Oleh : Antarina S. F. Amir SE. MBA., MSMIS 1. PENDAHULUAN 2. PERUBAHAN KONSEPSI PERANAN INFORMASI 3. KEUNGGULAN BESAING (KB) 4. KEUNGGULAN BERSAING ATAU KEUNGGULAN STRATEGIS 5. PERLUNYA PEMAHAMAN KONSEP IRM 6. TEKNOLOGI INFORMASI 7. PENERAPAN TI 8. A FRAMEWORK FOR MULTINATIONAL CORPORATIONS 9. PERMASALAHAN TEKNOLOGI INFORMASI DI INDONESIA 10 DAMPAK PEMANFAATAN TI 11. PENUTUP 12. CATATAN KAKI
PENDAHULUAN Teknologi informasi (TI) merupakan bagian yang tak terpisahkan lagi bagi dunia usaha terutama dalam era globalisasi. Dalam menghadapi tata dunia yang tak mengenal batas geografphis ini, kebutuhan akan produk-produk TI menjadi kebutuhan dasar perusahaan agar dapat bertahan dalam kancah persaingan. Akan tetapi, masih banyak para manager maupun eksekutif yang belum memahami benar seluk beluk TI sehingga peran TI dalam perusahaan seringkali hanya merupakan faktor pelengkap dan ikut-ikutan. TI seharusnya membuat kehidupan manusia lebih mudah dan lebih baik. Masih saja sering terdengar bahwa penggunaan TI di suatu perusahaan telah mengecewakan karena dengan investasi yang sangat besar tetap tidak memberikan keuntungan ekonomis yang memadai. Bukti nyata bahwa TI memberikan dampak yang sangat besar pada peningkatan produktifitas, efisiensi atau perluasan pasar kadang sulit dicari. Apa yang salah dengan dunia TI. Apakah teknologinya yang masih kurang sempurna. Atau penerapannya yang salah. Ada beberapa tahapan pengunaan TI yang harus diketahui para manager. TI bukan hanya sekedar digunakan karena perusahaan lain menggunakan. Analisa secara detil perlu dilakukan untuk mengetahui perannya di perusahaan tertentu. Pada periode awal penggunaan TI, yang umumnya dimulai dengan penggunaan komputer, peningkatan efisiensi merupakan dampak yang paling dirasakan perusahaan-perusahaan. Tetapi, kini sudah banyak perusahaan yang menyadari peran TI yang lebih dari sekedar pendukung pekerjaan klerikal dan administrasif, bahkan TI bukan lagi sekedar suporter tetapi enabler. Dampak
terbesar yang dirasakan perusahaan adalah penerapan TI secara strategis dan inovatif dalam rangka meningkatkan competitive advantage. Istilah competitive advantage telah menjadi buzzword bagi dunia usasha. Seakan penerapan TI yang berbeda sedikit dari perusahaan saingan sudah merupakan contoh pemanfaatan TI dalam meningkatkan daya saing. Padahal belum tentu selalu demikian. Dengan menggunakan kjomputer yang mempunyai banyak fungsi belum berarti TI sudah berperan dalam peningkatan keunggulan bersaing. Makna keunggulan daya saing harus dimengerti benar agar jangan menimbulkan kekecewaan dalam melakukan investasi. Cerita sukses penerapan TI baru terjadi di luar negeri. Di Indonesia TI boleh dibilang baru mulai, dan belum begitu banyak dimanfaatkan. Apakah perkembangan TI yang lambat ini dikarenakan oleh faktor-faktor internal perusahaan atau faktor eksternal ? Bagaimana peranan pemerintah dalam mempercepat perkembangan TI di Indonesia ? Era perdagangan bebas sudah diambang mata. Pihak swasta maupun pemerintah harus mulai berbenah diri dalam bidang yang perkembangannya sangat pesat ini. Hal ini dimulai dengan mengenal konsepsi dasar penerapan TI dalam meningkatkan keunggulan bersaing; merubah orientasi dari coparative advantage menjadi competitive advantage. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengajak para akuntan menyadari peranannya dalam perkembangan dunia TI di Indonesia secara umum maupun peranannya secara khusus sebagai eksekutif dan planner di perusahaan.
