Anda di halaman 1dari 28

INFORMATION SYSTEMS GOVERNANCE

DARMAWN
04219023

JURUSAN SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
2022
PENDAHULUAN

Pemenuhan kebutuhan akan sistem informasi bagi semua jenis organisasi menyebabkan
perkembangan sistem informasi yang begitu pesat. Penerapan teknologi informasi pada proses
bisnis suatu perusahaan dipandang sebagai suatu solusi yang nantinya dapat meningkatkan
kemampuan perusahaan di dalam persaingan. Hal ini menyebabkan pentingnya peningkatan
peran teknologi informasi agar selaras dengan investasi yang telah dikeluarkan, sehingga
dibutuhkan perencanaan yang matang serta implementasi yang optimal. Teknologi informasi
adalah suatu aset yang sangat berharga dalam suatu perusahaan, di mana peranan teknologi
informasi (TI) telah mampu mengubah pola pekerjaan, kinerja karyawan bahkan sistem
manajemen dalam mengelola sebuah organisasi. Teknologi informasi bisa memiliki peranan
penting menggantikan peran manusia secara otomatis terhadap suatu siklus sistem mulai dari
input, proses dan output di dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan serta telah menjadi
fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan bisnis yang memberikan andil besar terhadap
perkembangan organisasi.

Peranan sistem informasi yang signifikan ini tentu harus diimbangi dengan pengaturan
dan pengelolaan yang tepat, sehingga kerugian-kerugian yang mungkin terjadi dapat dihindari.
Kerugian yang dimaksud dapat timbul dari masalah-masalah seperti adanya kasus kehilangan
data, kebocoran data, informasi yang tersedia tidak akurat yang disebabkan oleh pemrosesan
data yang salah sehingga intergritas data tidak dapat dipertahankan, penyalahgunaan komputer
serta pengadaan investasi Teknologi Informasi (TI) yang bernilai tinggi namun tidak diimbangi
dengan pengembalian yang sesuai. Hal-hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi
pengambilan keputusan, termasuk mempengaruhi efektifitas dan efisiensi didalam pencapaian
tujuan dan strategi organisasi.

Sehingga memunculkan kesadaran bahwa tanggung jawab pengelolaan TI tidak bisa


sepenuhnya diserahkan ke unit/bagian/divisi yang hanya khusus menangani TI secara teknikal
(IT Function) sebagaimana pendekatan manajemen konvensional, melainkan juga harus
menjadi tanggung jawab berbagai pihak manajemen dalam suatu organisasi. Hal inilah yang
kemudian melahirkan konsep dan paradigma baru dalam mengelola Teknologi Informasi yang
disebut dengan IT Governance (Tata Kelola Teknologi Informasi).

IT Governance merupakan suatu komitmen, kesadaran dan proses pengendalian


manajemen organisasi terhadap sumber daya TI/sistem informasi yang dibeli dengan harga
mahal tersebut, yang mencakup mulai dari sumber daya komputer (software, brainware,
database dan sebagainya) hingga ke Teknologi Informasi dan Jaringan LAN/Internet.
Penelitian IT Governance Institute (ITGI) menunjukkan bahwa TI telah bergeser dari isu
teknologi menjadi isu manajemen dan pengelolaan. TI harus dikelola selayaknya aset
perusahaan lainnya. Penerapan TI di perusahaan akan dapat dilakukan dengan baik apabila
ditunjang dengan suatu pengelolaan TI (IT Governance) dari mulai perencanaan sampai
implementasinya.

A. Pengertian IT Governance

Governance merupakan turunan dari kata government, yang artinya membuat kebijakan
(policies) yang sejalan/selaras dengan keinginan/aspirasi masyarakat atau kontituen.
Sedangkan penggunaan pengertian “governance” terhadap Teknologi Informasi (IT
Governance) maksudnya adalah, penerapan kebijakan TI di dalam organisasi agar pemakaian
TI (berikut pengadaan dan pelayanannya) diarahkan sesuai dengan tujuan organisasi tersebut.
Standar COBIT dari lembaga ISACA di Amerika Serikat mendefinisikan IT Governance
as a “structure of relationships and processes to direct and control the enterprise in order to
achieve the entreprise’s goals by value while balancing risk versus return over IT and its
processes” yang artinya adalah sebuah struktur dari hubungan relasi dan proses untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan dengan
memberikan nilai tambah ketika menyeimbangkan resiko dengan menyesuaikan TI dan proses
bisnis perusahaan.
Tata kelola TI merupakan tanggungjawab pimpinan direktur dan manajemen eksekutif.
Merupakan bagian integral tata kelola perusahaan dan terdiri dari kepemimpinan dan struktur
organisasi serta proses-proses yang menjamin bahwa organisasi TI dapat mendukung dan
memperluas sasaran serta strategi organisasi.

