera memeriksakan diri ke dokter sehingga segera diterapi.

REFERENSI
1.

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
11

2.

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. 2003. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatri. 9th
ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins.

3.

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder (5th ed). Washington, DC.

4.

Sylvia D. Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Fakultas Kedokteran Indonesia Universitas


Indonesia. Buku Ajar Psikiatri

5.

Dr. Rusdi Maslim, SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Atma Jaya. Jakarta. 2007

WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di IGD Jiwa RS. Prof. dr . V. L. Ratumbuysang pada tanggal 26
Juni 2014.
Keterangan :
A : Pemeriksa
B : Pasien
C : Istri Pasien
A : Selamat siang bapak
B: bapak diam
A : Bapak nama siapa?
B : Eh Fani, napa tu mose (tidak nyambung)
A : Selamat siang ibu (istri pasien)
C : Siang dokter
A : Ibu istri dari bapak?
C : iya dokter..
12

A : Nama ibu siapa?


C : Dengan ibu Deitje
A : Ibu Deitje permisi ne mo bacrita sadiki
B : Boleh noh dok,
A : Nama bapak siapa ya?
B : Bapak Humiyang
A : Umur berapa Bapak sekarang
B : 41 tahun dokter
A : Bapak lulusan apa? Kong ada kerja apa?
B : Lulusan SD dokter. Kerja tani kebun kelapa
A : Bapak agama apa?
B : Kristen protestan dok..
A : Saat ini bapak tinggal dimana? Deng siapa?
B : Tanah putih putih, Likupang dokter. Rumah sendiri, tinggal sama saya dan 2 anak lakilaki. Mar tu yang tua kw anak angkat.
A : So dari kapan bapak bacerita kacau begini?
B : so dari dua hari lalu dok.
A : Bapak kage bacerita begitu atau dp pertama bagaimana dang?
B : Ada sementara makan sinag kw torang,kong tiba-tiba bapak maruku kong so badiam deng
murung-murung serta tanya kiapa? dia cumabilang adoh,kasiang kong abis itu so
mulai ja bacerita kacau, nda nyambung kalau ditanya.
A : Bapak berapa basudara dang?
B : Bapak ada tujuh bersaudara kong bapak itu no yang bungsu, makanya dp papa deng
mama sayang sekali pa dy.
A : Hubungan bapak deng saudara-saudarnya bagaimana dang?
B : Baik sekali, dorang nd ada masalah.
A : Bapak dang dengan tetangga-tetangga atau teman-teman dang bagaimana?
B : Oh, bapak baik sekali deng dorang. Hanya lalu ada sempat masalah deng depe temanteman satu suku, mar kita tau so nda ada masalah no sekrang. Mar tau jo kang laki-laki.
Kong bapak suka tiba-tiba sebut dp temang dua pe nama.
A : Bapak pe kepala pernah tatoki?
B : oh bapak waktu kerja ada jatuh kong tatoki di tanah.
A : hari-hari bapak bagaimana dang? Suka ikut kegiatan rohani?

13

B : bapak hari-hari biasa. Aktif sekali ikut kegiatan rohani. Rajin pi gereja dengan ibadah
kolong deng kaum bapak.
A : Ibu bapak pernah bilang dengar-dengar bisikan atau lia-lia sesuatu?
B : Kalo bisikan nyanda, cuma dia pernah bilang ada lia orang padahal torang nd dapa lia,
kong dia bilang, awas,napa dia so datang
A : Sejak kapan tu ibu?
B : so dari dua hari lalu noh dok.
A : Kong ja ba rokok deng ba minum ato pake obat-obat?
B : ada barokok deng ba minum sampe ssekarang, tau jo to orang sanger. 1 hari bapak bisa
merokok 2 bungkus.
A : Oke dang Ibu Deitje. Makase neh. Jang lupa jaga pa bapak supaya minum obat, supaya
somo capat bae dang kong mo pulang, kalo bapak nda teratur minum obat bapak so nda
bisa ba refreshing kong so kurang mo di rumah sakit turus.
B : Iyo dok, so suka skali mo pulang ini. Lama-lama torang yang sehat so mw jadi gila ley.

14

Anda mungkin juga menyukai