Anda di halaman 1dari 14

Manajemen Strategis Sistem Informasi

[Lecture Note Pertemuan ke-1]

The Evolving Role of Information Systems and


Technology in Organizations: A Strategic Perspective

1
PENGANTAR KULIAH

Teknologi Informasi (TI) membawa perubahan besar yang harus dihadapi oleh organisasi saat ini. Berbagai
penelitian menyimpulkan bahwa organisasi besar dan organisasi kecil di semua bidang usaha, termasuk juga
di pemerintahan dan organisasi nir-laba, terpapar dampak kemajuan teknologi. Inovasi teknologi mengubah
cara orang menjalankan bisnis di banyak industri. Inovasi ini juga memunculkan industri baru seperti situs
lelang global (eBay) dan bisnis layanan yang terikat waktu (seperti penerbangan, kamar hotel). Perusahaan
yang menyediakan platform (seperti Uber, Airbnb dan Alibaba) menggunakan cara baru dalam
mendayagunakan informasi untuk merebut pangsa pasar pebisnis tradisional. Meskipun tidak memiliki taksi,
gedung dan barang dagangan, ketiga perusahaan tersebut, secara berurutan, sekarang menjadi perusahaan
taksi, penginapan dan ritel terbesar di dunia. Uber dan Airbnb adalah contoh organisasi yang menjalankan
bisnis “sharing economy” yang hanya bisa dijalankan dengan teknologi informasi dan komunikasi sekarang
ini.

Transformasi industri dengan pemanfaatan TI sudah berlangsung lebih dari 40 tahun lalu, tetapi percepatan
terbesar tampaknya terjadi sejak pergantian abad. Interaksi dan pengalaman pelanggan semakin banyak
ditentukan oleh teknologi. Proses bisnis dan rantai pasok semakin banyak yang didigitalkan. Banyak
perusahaan berusaha memanfaatkan peluang yang dibawa oleh big data, media sosial, dan aplikasi seluler,
membuat model bisnis baru, dan menambahkan muatan informasi ke dalam bisnis dan layanan mereka.

Pengaruh TI terhadap keunggulan bersaing dalam bisnis menjadi perdebatan di antara para ahli. Pada tahun
2003 Nicholas Carr menulis artikel di Harvard Business Review yang antara lain menyebutkan bawa “IT
tidak berpengaruh dalam keunggulan bisnis”. Menurut Carr, meskipun teknologi informasi sudah menjadi
tulang punggung dalam perdagangan saat ini, manfaatnya bagi sebuah perusahaan dalam menciptakan
keunggulan semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh semakin mudah dan murahnya teknologi digunakan,
termasuk oleh pesaing. Dalam kuliah ini kita tidak menyangkal pendapat Carr ini, tetapi di sisi lain kita
memandang bahwa TI justru sangat penting bagi perusahaan. Teknologi Informasi saja memang tidak lagi
menjadi pembeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, tetapi cara sebuah organisasi
memanfaatkan TI akan sangat mempengaruhi dan menjadi penentu keberhasilan perusahaan.

Keberhasilan dalam SI/TI hanya sebagian ditentukan oleh strategi yang komprehensif dan koheren. Hal lain
yang mempengaruhi keberhasilan tersebut adalah pendekatan yang strategis dan berkelanjutan dalam
mengelola keseluruhan aspek SI/TI, mulai dari penyusunan strategi, mempertimbangkan dan memilih
investasi,hingga implementasi yang dilanjutkan dengan penggunaan informasi, aplikasi dan teknologi secara

2
efektif. Bahkan perusahaan yang tidak mencari keunggulan melalui SI/TI juga perlu menggunakan
pendekatan strategis dalam mengelola SI/TI agar mereka tidak tertinggal dari perusahaan lain.

Inovasi dalam teknologi informasi memang sangat maju dan terus berkembang, seperti komputasi awan,
analitik, media sosial, machine learning, Internet of Things (IoT) dan mobile. Akan tetapi, permasalahan
yang dihadapi oleh perusahaan bukanlah pada teknologi itu sendiri. Perhatian perusahaan adalah pada cara
menggunakan teknologi tersebut untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan dan untuk menciptakan
strategi-strategi baru. Para pemimpin dan manajer perusahaan harus menjawab dengan tepat pertanyaan-
pertanyaan berikut ini: dimana, bilamana dan bagaimana perusahaan harus berinvestasi dalam teknologi
informasi?