Menurut Weill & Ross (2004) tata kelola TI terdiri dari 5 komponen utama, yaitu :
 IT Principles, merupakan suatu pernyataan top level manajemen tentang bagaimana TI
digunakan dalam bisnis organisasi. Menjelaskan pernyataan-pernyataan eksekutif
tentang bagaimana teknologi informasi dapat digunakan organisasi dan ke mana arah
TI akan dijalankan, prinsip TI menjadi bagian penting dari manajemen organisasi, yang
terus didiskusikan dan dilaksanakan demi perbaikan organisasi, baik di sektor
pemasaran, keuangan, pabrik dan lain-lain.
 IT Architecture, mendefinisikan integrasi dan standardisasi dalam sistem. Arsitektur TI
adalah pengorganisasian logika dari data, aplikasi dan infrastruktur yang dikemas
dalam suatu kebijakan, hubungan dan pemilihan teknologi untuk mendapatkan integrasi
dan standardisasi teknis dan bisnis yang diharapkan. Selain itu teknologi sebagai
pendukung bisnis organisasi yang telah dikembangkan melalui IT principle, selanjutnya
memerlukan proses standardisasi dan integrasi di dalam suatu organisasi. Dalam
banyak kasus di Indonesia saat ini banyak persoalan masalah integrasi dan koordinasi,
kepentingan sektoral masih menjadi problem, sehingga sering gagalnya proyek IT di
perusahaan yang menghabiskan banyak biaya.
 IT Infrastructure, menentukan layanan yang digunakan bersama (shared services).
Prasarana dan sarana teknologi informasi yang menyangkut jaringan, komputer,
perangkat keras dan lunak lainnya adalah suatu kumpulan komponen yang diharapkan
bisa mempercepat proses perhitungan, pengiriman dalam berbagai media informasi
(data, informasi, gambar, video, teks) dalam waktu yang singkat dan proses
penyimpanan yang efektif. Suatu sarana yang bisa dikontrol dari pusat kekuasaan dan
yang dipakai bersama menjadi hal yang penting. Perencanaan kapasitas, baik di
penyimpanan, pengiriman maupun pelayanan menjadi penting. Tanpa ada perencanaan
yang baik, maka akan menyebabkan buruknya image dan kinerja TI di perusahaan.
 Business Application Needs, menentukan pemenuhan kebutuhan aplikasi bisnis dengan
membangun aplikasi bisnis yang perlu diadakan atau dikembangkan oleh TI. Dalam
pengembangan teknologi informasi keperluan bisnis yang spesifik sehingga kehadiran
teknologi informasi memberikan suatu nilai baru bagi organisasi. Dua hal penting
dalam identifikasi keperluan bisnis yang terkait dengan teknologi informasi yaitu
kreatifitas dan disiplin. Kreativitas diperlukan untuk mengidentifikasi suatu cara atau
proses baru dari perusahaan/organisasi sehingga ada nilai yang bermakna. Sedangkan
disiplin menyangkut hal yang berkaitan dengan integritas arsitektur sehingga
meyakinkan bahwa aplikasi yang dibangun memang sesuai dengan arsitektur perusahan
yang terintegrasi.
 IT Investment and Prioritization, seringkali ditulis dengan IT Investment saja, ini
adalah keputusan-keputusan yang terkait dengan inisiatif mana yang perlu
diprioritaskan dan berapa banyak yang perlu dikeluarkan. Investasi teknologi informasi
sering menjadi bahan yang sulit dimengerti oleh top manajemen dari suatu organisasi,
hal ini di karenakan nilai yang ada tidak langsung terasa oleh organisasi.
B. Urgensi Tata Kelola TI

Tata kelola TI berfokus secara spesifik pada sistem teknologi informasi, performansi
dan manajemen resikonya. Tujuan utama dari tata kelola TI adalah memastikan bahwa
investasi dalam teknologi informasi memberikan nilai bisnis, dan untuk mengurangi resiko
yang berkaitan dengan TI. Hal ini dapat dilakukan dengan mengimplementasikan struktur
organisasional dengan peran-peran yang terdefinisi dengan baik untuk tanggung jawab
terhadap informasi, bisnis proses, aplikasi dan infrastruktur.

Tata kelola TI bertujuan untuk memaksimalkan potensi sumber daya yang ada, dan
menghindari tumpang tindih alokasi waktu, biaya dan sumber daya manusia, serta
mengurangi risiko dalam pengembangan TI sehingga menjamin investasi TI dapat
menghasilkan hasil yang maksimal. Teknologi informasi juga merupakan sumber daya
bisnis yang harus dikelola dengan baik dan benar. Teknologi informasi telah terbukti
memberikan kontribusi dan peranan penting pada keberhasilan atau kegagalan usaha bisnis
strategi perusahaan. Oleh karena itu, pengelolaan teknologi informasi sangatlah penting
untuk dilakukan.

Di lingkungan yang sudah memanfaatkan Teknologi Informasi (TI), tata kelola TI


menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan ekspektasi dan realitas
seringkali tidak sesuai. Pihak shareholder perusahaan selalu berharap agar perusahaan
dapat :
1. Memberikan solusi TI dengan kualitas yang bagus, tepat waktu, dan sesuai dengan
anggaran.
2. Menguasai dan menggunakan TI untuk mendatangkan keuntungan.
3. Menerapkan TI untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas sambil menangani
risiko TI.
Dalam sebuah IT governance terdapat beberapa pemangku kepentingan. Dibawah ini
dapat kita lihat pemangku kepentingan dan peranan-peranannya:
 Board and Executive
Menentukan arah pada TI, memantau hasil dan memastikan ketepatan
implementasi
 Business management
Menguraikan kebutuhan-kebutuhan bisnis untuk TI dan memastikan nilai-nilai
tersebut dikirimkan dan resiko terkelola.
 IT management
Memberikan dan meningkatkan pelayanan TI seperti yang dibutuhkan pada
bisnis.
 IT audit
Menyediakan kepastian yang independen untuk mendemonstrasikan bahwa TI
menyediakan apa yang diperlukan.
 Risk and compliance
Mengukur kepatuhan pada aturan-aturan dan focus pada resiko yang mungkin
muncul.

Kelima pemangku IT governance diatas haruslah saling bekerja sama dan berkontribusi
dalam mengontrol dan mengendalikan implementasi dari TI. Jadi IT governance memiliki
2 tujuan yang berkaitan yakni:

1. Conformance objective ( penyesuaian) – berfokus pada “corporate governance”


IT berfungsi sebagai pengiriman dan pelaporan data, dalam hal ini IT harus dapat
memastikan:
 Integritas informasi
 Ketepatan waktu untuk mempercepat pengambilan keputusan
 Menyediakan laporan untuk keperluan pimpinan
 Mengotomatisasi penangkapan data.

2. Performance objective - berfokus pada “bisnis governance”


 IT value delivery
 Strategic Alignment of IT
 IT resource management
 IT risk management
 IT performance management
C. Pengabaian Tata Kelola TI

Tata kelola TI yang dilakukan secara tidak efektif akan menjadi awal terjadinya
pengalaman buruk yang dihadapi perusahaan, yang memicu munculnya fenomena investasi TI
yang tidak diharapkan, seperti:

1. Kerugian bisnis, berkurangnya reputasi, dan melemahnya posisi kompetisi.


2. Tenggang waktu yang terlampaui, biaya lebih tinggi dari yang di perkirakan, dan
kualitas lebih rendah dari yang telah diantisipasi.
3. Efisiensi dan proses inti perusahaan terpengaruh secara negatif oleh rendahnya kualitas
penggunaan TI.
4. Kegagalan dari inisiatif TI untuk melahirkan inovasi atau memberikan keuntungan
yang dijanjikan.