Informasi sebagai pendukung secara umum. Pada periode enam-puluhan, organisasi mulai memiliki pandangan berbeda terhadap informasi dimana informasinya ternyata dapat mendukung fungsi secara umum. Sistem informasi yang digunakan pada masa ini lebih dikenal dengan istilah sistem informasi manajemen. Sistem dimaksud menghasilkan laporan-laporan secara periodik terutama sekitar informasi keuangan. Informasi untuk keperluan manajemen. Pandangan ini dimulai pada akhir tahun tujuh puluhan atau awal delapan puluhan, yaitu informasi dapat dimanipulasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Sistem informasi yang digunakan disebut decision support system (DSS). Fokus pemanfaatan sistem informasi pada tahapan ini adalah peningkatan efektifitas dari proses pengambilan keputusan manajemen. Informasi sebagai sumber daya strategis. Pada pertengahan delapan puluhan, kosepsi mengenai informasi berubah kembali. Informasi mulai saat ini dianggap sebagai sumber daya strategis, sumber potensial dalam meningkatkan daya saing suatu perusahaan atau dapat dianggap sebagai senjata atrategis perusahaan dalam memenangkan persaingan. Sistem informasi yang digunakan dikenal sebagai strategic information system (SIS). SIS harus dibedakan dengan tingkatan strategis dari manajemen, karena SIS tidak harus selalu berarti sistem informasi untuk manajemen tingkat atas. SIS dapat juga digunakan oleh setiap tingkat manajemen, lebih mendasar dari sistem informasi lain.
dikenal dengan nama SABRE atau American Hospital Supply dengan sistem pemesanan order yang menggunakan jaringan EDI dan sebagainya. Pada periode ini, keunggulan bersaing dihubungkan dengan peningkatan laba dan penguasaan pangsa pasar berkat kejelian suatu perusahaan dalam memanfaatkan kesempatan dengan memadukan kemampuan teknologi informasi dengan kebutuhan pasar. Ini bermula dari pendapat yang mengatakan bahwa manajemen yang baik dan bekerja keras sangat diperlukan untuk dapat bertahan didalam pasar, akan tetapi untuk unggul di dalam persaingan kedua aspek tersebut saja tidak cukup ; perusahaan membutuhkan senjata lain. Pada saat inilah, perusahaan-perusahaan pionir berfikir bahwa hanya teknologi informasilah yang dapat membantu mendorong peningkatan laba. Sebagai the leader dalam berinovasi dengan TI, keuntungan yang diperoleh perusahaan menjadi berlipat ganda. b. Pandangan Luas Pada pandangan ini, MCLeod berpendapat bahwa memasimumkan nilai penggunaan sumber daya informasi, perusahaan harus membangan suatu sistem informasi antara organisasi atau yang lebih dikenal dengan istilah inter organizational information system (IOS). Sistem informasi yang dimaksud dibangun untuk menghubungakan beberapa perusahaan melalui arus informasi. Jadi perusahaan dihubungkan dengan lingkungannya melalui sistem seperti yang digambarkan berikut ini :
Price quote
Supplier
Purchase order
The Firm
Perusahaan diharapkan memanfaatkan TI dengan menganalisa pihakpihak mana yang dapat dihubungkan melalui arus informasi yang memberikan keunggulan kompetitive bagi perusahaan. Seluruh jaringan diharapkan dapat dilaksanakan dalam dua arah dari dan ke perusahaan, kecuali jaringan dengan perusahaan saingan merupakan jaringan ke perusahaan saja. McLeod menambahkan bahwa kesempatan yang paling baik dalam memanfaatkan jaringan Electronic Data Interchange dua arah dapat diperoleh dengan menghubungkan perusahaan dengan langganan, pemasok, pemerintah dan lembaga keuangan. Untuk hubungan dengan pihak-pihak eksternal lainnya dapat dilakukan melalui media non-komputer. Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon menyatakan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan informasi dan sistem informasi untuk dapat memimpin di dalam kancah persaingan3 mereka mengakatagorikan jenis sistem informasi yang digunakan untuk keperluan ini adalah strategic information system (SIS). Yang termasuk dalam katagori ini adalah semua sistem informasi berbasis komputer pada level apapun dalam organisasi yang dapat merubah tujuan, operasi, produk jasa maupun hubungan perusahaan dalam lingkungan. Turban, McLean dan Wethrbe juga menghubungkan SIS tersebut dengan keunggulan bersaing suatu perusahaan.4 akan tetapi, mereka menambahkan bahwa topik keunggulan bersaing hanya merupakan masalah ketiga yang dihadapi direktur sistem informasi setelah masalah kualitas dan produktivitas.