Mengelola SI/TI lebih sulit daripada sebelumnya, karena lingkungan bisnis semakin tidak pasti, semakin
kompleks dan perubahan lebih cepat, ditambah pula denan semakin banyaknya pilihan layanan dan
infrastruktur. Namun, permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan terkait dengan pemanfaatan dan
investasi dalam SI/TI tampaknya tidak banyak berubah:
• Banyak peluang bisnis yang hilang; bahkan, kadang-kadang perusahaan tertinggal karena pesaing
lebih baik dalam memanfaatkan SI/TI
• Aplikasi dan infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan tidak mendukung objektif bisnis dan
malahan menjadi penghambat kemajuan bisnis
• Tidak adanya integrasi aplikasi dan tidak efektifnya manajemen informasi menyebabkan
pemborosan sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk mengelola bisnis tidak cukup
• Prioritas tidak didasarkan pada kebutuhan bisnis, ketersediaan sumber daya tidak optimal dan
rencana investasi berubah terus menerus. Kinerja bisnis tidak membaik, biaya menjadi tinggi,
keputusan buruk dan manfaat finansial sangat rendah.
• Strategi teknologi tidak koheren, opsi-opsi yang tidak kompatibel dijadikan sebagai pilihan dan
biaya besar kemudian diperlukan untuk menangani kekeliruan dalam keputusan sebelumnya
• Kurangnya pemahaman dan kesepakatan di antara para pengguna sistem, para pemimpin perusahaan
dan para ahli SI/TI mengenai arah yang dituju oleh organisasi menyebabkan munculnya konflik,
keputusan yang tidak tepat dan penyalahgunaan sumber daya
Situasi permasalahan di atas mengisyaratkan pentingnya manajemen strategis SI/TI. Kerangka terstruktur
dan pendekatan praktis yang mengambil sudut pandang bisnis dan manajemen diperlukan agar manajemen
puncak, manajemen lini, dan para ahli SI/TI (dan pemasok) dapat menggabungkan pengetahuan dan
keterampilan mereka untuk mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan dan bagaimana menjalankannya
terkait SI/TI. Karena teknologi baru terus bermunculan, peluang-peluang tidak dicari hanya pada TI yang
sudah ada, tetapi juga pada teknologi yang dibutuhkan secara strategis. Strategi SI/TI telah menjadi
komponen penting dalam strategi bisnis, sehingga pengembangan strategi SI/TI haruslah juga menjadi
bagian tak terpisahkan dari proses strategi bisnis. Strategi SI/TI dapat diimplementasikan dengan berhasil
hanya jika strategi SI/TI tersebut dipahami oleh manajemen bisnis dan diperlakukan sebagai hasil keputusan
mereka sendiri.

Beberapa perusahaan seperti Uber, Facebook, Amazon dan Alibaba lahir sebagai bisnis digital dan sangat
cekatan mendayagunakan informasi serta membangun model bisnis model yang inovatif dan pengalaman
pelanggan dengan menggunakan teknologi. Di sisi lain, perusahaan yang sudah berdiri lama dan berhasil di
masa lalu tampaknya perlu beralih ke digital jika ingin berhasil di masa depan. Banyak perusahaan belum
melihat informasi, SI dan TI sebagai inti dari bisnis. Sebagian organisasi bahkan melihat SI/TI sebagai biaya
administrasi yang harus ditekan. Akibatnya, mereka tidak mengenali peluang yang muncul dan ancaman
yang menunggu di depan.

3
PENJELASAN SLIDE 6

Hampir semua organisasi tergantung pada SI dan TI. Pada jenis bisnis tertentu, hidup mati perusahaan
ditentukan oleh seberapa efektifnya mereka menggunakan SI/TI. Setelah komersialisasi internet, banyak
bisnis yang sematamata bersifat online dan dengan demikian operasinya berjalan dengan mengandalkan
SI/TI. Pemerintah dan layanan publik juga meluncurkan banyak layanan digital. Perangkat seluler dan media
sosial meningkatkan permintaan akses dan respons yang lebih cepat

Semakin besarnya peran SI/TI di dalam bisnis membuat perusahaan mulai melihat kebutuhan untuk
memanfaatnya SI/TI secara strategis. Namun, meskipun sudah meniatkan pendekatan yang bersifat
“strategis” dalam memanfaatkan SI/TI, kebanyakan perusahaan akhirnya hanya menjalankan keputusan-
keputusan jangka pendek yang bersifat “taktis”. Beberapa perusahaan memeriksa ulang investasi mereka
dalam SI/TI, bahkan ingin “memulai dari awal lagi”, tetapi mereka mendapatkan “warisan” (legacy) sistem
yang berasal dari pendekatan yang kurang strategis di masa lalu. Sistem yang pada zamannya berperan
“strategis”, sekarang akhirnya menjadi warisan yang memakan biaya besar dan menimbulkan banyak
masalah. Belajar dari pengalaman seperti ini adalah salah satu aspek manajemen strategis. Kebanyakan
pengetahuan mengenai kemampuan TI berasal dari pengalaman, dan organisasi cenderung belajar mengelola
SI/TI melalui praktik langsung. Mereka tidak menyadari dan tidak mengantisipasi hambatan-hambatan
potensial dan akhirnya terbentur pada permasalahan tersebut dan gagal atau terlambat mengatasinya.

PENJELASAN SLIDE 7

Tingkat penggunaan SI/TI dalam bisnis dan keberhasilan pemanfaatannya tergantung pada banyak faktor.
Selain kemampuan teknologi itu sendiri, faktor lain yang mempengaruhi adopsi dan keberhasilan SI/TI di
dalam bisnis, antara lain, adalah: biaya pengadaan dan penggunaan SI/TI tersebut, keterampilan dan
pengetahuan (internal dan eksternal) untuk mendesain, mengembangkan dan menggunakan aplikasi dari
teknologi tersebut; kemampuan mengelola perubahan di dalam organisasi akibat penggunaan teknologi
tersebut; dan tekanan bagi perusahaan atau industri untuk meningkatkan kinerja atau beradaptasi terhadap
lingkungan yang berubah

PENJELASAN SLIDE 9

Orang sering mempertukarkan istilah Sistem Informasi (SI) dengan Teknologi Informasi (TI) dan
menganggap keduanya sama. Orang sulit membedakan antara SI dengan TI, karena dalam keseharian aspek
teknologi sangat dominan di dalam SI. Hal ini berakibat penekanan yang berlebihan pada TI dan
mengaburkan Sistem Informasi Bisnis yang didukung oleh teknologi itu. Investasi dalam TI sering kali tidak
menghasilkan manfaat yang diharapkan karena dilakukan tanpa memahami atau mengenali manfaat bisnis
dari perbaikan kinerja pada aktivitas yang didukung oleh TI tersebut.