D. Manfaat Tata Kelola TI dan Fokus Utama Tata Kelola TI

Menurut ITGI (IT Governance Institute), tata kelola TI pada dasarnya berfokus pada
dua hal yaitu bagaimana TI memberikan nilai tambah bagi bisnis dan penanganan risiko
pada implementasi TI. Tujuan tata kelola TI menurut ITGI adalah mengarahkan investasi
TI untuk menjamin performa TI memenuhi tujuan-tujuan berikut:

 Kesesuaian TI dengan organisasi dan realisasi keuntungan yang dijanjikan


 Penggunan TI memungkinkan organisasi memaksimalkan manfaat dan
memperbesar peluang
 Pertanggungjawaban dalam penggunanan sumber daya TI
 Manajemen yang sesuai dengan risiko-risiko yang berkaitan dengan TI.

Berdasarkan “Board Briefing on IT Governance” (ITGI, 2003), tata kelola TI


memperhatikan dua hal yaitu nilai tambah TI bagi bisnis dan mitigasi risiko TI. Nilai TI
didorong oleh penyelarasan strategis TI dan bisnis, sedangkan mitigasi risiko didorong oleh
tanggung jawab kepada organisasi. Keduanya membutuhkan dukungan dari sumberdaya
yang cukup dan dapat diukur untuk menjamin bahwa hasil yang diharapkan terpenuhi. Hal
ini mengarah pada lima area utama untuk tata kelola TI yang didorong oleh nilai yang
diberikan kepada stakeholder (stakeholder value drivers). Dua diantara area tersebut
merupakan hasil, yaitu pengiriman nilai (value delivery) dan manajemen risiko (risk
management). Tiga area lainnya merupakan pendorong, yaitu keselarasan strategis
(strategic alignment), manajemen sumberdaya (resource management), dan pengukuran
performa (performance measurement). Moller (2008) Adapun fokus utama dari area Tata
Kelola TI (IT Governance) yakni:

1. Penyelarasan Strategis (Strategic Alignment)


Memfokuskan kepastian terhadap keterkaitan antara strategi bisnis dan TI serta
penyelarasan antara operasional TI dengan bisnis.

2. Penyampaian Nilai (Value Delivery)


Mencakup hal-hal yang terkait dengan penyampaian nilai yang memastikan bahwa TI
memenuhi manfaat yang dijanjikan dengan memfokuskan pada pengoptimalan biaya
dan pembuktian nilai hakiki akan keberadaan TI.

3. Pengelolaan Sumber Daya (Resource Management)


Berkaitan dengan pengoptimalan investasi yang dilakukan dan pengelolaan secara tepat
dari sumber daya TI yang kritis mencakup: aplikasi, informasi, infrastruktur dan
Sumber Daya Manusia (SDM). Isu kunci area ini berhubungan dengan pengoptimalan
pengetahuan dan infrastruktur

4. Pengelolaan Resiko (Risk Management)


Membutuhkan kepekaan akan resiko oleh manajemen senior, pemahaman yang jelas
akan perhatian perusahaan terhadap keberadaan resiko, pemahaman kebutuhan akan
kepatutan, transparansi akan resiko yang signifikan terhadap proses bisnis perusahaan
dan tanggung jawab pengelolaan resiko ke dalam organisasi itu sendiri.

5. Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Penelusuran dan pengawasan implementasi dari strategi, pemenuhan proyek yang


berjalan, penggunaan sumber daya, kinerja proses dan penyampaian layanan dengan
menggunakan kerangka kerja seperti Balanced Scorecard yang menerjemahkan strategi
ke dalam tindakan untuk mencapai tujuan terukur dibandingkan dengan akuntansi
konvensional.
Hubungan kelima area ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan tata kelola TI pada suatu
organisasi digerakkan oleh pemberian nilai tambah bagi stakeholder. Untuk memberikan
nilai tambah ini dilakukan penyelarasan strategis dan penentuan solusi-solusi yang
kolaboratif antara TI dan bisnis. Dari proses tersebut ditentukan nilai tambah TI yang
kemudian dilakukan pengoptimalan pengeluaran dan pembuktian nilai tambah TI tersebut
bagi bisnis. Pemberian nilai tambah ini membutuhkan manajemen resiko yang bertujuan
untuk penyelamatan aset TI, pemulihan dari bencana dan keberlangsungan operasi TI.
Selanjutnya dibutuhkan manajemen sumberdaya untuk mengoptimalkan pengetahuan
(knowledge) dan infrastruktur TI. Keseluruhan area ini dapat dikelola dengan tepat melalui
pengukuran performa dengan penelusuran penyelesaian proyek dan memonitor layanan TI.
Perencanaan Strategi Sistem Informasi

1. Definisi Perencanaan Strategi Sistem Informasi

1. Definisi menurut para ahli


 Martin (1990, p467) : Perencanaan Strategi SI/TI merupakan periode pada daur hidup
system ketika sebuah arsitektur informasi , arsitektur system bisnis, dan arsitektur
teknikal pertama kali dibuat dan ketika sekumpulan system bisnis yang konsisten dan
terintegrasi akan dikembangkan.
 Martin (1990, p102) : Perencanaan Strategi SI/TI merupakan salah satu langkah dalam
information engineering yang berhubungan dengan sasaran dan target bisnis serta
bagaimana teknologi dapat dihunakan untuk menuciptakan kesempatan baru atau
keuntungan kompetitif.
 Ward and Griffiths (1996) : pendekatan sistematis untuk menentukan mana yang paling
efektif dan efisien berkaitan dengan kepuasan pemenuhan kebutuhan informasi.
 Ward and Peppard (2002) : Perencanaan strategis SI/TI merupakan proses
identifikasiportfolio aplikasi SI berbasis komputer yang akan mendukung organisasi
dalam pelaksanaan rencana bisnis dan merealisasikan tujuan bisnisnya.