SIS akan bermanfaat dalam memberikan keunggulan strategis jika dikombinasikan dengan perubahan secara struktural. Sebagai contoh, perusahaan Federal Express memiliki 2 (dua) jenis sistem informasi utama : 1. Sistem informasi yang memungkinkan perusahaan mengetahui / menelusuri posisi barang kiriman, 2. Sistem informasi yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalm mengelola sumber daya manusianya secara komprehensif, dengan sistem yang lebih dikenal dengan nama PRISM. Perbedaan mendasarkan dari kedua sistem tersebut adalah sistem informasi yang pertama dibuat dengan target utama adalah persaingan, sedangkan yang kedua tidak mentargetkan persaingan, pembeli ataupun langganan akan tetapi lebih menfokuskan pada peningkatan fleksibilitas perusahaan agar perusahaan dapat bertindak secara cepat dan efektif dalam menghadapi perubahan di pasar serta memudahkan perusahaan dalam mengelola perubahan. Sistem yang kedua inilah yang berorientasi pada keunggulan strategis yang bersifat jangka panjang.
Memiliki rencana strategis untuk sumber daya informasi secara formal, Memiliki strategi dalam mengembangkan dan mengelola and-user coputing.
Dengan pemahaman konsep IRM, penerapan teknologi informasi secara strategis dan maksimal akan lebih mudah dilaksanakan. Konsep IRM mencerminkan adanya pengakuan terhadap nilai dan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkannya. Seringkali para manejer dan eksekutif telah melakukan kontribusi terhadap IRM, akan tetapi kunci keberhasilan maksimum dicapai apabila top eksekutif memberikan komitmennya terhadap IRM.
memberikan kemudahan pada pemakainya melalui berbagai macam fasilitas. Media penyimpanan dan memory. Kemampuan menyimpan data akan meningkat dengan meluasnya CD-ROM dan media lainnya. Dengan kemampuan yang meningkat tersebut, kesempatan untuk menggunakan teknologi yang lebih canggih juga meningkat. Multimedia. Pemanfaatan teknologi multimedia akan memudahkan fungsi pelatihan, pendidikan dan pengambilan keputusan. Expert System, natural language prosessors dan neutral computing. Teknologi ini dapat membantu perusahaan meningkatkan produktivitas, kualitas dan dapat mendukung pekerjaan-pekerjaan yang kompleks. Peralatan yang makin kecil dan portable. Walaupun kemampuan dan manfaat akan meningkat, tetapi ukuran komputer justru menyusut. Networkcentric computing (NCC). Istilah yang dapat diciptakan oleh IBM ini merupakan sistem komputasi yang intinya justru terletak di jaringan, bukan di masing-masing individu komputer.
Melihat perkembangannya yang beraneka ragam, tentu mengherankan jika para eksekutif harus memutar otak untuk menentukan teknologi mana yang tepat mendukung strategi bisnis yang dijalankan. Penentuan teknologi tidaklah berdasarkan spesifikasi teknisnya saja, akan tetapi yang penting adalah kesesuaiannya dengan rencana perusahaan. Permasalahan TI. Penting bagi para manajer untuk menyadari adanya resiko dan ancaman kerugian dari TI. Oleh karena itu, para manajer perlu berberhati-hati dalam memformulasikan rencana / strategi penggunaan TI serta dalam pelaksanaannya. TI sering kali gagal dalam peningkatan produktivitas dalam perusahaan. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan tertundanya sukses dalam pemanfaat TI :7 Biaya tinggi. Dibandingkan dengan harga peralatan tua, seperti mesin ketik, lemari penyimpan, walaupun sudah mendapat potongan harga, komputer pribadi buatan lokal masih tetap lebih mahal. Proses pengasaan teknologi yang lambat. Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan masalah incompatibility. Hambatan dari pekerjaan. Masih sering terjadi keadaan di mana kumpulan pekerja menolak masuknya peralatan serba otomatis. Masih banyaknya TI yang kurang handal. Hardware yang mendadak rusak, atau softwareyang masih banyak error. Kurang siapnya organisasi dalam masalah manajemen perubahan, pengambilan keputusan, koordinasi dan sebagainya. Manajemen yang keliru. Penggunaan komputeroleh manajemen seringkali masih kurang tepat : kurang dimanfaatkan, terlalu banyak pemakaian atau pemakaian untuk tujuan yang kurang tepat.
