D-2013
25010113140249
25010113140250
25010113140251
25010113140252
25010113140253
25010113130254
Dhia Ghoniyyah
25010113130255
25010113140258
DIAGNOSIS SOSIAL
A. Diagnosis Sosial Kota Semarang
a. Gambaran Umum Kota Semarang
1. Letak
Kota Semarang terletak antara garis 650 - 710 Lintang Selatan dan
garis 10935 -11050 Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan
Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah
Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh
Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian
Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis
pantai. (Dinas Kesehatan Kota Semrang, 2013).
2. Luas Wilayah
Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2, dan merupakan 1,15% dari
total luas daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam
16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada,
kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2),
dimana
sebagian
besar
wilayahnya
berupa
persawahan
dan
Tidak sekolah
94,617
Belum tamat SD
162,897
Tidak tamat SD
131,987
Tamat SD
330,797
Tamat SMTP
293,419
Tamat SMTA
305,304
Tamat Akademi/Diploma III
62,887
Tamat Universitas
64,320
Sumber : BPS - Kota Semarang Dalam Angka 2014
Dari data tabel 2. dapat disimpulkan penduduk kota Semarang
Tahun 2013 terbanyak dengan tingkat pendidikan tamat Sekolah Dasar
(SD).
4. Kemiskinan
Tabel 3. Jumlah Penduduk Miskin di Kota Semarang Tahun 2013
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
2013
26,518
2012
26,518
2011
437,027
2010
85,947
Sumber : BPS - Kota Semarang Dalam Angka 2014
Jumlah penduduk miskin kota semarang dari tahun 2012-2013
tidak mengalami perubahan, walaupun terjadi penurunan jumlah
penduduk miskin tahun 2011-2012.
5. Tingkat Pengangguran Penduduk
Tabel. 4 Jumlah Pengangguran Penduduk Kota Semarang Tahun
2010-2013
Tahun
2013
226.546
2012
71.273
2011
85.769
2010
87.583
Buruh
Sendiri
Tani
Nelayan
Pengusah
Buruh
Buruh
Industri Banguna
n
26,940
18,534
2,657
53,160
176,635
Pedagan
Angkuta
PNS
& Pensiunan
Lainnya
TNI/Polr
82,766
i
86,175
25,553
94,748
39,723
81,702
Masalah
Laju
Kemudahan
Tingkat
Total Nilai
Memperbaiki
Keseriusan
Masalah
Masalah
pertumbuhan
penduduk
2
Kepadatan
penduduk
Tingkat
pendidikan
penduduk yang
rendah
Tingkat
Kemiskinan
Penduduk
5
Meningkatnya
Tingkat
Pengangguran
6
Mata
Pencaharian
Penduduk
beras,
maka
mereka
makan
seadanya.
Seorang
memenuhi
kebutuhan.
Misalnya
saja
perampokan,
dimanapun.
Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan
Sudah pasti masalah ini merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya
biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena
tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya
kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat rakyat miskin
dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan mimpi
mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena
hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya
kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.
DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI
Diagnosis yaitu proses menentukan hakekat daripada kelainan atau
ketidakmampuan dengan ujian dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu
penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta untuk menentukan masalahnya.
Sedangkan epidemiologi dalam arti umum yaitu studi tentang seberapa sering
suatu penyakit terjadi pada kelompok orang yang berbeda dan mengapa bisa
terjadi masalah penyakit tersebut. Jadi pengertian diagnosis epidemiologi adalah
penelusuran masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi penyebab dari
diagnosa sosial yang telah di prioritaskan (Cahyo dkk, 2015).
Tujuan Diagnosis Epidemiologi:
1. Mengidentifikasi siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan.
2. Untuk mengetahui pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah
kesehatan tersebut.
3. Untuk mengetahui, memahami dan menentukan faktor- faktor kesehatan yang
berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat.
Berikut ini adalah faktor-faktor masalah non kesehatan dan masalah kesehatan
yang dapat mempengaruhi kemiskinan di wilayah Kota Semarang:
1. Faktor-faktor masalah non-kesehatan
a. Pengangguran
b. Kriminalitas
c. Putus sekolah dan kesempatan pendidikan
Jumlah penderita pneumonia < 1 tahun pada tahun 2011 ini mengalami
kenaikan 152 kasus dari 1.448 menjadi 1.600 tetapi jumlah penderita
pneumonia 1-4 th dan Pneumonia Berat < 1 th pada tahun 2011 menurun
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah penderita pneumonia
umur 1-4 tahun sebanyak 2.900 balita, penderita pneumonia berat umur <
1 tahun sebanyak 15 balita dan jumlah pneumonia berat umur 1-4 tahun
sebanyak 12 balita.
IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2011 sebesar 304 per
10.000 balita menurun dibanding tahun 2010. Penurunan IR pneumonia
berarti jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang
ditemukan semakin menurun, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif
masyarakat untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan
juga peran serta aktif petugas Puskesmas serta kader kesehatan di
masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di
masyarakat.
b. Kusta
Kusta di Kota Semarang terdapat secara menyebar hampir di 16
Kecamatan. Distribusi berdasarkan Kecamatan adalah sebagaimana
terdapat dalam peta berikut:
c. Diare
Penderita diare di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 48.051
penderita dengan angka kesakitan sebesar 32 per 1.000 penduduk,
dimana terdapat peningkatan kasus dari tahun 2010 yaitu 34.593
penderita (IR: 24 per 1.000 penduduk). Angka kesakitan diare: 21/1000
penduduk, Balita dengan diare yang ditangani: 100% dan Angka
kematian diare : < 1/10.000 penduduk.
Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota
Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target (target IR 21/1000
penduduk) ada 13 puskesmas yaitu puskesmas Mangkang (35),
Ngemplaksimongan (33), Gunungpati (30), Genuk (28), Karanganyar
Purwoyoso,
Kagok,
Sekaran,
Pegandan,
Pandanaran,
Skala terendah : 1
Skala tertinggi : 10
Tot
al
Masal
nila
ah
Pering
kat
i
Variab
Variab
Variab
Variab
Variab
Variab
ISPA
el 1
7
el 2
7
el 3
6
el 4
8
el 5
6
el 6
7
40
Kusta
36
Diare
45
A. Penyakit diare
1. Definisi
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma
diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan
menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan
tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
2. Penyebab Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya
ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini
beberapa penyebab diare, yaitu:
a. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
b. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
c. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti:
Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
d. Pemanis buatan
3. Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4
kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
a. Muntah
f. badan lesu
b. Perut kram
g. panas
c. Sakit perut
d. Demam
e. Kembung
4. Diagnosis Diare
-
minuman
24
jam
terakhir
yang
air,
dimana
tempat
tinggal
penderita
asrama,
2012 menurun sejumlah 5.702 sedangkan dari tahun 2012 ke 2013 menurun lagi
sejumlah 4.348 jiwa. Pada tahun 2013 kasus diare menurut kelompok umur
banyak ditemukan pada kelompok umur >5 tahun yaitu sejumlah 23.712 kasus (61
%) dan terendah pada kelompok umur < 1 tahun yang sejumlah 4.462 kasus (11.5
%). Hal ini disebabkan oleh perilaku kelompok umur tersebut.
disebabkan
oleh
infeksi
bakteri
Mycobacterium
leprae.
Masalah Perilaku
Mengintervensi masalah perilaku dengan menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat pada masyarakat Semarang Utara. Misalnya
melakukan kegiatan cuci tangan setelah melakukan aktivitas seharihari.
C. Identifikasi data
1. Penderita diare menurut umur, jenis kelamin dan waktu kejadian
d. Menurut umur
Kasus terbanyak terjadi pada golongan umur >5 tahun
e. Menurut jenis kelamin
Kasus terbanyak terjadi pada penduduk perempuan (53%)
f. Menurut waktu kejadian
Kasus terbanyak terjadi pada bulan Januari sebanyak 4552 kasus.
2. Bagaimana cara mereka terkena gejala dan terjadi mortatilitas
Diare bisa menyebabkan gejala dan mortalitas melalui infeksi. Jalur
masuk utama infeksi tersebut melalui feses manusia atau binatang,
makanan, air dan kontak langsung dengan manusia. Jalur masuk melalui
air bisa disebut water borne disease, yakni penyakit yang ditularkan
langsung melalui air, dimana air tersebut mengandung kuman patogen dan
terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit. Water-borne
diseases merupakan penyakit yang ditularkan ke manusia akibat adanya
cemaran baik berupa mikroorganisme ataupun zat pada air. Kontaminasi
pada manusia dapat melalui kegiatan minum, mandi, mencuci, proses
menyiapkan
makanan,
ataupun
memakan
makanan
yang
telah
penjamu baru.
Sejumlah besar penelitian memperlihatkan bahwa pada
beberapa populasi penduduk , makanan tambahan yang beredar sangat
terkontaminasi, dan bahwa tingkat kontaminasi akan meningkatkan
dalam musim panas, dan bahwa makanan tambahan untuk anak kerap
kali justru lebih terkontaminasi daripada makanan untuk orang
dewasa.
3. Pembuangan Tinja
pemerintah.
mencret
-
Umur 1 4 tahun
mencret
-
mencret
Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
Diare dehidrasi berat
Pada penderita dengan dehidrasi berat:
j. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus
diberi nasehat tentang :
1.