Perencanaan strategis SI/TI mempelajari pengaruh SI/TI terhadap kinerja bisnis dan
kontribusi bagi organisasi dalam memilih langkah-langkah strategis. Selain itu, perencanaan
strategis SI/TI juga menjelaskan berbagai alat, teknik, dan kerangka kerja bagi manajemen
untuk menyelaraskan strategi SI/TI dengan strategi bisnis, bahkan mencari kesempatan baru
melalui penerapan teknologi yang inovatif.

2. Definisi secara umum


Berdasarkan definisi – definisi yang ada, maka dapat disimpulkan definisi dari
perencanaan strategi sistem informasi dan teknologi informasi adalah suatu proses analisis
secara menyeluruh dan sistematis dalam merumuskan tujuan dan sasaran perusahaan, serta
menentukan strategi yang memanfaatkan kelebihan dari sistem informasi dan dukungan
teknologi informasi dalam menunjang strategi bisnis dan memberikan keunggulan kepada
perusahaan dalam bersaing.
B. Alasan Penggunaan Perencanaan Strategi Sistem Informasi
Ward dan Peppard (2002, p47) menyatakan beberapa alasan yang menyebabkan perlunya
bagi suatu perusahaan untuk memiliki suatu strategi system informasi atau teknologi informasi
:
1) Adanya investasi untuk pengadaan SI/TI yang tidak mendukung sasaran bisnis suatu
organisasi.
2) SI/TI yang ada tidak terkontrol
3) Sistem tidak teintegrasi sehingga data bersifat tersebar sehingga sangat mungkin terjadi
kerangkapan data dan hilangnya keterkaitan antar sumber daya informasi.
4) Organisasi tidak memiliki skala prioritas dalam mengembangkan proyek SI/TI,
sehingga sangat sering terjadi perubahan yang akhirnya menurunkan produktivitas
organisasi.
5) Manajemen informasi yang buruk dan tidak akurat.
6) Strategi SI/TI tidak sejalan dengan strategi bisnis organisasi
7) Proyek SI/TI hanya dievaluasi untuk kepentingan keuangan semata.

C. Model Perencanaan Strategi Sistem Informasi


Model kerangka kerja dan perencanaan strategis system dan teknologi informas dapat
dilihat pada gambar diatas , dan lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
 Input, sebagai masukan dalam perencanaan strategis system dan teknologi informasi
terdiri atas:
a) Lingkungan bisnis internal organisasi
Merupakan strategi bisnis yang digunakan pada masa sekarang, tujuan, sumber daya,
proses dan budaya organisasi serta nilai dari bisnis itu sendiri.
b) Lingkungan bisnis eksternal organisasi
Pada tahap ini dilakuakan analisis faktor-faktor di luar organisasi yang mempengaruhi
kinerja organisasi, yang mencakup aspek-aspek ekonomi, industri, dan iklim bersaing
perusahaan.
c) Lingkungan Internal SI/TI
Pada tahap ini akan dilakukan analisis yang mencakup kondisi SI/TI organisasi dari
perpektif bisnis saat ini bagaimana kematangannya (maturity), bagaimana kontribusi terhadap
bisnis, keterampilan sumber daya manusia, sumber daya dan infrastruktur teknologi, termasuk
juga bagaimana portofolio dari SI/TI yang ada saat ini.
d) Lingkungan Eksternal SI/TI
Pada tahap ini dilakukan analisis kondisi teknologi SI/TI yang berkembang saat ini yang
mencakup tren teknologi dan peluang pemanfaatannya, serta penggunaan SI/TI oleh
kompetitor, pelanggan dan pemasok. Dari hasil ini akan diperoleh peluang teknologi SI/TI
yang dapat digunakan dalam mendukung strategi organisasi.

Proses Perencanaan strategi SI/TI, proses dimana informasi yang diperoleh, serta hasil analisis
yang diperoleh dari inputs, akan diolah untuk menghasilkan outputs:
 Outputs, merupakan hasil dari proses yang mencakup :
A. Strategi bisnis SI, yang mencakup bagaimana setiap unit/fungsi bisnis organisasi akan
memanfaatkan SI/TI untuk mencapai sasaran bisnisnya, portofolio aplikasi dan
gambaran arsitektur informasinya.
B. Strategi TI, yang mencakup kebijakan dan strategi bagi pengelolaan teknologi dan
sumber daya manusia SI/TI.
C. Strategi manajemen SI/TI, yang mencakup elemen-elemen umum yang diterapkan
melalui organisasi untuk memastikan konsistensi penerapan kebijakan SI/TI yang
dibutuhkan.
 Future Application Portfolio, rincian yang menjelaskan usulan aplikasi yang akan
digunakan perusahaan dalam waktu kedepan, untuk mengintegrasikan setiap unit dari
perusahaan dan menyesuaikan perkembangan teknologi dengan perkembangan perusahaan.
 Current Application Portfolio, rincian mengenai aplikasi system informasi yang diterapkan
perusahaan saat ini, dengan melihat keuntungan dan kekuatan yang diperoleh dengan
menggunakan aplikasi tersebut serta melihat dukungan aplikasi yang ada terhadap kegiatan
operasional dan perencanaan strategi sistem dan teknologi.

D. Teknik Analisis Perencanaan Strategi Sistem Informasi


Berdasarkan framework yang dikemukakan oleh Ward dan Peppard (2002) teknik-teknik
analisis yang digunakan dalam perencanaan strategi SI/TI diantaranya adalah:
1. Analisis Lingkungan Internal Bisnis
Analisis lingkungan internal bisnis dari sebuah perusahaan digunakan untuk mengetahui
strategi bisnis perusahaan pada saat ini, misi, dan visi perusahaan, aktivitas dan proses bisnis
perusahaan, sumber daya yang dimiliki dan informasi yang dibutuhkan perusahaan. Adapun
teknik – teknik analisis yang digunakan dalam memahami kondisi situasi pada
lingkungan internal bisnis diantaranya adalah :
a) Analisis Value Chain
Analisis rantai nilai (value chain) adalah kegiatan menganalisis kumpulan aktivitas yang
dilakukan untuk merancang, memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan mendukung
produk atau jasa, dibedakan menjadi dua yaitu aktivitas utama (primary activities) pada
perusahaan yang pada akhirnya memberikan kepuasan pada pelanggan. Aktivitas-aktivitas
tersebut tidak hanya dilakukan dengan baik, tapi juga harus saling berhubungan dengan
efektif jika keseluruhan performa bisnis hendak dioptimalkan.
Aktivitas utama (Primary Activities) terdiri dari logistik dalam, operasi, logistik keluar,
pemasaran, dan pelayanan. Kedua adalah aktivitas pendukung (Support Activities) yang
mendukung aktiviatas utama yang terdiri dari berbagai fungsi, yaitu kelengkapan
infrastruktur, manajemen SDM, pengadaan barang, dan pengembangan teknologi.

b) Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan yg diambil dari huruf depan kata Strength, Weakness,
Opportunity dan Threat, yg dalam bahasa Indonesia mudahnya diartikan sebagai Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman. Analisa SWOT berguna untuk menganalisa faktor-
faktor di dalam organisasi yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan atau salah
satu komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.
Metode analisa SWOT bisa dianggap sebagai metode analisa yang paling dasar, yang
berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yang berbeda. Hasil analisa
biasanya adalah arahan atau rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah
keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari
ancaman. Analsis SWOT dapat dibagikan dalam lima langkah:
o Menyiapkan sesi SWOT.
o Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
o Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman.
o Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan.
o Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

c) Analisis Critical Succes Factor (CSF)


Analisa CSF merupakan suatu ketentuan dari organisasi dan lingkungannya yang
berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan. CSF dapat ditentukan jika objektif
organisasi telah diidentifikasi. Tujuan dari CSF adalah menginterpretasikan objektif secara
lebih jelas untuk menentukan aktivitas yang harus dilakukan dan informasi apa yang
dibutuhkan.
Peranan CSF dalam perencanaan strategis adalah sebagai penghubung antara strategi
bisnis organisasi dengan strategi SI-nya, memfokuskan proses perencanaan strategis SI pada
area yang strategis, memprioritaskan usulan aplikasi SI dan mengevaluasi strategi SI.
Manfaat dari analisis CSF menurut Ward dan Peppard (2002, p209) adalah sebagai
berikut :
o Analisis CSF merupakan teknik yang paling efektif dalam melibatkan manajemen
senior dalam mengembangkan strategi sistem informasi. Karena CSF secara
keseluruhan telah berakar pada bisnis dan memberikan komitmen bagi manajemen
puncak dalam menggunakan sistem informasi, yang diselaraskan dengan pencapaian
tujuan perusahaan melalui area bisnis yang kritis.
o Analisis CSF menghubungkan proyek SI yang akan diimplementasikan dengan
tujuannya, dengan demikian sistem informasi nantinya akan dapat direalisasikan agar
sejalan dengan strategi bisnis perusahaan.
o Dalam wawancara dengan manajemen senior, analisis CSF dapat menjadi perantara
yang baik dalam mengetahui informasi apa yang diperlukan oleh setiap individu.
o Dengan menyediakan suatu hubungan antara dengan kebutuhan informasi, analisis
CSF memegang peranan penting dalam memprioritaskan investasi modal yang
potensial.
o Analisis CSF sangat berguna dalam perencanaan sistem informasi pada saat strategi
bisnis tidak berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan, dengan memfokuskan pada
masalah – masalah tertentu yang paling kritis.
o Analisis CSF sangat berguna apabila digunakan sejalan dengan analisis value chain
dalam mengidentifikasi proses yang paling kritis, serta memberikan fokus pada
pencapaian tujuan melalui kegiatan – kegiatan yang paling tepat untuk dilaksanakan.

d) Key Performance Indicator (KPI)


Menurut Tozer (1996, p141), Key Performace Indicator merupakan sebuah komposisi
yang diperoleh dari beberapa ukuran dimana bersifat tidak tetap dan bisa berubah. KPI juga
merupakan suatu indikator yang membantu dalam menilai :
o Untuk kerja dari sebuah fungsi.
o Tingkat keberhasilan dalam meraih sasaran atau tujuan.
o Perilaku CSF
Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan KPI antara lain :
o Mengeidentifikasi kebutuhan yang telah dibuat.
o Menyelidiki karakter lingkungan pengambilan keputusan.
o Menilai jangkauan informasi yang dibutuhkan.
o Menyelidiki proses pengambilan keputusan.
o Mengarahkan sensitifitas analisis akibat pengaruh dari penundaan waktu.
o Mengembangkan format presentasi yang tepat.
o Mengerjakan seluruh lapisan dari proses informasi pendukung.

2. Analisis Lingkungan Eksternal Bisnis


Analisis lingkungan eksternal bisnis dari sebuah perusahaan terdiri dari faktor – faktor
yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor – factor utama yang biasa
diperhatikan adalah faktor Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST). Lingkungan
eksternal bisnis ini dapat memberikan kesempatan besar dari perusahaan untuk maju, sekaligus
dapat menjadi hambatan dan ancaman untuk maju. Adapun teknik-teknik analisis yang
digunakan untuk memahami kondisi situasi pada lingkungan eksternal bisnis diantaranya
adalah :
a. Analisis Lingkungan Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi (PEST)
Menurut Ward dan Peppard (2002, p70-72) analisis PEST adalah analisis terhadap faktor
lingkungan eksternal bisnis yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial dan teknologi.
o Faktor Politik
Faktor politik meliputi kebijakan pemerintah, masalah – masalah hukum, serta
mencakup aturan – aturan formal dan informal dari lingkungan dimana perusahaan
melakukan kegiatannya. Contoh :
• Kebijakan tentang pajak
• Peraturan ketenagakerjaan
• Peraturan daerah
• Peraturan perdagangan
• Stabilitas politik
o Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi meliputi semua faktor yang mempengaruhi daya beli dari pelanggan
dan mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Contoh :
• Pertumbuhan ekonomi
• Tingkat suku bunga
• Standar nilai tukar
• Tingkat inflasi
• Harga-harga produk dan jasa

o Faktor Sosial
Faktor sosial meliputi semua faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan dari
pelanggan dan mempengaruhi ukuran dari besarnya pangsa pasar yang ada. Contoh :
• Tingkat pendidikan masyarakat
• Tingkat pertumbuhan penduduk
• Kondisi lingkungan sosial
• Kondisi lingkungan kerja
• Keselamatan dan kesejahteraan sosial

o Faktor Teknologi
Faktor teknologi meliputi semua hal yang dapat membantu dalam menghadapi
tantangan bisnis dan mendukung efisiensi proses bisnis. Contoh :
• Aktivitas penelitian dan pengembangan teknologi
• Automatisasi
• Kecepatan transfer teknologi
• Tingkat kadaluarsa teknologi