Contoh faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan penggunaan TI tersebut diatasi dahulu apabila manajemen akan melangkah lebih jauh menuju tingkat strategis. Dalam mengimplikasikan TI, yang perlu diingat adalah menjaga keseimbangan 5 elemen sistem informasi, yaitu : hardware, sotfware, sumber daya manusia, data dan fasilitas / prosedur (termasuk strategi).
Porter memberikan alternatif adanya 3 strategi yang dapat digunakan di perusahaan untuk, menghadapi ancaman persaingan : Differentation. Dalam strategi ini, perusahaan bersaing dengan menggunakan strategi yang menekankan adanya kekhususan di dalam perusahaan dibandingkan dengan saingannya di dalam industri yang sama. Kekhususan disini dapat berupa produk, sistem pemasaran atau jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pelangannya termasuk faktor-faktor lain yang dianggappenting oleh pelanggan. Sehingga produk atau jasa tersebut mempunyai nilai lebih. Oleh karena itu pelanggan tidak segan membayar lebih mahal atau perusahaan dapat menetapkan harga lebih fleksibel di pasaran. Seperti yang dikatakan oleh Porter,
a firm seeks to be unique in its industry along some diminsions that are widely valued by buyers. Dimensi inilah yang perlu diidetifikasi karena sangat strategis bagi perusahaan dan sangat penting bagi langgaan. Cost Leadership Strategi cost leadership menekankan keunggulan dalam biaya, artinya mereka yang menggunakan strategi ini yakin bahwa perusahaannya beroperasi dengan biaya terendah sehingga dapat menawarkan harga pokok atau jasanya lebih murah dari pesaingnya. Bahkan, jika harga produk atau jasanya sama dengan sainganya mereka masih memperoleh keuntungan yang besar. Fokus. Strategi ini merupakan gabungan dari strategi yang dijelaskan terdahulu. Hanya bedanya, pada strategi ini perusahaan memfokuskan produk atau jasanya untuk memenuhi kebutuhan segmen tertentu (terbatas), dengan keuntungan di mana perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien dan efektif. Karena segmen pasarnya yang tertentu dan terbatas, perusahaan menjadi sangat ahli dalam mempelajari keinginan pelanggannya. Dalam menggunakan model ini perusahaan perlu melakukan tahapan analisa sebagai berikut : 1. Analisa mengenai kekuatan, kelemahan maupun kesempatan dan ancaman bagi posisi perusahaan dalam persaingan, 2. Menentukan strategi yang akan digunakan dalam menghadapi poin 1, 3. Membangun sistem informasi yang dapat mendukung rencana dan strategi yang dipilih, Analisa di atas dapat membantu manajemen menentukan bagaimana TI dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Disamping itu, perusahaan juga dapat menggunakan TI untuk mempertahakan (melindungi) diri terhadap ancaman persaingan atau terhadap tindakan yang saingan. 2. Model Analisa Rangkaian Nilai (Porter, 1985) Value Chain Analysis Model Model Porter yang lain ini dapat digunakan untuk mendukung penggunaan Model kekuatan yang mendorong persaingan seperti yang dijelkaskan terdahulu. Tahapan dimulai dengan melihat aktivitas organisasi yang dibagi menjadi 5 aktivitas utama dan 4 aktivitas pendukung. Kemudian, perusahaan perlu mengetahui aktivitas mana yang paling strategis untuk menentukan kekuatan dan daya saing perusahaan. Bagian mana yang paling banyak memberikan keuntungan jika didukung TI : aktivitas mana yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa baru, untuk meningkatkan kemampuan perusahaan menembus pasar, mengikat langganan dan pemasok
atau menurunkan biaya operasional. Model ini memandang perusahaan sebagai kumpulan nilai dari setiap aktivitas dasar yang dapat menambah nilai produk ataupun jasa.