4
Dalam kuliah ini, SI akan dibedakan dengan TI, dan demikian juga akan dibedakan antara Strategi Sistem
Informasi dengan Strategi Teknologi Informasi.

SI adalah sistem yang membantu orang atau organisasi untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan,
menggunakan dan menyebarluaskan informasi. TI terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk memfasilitasi (memudahkan, mempercepat, dll) aktivitas-aktivitas tersebut. Beberapa
SI dibuat menjadi otomatis dengan menggunakan TI.

Istilah “digital” mencakup SI dan TI. Strategi digital mencakup strategi sistem informasi (bagaimana
mendayagunakan informasi dan sistem informasi) dan strategi teknologi informasi (kapabilitas TI yang
dibutuhkan untuk menjalankan strategi SI tersebut).

PENJELASAN SLIDE 10

Kemajuan SI/TI yang pesat mengubah cara orang menjalankan bisnis dan juga aktivitas kehidupan lainnya
secara besar-besaran, sehingga sering disebut sebagai guncangan/gangguan besar (disruption). Dampak
besar SI/TI di dalam bisnis, tampak misalnya, pada BPR (business process reenginering) yang populer
beberapa dekade yang lalu hingga “big data” dan “analytics” yang sekarang menjadi topik hangat.

Disrupsi digital terjadi pada level organisasi dan level industri. Meluasnya penggunaan internet telah
mempermudah perusahaan untuk menemukan informasi dan bertransaksi dengan pegawai, pelanggan dan
mitra bisnis, sehingga menurunkan biaya transaksi. Ini dikenal sebagai frictionless economy. SI/TI
memungkinkan munculnya model bisnis baru yang memadukan perusahaan dengan pasar (dikenal sebagai
“platform”) seperti Uber, Gojek, Amazon, Tokopedia.

Disrupsi digital pada level industri terlihat, misalnya, pada pindahnya beberapa industri dari dunia fisik ke
dunia virtual. TI juga mempercepat proses disrupsi. TI memungkinkan Apple menjadi peritel musik terbesar
di dunia dalam tempo 7 tahun dengan iTunes-nya; Google dengan app peta selulernya menggerus 85%
kapitalisasi pasar Garmin dan TomTom dalam tempo 18 bulan; AirBnB memiliki lebih banyak kamar
dibandingkan Grup Hilton atau IHG dalam tempo 6 tahun. Batas antara sektor industri semakin kabur
(Amazon bukan lagi hanya toko buku tetapi sudah menjadi peritel umum). Fintech menggerogoti pangsa
pasar bank tradisional (PayPal menjadi metode pembayaran utama dalam transaksi daring di banyak negara).
Perusahaan manufaktur berpindah dari penjual produk menjadi penjual layanan (misal: Rolls-Royce yang
memproduksi mesin peswat terbang menjadikan ketersediaan mesin sebagai value proposition). Data dari
sensor-sensor Internet of Things (IoT) digunakan oleh industri migas untuk menurunkan waktu downtime
(terhentinya kegiatan operasional/produksi) yang tidak direncanakan. IoT juga memunculkan model bisnis
baru seperti bisnis ‘smart home’ (‘rumah cerdas’). Di sektor pemerintahan, disrupsi digital tampak, misalnya,
pada inisiatif ‘open data’, yaitu penyediaan data (yang bersumber dari berbagai lembaga pemerintah) bagi
masyarakat umum yang kemudian memicu pihak ketiga menghasilkan berbagai aplikasi yang memanfaatkan
data tersebut.

PENJELASAN SLIDE 11

5
Penyusun strategi SI/TI perlu memahami karakteristik disrupsi digital ini. (1) Transaksi tidak lagi terjadi di
dunia fisik yang terikat tempat (marketplace), tetapi di ruang virtual (marketspace). Lingkungan daring tidak
dibatasi oleh tempat dan memungkinkan perusahaan menjangkau dan berhubungan langsung dengan
pelanggan akhir. Layanan dapat dibuat personal tanpa tambahan biaya yang signifikan (2) Perbedaan antara
produk fisik dengan produk digital semakin kabur, karena produk-produk fisik semakin banyak yang
dilengkapi dengan fitur digital. Jika sebelumnya Rolls-Royce harus mencopot mesin pesawat terbang yang
akan diperiksa, sekarang data dapat dikumpulkan dari berbagai sensor yang disematkan pada mesin. (3)
Semakin banyaknya produk, bangunan, jalan dan fasilitas diperlengkapi dengan sensor telah menghasil
semakin banyak data yang dapat digunakan untuk mengetahui ‘kesehatan’ produk atau fasilitas tersebut.
Mesin cerdas dapat membuat atau mengusulkan keputusan terkait informasi yang didapatkan. Dengan
demikian, produk/layanan dan fitur produk/layanan akan dibuat/disediakan berdasarkan informasi yang
berlimpah mengenai kebutuhan pelanggan dan cara penggunaannya.Produk/layanan akan lebih banyak
ditentukan oleh sisi permintaan (demand economy). (4) Adopsi dan inovasi teknologi dipercepat oleh open
standard yang memungkinkan aliran dan pertukaran data lebih mudah dilakukan.