PEST digunakan untuk menilai pasar dari suatu unit bisnis atau unit organisasi Arah
analisis PEST adalah kerangka untuk menilai sebuah situasi, dan menilai strategi atau posisi,
arah perusahaan, rencana pemasaran, atau ide. Dimana analisis ini cukup mempengaruhi
perusahaan, karena melalui analisis ini dapat diambil suatu peluang atau ancaman baru bagi
perusahaan.
b. Analisis Lima Model Persaingan Porter
Adapun teknik analisis Lima Model Persaingan Porter digunakan untuk memahami
kondisi situasi pada lingkungan eksternal bisnis diantaranya adalah Analisis lima model
persaingan Porter meliputi :
 Analisis terhadap pendatang baru
 Analisis terhadap barang pengganti
 Analisis kekuatan tawar menawar terhadap pelanggan
 Analisis kekuatan tawar menawar dengan supplier
 Analisis terhadap persaingan industri sejenis

3. Analisis Lingkungan Internal SI/TI


Analisis ini akan menyediakan informasi yang menyeluruh tentang lingkungan internal
SI/TI perusahaan saat ini, yang dapat digunakan sebagai salah satu bentuk masukan dalam
proses strategi SI/TI (Ward dan Peppard, 2002, p198).
Analisis lingkungan internal SI/TI untuk mengetahui pandangan SI/TI terhadap bisnis
ada masa sekarang ini, pengalaman perusahaan dalam bisnis, cakupan bisnis, dan kontribusinya
terhadap pasar, kemampuan perusahaan, sumber daya dalam perusahaan dan infrastruktur
teknologi yang digunakan. Aplikasi portfolio saat ini dari sistem yang berjalan dan sistem yang
sedang dalam pengembangan (Ward dan Peppard, 2002, p153).
a) Analisis Portfolio Aplikasi Mcfarlan (Portfolio Aplikasi)
Menurut Ward dan Peppard (2002, p299) Portofolio Aplikasi Mcfarlan digunakan
untuk menilai kontribusi SI/TI secara keseluruhan dan efeknya terhadap kesuksesan
bisnis.
Menurut Ward dan Peppard (2002, p299) portofolio aplikasi adalah cara untuk
membawa bersama sistem informasi yang telah ada, yang direncanakan dan potensial
untuk kemudian menilai kontribusi bisnisnya, umumnya berupa matrik dua-kali-dua,
yang merupakan metode yang sangat popular untuk menjelaskan dampak dari variabel
yang tidak berkaitan, namun saling mempengaruhi.
Dalam portfolio aplikasi sebuah aplikasi dapat dikategorikan sebagai strategic, high
potential, key operational, atau support tergantung dari peranannya dalam mendukung
strategi bisnis perusahaan, baik pada saat ini maupun di masa mendatang.
4. Analisis Lingkungan Eksternal SI/TI
Analisis ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman tentang keadaan dan
perkembangan SI/TI diluar lingkungan perusahaan, yang memberikan dampak dan pengaruh
bagi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan utama dari analisis ini
adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang peluang – peluang baru dalam penggunaan
SI/TI, dan ini tidak terbatas hanya pada peluang untuk mengimplemetasikan teknologi yang
termutakhir namun juga dapat berupa peluang untuk menggunakan teknologi yang sudah ada
dengan cara yang lebih hemat dan tepat dalam penggunaannya atau peluang untuk
menggunakan teknologi dengan cara lain yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.Bagian
dari analisis ini juga meliputi pengetahuan tentang SI/TI yang digunakan oleh pihak eksternal
seperti pesaing, pemasok, atau perusahaan – perusahaan lain yang memiliki hubungan dan
mempengaruhi bisnis perusahaan. Salah satu aspek dari analisis ini adalah untuk dapat
mengkategorikan elemen – elemen yang potensial dan berharga dari teknologi untuk dapat
dievaluasi dan dimanfaatkan oleh perusahaan. Inti dari analisis ini adalah untuk dapat
menyediakan informasi yang menyeluruh tentang lingkungan eksternal SI/TI untuk digunakan
sebagai salah satu bentuk masukan dalam proses perencanaan strategi SI/TI (Ward dan
Peppard, 2002, p203-204).
COBIT (Control Objective for Information and related Technology)

 COBIT Guidelines
Kerangka kerja COBIT terdiri atas beberapa arahan/pedoman, yakni:

1. Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat-tinggi (high-level control objectives) yang
tercermin dalam 4 domain, yaitu: planning & organization , acquisition &
implementation , delivery & support , dan monitoring.
2. Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendalian yang bersifat rinci (detailed control
objectives) untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance
dan/atau saran perbaikan.
3. Management Guidelines
Berisi arahan, baik secara umum maupun spesifik, mengenai apa saja yang mesti
dilakukan, terutama agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Sejauh mana Anda (TI) harus bergerak, dan apakah biaya TI yang dikeluarkan
sesuai dengan manfaat yang dihasilkannya.
b. Apa saja indikator untuk suatu kinerja yang bagus?
c. Apa saja faktor atau kondisi yang harus diciptakan agar dapat mencapai sukses (
critical success factors )?
d. Apa saja risiko-risiko yang timbul, apabila kita tidak mencapai sasaran yang
ditentukan?
e. Bagaimana dengan perusahaan lainnya – apa yang mereka lakukan?
f. Bagaimana Anda mengukur keberhasilan dan bagaimana pula
membandingkannya.
Gambar 6 Kaitan IT Governance dan COBIT

 Pihak Kebutuhan Kontrol COBIT


a. Direktur dan Eksekutif

 Untuk memastikan manajemen mengikuti dan mengimplementasikan strategi


searah dengan IT.

a. Manajemen
 Untuk mengambil keputusan investasi IT.
 Untuk keseimbangan resiko dan kontrol investasi.
 Untuk benchmark lingkungan IT sekarang dan masa depan.
b. Users
 Untuk memperoleh jaminan keamanan dan control produk dan jasa yang
dibutuhkan secara internal maupun eksternal.

c. Auditors
 Untuk memperkuat opini untuk manajemen dalam control internal.
 Untuk memberikan saran pada control minimum yang diperlukan.