S u p p o r t
A c t i v i t i e
P r o f i t M a r g i n
Primary activities
Inbound logistics
operations
Outbound logistics
service
Perusahaan memiliki keunggulan daya saing jika memberikan puduk dengan nilai lebih kepada langganan : atau memberikan produk dengan nilaiyang sama dengan harga yang lebih murah. Teknologi informasi dapat memiliki dampak strategis kepada perusahaan jika dapat menolong perusahaan memberikan nilai lebih pada produk atau memberikan produk yang sama dengan harga yang lebih murah dari saingannya. Perusahaan harus berusaha untuk membangun SIS pada aktivitas yang paling memberikan nilai pada perusahaan di mana hal ini dapat berbada antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. 3. Model Hubungan Strategis-Target Strategis (Wiseman dan Macmillan, 1984) Strategic Trust-Strategic Target Model ini menunjukkan bagaimana manajemen dapat mengidetifikasikan kesempatan yang tersedia untuk memperoleh keunggulan bersaing melalui
inovasi dalam . Wiseman dan Mcmillan menambahkan 4 aspek dari strategi dasarnya Porter, yaitu : Inovasi, pertumbuhan, alliance dan waktu (lihat gambar). Wiseman / Macmillans Matrix : Example of Technologies Are Listed in the Cells Strategic Thrust Differenttitation Supllier Customer Not applicable IT-supported costomization mass management Not applicable Computerized system inventory (reduce cost) Lotus Notes quick Use of response Geographical Lotus Notes own Empower enquiries customers to do EDI EDI EDI, electronic E-mail transfer of funds Competitor Cash
Cost
Expert systems
SOURCE : Based on Wiseman and Mcmillan, 1985. techologies insereted by the authours
Perusahaan melakukan analisa untuk menentukan aplikasi untuk setiap pihak internal sesuai dengan strategi yang dipilih. Penentuan aplikasi tersebut umumnnya dilakukan dengan melalui proses brainstoming, seperti tahapan yang dilakukan sebuah perusahaan berikut ini :8 TAHAP A B C D E AKTIVITAS Memperkenalkan konsep SIS pada presiden perusahaan Melaksanakan sesi untuk pembentukan ide SIS untuk manajer madya Melaksanakan sesi untuk pembentukan ide SIS untuk eksekutif Memperkenalkan konsep SIS dan ide baru untuk perusahaan kepada top eksekutif Melaksanakan rapat pembentukan dan evaluasi ide SIS kepada para perencana dalam perusahaan
4. Model Daya tawar dan perbandingan efisiensi (Bakos dan Treancy, 1986) Bargainining Power and Coparativi Efficiency Menurut Bakos dan Treacy, 2 sumber utama Competitive Advantage-nya Porter berasal dari Bargaining Power dan Comparative Efficiency. Kedua hal tersebut ditentukan oleh 5 faktor sebagai berikut : 1. Search-related costs Dengan meningkatnya biaya bagi langganan perusahaan untuk mencari pemasok baru, maka langganan akan menjadi setia dan segan untuk berpindahmencari pemasok lain. 2. Unique product featurest. TI dapat membantu perusahaan untuk menciptakan produk atau jasa yang unik dan lebih baik dari produk saingan. 3. Switching cost a. Mematok langganan dengan meningkatkan biaya bagi langganan untuk berpindah kepada pemasok lain. b. Sebaliknya bagi perusahaan, turunkan biaya agar mudah berpindah kepada pemasok lain. Misalnya dengan menjadi pemasok bagi perusahaan sendiri, atau membangun sistem dengan bantuan TI untuk mudah berhubungan dengan pemasok lain. 4. Internal efficiency. Efisiensi perusahaan dapat ditingkatkan dengan mengurangi biaya dan / meningkatkan produktivitas TI dapat dimanfaatkan untuk membantu kedua hal tersebut. 5. Interorganization Efficiency. Tingkatan efisiensi hubungan antar organisasi melalui synergy. TI dapat meningkatkan usaha bersama (persekutuan) dan lain-lain, misalnya EDI dapat membantu terbentuknya salah satu kerja sama tersebut diatas. Sesuai dengan namanya, Bakos dan Treacy percaya pada awalnya, TI digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi yang dapat diperbandingkan antar perusahaan, disebut Comparative Efficiency. Namun, akhir-akhir ini terlihat banyak aplikasi TI bertujuan untuk keperluan peningkatan daya tawar perusahaan.