PENJELASAN SLIDE 12

Peran SI/TI dalam organisasi mengalami perubahan waktu dan dapat dikategorikan ke dalam 3 zaman. Era
Data Processing (EDP) berfokus pada otomatisasi pemrosesan informasi yang sebelumnya dilakukan secara
manual; objektif era ini adalah efisiensi. Era Management Information Systems (MIS) berpusat pada
penyediaan informasi operasional untuk digunakan oleh para manajer dalam pengambilan keputusan;
objektif era ini adalah efektivitas. Era Strategic Information Systems (SIS) mulai muncul di awal 1980-an
dan berlanjut hingga saat ini. Era SIS berupaya menciptakan peluang dengan pemanfaatan SI/TI.

PENJELASAN SLIDE 13

Pergeseran peran SI/TI dalam organisasi tidak membuang sistem yang muncul lebih dahulu. SIS
membutuhkan MIS untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan para manajer dan EDP untuk memproses
informasi secara efisien. Aplikasi SIS tidak berbeda dengan yang digunakan untuk EDP dan MIS;
perbedaannya terletak pada dampak aplikasi tersebut pada keunggulan bersaing. Otomatisasi bagian tertentu
dalam rantai pasok dapat menjadi sumber keunggulan bersaing; demikian pula penggunaan analytics untuk
mendapatkan pengetahuan mengenai pelanggan dapat digunakan untuk membangun model bisnis baru yang
menjadikan perusahaan unggul terhadap pesaing.

PENJELASAN SLIDE 14

6
Klasifikasi penggunaan SI/TI dapat membantu dalam mempelajari dampak strategis penggunaan SI/TI.
Penggunaan strategis SI/TI dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori:

(1) berbagi informasi melalui sistem berbasis teknologi dengan pelanggan dan/atau pemasok dan mengubah
sifat hubungan tersebut,

(2) meningkatkan keefektifan penggunaan informasi dalam proses penambahan nilai,

(3) memungkinkan perusahaan menciptakan, mengembangkan, memproduksi, memasarkan dan menjual


produk baru atau produk yang ditingkatkan, atau value proposition baru yang didasarkan pada informasi,

(4) memperkaya proses kognitif manusia dalam menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru dari
informasi; menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan, implementasi
dan evaluasi strategi

PENJELASAN SLIDE 15

Cara pengkategorian lain mengenai penggunaan strategis SI/TI diajukan oleh Venkatraman. Tiga kategori
yang digunakan oleh Venkatraman adalah:

(1) Perancangan ulang proses bisnis – SI/IT digunakan untuk menyelaraskan ulang aktivitas bisnis dan
keterkaitanketerkaitan di antara aktivitas itu untuk membuat terobosan dalam kinerja bisnis,

(2) Perancangan ulang jejaring bisnis – mengubah cara penggunaan informasi oleh organisasi dan mitra
bisnisnya, sehingga mengubah cara industri secara keseluruhan menjalankan proses penambahan nilai.

(3) Perumusan ulang cakupan bisnis – memperluas pasar atau menciptakan produk baru berlandaskan
informasi, atau mengubah peran organisasi di dalam industrinya, misalnya menggunakan model bisnis baru

PENJELASAN SLIDE 16

Penjabaran lebih lanjut dari PENJELASAN SLIDE 14.

(1) Teknologi memungkinkan organisasi terhubung dengan mudah dan dengan biaya murah dengan
pelanggan, mitra bisnis dan pemasok di seluruh dunia. E-procurement and sistem pemesanan
berbasis smartphone telah memungkinkan hal ini. Banyak perusahaan mencari cara untuk
memanfaatkan media sosial dan perilaku pelanggan yang suka berbagi pendapat mengenai merek,
produk dan layanan di media sosial. Perusahaan harus bersaing untuk mendapatkan perhatian dan
waktu pelanggan; untuk itu, aplikasi-aplikasi yang digunakan harus efisien dan mudah digunakan
dari sudut pandang pelanggan.

7
(2) Agar dapat mengintegrasikan informasi internal secara efektif,
perusahaan harus mengatasi faktor penghambat, seperti hambatan dalam berbagi dan mengintegrasikan
informasi, penataan ulang jabatan, penetapan akuntabilitas baru, penggunaan ukuran kinerja baru dan
perubahan organisasi. Banyak perusahaan menginginkan informasi yang terintegrasi mengenai pelanggan,
agar dapat melayani pelanggan dengan tepat. Pemimpin perusahaan perlu memahami dampak integrasi
terhadap peran orang-orang dan bagian-bagian di dalam organisasi. Ketidakmampuan melakukan perubahan
bisnis dan organisasi sering menjadi penyebab investasi TI menghasilkan manfaat yang jauh lebih rendah
daripada yang diharapkan.
(3) Menambahkan muatan informasi pada produk yang ada (dikenal dengan istilah “informating”) menjadi salah
satu strategi penting dalam pemanfaatan SI/TI. Perusahaan yang masuk ke dalam bisnis daring dapat
menambahkan nilai pada produk yang mereka jual dengan menyediakan layanan-layanan berbasis informasi.
Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dengan layanan daring untuk dukungan pelanggan, pelacakan pesanan,
dokumentasi pesanan, panduan penggunaan produk dan lain-lain; hal ini dilakukan dengan berfokus pada
penguatan hubungan dengan pelanggan atau pemasok.
(4) Penggunaan SI/TI untuk mendukung pengambilan keputusan semakin penting; Decision Support Systems
(DSS) berubah dengan kemajuan teknologi dan sekarang dikenal sebagai online analytical processing
(OLAP), data mining, business intelligence (BI) dan analytics. Pengambilan keputusan strategis bersifat
kompleks (membutuhkan banyak informasi dan harus memperhatikan keterkaitan antara informasi tersebut)
dan perlu menggunakan pengetahuan, pertimbangan dan pengalaman untuk mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman baru dari informasi tersebut. Perusahaan dapat mengeksplorasi dan mengevaluasi strategi dengan
lebih baik, karena semakin banyak sumber data eksternal yang dapat diakses melalui internet, dan telah
tersedia berbagai aplikasi perencanaan berbasis pengetahuan yang dapat digunakan bersama analytics untuk
mengolah “big data”.