 Prinsip Dasar COBIT


Untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan perusahaan untuk mencapai tujuan
organisasi.Prinsip dasar COBIT menggambarkan :
1. Kebutuhan bisnis
2. Orientasi proses
3. Sumber daya IT

Gambar 7 Prinsip Dasar COBIT

 The COBIT Cube

Gambar 8 The COBIT Cube


 Kebutuhan Bisnis
a. Efektivitas (Effectiveness), menguraikan informasi yang relevan dan berhubungan
dengan proses bisnis yang disampaikan tepat pada waktunya dengan cara yang
benar, konsisten dan tepat digunakan.

b. Efisiensi (Efficiency), menyangkut ketentuan informasi melalui penggunaan


sumberdaya yang optimal (lebih produktif dan ekonomis).

c. Kerahasiaan (Confidentiality), menyangkut perlindungan informasi yang sensitif


dari akses yang tidak sah.

d. Integritas (Integrity), berkaitan dengan keakuratan dan kelengkapan informasi juga


keabsahannya yang sesuai dengan harapan (expectation) dan nilai bisnis.

e. Ketersediaan (Availability), berkaitan dengan informasi yang tersedia yang


diperlukan oleh proses bisnis saat ini dan yang akan datang, juga menyangkut
penjagaan sumberdaya yang perlu dan kemampuan yang terkait.

f. Pemenuhan (Compliance), menguraikan pemenuhan hukum, peraturan dan


persetujuan yang bersifat kontrak dimana proses bisnisnya merupakan subyek,
yakni kriteria bisnis yang ditentukan dari luar.

g. Keterandalan informasi (Reliability of Information), berkaitan dengan ketentuan


informasi yang memadai bagi manajemen untuk menjalankan dan melaksanakan
keseluruhan finansialnya dan pemenuhan laporan tanggung jawab

 Sumber Daya IT
a. Data, adalah obyek-obyek dalam pengertian yang lebih luas (yakni internal dan
eksternal), terstruktur dan tidak terstruktur, grafik, suara dan sebagainya.

b. Sistem aplikasi, dipahami untuk menyimpulkan atau meringkas, baik prosedur


manual maupun yang terprogram.

c. Teknologi, mencakup hardware, sistem operasi, sistem manajemen database,


jaringan (networking), multimedia, dan lain- lain.

d. Fasilitas, adalah semua sumberdaya untuk menyimpan dan mendukung system


informasi.
e. Manusia termasuk staf ahli, kesadaran dan produktivitas untuk merencanakan,
mengorganisasikan atau melaksanakan, memperoleh, menyampaikan, mendukung
dan memantau layanan sistem informasi.

 Orientasi Proses
IT Domains
• Plan and
Organise
• Acquire and IT Processes
Implement • IT strategy
• Deliver and • Computer operations
• Incident handling Activities
Support
• Acceptance testing • Record new problem
• Monitor and • Analyse
Evaluate • Change management
• Contingency planning • Propose solution
• Problem management • Monitor solution
• Record known problem
• Etc.

Framework COBIT terdiri dari 34 high-level control objective, dimana tiap-tiap IT


proses dikelompokkan dalam empat domain utama:

1. Planning and Organization

 mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI


dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi
sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang
baik pula.

 PO1 Define a strategic information technology plan


 PO2 Define the information architecture
 PO3 Determine the technological direction
 PO4 Define the IT organisation and relationships
 PO5 Manage the investment in information technology
 PO6 Communicate management aims and direction
 PO7 Manage human resources
 PO8 Ensure compliance with external requirements
 PO9 Assess risks
 PO10 Manage projects
 PO11 Manage quality

2. Acquisition and Implementation

 identifikasi solusi TI dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam


proses bisnis untuk mewujudkan strategi TI.

 AI1 Identify automated solutions


 AI2 Acquire and maintain application software
 AI3 Acquire and maintain technology infrastructure
 AI4 Develop and maintain IT procedures
 AI5 Install and accredit systems
 AI6 Manage changes

3. Delivery and Support

 domain yang berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang terdiri
dari operasi pada sistem keamanan dan aspek kesinambungan bisnis sampai dengan
pengadaan training.

 DS1 Define and manage service levels


 DS2 Manage third-party services
 DS3 Manage performance and capacity
 DS4 Ensure continuous service
 DS5 Ensure systems security
 DS6 Identify and allocate costs
 DS7 Educate and train users
 DS8 Assist and advise customers
 DS9 Manage the configuration
 DS10 Manage problems and incidents
 DS11 Manage data
 DS12 Manage facilities
 DS13 Manage operations
4. Monitoring

 semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan
kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol

 M1 Monitor the process


 M2 Assess internal control adequacy
 M3 Obtain independent assurance
 M4 Provide for independent audit