Bargaing power
Competitive advantage
Interoganizatio n efficiency
Dari ke 4 (empat) model di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa TI dimanfaatkan dengan menganalisa aktivitas dan lingkungan perusahaan agar : 1. Perusahaan menjadi unik dalam hah : produk, jasa ataupun aspek lainnya. 2. Perusahaan beroperasi dengan tingkat efisiensi atau produktifitas, yang artinya biaya rendah. 3. Perusahaan membentuk kerja sama dengan, paling tidak, salah satu dari pihak eksternal perusahaan. Tiga kondisi di atas terpisah satu sama lain dimana perusahaan dapat memilih salah satu dari ketiga aspek tersebut di atas menjalankan 2 atau 3 strategi di atas secara bersama-sama dalam menghadapi persaingan.
perusahaan- perusahaan internasional ke pasar domestik, atau sebaliknya perusahaan- perusahaan Indonesia akan go international, harus mempersenjatai dirinya dengan TI. Pilihan bagi perusahaan tetap ada : menjadi the leaderatau the follower. Tentunya masing-masing pilihan tersebut mempunyai faktor positif dan negatifnya. Walau demikian, the follower bukan berarti mengikuti strategi perusahaan lain secara mentah, manajemen tetap perlu melakukan analisa untuk menentukan kesesuaian teknologi dengan strategi bisnisnya. Dilihat secara macro, permasalahan TI di Indonesia meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Budaya masyarakat Indonesia yang masih banyak mengandalkan pada pekerjaan manual karena murahnya biaya tenaga kerja. 2. Pembangunan TI masih dilakukan secara sektoral. Belum ada instansi pemerintah yang menangani secara khusus. Satu-satunya kontrol terhadap pembangunan TI di Indonesia adalah penyaringan usulan pembangunan TI oleh Bappenas. Dan tentunya hal tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan proyek TI di kalangan instansi pemerintah. 3. Belum adanya keseragaman data secara nasional dan keseragaman dalam hal pemakaian perangkat keras dan perangkat lunak. Hal ini disebabkan pula oleh karena tidak adanya instansi yang merencanakan pembangunan TI secara terpadu. 4. Masih adanya budaya meproteksi industri / perusahaan tertentu. 5. Dalam hah prasarana telekomunikasi : tarif saluran komunikasi data dinilai masih sangat mahal serta kualitasnya kurang memadai. Dengan mengenali kendala-kendala tersebut di atas, diharapkan pemerintah dan pihak swasta dapat mengambil langkah solusi kongkret. Namun demikian, cukup banyak perusahaan di Indonesia yang telah cukup berhasil dalam mengimplementasikan TI, seperti misalnya kelompok Matahari yang meninvestasikan dananya sekitar 0,7% - 0,8% dari omset. Mereka sudah mengotomatisasi beberapa aktivitas operasi dari mulai back office, inventory system, point of sale system, sampai dengan sistem yang dapat mendekatkan perusahaan dengan pelanggan dan pemasoknya melalui sistem yang disebut Quick Response System (QRS). Hasil yang dicapai berupa lonjakan kinerja dan produktivitas karyawan. Di lain pihak, Bank Bali dianggap sebagai salah satu bank dengan strategi TI yang benar, karena mereka merencanakan dahulu dengan teliti, baru melaksanakannya. Contoh penerapan TI yang dilakukan Bank Bali adalah terobosan di bidanng perbankan di Indonesia yaitu mendirikan Direct Banking (DB), layanan perbankan melalui telepon, meningkatkan keuntungan perusahaan sangar mengandalkan kekuatan teknologi informasi.
Sebelum penerapan TI untuk keperluan persaingan, manajemen sebaiknya memahami konsep dari keunggulan bersaing (competitive advantage). Oleh karena strategi untuk unggul dalam persaingan ternyata tidak dapat memberikan keuntungan jangka panjang, maka penting bagi perusahaan untuk mulai memikirkan bahwa unggul dalam kompetisi bukan selalu merupakan tujuan ahkir akan tetapi perusahaan juga perlu melakukan perubahan struktural. Pemikiran yang terakhir ini lebih dikenal dengan keunggulan strategis (strategic advantage) yang bertujuan jangka panjang dan dapat memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan, seperti perubahan karena adanya tekanan dari perkembangan TI. TI berkembang sangat pesat, mulai dari kemajuan di bidang cost / performance dari komputer, arsitekturnya yang dikenal dengan client / server, penampilannya yang membuat TI semakin mudah digunakan, media penyimpanannya yang berkapasitas lebih besar dan lebih dapat diandalkan, kemajuan di bidang artficial intellegence sampai dengan penampilan secara phisiknya yang semakin kecil dan portable. Secara teknis, kemajuan di bidang TI sudah tidak diragukan lagi, akan tetapi mampukah perusahaan memanfaatkannya secara optimal merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan kompleks. Agar dapat memafaatkan TI secara strategis, para eksekutif dan manajer perlu melakukan analisa teradap aktivitas-aktivitas perusahaan dengan menggunakan salah satu atau gabungan model-model berikut ini : (1) Model Kekuatan yang mendorong persaingan (2) model analisa rangkaian nilai (3) model hubungan strategis target strategis (4) model daya tawar dan perbandingan efisiensi. Setelah melakukan analisa hubungan perusahaan dengan lingkungannya, manajemen dapat mempelajari aktivitas perusahaan yang dapat memberikan nilai lebih pada produk atau jasa yang dihasilkan. Selanjutnya, dapat dipilih teknologi yang dapat mendukung kegiatan strategis tersebut. Tingginya tingkat penggunan TI di negara maju, ternyata tidak sepenuhnya terjadi di Indonesia. Faktor yang paling mendasar dari lambatnya penerapan TI di Indonesia bersumber pada budaya masyarakatnya yang masih terbiasa pada kehidupan yang bersifat tradisional. Phlosophy top manajemen di Indonesia masih banyak enggan memanfaatkan teknologi informasi. Penting untuk menyadarkan pihak top manajemen, karena sejauh ini pemanfaatan TI di Indonesia masih banyak terbatas pada peningkatan efisiensi dan produktivitas di mana hal ini menunjukkan kenyataan bahwa kesadaran akan pentingnya TI baru terjadi pada level bawah dan menengah. Untuk meningkatkan tingkat kesadaran tersebut dapat dimulai dari satu lingkungan profesi seperti akuntan. Tentunya akuntan baik pada level operasional maupun level taktis dan strategi mulai meningkatkan pengetahuannya mengenai TI. Kontribusi yang diberikan akuntan terhadap
strategi perusahaan sangat besar di mana perpaduan antara strategi TI akan memberikan keuntungan jangka panjang pada perusahaan. Fasilitas ini ditunjukkan untuk mereka yang tidak ingin antre dalam memperoleh layanan perbankan. Bank baru ini didukung TI 100 % hasilnya, DB maupun menarik ratusan pengusaha dan eksekutif dalam 1 tahun. Contoh lain lagi adalah aplikasi TI pada perum pelabuhan III Surabaya. Perumpel menggunakan radio link untuk memantau letak kontainer di lapangan yang sering berpindah tempat tanpa perubahan data kantor. Akhirnya, dengan menggunakan radio link data lapangan dapat dimasukan ke database di kantor. Sehingga, lokasi peti kemas langsung ketahuan di blok, slot dan urutan ke berapa pada saat kapal singgah. Dengan solusi tersebut, hasilnya : kesalahan turun menjadi nol persen, berarti efisiensi meningkat. Letak peti kemas yang siap diangkut dapat diketahui dengan pasti, meski disana terdapat ribuan kontainer yang menunggu diangkut.
PENUTUP
Perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah saatnya untuk memikirkan posisi dan peranannya di dalam industri. Sebagai persiapan dalam menghadapi era globalisasi, suatu perusahaan tidak dapat bertahan dengan hanya berorientasi pada pasar domestik. Para eksekutif dapat berinovasi dengan TI dalam menentukan strategi persaingan. Seperti yang dialami oleh perusahaanperusahaan di negara maju, strategi yang ditempuh dalam meningkatkan keuntungan perusahaan sangat mengandalkan kekuatan teknologi informasi.
CATATAN KAKI
1 2
Michael E. Porter, Compititive Advantage (New York : Free Press, 1985). Raymond Mcleon, Management Information Systems A Study of Computer Based information Systems (New Jersey : Prentice Hall, Inc., 1995), hal. 36-39. Keneth C. Louden dan Jane P. Laudon, Management Information SystemsOrganization and Technology, (New Jersey : Pretice Hall, Inc., 1996), hal. 43 Efraim Turban; Ephraim McLean and James Wheterbe, Information Technology for Management-Improving Quality and Productivity, (New York : John Wiley & Sons, Inc., 1996), hal 71. Raymond Mcleod, Management Information Systems A Study of Computer Based Information Systems (New Jersey : Prentice Hall, Inc., 1995) hal 48. Bruno Zaccharo Understanding the New Workplace : Four Management Views, World Executives Digest (October 1993) : hal. 14. Thomas K. Landauer, The trouble with Computers, : World Executives Digest (Agustus 1996) : hal. 37. Efraim Turban, Epraim Mclean dan James Wetherbe, Information Technology for Management, (New York : John Wiley & Sons, Inc. 1996), hal 82.