2.
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
DIAGNOSA PERILAKU
Jarang
mencuci
tangan
tinggi
Kurang Penting
Jarang
mencuci
tangan
menggunakan sabun
Penting
Kurang Penting
- Pemberian ASI penuh 6
- Mengkonsumsi
bulan dan MP-ASI
Sulit Berubah
mentah
-
menggunakan sabun
Berdasarkan matriks diatas, dapat diketahui bahwa prioritas perubahan
perilaku adalah pemberian ASI dan MP-ASI secara penuh selama 6 bulan.
Who
What
Where
= Kelurahan Mangkang
When
How much
Objective goal:
Pada awal bulan Januari 2016 sebanyak 70% ibu-ibu yang memiliki balita di
wilayah Kelurahan Mangkang telah meningkatkan pengetahuan dan kesadarannya
dalam pemberian ASI dan MP-ASI secara penuh selama 6 bulan dan sesuai
dengan pedoman gizi seimbang.
Air
DIAGNOSA PENDIDIKAN
Diagnosa pendidikan adalah penelurusan masaalah yang menjadi
penyebab terjadinya masalah prilaku yang sudah diprioritaskan. (Kusyogo dkk,
2013)
Ada tiga kelompok masalah yang dapat menyebabkan masyarakat mudah
terkena suatu penyakit, yaitu ada faktor predisposisi (predisposing factor), faktor
pemungkin (enabling factor), dan juga faktor penguat (reinforcing factor). Dari
diagnosa perilak yang sudah dilakukan maka didapatlah masalh perilaku yang
menjadi prioritas adalah pemberian ASI 6 bulan penuh dan MP-ASI.
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat
alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu di
sayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai
pentingnya ASI bayi. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung
secara optimal (Prakoso, 2002).
tinggi
akan
berbeda
dengan
mereka
yang
akan
mempengaruhi
produkvitias
ASI
karena
dan
irasional.
Kepercayaan
yang
rasional
apabila
dibentuk
oleh
pengetahuan,
kebutuhan
dan
keluarga
akan
meningkatkan
resiko
untuk
tidak
Dari ketiga faktor diatas maka faktor yang menjadi prioritas adalah faktor
predisposisi (predisposing factor).
More Important
Less Important
Less Changeable
Paritas
Objective goal
Who
Ibu bekerja
What
Where
= Kelurahan Mangkang
When
How much
Jadi objective goalnya adalah Pada akhir bulan November 2016 sebanyak 70%
ibu-ibu yang memiliki balita di
diagnosa
pendidikan
didapatkan
bahwa
faktor
predisposisi
merupakan prioritas utama dalam kelompok masalah, maka dari faktor tersebut
dapat dijabarkan beberapa strategi dan metode pendidikan pada faktor
predisposisi, yaitu:
A Metode komunikasi ceramah-tanya jawab
Metode ceramah adalah salah satu cara mengajar untuk menyampaikan
penuturan keterangan/ informasi tentang persoalan secara lisan pada
sekelompok pendengar dan dapat menggunkan alat-alat bantu seperti: gambar,
potret, benda barang tiruan. (Kusyogo dkk, 2015)
Metode ceramah digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pada
kelompok ibu di wilayah Kelurahan Mangkang dalam pemberian ASI eksklusif
dan MP-ASI secara penuh dan sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Metode
ini dapat dilaksanakan di gedung Balai Kota Semarang dengan sasaran
kelompok ibu rumah tangga yang memiliki balita. Pembicara bisa berasal dari
petugas puskesmas Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, dokter, petugas Bidang
Kesehatan Keluarga (Seksi Kesehatan Ibu dan Bayi) dari dinas kesehatan, dan
mahasiswa.
Materi dalam ceramah tanya jawab meliputi:
1. Pengertian ASI ekslusif dan MP ASI
2. Manfaat ASI dan pemberian MP ASI bagi bayi dan ibu
3. Jenis-jenis ASI
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
5. Kerugian susu formula dan tidak memberikan MP ASI pada balita
Setelah penjabaran dari pemateri akan diberikan tanya jawab seputar ASI
ekslusif dan MP ASI, dengan begitu akan terjalin komunikasi yang aktif antara
peserta dan pembicara. Selama proses ceramah peserta dapat diberikan alat
bantu berupa leaflet sesuai topik, sehingga dengan metode ini diharapkan
mampu meningkatkan pemahaman ibu tentang pentingnya ASI ekslusif dan
MP ASI.
a
ini
dapat
merangsang
kreativitas
dan
ketrampilan
Kelemahan:
1 Penceramah sulit mengetahui sejauh mana peserta mengerti dan paham
isi pembicaraan
2 Dapat menimbulkan konsep yang berbeda-beda dari yang dimaksud
penceramah
3 Hanya melibatkan indra pendengar
diagram PERT
tujuanPemberian
akhir untuk
satu tahun ke
Pusatdengan
penyuluhan,
Pendidikan
Tiga Bulan
Tiga Bulan
Tiga Bulan
Tiga Bulan
Pertama
Kedua
Permintaan kepada Setelah
Ketiga
Pusat pelayanan
Terakhir
Semua
Pemerintah dan
Penambahan
pada posyandu
perencanaan
Dinkes untuk
Pelayanan
yang bekerja di
sesuai dengan
meningkatkan
Posyandu
bidang preventif
Posyandu
tercapai, maka
khusunya di setiap
sistem harus
wilayah di
dibuat untuk
yang datang
menurun sedikit
Mangkang
menjalankan
diharapkan tidak
demi sedikit.
Kebutuhan Dana
posyandu yaitu
sakit kembali,
akses menuju
tiap posyandu
budgeting, hingga
posyandu pun
sangat dibutuhkan,
training personel
agar pelayanan
sosialisasi
pola pengaturan
posyandu selalu
baik.
pada posyandu
program dapat
harus selalu
berjalan.
digencarkan.
Kegiatan ini dilakukan dimulai pada Bulan November yaitu pada akhir
bulan sampai satu tahun yang akan datang, Program ini pun akan ditambahkan di
Pelayanan
Posyandu
pada
bidang
Pendidikan
dan
Loyalty yaitu sejumlah SDM yang telah dibentuk untuk melayani masyarakat
harus setia terhadap apa yang telah membentuknya dan dapat mengembangkan
diri dan bukan hanya dipengaruhi oleh gaji yang tinggi. Consistency,
Flexibility, dan Administrative suatu rencana yang konsisten harus diperkuat
dengan kebijakan yang berlaku dan tujuan organisasi, namun kebijakan
tersebut tahu seberapa fleksibel untuk memperkuat rencana tersebut, karena
suatu masalah dan kesempatan tidak pernah diketahui kapan akan dihadapi
oleh sebuah organisasi, bentuk fleksibilitas yang paling umum adalah
administator atau profesional yang memegang jabatan tertentu. Selain itu
suatu kebijakan pun harus dapat menilai kekuatan politik.
Pada proses diagnosa administrasi suatu program harus dievaluasi, maka tiga
tingkat evaluasinya yaitu :
1. Evaluasi Proses : Suatu evaluasi proses dirumuskan dengan penilai aktivitas
program yang berlangsung, program penambahan pelayanan posyandu dinilai
apakah perencanaan telah berlangsung sesuai jadwal, dan apakah peranan
lintas sektor, lintas program, maupun lintas organisasi dapat terlibat. Lalu
bagaimana dengan program penambahan yang mengajak kegiatan preventif
apakan pendidikan kesehatan dapat ditingkatkan atau tidak.
2. Evaluasi Impak : Suatu Objective Goal pada diagnosa perilaku dan
diagnosa pendidikan menargetkan bahwa perilaku pemberian ASI penuh 6
bulan dan MP-ASI merupakan perilaku yang penting dan mudah dirubah
sehingga pendidikan untuk ibu yang memiliki anak balita perlu ditingkatkan.
Impak dalam penambahan pelayanan posyandu yaitu kegiatan pemberian
pendidikan kesehatan dengan penyuluhan dapat mempengaruhi perilaku dan
pendidikan. Evaluasi ini dilakukan sesuai dengan jangka waktu program yaitu
satu tahun kedepan.
3. Evaluasi Out Come : Diare merupakan kasus yang sering di Kota Semarang,
dengan beberapa program yang berjalan untuk menurunkan kasus diare maka
kita dapat bisa melihat apakah dalam setahun keberhasilan program dapat
menurunkan kasus diare, jika tidak maka kita dapat memperoleh indikator-
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2014. Kota Semarang Dalam Angka 2014.
Cahyo, Kusyogo dkk. 2015. Perencanaan & Evaluasi Promosi Kesehatan
Masyarakat. Semarang: Bagian PKIP FKM Undip
Depkes RI. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. 2011. Pengendalian Diare di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2011. Profil Kesehatan Kota Semarang 2011.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2013. Profil Kesehatan Kota Semarang 2013.
Listiyorini, Warni. 2012. Hubungan Antara Kebiasaan Mencuci Tangan dengan
Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Pajang Surakarta. Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 16
Juni 2015. http://eprints.ums.ac.id/22549/10/12/_Naskah_Publikasi.pdf
Prasetya,
Y.E..
2011.
Kemiskinan
Indonesia
dan
Penyelesaiannya.
http://research.amikom.ac.id/index.php/sti/article/download/6705/4846..
Diakses pada 15 Juni 2015.