COBIT Business Objectives PO1 Define a strategic IT plan


PO2 Define the information architecture

Framework
Criteria PO3 Determine the technological direction
• Effectiveness PO4 Define the IT organisation and relationships
• Efficiency PO5 Manage the IT investment
• Confidenciality PO6 Communicate management aims and direction
• Integrity PO7 Manage human resources
• Availability
• Compliance PO8 Ensure compliance with external requirements
• Reliability PO9 Assess risks
PO10 Manage projects
IT PO11 Manage quality
M1 Monitor the process RESOURCES
M2 Assess internal control adequacy
M3 Obtain independent assurance • Data
M4 Provide for independent audit • Application systems
• Technology
• Facilities
• People PLAN AND
ORGANISE
MONITOR AND
EVALUATE
ACQUIRE AND
DS1 Define service levels IMPLEMENT
DS2 Manage third-party services
DS3 Manage peformance and capacity
DS4 Ensure continuous service
DS5 Ensure systems security
DS6 Identify and attribute costs
DS7 Educate and train users
DS8 Assist and advise IT customers DELIVER AND
DS9 Manage the configuration SUPPORT
DS10 Manage problems and incidents AI1 Identify automated solutions
DS11 Manage data AI2 Acquire and mantain application software
DS12 Manage facilities AI3 Acquire and maintain technology infrastructure
DS13 Manage operations AI4 Develop and maintain IT procedures
AI5 Install and accredit systems
AI6 Manage changes

Gambar 9 Kerangka COBIT


The COBIT Framework memasukkan juga hal-hal berikut ini:

a. Maturity Models – Untuk memetakan status maturity proses-proses IT (dalam skala 0 -


5) dibandingkan dengan “the best in the class in the Industry” dan juga International best
practices
b. Critical Success Factors (CSFs) – Arahan implementasi bagi manajemen agar dapat
melakukan kontrol-kontrol atas proses IT dalam perusahaan.

c. Key Goal Indicators (KGIs) – Kinerja proses-proses IT sehubungan dengan business


requirements

d. Key Performance Indicators (KPIs) – Kinerja proses-proses IT sehubungan dengan


proses pencapaian tujuan.

COBIT dikembangkan sebagai suatu generally applicable and accepted standard for good
Information Technology (IT) security and control practices . Istilah “ generally applicable and
accepted ” digunakan secara eksplisit dalam pengertian yang sama seperti Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP).

Sedang, COBIT's “good practices” mencerminkan konsensus antar para ahli di seluruh
dunia. COBIT dapat digunakan sebagai IT Governance tools, dan juga membantu perusahaan
mengoptimalkan investasi IT mereka. Hal penting lainnya, COBIT dapat juga dijadikan
sebagai acuan atau referensi apabila terjadi suatu kesimpang-siuran dalam penerapan
teknologi.

Suatu perencanaan Audit Sistem Informasi berbasis teknologi (audit IT) oleh Internal
Auditor, dapat dimulai dengan menentukan area-area yang relevan dan berisiko paling tinggi,
melalui analisa atas ke-34 proses tersebut. Sementara untuk kebutuhan penugasan tertentu,
misalnya audit atas proyek IT, dapat dimulai dengan memilih proses yang relevan dari proses-
proses tersebut.
Lebih lanjut, auditor dapat menggunakan Audit Guidelines dengan menerapkan seluruh
domain yang terdapat dalam COBIT, yakni planning-organization (PO), acquisition-
implementation (AI), Delivery-support (DS) dan Monitoring (M) untuk merancang prosedur
audit.
Singkatnya, COBIT khususnya guidelines dapat dimodifikasi dengan mudah, sesuai
dengan industri, kondisi IT di Perusahaan atau organisasi Anda, atau objek khusus di
lingkungan IT. Selain dapat digunakan oleh Auditor, COBIT dapat juga digunakan oleh
manajemen sebagai jembatan antara risiko-risiko IT dengan pengendalian yang dibutuhkan (IT
risk management) dan juga referensi utama yang sangat membantu dalam penerapan IT
Governance di perusahaan.

TEKNIK PENAKSIRAN RESIKO

Dalam menetapkan fungsi/area/unit yang akan di audit, auditor memiliki berbagai pilihan
bergantung pada resiko subjek audit. Ada beberapa metode untuk melakukan penilaian resiko,
yaitu :

a. Pendekatan penaksiran dengan sistem scoring sistem


Pendekatan ini digunakan dengan mengutamakan audit berdasarkan pada evaluasi
faktor-faktor resiko.
b. Penilaian risiko secara judgemntal
Yaitu keputusan dibuat berdasakan keputusan bisnis, instruksi manajemen eksekutif,
sejarah kehilangan, tujuan bisnis dan faktor-faktor lingkungan
c. Teknik kombinasi

Sesungguhnya auditing is about evaluating risks and controls. Salah satu kegiatan
utama dalam pelaksanaan audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti audit (audit evidence
and evidence evaluation) khususnya mengenai penaksiran tingkat resiko, menilai pengendalian
yang sudah ada dan apakah sudah memadai, serta pemeriksaan apakah pengendalian
dilaksanakan sungguh-sungguh. Hal itu dapat dilakukan dengan interview, questionnaires,
controls flowcharts, dengan performance management tools, serta dengan alat bantu audit
software. Pengujian juga dapat dilakukan dengan cara progamming code (listing) review, test
data dan code comparisoon. Evaluasi audit evidence dilakukan dengan tujuan untuk mendapat
keyakinan tentang telah diselenggarakannya good IT governance.

Perubahan lingkungan IT merubah pelaksanaan dan teknik pengumpulan dan evaluasi


bukti audit. Oleh karena itu disamping kriteria profesional yang lazimnya diperlukan dalam
audit tradisional, pada audit SI auditor juga harus menguasai hal-hal yang berkaitan dengan
information system management, behavioral science, dan computer science. Bahkan karena
audit SI lazimnya dan dilakukan oleh auditor intern, agar hubungan kemitraan antara auditor
dan auditee dapat terjalin baik, maka para auditor intern perlu dilengkapi dengan pengetahuan
psikologi audit.
DAFTAR PUSTAKA

Information System Audit and Control Association (ISACA). (2003), IS Standards,


Guidelines and Procedures for Auditing and Control Professionals. United States.

MOELLER, ROBERT R. (2008). Effective Auditing with AS5, CobiT, and ITIL. John Wiley
& Sons, Inc. Canada.

Weill, Peter and Ross, Jeanne W. (2004). IT Governance - How Top Performers Manage IT
Decision Rights for Superior Results. Harvard Business School Press. United States.

http://www.azwar.net/2010/10/resume-perencanaan-strategis-sistem-informasi-part-1/
di Akses pada tanggal 23 November 2014 pukul 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai