PENDAHULUAN
Berbeda dengan negara-negara di Anglo-American, akuntan beregister
(certified / chartered accountants) di Indonesia sampai dengan saat ini bisa
dihasilkan secara langsung oleh perguruan tinggi yang diakui. Organisasi profesi
tidak banyak terlibat. Karena itu, karakteristik akuntan beregister di Indonesia
juga mencerminkan pola pendidikan di perguruan tinggi (PT). Kurikulum dibuat
seragam dengan sedikit sekali peluang untuk mengakomodasi muatan lokal.
Kurikulum jarang direvisi, dan kalaulah direvisi, link and match dengan
kebutuhan dunia bisnis dan profesi tidak optimal. Hal ini terjadi karena, salah
satunya, kurikulum disusun oleh para akademis murni, tanpa banyak melibatkan
kalangan bisnis dan profesi akuntansi.
Di Amerika pengembangan kurikulum akuntansi di PT justru diprakarsai
oleh the American Accounting Association (AAA) yang berkerjasama dengan
kantor-kantor akuntan terbesar yang kemudian dikenal sebagai the big six.
Mereka pada 1989 mendirikan the accounting education change commision
(AECC) yang beranggotakan 18 orang. Para anggota mewakili berbagai pihak
yang berkepentingan dengan pendidikan akuntansi seperti KAP kecil, KAP
besar, kalangan bisnis dan industri, regulator (the national association of state
boards of accountancy), para dekan PT bisnis serta para pimpinan PT dan pakar
pendidikan, dan akuntan pendidikan (Williams, 1993)
Masalah dari akuntan beregister cetakan PT secara langsung adalah
ketidakseragaman mutu akuntan yang cukup material, mengingat mutu PT
secara langsung PT di negara kita, seperti juga di mana saja, tidak seragam.
Ketidak-seragaman mutu akuntan cetakan PT ini berpangkal pada anomalianomali yang ada pada pendidikan akuntansi di perguruan tinggi kita. Sementara
jurusan akuntansi ada di hampir seluruh PT yang memiliki fakultas ekonomi, kita
jarang sekali membicarakan secara serius upaya-upaya untuk memajukan
pendidikan akuntansi. anomali-anomali di PT berikut ini mungkin harus
dipecahkan terlebih dahulu.
Mahasiswa kita sudah faham dengan budaya ini, sehingga tugas yang hanya
sedikit tersebut dikerjakan asal-asalan, atau bahkan banyak yang hanya
mengopi disket teman dengan sedikit mengubah awal kalimat atau bentuk
hurufnya. Kegiatan terstruktur dan mandiri yang diwajibkan sistem SKS jarang
dilakukan. Dampak berikutnya adalah penguasaan materi kuliah menjadi
dangkal. Kalau di PT yang sudah maju di luar negeri dosen hanya sebagai
fasilisator, di negara kita dosen adalah pengajar sejati, karena merupakan
satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Angka-angka satuan kredit semester
(SKS) formal, dengan demikian, tidak bisa menunjukkan seberapa banyak anak
didik mendapatkan ilmu pengetahuan di sekolah. Lebih banyak SKS tidak selalu
menunjukan penguasaan materi yang lebih banyak pula.
Materi PPL
PPL di berbagai negara maju didominasi oleh pengajaran isu-isu terkini
(current issues), karena isu-isu ini yang tidak mereka dapatkan di PT, disamping
tujuan utama PPL adalah untuk merespon perkembangan di dunia bisnis dan
profesi. Di Indonesia, paling tidak sampai saat ini, current issues juga masih
mendominasi. Hal ini sangat beralasan, karena pengajaran di PT selalu
tertinggal dari perkembangan di dunia bisnis dan perkembangan profesi
akuntansi. komite standar akuntansi keuangan (KSAK) dan komite norma
pemeriksaan akuntan (KNPA) selalu mengundangkan atau merevisi standar
baru. Globalisasi bisnis menyebabkan perubahan pola bisnis yang secara
langsung berdampak pada kurikulum akuntansi dan keuangan. Keterlambatan
PT dalam mengakomodasikan perubahan-perubahan ini dalam kurikulumnya
harus ditutup oleh PPL. Untuk Indonesia, bagaimanapun juga, mengajarkan isuisu terkini saja tidak akan memecahkan masalah peningkatan mutu anggota
profesi secara penuh. PPL juga harus menjawab anomali-anomali dalam
pendidikan akuntansi di PT, disamping harus didesain sebagai salah satu sarana
untuk mengembangkan profesionalisme akuntan secara terus menerus. Profesi
akuntansi harus mendefinisikan apa kepentingan para anggotanya dalam
lingkungan bisnis yang berubah cepat. Apabila organisasi profesi (IAI)
menginginkan anggota-anggotanya mendapat tempat terhormat dalam dunia
bisnis, IAI harus berusaha untuk melengkapi anggota-anggotanya dengan
materi-materi PPL yang mampu mengubah pola pikir dan pola kerja akuntan dari
sekedar pekerja teknik menjadi pengusaha dengan daya kreasi dan inovasi yang
tinggi, serta memiliki kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang andal.
Isu-isu terkini (current issues)
Pengajaran isu-isu terkini dalam PPL hendaknya meliputi isu-isu berkaitan
dengan standar akuntansi keuangan (SAK) dan standar profesional akuntan
publik (SPAP), baik standar-standar yang baru diundangkan maupun standarstandar lama yang penting dan kontroversial. Pembahasan-pembahasan standar
ini tidak boleh hanya berkisar masalah-masalah teknik, tetapi juga harus meliputi
pula pembahasan tentang dampak ekonomi dari standar-standar tersebut.
Di samping isu-isu terkini tentang profesi, isu-isu terkini dalam bidang
akuntansi manajemen dan sistem informasi juga harus diberikan porsi yang
cukup. Globalisasi bisnis juga menyebabkan perubahan yang besar pada
manajemen keuangan perusahaan modern. Institusi keuangan, termasuk pasar
modal, bergerak bebas melewati batas-batas geografis negara. Negara-negara
telah dan akan segera menjadi borderless world. Untuk ini, pengajaran corporate
finance yang modern, international finance, dan internasional accounting menjadi
keharusan (lihat Ohmae, 1990).
menduduki posisi strategis dan terhormat semacam ini, PPL harus diisi dengan
materi-materi yang mendukung ke arah sana. Kepiwaian dalam komunikasi,
kepemimpinan, dan kewirausahaan adalah materi-materi yang harus diajarkan,
karena Syrett (1995) menemukan bahwa tiga skills ini paling dibutuhkan oleh
seorang pengusaha.