PENJELASAN SLIDE 17

Ringkasan perubahan peran SI/TI: pada awalnya SI/TI digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
aktivitas, saat ini digunakan menjadi sarana untuk mengubah apa yang dikerjakan oleh perusahaan; fokus investasi
SI/TI dari bergeser dari penggunaan internal menjadi penggunaan eksternal. Perhatikan di dalam tabel tersebut
kegiatan e-commerce yang semata-mata digunakan untuk mengotomatisasi transaksi tidak dianggap sebagai langkah
strategis. Demikian juga Executive Information Systems (EIS) yang merupakan MIS untuk pimpinan puncak
perusahaan belum dapat digolongkan sebagai penggunaan strategis SI/TI. Catatan: carilah sumber lain dan
perdalamlah pemahaman Anda mengenai “strategis” dalam bisnis.

PENJELASAN SLIDE 18

Dari penelitian oleh banyak ahli, beberapa faktor ditemukan sebagai penentu keberhasilan sistem informasi strategis.
Tidak semua faktor ini ada pada sistem yang berhasil, tetapi kebanyakan sistem yang sukses memiliki lebih dari satu
faktor tersebut.

8
(1) Fokus pada eksternal, bukan internal. Tiga dari empat kategori
penggunaan strategis sistem informasi (lihat PENJELASAN SLIDE 16) membutuhkan informasi mengenai
hal-hal yang berlangsung di luar (eksternal) organisasi.

(2) Menambah nilai, bukan mengurangi biaya. Diperlukan lebih dari sekadar penghematan biaya agar berhasil
dalam bisnis. Perusahaan yang menggunakan SI/TI untuk mengerjakan hal yang sama dengan cara yang lebih
murah akan tertinggal dari pesaingnya yang menggunakan SI/TI untuk berinovasi dan menghasilkan
produk/layanan yang nilainya lebih tinggi bagi pelanggan
(3) Berbagi manfaat. Keberhasilan penggunaan SI/TI (keuntungan, hasil, manfaat) dibagikan kepada banyak
pihak terkait, baik di dalam internal perusahaan maupun dengan pihak eksternal. Hal ini mendorong para
pihak terkait (pemangku kepentingan) bersedia melakukan perubahan dan penyesuaian yang diperlukan untuk
keberhasilan implementasi sistem.
(4) Memahami pelanggan. SI/TI digunakan untuk mengenali dan memahami permasalahan yang dihadapi
pelanggan dan value proposition seperti apa yang tepat bagi mereka.
(5) Inovasi didorong oleh tujuan bisnis, bukan oleh teknologi. TI digunakan untuk mewujudkan gagasan-gagasan
bisnis dan memanfaatkan peluang bisnis. Dengan perkataan lain, investasi pada SI/TI didasarkan pada
kebutuhan bisnis, bukan karena desakan pemasok dan para ahli TI.
(6) Pengembangan secara inkremental (bertahap). Visi tentang aplikasi tidak diwujudkan dengan satu langkah
besar. Aplikasi dikembangkan sebagai suatu eksperimen yang berlangsung terus menerus; apabila suatu
aplikasi telah berhasil, akan dilanjutkan dengan penetapan capaian yang lebih tinggi lagi. Pendekatan ini
seperti metodologi agile dalam pengembangan sistem, bukan metodologi ‘watefall’.
(7) Mengembangkan bisnis dengan menggunakan informasi dari sistem. Informasi yang berlimpah mengenai
pelanggan dapat digunakan untuk menentukan segmentasi pasar secara lebih akurat, sehingga dapat
menggunakan cara promosi dan memberikan penawaran yang sifatnya “personal” (sesuai dengan kebutuhan
dan preferensi pelanggan) – ini dikenal sebagai mass customization.
(8) Menghasilkan uang dari informasi. Organisasi menghasilkan data sebagai “hasil sampingan” dari operasi
mereka. Data ini potensial digunakan untuk menciptakan produk atau layanan baru.

Keragaman faktor yang menentukan keberhasilan penggunaan SI/TI secara strategis di penjelasan di atas
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki sikap yang berbeda-beda mengenai penggunaan SI/TI. Hal lain yang bisa
dipelajari adalah peran TI, SI dan informasi dalam keberhasilan tersebut. Teknologi pada dasarnya adalah suatu
“enabler” (sesuatu yang memungkin berlangsungnya suatu proses atau bekerjanya suatu sistem) yang dapat
memberikan keunggulan dalam waktu singkat, karena pesaing juga akan dapat membeli teknologi yang sama. SI yang
dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi tersebut dapat memberikan keunggulan yang lebih bertahan lama,
meskipun bisa ditiru juga. Manfaat SI tergantung pada dampak sistem tersebut pada proses bisnis dan pada hubungan
bisnis. Agar dapat tetap unggul, perusahaan harus menggunakan informasi dari aplikasi baru untuk meningkatkan
produk/layanannya atau menciptakan peluang baru dalam memenuhi permintaan pasar.

PENJELASAN SLIDE 19 dan PENJELASAN SLIDE 20

Salah satu komponen penting dalam strategi SI/TI adalah manajemen portofolio SI/TI. Lederer dan Sethi mengatakan
bahwa perencanaan strategis SI adalah “proses mengidentifikasi portofolio aplikasi berbasis komputer yang akan
membantu perusahaan menjalankan rencana bisnis dan mencapai tujuannya”. Banyak ahli telah menyusun model-
model manajemen portofolio SI/TI, baik untuk investasi baru maupun bagi aplikasi yang telah ada. Kebanyakan model

9
ini mengategorikan investasi SI berdasarkan sifat aset, sumber daya atau
kapabilitas yang disediakan atau diciptakannya, atau dampak bisnis dan risiko yang terkait dengannya.

Investasi SI/TI memiliki kontribusi yang berbeda-beda terhadap keberhasilan bisnis. Manajemen portofolio
mengategorikan investasi berdasarkan kontribusinya, sehingga membantu dalam strategi pemilihan aplikasi yang akan
dibeli/dikembangkan dan strategi manajemen proyek yang sesuai dengan kontribusi yang diinginkan. Kerangka kerja
portofolio yang digunakan dalam kuliah ini didasarkan pada model yang dibuat oleh McFarlan. Model ini
menganalisis semua aplikasi yang ada, direncanakan dan potensial ke dalam empat kategori, yaitu strategis, potensi
tinggi, operasional kunci dan pendukung, tergantung pada kontribusinya pada kinerja bisnis dan strategi perusahaan.
(Uraian di PENJELASAN SLIDE cukup untuk saat ini, pada kuliah selanjutnya yang membahas portofolio aplikasi
hal ini akan diperdalam bersama matriks portofolio lainnya).

PENJELASAN SLIDE 20 dan PENJELASAN SLIDE 21

Strategi Digital didefinisikan sebagai “berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen jangkapanjang
yang efektif dan dampak optimal informasi dalam segala bentuknya: sistem informasi (SI) dan teknologi
informasi (TI).” Berpikir strategis mengenai SI/TI tidak hanya menyangkut pencarian secara aktif peluang
penggunaan TI untuk keunggulan bersaing, tetapi juga pendekatan strategis pada investasi perusahaan dalam
SI/TI. Dalam perumusan strategi digital perlu diseimbangkan antara upaya menghindar dari ketertinggalan
(disadvantage) dengan upaya mengeksploitasi teknologi untuk mendapatkan keunggulan.

Sullivan mengatakan bahwa organisasi perlu memhatikan dan menangani kekuatan-kekuatan di luar kendali
organisasi ketika mengelola SI/TI secara strategis. Sullivan menyusun dua sumbu yang dapat dipertimbangkan
oleh perusahaan terkait kekuatan-kekuatan tersebut:
- Infusion – sejauh mana ketergantungan organisasi pada SI/TI dalam menjalankan operasional utamanya
dan dalam mengelola bisnisnya
- Diffusion – sejauh mana penggunaan SI/TI tersebar di seantero organisasi, dan seberapa besar wewenang
dalam membuat keputusan mengenai penggunaannya dilimpahkan kepada anggota organisasi

Dengan menggunakan kedua sumbu tersebut dapat dibedakan empat lingkungan yang dihadapi dalam perumusan
manajemen strategis sistem informasi:

- Low diffusion/low infusion – lingkungan ‘tradisional’ dimana TI digunakan semata-mata untuk


meningkatkan efisiensi; keterhubungan di antara aplikasi tidak menjadi perhatian
- Low diffusion/high infusion – lingkungan dimana SI/TI sangat penting bagi operasional dan
pengendalian perusahaan – SI/TI menjadi ‘tulang punggung’. Perusahaan dapat sangat terganggu dan
tertinggal jika sistem gagal bekerja; oleh karena itu, semua aplikasi dan infrastruktur diintegrasikan
dengan ketat
- High diffusion/low infusion – lingkungan dimana pengendalian dilakukan secara terdesentralisasi,
manajer diberikan kebebasan menetapkan prioritas untuk bagian/wilayahnya dan melakukan investasi
“untuk memanfaatkan peluang” yang didorong oleh prioritas jangka pendek dan keinginan untuk
menciptakan keunggulan bisnis
- High diffusion/high infusion – lingkungan yang kompleks yang sulit dikelola: pengendalian yang terlalu
ketat untuk menghindari investasi yang buruk akan menyebabkan inovasi terkendala, dan ini akan

10
menyebabkan hilangnya peluang strategis; pengendalian yang terlalu
longgar dapat menyebabkan sistem inti mengalami disintegrasi.
Kebanyakan organisasi sekarang berada di kuadran ini.

Implikasi diagram: Semakin tergantung sebuah organisasi pada SI/TI (yaitu untuk menghindari ketertinggalan),
semakin terpusat dan terstruktur pendekatan yang digunakan dalam perencanaan dan pengendalian. Di sisi lain,
penggunaan SI/TI secara inovatif untuk mendapatkan keunggulan di masa depan, pengendalian teknologi
membutuhkan wewenang yang lebih tinggi pada pengguna agar solusi teknologi sesuai dengan kebutuhan bisnis.
Berupaya untuk menghindar dari ketertinggalan bersamaan dengan berupaya untuk mendapatkan keunggulan
adalah situasi lingkungan high diffusion – high infusion yang membutuhkan cara pengelolaan yang seimbang
dan kompleks.

PENJELASAN SLIDE 23

SI/TI membantu organisasi meningkatkan efisiensi, efektivitas dan daya saing. Perlu dibedakan antara Strategi
SI dengan Strategi TI. Strategi SI berakar kuat pada kepentingan bisnis, dan karena itu harus memperhatikan
keselarasannya dengan strategi bisnis dan dengan potensinya untuk meningkatkan daya saing. Strategi SI
menyusun dan menetapkan prioritas investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan portofolio yang ideal,
memperkirakan manfaat yang dapat diperoleh, dan perubahan-perubahan yang diperlukan agar bisa mendapatkan
manfaat tersebut, dengan memperhatikan kendala sumber daya dan saling ketergantungan di antara aplikasi.
Strategi TI merumuskan bagaimana teknologi dapat memenuhi dan mendukung kebutuhan akan informasi dan
aplikasi yang diidentifikasi di dalam Strategi SI.

Para produsen TI berupaya untuk menjadikan SI sebagai bagian dari Strategi TI untuk menonjolkan peran penting
teknologi yang mereka tawarkan. Ini adalah pendekatan yang buruk, karena menganggap bahwa permasalahan
yang dihadapi oleh perusahaan semata-mata membutuhkan solusi teknologi. Solusi yang dibutuhkan perusahaan
adalah kombinasi antara perubahan di dalam bisnis dengan penggunaan informasi.

PENJELASAN SLIDE 24

Strategi bisnis menentukan arah/tujuan organisasi dan alasan memilih arah/tujuan tersebut. Strategi SI
menentukan informasi dan aplikasi SI seperti apa yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi bisnis. Strategi
TI menjabarkan bagaimana teknologi memenuhi kebutuhan yang disebutkan dalam SI. SI/TI bukan hanya dapat
mendukung strategi bisnis, tetapi juga dapat mempengaruhi (menjadi penentu bagi) strategi bisnis.

Perlu diperhatikan Strategi SI tidak bisa diperlakukan sebagai strategi fungsional, seperti pada strategi
pemasaran, produksi atau logistik. Informasi digunakan dalam seluruh aktivitas organisasi dan oleh seluruh
anggota organisasi, sehingga strategi SI tidak bisa dibatasi pada bagian tertentu saja. Selain itu, jaringan
informasi internal menjadi pengikat bagi seluruh organisasi. Sementara itu, Strategi TI boleh saja diperlakukan
sebagai strategi fungsional.

11
PENJELASAN SLIDE 25 dan PENJELASAN SLIDE 26

Keselarasan strategis menunjukkan sejauh mana portofolio investasi SI/TI secara langsung mendukung dan
menggerakkan strategi bisnis. Banyak investasi SI/TI gagal karena ketidakselarasan strategis. Strategic
Alignment Model (SAM) dapat digunakan untuk menilai pilihan-pilihan strategis yang dihadapi oleh manajer
dan untuk mempelajari keterkaitan di antara pilihan-pilihan tersebut. Model ini didasarkan pada integrasi
strategis dan fungsional. Keselarasan melibatkan empat domain pilihan strategis, yaitu: (1) strategi bisnis, (2)
infrastruktur dan proses organisasi, (3) strategi digital, dan (4) infrastruktur dan proses SI/TI. Hubungan yang
lemah di antara domain-domain tersebut akan menyebabkan SI/TI tidak selaras dengan strategi bisnis dan dengan
operasi bisnis. Ini mungkin terjadi karena strategi bisnis tidak selaras dengan infrastruktur dan proses organisasi;
mungkin juga disebabkan ketidakselarasan dalam investasi SI/TI.

Untuk menciptakan keselarasan dibutuhkan hubungan kerja yang baik, kepemimpinan yang kuat, penetapan
prioritas yang tepat, rasa saling percaya, komunikasi yang efektif dan pemahaman yang lengkap mengenai
lingkungan bisnis dan lingkungan teknologi. Menjaga keselarasan di dalam lingkungan bisnis dan teknologi yang
berubah semakin cepat adalah pekerjaan yang kompleks dan sulit. Untuk mengadaptasi strategi SI dan TI secara
cepat di dalam lingkungan yang semakin tidak pasti dan dinamis diperlukan pendekatan seperti ambidexterity,
adaptive, dynamic alignment dan co-evolution. Strategi bisnis yang berubah bersama strategi TI (co-evolution)
menunjukkan bahwa SI/TI tidak hanya menjadi pendukung dalam menjalankan strategi, tetapi juga dapat
menjadi penentu strategi, yaitu dengan menyediakan peluang strategi baru yang tidak mungkin dijalankan tanpa
teknologi.

PENJELASAN SLIDE 27

Baik teknologi mau pun persaingan terus berubah. Situasi ini memerlukan para manajer juga yang tetap tanggap
menghadapi perubahan tersebut. Cepatnya perubahan dapat menyebabkan Strategi IS menjadi usang sebelum
diimplementasikan. Oleh karena itu, organisasi tidak hanya memerlukan Strategi SI/TI, tetapi juga kemampuan
untuk terus menerus mencermati peluang dan ancaman, dan bereaksi secara tepat waktu. Ini dikenal dengan “IS
capability” (“kemampuan SI”) pada era keempat dalam penggunaan SI/TI. Tantangan yang dihadapi oleh
perusahaan bukan saja menyusun Strategi SI/TI yang baik (yang merupakan tujuan era ketiga), tetapi juga
mengembangkan kapasitas yang lengkap di dalam organisasi untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan
akhirnya diwujudkan.

PENJELASAN SLIDE 28

Dinamika (perubahan-perubahan) di dalam TI (dan konsekuensinya pada pengembangan strategi bisnis dan
strategi SI/TI) bersifat kompleks. Dalam gambar ini ditunjukkan dualitas teknologi, yaitu: teknologi digunakan
untuk mendukung strategi organisasi (melalui penyelarasan strategis) (panah a) dan mempengaruhi bisnis secara
langsung (panah b), karena langkah strategis hanya bisa dijalankan dengan bantuan teknologi. Teknologi juga
memfasilitasi cara-cara baru dalam menjalankan inovasi proses dan dapat melahirkan bisnis inovatif berbasis

12
jaringan. eBay, Uber dan Amazon adalah contoh perusahaan yang
menggunakan model bisnis yang mengikuti teknologi.

Langkah-langkah pesaing mempengaruhi dinamika industri dan juga mempengaruhi organisasi dan strateginya
(panah c); bersamaan dengan itu, langkah strategis perusahaan mempengaruhi langkah pesaing (panah d). Inovasi
teknologi dapat memiliki dampak mengguncang industri (panah e), yaitu dengan mengubah aturan persaingan
dan struktur industri. Meskipun dinamika ini digerakkan oleh inovasi teknologi, tetapi faktor yang paling
berperan di sini bukanlah teknologi itu sendiri. Perubahan besar yang sangat berpengaruh adalah perubahan nilai
ekonomi informasi dan perubahan cara mendapatkan, memproses, menyimpan, merencanakan dan menggunakan
informasi di dalam organisasi. Inilah yang menjadi konteks di mana perusahaan memutuskan cara terbaik
menggunakan teknologi untuk mendapatkan manfaat dari diskontinuitas, asimetri dan ketidaksempurnaan
informasi bagi keunggulan bisnis.

PENJELASAN SLIDE 29

Pendekatan Resource Based View (RBV) pada strategi bisnis mengatakan bahwa keunggulan bersaing berasal
dari sumber daya atau kapabilitas internal perusahaan. Sumber daya dan kapabilitas yang bernilai, jarang, tidak
dapat ditiru dan tidak dapat digantikan akan memberikan keunggulan bersaing dalam jangka panjang.

Dengan pendekatan ini, Mata dkk menyimpulkan bahwa yang dapat menjadi sumber keunggulan bersaing dalam
SI/TI hanyalah keterampilan mengelola SI/TI. Keterampilan ini mencakup kemampuan manajer SI/TI untuk
memahami kebutuhan bisnis, kemampuan bekerja sama dengan manajer-manajer fungsional, kemampuan untuk
mengoordinasikan aktivitas untuk mendukung aktivitas manajer fungsional lainnya, dan kemampuan
mengantisipasi kebutuhan masa depan. Selanjutnya, para peneliti tersebut menyarankan, ketika mencari sumber
keunggulan yang berkelanjutan yang didasarkan pada SI/TI, perusahaan harus mengurangi perhatian pada TI,
dan lebih memperhatikan proses pengorganisasian dan pengelolaan TI.

Pendapat Mata dkk ini didukung oleh penelitian McKinsey yang menyimpulkan bahwa organisasi yang memiliki
kinerja yang baik dalam TI berbeda dengan organisasi lain bukan dalam kehebatan teknis, tetapi dalam cara
mereka mengelola aktivitas SI/TI. Peneliti lain, Keen, menegaskan bawa “perbedaan besar dalam manfaat
ekonomi dan keunggulan bersaing yang didapat oleh perusahaan dari teknologi informasi terletak pada
perbedaan manajemen, bukan pada perbedaan teknologi. Beberapa pemimpin bisnis mampu menyatukan faktor-
faktor terkait penggunaan SI/TI dengan cara yang lebih baik dibandingkan pemimpin perusahaan lain.”

Tantangan yang dihadapi oleh organisasi adalah membangun kapabilitas untuk terus menerus mengidentifikasi
dan mendayagunakan peluang-peluang bisnis yang dibawa oleh SI/TI. Kapabilitas digital ini memiliki tiga
dimensi utama yang bekerja secara harmonis.
1. Penggabungan pengetahuan bisnis dengan pengetahuan SI/TI untuk memastikan bahwa di dalam strategi
tercakup hal-hal berikut: menggunakan inovasi teknologi, menangkap peluang dengan cepat dan
mengimplementasikan strategi hingga berhasil, termasuk mengelola perubahan dan membuat keputusan
mengenai sumber teknologi. Pelabelan “staf TI” dengan “staf bisnis” pada karyawan hanya menimbulkan
kesenjangan budaya yang menyebabkan banyak permasalahan.
2. Platform TI yang fleksibel dan dapat digunakan ulang menyediakan infrastruktur dan sumber daya teknologi
yang dibutuhkan untuk merespons dengan cepat gerakan pesaing dan juga untuk memberikan kapasitas
meluncurkan aplikasi yang inovatif untuk menciptakan produk, layanan atau proses yang baru.

13
3. Proses penggunaan yang efektif untuk menghubungkan aset
SI/TI dengan value yang dihasilkannya, yaitu melalui pemanfaatan
teknologi dan juga melalui penciptaan lingkungan yang kondusif untuk mengumpulkan, mengoordinasikan
dan merawat informasi. Hal ini perlu disertai dengan perilaku yang benar, baik secara individual maupun
secara bersama, dalam bekerja dengan informasi. Teknologi saja tidak memiliki nilai; nilai hanya bisa
didapatkan ketika teknologi digunakan, dan ini hanya bisa dilakukan oleh manusia.

14

Anda mungkin juga menyukai